(makalah)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Umum
Dosen pengampu:Subiantoro,M.Pd
Disusun Oleh:
Nama NPM
Rajiman 21310017
TULANG BAWANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang selalu
memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Filsafat Islam tepat waktu. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan pada reformis Islam sejati Nabi Muhammad SAW pembawa umat
minazhulumati ilannur.
Sebagaimana dalam peribahasa bahwa “tak ada gading yang tak retak” ,
dalam penyusunan makalah ini pun kami menyadari bahwa banyak sekali
kekurangannya, maka dari itu kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
penyusunan di masa yang akan datang sangat kami harapkan.
Kami pun menghaturkan terima kasih kepada BPK.sebagai Dosen
Pembimbing matakuliah “FILSAFAT UMUM” yang tak pernah lelah dan bosan
memberikan bimbingannya dan arahannya yang selalu membangunkan semangat
kepada para mahasiswanya.
Dengan adanya pembuatan makalah ini, diharapkan dapat membantu
mahasiswa/i dalam menguasai materi pelajaran.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan senantiasa membawa kemudahan kita dalam belajar untuk meraih
prestasi yang kita inginkan.
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
DAFTARPUSTAKA............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh
untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para
rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang
diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang melewati penalaran rasional,
kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti.Ilmu pengetahuan
harus dibedakan dari fenomena alam.Fenomena alam adalah fakta, kenyataan
yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul.Ilmu
pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau
simplifikasi atas fenomena tersebut.
Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal
menangkap kebenaran.Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut
menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda.Pengetahuan indrawi merupakan
struktur terendah dalam struktur tersebut.Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi
adalah pengetahuan rasional dan intuitif yang biasa disebut dengan filsafat.
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II
ISI
2. Plato (428-348 sM)
Bagi Plato, filsafat adalah semacam visi, yakni visi tentang kebenaran. Visi
ini tidak semata-mata bersifat intelektual, tidak juga bersifat kebijaksanaan. “Cinta
intelektual terhadap Tuhan” dalam filsafat Spinoza sama dengan persatuan erat
antara pikir dan rasa. Barangsiapa yang pernah mengerjakan karya kreatif tertentu,
pasti pernah mengalaminya dengan taraf yang berbeda-beda, suatu suasana batin
dimana setelah lama berupaya keras, tiba-tiba kebenaran atau keindahan muncul
atau seolah-olah muncul dengan keagungan yang tak terduga.
Pengalaman ini mungkin hanya menyangkut masalah kecil saja, mungkin
pula menyangkut masalah alam semesta.Untuk sesaat pengalaman itu amatlah
meyakinkan, keraguan mungkin timbul belakangan.Tetapi untuk sesaat itu yang
tampil adalah kepastian yang begitu tegas. Menurut Plato, sebagian besar karya
kreatif yang terbaik dalam bidang seni, ilmu pengetahuan, sastra & filsafat
adalah hasil pengalaman demikian.[3]
Plato menyumbangkan ajaran tentang “idea”. Menurut Plato, hanya idea-lah
realitas sejati. Semua fenomena alam hanya bayang-bayang dari bentuknya (idea)
yang kekal.
Plato juga berpendapat, bahwa pengalaman hanya
merupakan ingatan (bersifat intuitif, bawaan, dalam diri) seseorang terhadap apa
yang sebenarnya telah diketahuinya dari dunia idea,konon sebelum manusia itu
masuk dalam dunia inderawi ini. Menurut Plato, tanpa melalui pengalaman
(pengamatan), apabila manusia sudah terlatih dalam hal intuisi, maka ia pasti
sanggup menatap ke dunia idea dan karenanya lalu memiliki sejumlah gagasan
tentang semua hal, termasuk tentang kebaikan, kebenaran, keadilan, dan
sebagainya.
Menurut Plato, realitas tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan akal kita,
sedang menurut Aristoteles realitas tertinggi adalah yang kita lihat dengan indera-
mata kita. Aristoteles tidak menyangkal bahwa bahwa manusia memiliki akal
yang sifatnya bawaan, dan bukan sekedar akal yang masuk dalam
kesadarannya oleh pendengaran dan penglihatannya. Namun justru akal itulah
yang merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain.
Akal dan kesadaran manusia kosong sampai ia mengalami sesuatu. Karena itu,
menurut Aristoteles, pada manusia tidak ada ide bawaan.
3. Aristoteles (384-322 sM)
Dalam filsafat paripatetik, dikenal suatu teori yang dinamakan dengan
“hylomorpise” yang mana teori tersebut merujuk kepada Aristoteles, yaitu ajaran
yang mengatakan bahwa apapun yang ada di dunia ini terdiri atas dua unsur
utama, yakni materi (hyle) dan bentuk (morfis). Pembicaraan metafisika
Aristoteles mengenai soal materi dan wujud ini lebih tepat dimulai dengan doktrin
Aristoteles tentang Universalia.Sedangkan jalan untuk memahami universalia kita
harus terlebih dahulu memehami doktrin akal biasa (common sense).[4]
Wujud dan materi tidak dapat dipisahkan. Materi dalam bahasa Yunani
disebut hule dapat disebut bahan yang masih berada dalam proses atau produk
(Edel 1982). Materi dikatakan juga sebagi unsur kemungkinan dan perubahan
yang paling sederhana yang terdapat dalam suatu hal.Sedangkan wujud (morphe)
bersifat tetap, permanen, dan dikenal (Amstrong 1949). Meskipun materi tidak
menentukan dirinya sendiri, tetapi ia juga memiliki kemampuan menentang
kekuatan yang meembentuknya, jadi tidak semata-mata bersifat pasif. Akibatnya
materi tidak pernah berbentuk yang sempurna, terus menerus akan mengalami
perubahan wujud sebagai potensi. Teori aristoteles mengenai wujud dan materi ini
berkaitan dengan konsep potensi dan aktus.
b. ISLAM
1. Ilmu Menurut Islam (Ontologis)
Secara istilah ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat yang ada
(ultimate reality) baik jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.Didalam
pemahaman ontology ditemukan pandangan-pandangan seperti monoisme yang
menyatakan bahwa hakikat yang asal itu hanya satu.Cabang dari monoisme ini
adalah materialisme yang berpandangan bahwa hakikat yang asal adahal satu
yaitu dari materi, sementara cabang lainnya yaitu idealism yang berpandangan
bahwa segala yang asal itu berasal dari ruh.Pandangan lainnya adalah dualisme
yang menyatakan bahwa segala sesuatu berasal dari dua unsur yaitu materi dan
ruh, jasmani, dan rohani.[5] Pandangan lainnya adalah pluralisme yang
menyatakan bahwa kenyataan alamini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu
atau dua entitas yaitu unsur tanah, air, api, dan udara. Ada juga faham nihilisme
yang nampaknya frustasi menghadapi realistas.Realistas harus dinyatakan tunggal
dan banyak, terbatas dan takterbatas, dicipta dan tak dicipta, semuanya serta
kontradiksi, sehingga lebih baik tidak menyatakan apa-apa tentang realistas.
2. Illuminasi (Isyroqi)
Aliran ini diidrikan oleh Suhrawardi Al-maqtul. Adapun metodologi yang
digunakan adalah:
· ia mencoba memberikan tempat yang penting bagi metode intuitif / irfani
· berkaitan dengan pengalaman mistis, maka illuminasi menggunakan
konsep ilmu hudhuri, karena dalam pengertian mistis seperti itu objek penelitian
telah hadir pada diri seseorang sehingga modus pengenalan seperti ini serring
disebut ilmu hudhuri
· Memiliki konsep Metafisika cahaya, Tuhan adalah cahaya diatas cahaya
(nurul anwar) yang merupakan sumber dari segala cahaya.
· Benda-benda tidak memiliki definisi kategoris sebagaimana yang dipercayai
kelompok paripatetik, yang membedakan hanyalah intensitas cahaya yang
dimikinya, semakin banyak cahaya semakin tinggi derajatnya contohnya, hewan
dan manusia tidak bisa dibedakan secara kategoris melalui esensinya tetapi
disebabkan kenyataan bahwa manusia memiliki cahaya lebih dibanding hewan.
Jadi bentuk-bentuk benda lebih bersifat relatif (lebih atau kurang).
· Bagi Suhrawardi essensilah yang real, bukan eksistensi
· Teori emanasi iluminassionis lebih ekstensif dibanding kaum peripatetik, baik
dari segi istilah, struktur, maupun jumlah akal maupun malaikat-malaikat yang
muncul dalam bagian teori emanasi.[10]
Suhrawardi pernah mengklasifikasi pencari kebanaran kedalam tiga
kelompok : pertama, mereka yang memiliki pengalaman mistik yang mendalam
tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan pengalaman secacra
diskursif. Kedua, mereka yang memiliki kecakapan nalar diskursif tetapi tidak
memiliki pengalaman mistis yang cukup mendalam, ketiga mereka yang
disamping memiliki pengalaman mistis yang mendalam dann otentik juga
memiliki kemampuan nalar dan bahasa diskursif.
3. Hikmah Muta’aliyah
Aliran ini diwakili oleh Mulla Sadra yang mana ia berhasil menistensiskan
ketiga aliran filsafat sebelumnya, yakni paripatetik, iluminasi dn irfani. Adapun
karakteristik filsafat hikmah ini adalah:
· Mereka tidak hanya percaya pada akal diskursif tapi juga percaya
pada pengalaman mistik
· Dalam konsep wahdatul wujudnya, yang membedakan wujud yang satu dengan
yang lain bukanlah kewujudan mereka (eksistensi??) tapi esensi-esensi mereka.
Wujud tuhan dan wujud kerikil tidaklah berbeda dari sudut kewujudan tetapi
berbeda dalam sudut derajat dan gradasi/tasykik.
FILSUF MUSLIM
1. AL-KINDI
Al-Kindi menpunyai nama lengkap Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq al- Kindi. Ia
berasal dari keluarga bangsawan Arab dari Kindah di Arabia Selatan, dialah satu
satunya filsuf islam yang berasal dari keturunan Arab, dan karenanya ia disebut
Failasauf al-A’rab (Filsuf Orang Arab). Ia bukan hanya seorang filsuf, tetapi ia
juga seorang ilmuwan yang menguasai ilmu-ilmu pengetahuan lain yang ada pada
zamannya. Hal ini di buktikan dengan buku buku yang ditinggalkannya seperti
matematika, geometri, astronomi, farmakologi, ilmu jiwa, dan lain sebagainya.
Hal-hal yang berkaitan dengan pemikiran filsafatnya adalah sebagai berikut:
a) Filsafat tentang Alam
Alam bagi al-kindi bukan kekal di zaman lampau (qadim), tetapi meempunyai
permulaan. Karena itu, ia lebih dekat dengan hal ini pada filsafat platinus yang
mengatakan yang maha satu adalah sumber dari alamini dan sumber dari segala
yang ada. Alam ini adalah alam emanasi dari yang maha satu tetapi paham
emanasi ini kelihatannyatidak jelas dalam filsafat al-Kindi
b) Hubungan Filsafat dan Agama
Menurut al-Kindi, bahwaa anrtara filsafat dan agama tidak ada pertentangan, ilmu
tauhid Atau teologi adalah cabang termulia dari filsafat.Filsafat membahas tentang
kebenaran atau hakikat sesuatu.kalau ada hakikat-hakikat meski ada hakikat yang
pertama (Al-haqq al- Awwal).Hakikat yang pertama itu adalah tuhan. Dengan
demikian, pemikiran filsafat sejalan dengan agama yang juga membicarakan
tentang tuhan
c) Falsafah tentang Jiwa
Menurut al-Kindi, bahwa jiwa manusia mempunyai tiga daya yaitu daya bernafsu
yang berpusat di perut, daya berani yang berpusat di dada, dan daya berpikir yang
berpusat di kepala.Daya berpikir inilah yang selanjutnya disebut akal. Dalam
pemikirannya ini, aal-kindi banyak dipengaruhu oleh Aristoteles, Platon dan
Plotinus[13]
2. IBNU BAJJAH
Ibnu Bajjah adalah seorang filosof muslim yang pertama dan utama dalam
sejarah kefilsafatan di Andalus. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Ibnu Yahya
Ibnu Al-Sha’igh, yang lebih terkenal dengan nama ibnu bajjah. Menurut beberapa
literatur, Ibnu Bajjah bukan hanya seorang filosof, tetapi ia juga seorang saintis
yang menguasai beberapa disiplin ilmu pengetahuan, seperti kedokteran,
astronomi, fisika, musikus, dan matematika.
Beliau juga membuat beberapa karya tulis yang terpenting dalam bidang
filsafat yaitu:
1. Kitab tadbir al- mutawwahid, ini adalah kitab yang paling popular dan panting
dari seluruh karya tulisnya. Kitab ini berisikan akhlak dan politik serta usaha-
usaha individu menjauhan diri dari segala macam keburukan-keburukan dalam
masyarakat negara yang disebutnya sebagai insan muwahhid (manusia
penyiendiri).
2. Risalat al-Wada’, risalah ini membahas penggerak pertama (Tuhan), manusia,
alam, dan kedokteran.
3. Risalat al-ittishal, risalah ini menguraikan tentang hubungan manusia dengan
akal Fa’al.
4. Kitab al-Nafs, kitab ini menjelaskan tentang jiwa.[14]
b) Jiwa
Menurut pendapat Ibnu Bajjah, setiap manusia mempunyai satu jiwa.Jiwa
ini tidak mengalami perubahan sebagaimana jasmani. Jiwa adalah penggerak bagi
manusia, jiwa digerakkan dengan dua jenis alat: alat-alat jasmaniah dan alat-alat
rohaniah. Alat-alat jasmaniah diantaranya ada berupa buatan dan ada pula yang
berupa alamiah, seperti kaki dan tangan.Alat-alat alamiah ini lebih dahulu dari alat
buatan, yang disebut juga oleh Ibnu Bajjah dengan pendorong naluri atau roh
insting.Ia terdapat pada setiap makhluk yang berdarah.[15]
c) Akhlak
Ibnu Bajjah membagi perbuatan manusia menjadi perbuatan hewani dan
manusiawi.Perbuatan hewani didasarkan atas dorongan naluri untuk memenuhi
kebutuha-kebutuhan dan keinginan hawa nafsu, sementara itu perbuatan
manusiawi adalah perbuatan yang didasarkan atas pertimbangan rasio dan
kemauan yang bersih lagi luhur.[16]
3. AL-FARABI
Al-Farabi bernama lengkap Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn
Tarkhan Ibn Uzlagh al- Farabi.Di masa kecilnya al-farabi belajar tentang agama,
Bahasa Arab, Turki, dan Persia. Sewaktu muda ia tinggal di Baghdad yang
merupakan pusat ilmu pengetahuan dan filsafat. Di sana ia belajar filsafat, logika,
matematika, metafisika, etika, ilmu politik, music, dan lain sebagainya. Al-Farabi
pun menulis sejumlah buku antara lain berkaitan dengan logika , ilmu politik,
etika, fisika, ilmu jiwa, metafisika dan lain sebagainya. Selain al-Kindi al-Farabi
pun mempunyai gelar yaitu al-Muallim al-Tsani (Guru Kedua).Adapun guru
pertamanya adalah Aristoteles. Di dunia Latin ia di kenal dengan nama
Alpharabius.[17]
Hal-hal yang berkaitan dengan pemikiran filsafatnya adalah sebagai berikut:
a) Jiwa
jiwa adalah jauhar rohani sebagai form dari jasad. Kesatuan keduanya merupakan
kesatuan secara accident, artinya masing-masing keduanya mempunyai substansi
yang berbeda dan binasanya jasad tidak membawa binasa bagi jiwa.Jiwa manusia
berasal dari ilahi, sedangkan jasad berasal dari alam khalq, berbentuk, berupa,
berkadar, dan bergerak. Jiwa diciptakan tatkala jasad siap menerimanya[18]
b) Rekonsiliasi Al-Farabi
Al-Farabi telah berhasil merekonsiliasi beberapa ajaran filsafat sebelumnya,
seprti Plato dan Aristoteles dan juga antara agama dan filsafat. Oleh karena itu, ia
dikenal sebagai filosof sinkretisme yang mempercayai kesatuan filsafat. Al-Farabi
=berkeyakinan bahwa aliran filsafat yang bermacam-macam itu hakikatnya hanya
satu, karena tujuan filsafat ialah memikirkan kebenaran, sedangkan kebenaran itu
hanya satu macam dan serupa pada hakikatnya. Jutru itu semua aliran filsafat pada
prinsipnya tidak ada perbedaan kalau pun beda hanya pada lahirnya[19].
Manfaat
1. Filsafat akan mengajarkan untuk melihat segala sesuatu secara multi
dimensi
Ilmu ini akan membantu kita untuk menilai dan memahami segala sesuatu tidak
hanya dari permukaannya saja, dan tidak hanya dari sesuatu yang terlihat oleh
mata saja, tapi jauh lebih dalam dan lebih luas.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Filsafat Islam artinya berpikir dengan bebas dan radikal namun tetap berada
pada makna, yang mempunyai sifat, corak, serta karakter yang menyelamatkaan
dan memberi kedamaian hati yang tetap berlandaskan pada Al-Qur’an dan As-
Sunah.Perbedaan filsafat Islam dengan filsafat Barat adalah filsafat Barat
memiliki paham sekularisme yang memisahkan antara agama dengan filsafat
sedangankan filsafat Islam bersifat universal namun berlandaskan agama.
Latar belakang lahirnya filsafat islam adalah karena pada abad ke 16 umat
islam menjalankan ibadah hanya sebatas menggugurkan kewajiban. Tokoh-tokoh
dalam filsafat Islam diantaranya, al-Kindi, al-Farabi, dan Ibn Bajjah.Pokok-pkok
masalah yang dibahas dalam filsafat Islam adalah hubungan filsafat (akal) dan
agama, tentang kejadian alam, dan tentang roh serta kelangsungan hidup.
Cara menyikapi perbedaan pendapat para filosof mengenai filsafat islam
adalah dengan cara sikap terbuka dan toleransi. Dengan mempelajari filsafat islam
kita dapat melihat segala sesuatu tidak hanya di permukaannya saja tetapi lebih
jauh dalam dan luas. Selain itu manfaat mempelajai filsafat membuat kita
memahami diri dan sekeliling dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar.Filsafat
mengasah pikiran untuk lebih kritis.Hal ini membuat kita tidak begitu saja
menerima sesuatu tanpa mengetahui maksudnya.
2. Saran
Diharapkan perkembangan ilmu yang pesat di zaman modern ini tidak luput
dari nilai-nilai agama dan agama dapat dijadikan arah dalam menentukan
perkembangan ilmu selanjutnya.Tanpa adanya bimbingan terhadap ilmu
dikhawatirkan kehebatan ilmu dan teknologi tidak semakin menyejahterakan
manusia, tetapi justru merusak bahkan menghancurkan kehidupan mereka.
DAFTAR PUSTAKA