Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEBIJAKAN SOCRATES

(GNOTI SEAUTON-MAEIUTICA TECHNIC)


Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Filsafat Umum

Dosen Pengampu : Lailatuzz Zuhriyah

Oleh

1. DUANI AMANDA PUTRI

2. HAMIDA RAHMA AGUSTINA


3. WAHYU ANDIKA
4. DYAH AYU FAUZIAH

KELAS 1C
JURUSAN TADRIS BAHASA INDONESIA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG 2021

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kebijakan socrates
( ) ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen pengampu ibu Lailatuzz Zuhriyah pada bidang study tardris bahasa indonesia
mata kuliah filsafat umum. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang materi filsafat umum bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Lailatuzz Zuhriyah selaku dosen
pengampu Tadris bahasa indonesia mata kuliah filsafat umum yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kamu juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang Kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan Kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………… i

KATA PENGANTAR……………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………… iii


BAB 1 PENDAHULUAN …………………………… 1

A. Latar Belakang ……………………………………… 1

B. Tujuan ………………………………………………… 3

C. Rumusan Masalah ……………………………… 4

E. ……………………………………………… 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senantiasa terkagum atas apa
yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai
menyadari keterbatassannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama atau
kepercayaan ilahiah.

Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan
manusia menggunakan akal budi dan pikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada
dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang
disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara
mendapatkannya dapat dipertanggungjawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.

Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang ini kita sebut
sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika,
matematika, dan lain sebagainya. Umat manusia lebih dulu memifikrkan dengan bertanya
tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan
kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati.

Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan
pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia. Bagian
filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang
merupakan sebab dari segala kebenaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan dunia Bayang-bayang?

2. Apasajakah Metode Socrates?

3. Apa Itu Etika yang di gunakan Socrates?

4. Apa itu Kebenaran Universal?


C. Tujuan

Adapun kami membuat makalah ini dengan tujuan :

1. Agar Pembaca mengetahui apa itu dunia Bayang-bayang

2. Agar pembaca mengetahui apa saja metode Socrates

3. Agar pembaca mengetahui apa etika yang digunakan Socrates

4. Agar pembaca paham dengan apa itu Kebenaran Universal

BAB II

PEMBAHASAN

Dunia bayang-bayang seseorang yang suka merenung pasti pernah memikirkan tentang makna
hidupnya.Misalnya pertanyaan ini: Apakah tujuan hidup itu? ”atau“ Untuk apa aku peroleh
danmempunyai ilmu pengetahuan?”. Khusus tentang fungsi Kongkrit filsafat dan ilmu
pengetahuan, yang mengkhususkan diri ke dunia ide pemikiran dipandang tidak banyak
memberikan jawaban nyata atas persoalan kehidupan,hanya melayang-layang di awang-
awang.Benarkah demikian?. Tentu saja banyak sekali variasi jawaban dari dua peryataan diatas,
tergantung latar belakang kehidupan dan pendidikan serta pandangan dunianya.Pada masa
yunani kuno, pertanyaan-pertanyaan itu berusaha dijawab oleh Socrates.Socrates mengajarkan
bahwa kebajikan adalah hal yang paling berharga diantara semua yangdimilik seseorang, bahwa
kebenaran terletak di luar ” bayang bayang” pengalaman kitasehari-hari. Ungkapan Socrates
yang sangat terkenal adalah "kenalilah dirimu sendiri".Manusia adalah makhluk yang terus-
menerus mencari dirinya sendiri dan yang setiap saatharus menguji dan mengkaji secara
cermat kondisi-kondisi eksistensinya. Socrates berkatadalam Apologia, "Hidup yang tidak dikaji"
adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi.Bagi Socrates, manusia adalah makhluk yang bila
disoroti pertanyaan yang rasionaldapat menjawab secara rasional pula. Menurut Socrates,
hakekat manusia tidak ditentukanoleh tambahan-tambahan dari luar, ia semata-mata
tergantung pada penilaian diri atau padanilai yang diberikan kepada dirinya sendiri. Semua hal
yang ditambahkan dari luar kepadamanusia adalah kosong dan hampa. Kekayaan, pangkat,
kemasyhuran dan bahkan kesehatanatau kepandaian semuanya tidak pokok (adiaphoron).
Satu-satunya persoalan adalahkecendrungan sikap terdalam pada hati manusia. Hati nurani
merupakan "hal yang tidakdapat memperburuk diri manusia, tidak dapat juga melukainya baik
dari luar maupun daridalam".Tabiat Socrates tercermin dalam hal

Socrates menjadi persoalan yang amat pelik bagi sejarawa. Ada banyak tokoh yang mengenai
dia bisadipasikan hanya sedikit yang dapat diketahui, dan ada toko lain yang mengenai dia bisa
dipastikan bahwa banyak segi yangdapat diketahui; namun perihal socrates ini tidak dapat
dipastikan bahwa kita hanya mengetahui sedikit atau banyak tentang dirinya. Tak diasingkan
bahwa ia adalah warga Athena yang sedang- sedang saja keadaannya, dan banyak
menghabiskan waktunya untuk berdebat serta mengajar filsafat kepada anak- anak muda,
namun bukan untuk mendapatkan bayaran sebagaimana kaum sofis.Tak diragukan pula bahwa
ia adalah tokoh terkenaldi Athena, sebagai digambarkan Aristhopenes dalam The Clouds.Dua
murid Socrates, yakni Xenophon dan Plato, banyak menulis tentang dia namun apa yang
mereka tulis sangatberlainan.Bahkan bila keduannya mengatkan sesuatu yang sama, Burnet
menilai bahwa Xenophon hanya mengekor plato. Dan bila apa yang mereka cerikan saling
berdeda, maka sejumlah kalangan mempercayai yang satu dan kalangan lain mempercayai satu
lagi, dan sisanya tak mempercayai keduannya.

Kaum sofis yang dikenal dengan kemahirannya dalam olah penggunaan bahasa terutama
melalui retoriknya, senantiasa aktif mengembangkan dan mengangkat masalah-masalah filsafat
untuk diperdebatkan secara kritis. Kamu sofis inilah yang membawa perubahan terhadap corak
pemikiran dilsafat Yunani yang semula terarah pada kosmos menjadi rearah pada teori
pengethuan dan etika.

Menurut Socrates ada kebenaran obyektif yang tidak bergantung kepada satu atau kita. Untuk
mencapai kebenaran obyektif menggunakan metode dialektika yang berarti bercakap-cakap
atau dialog.Dari metode dialektiknya ia menemukan dan penemuan metode yang lain induksi
dan definisi. Ia menggunakan istilah induksi manakala pemikiran bertolak dari pengetahuan
yang khusus, lalu menyimpulkannya dengan pengertian yang umum. Pengertian yang umum
diperoleh dari mengambil sifat-sifat yang sama (umum) dari masing-masing kasus khusus dan
ciri-ciri khusus yang tidak disetujui bersama adalah disisihkan. Ciri umum tersebut dinamakan
ciri esensi dan semua ciri khusus itu dinamakan ciri eksistensi. Suatu definisi disebut dengan
menyebutkan semua ciri esensi suatu obyek dengan menyisihkan semua ciri eksistensinya.
Demikianlah jalan untuk memperoleh definisi tentang suatu persoalan.Socrates berpendapat
bahwa ajaran dan kehidupan adalah satu dan tak dapat di pisahkan satu dengan yang lain. Oleh
karena itu, dasar dari segala penelitian dan pembahasan adalah pengujian diri sendiri. Bagi
secrotes, pengetahuan yang sangat berharga adalah pengetahuan tentang diri sendiri.

Socrates dengan pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan, yaiitu
dengan menghargai nilai-niai jasmaniah dan rohania yang keduanya tidak dapat di pisahkan
karena denga keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan.

B. Metode Socratic

1. Dialektika

Menanggapi kondisi kacau akibat akibat kelicinan kaum Sofis tersebut Socrates merasa
dipanggil untuk melusrakan dengan suatu metode “dialektis- kritis”. Proses dialektis kritis dalam
hal ini mengandug suatu pengertian ‘dialog antara dua pendirian yang bertentangan atau
merupakan perkembngan pemikiran dengan memakai pertemuan antar ide’.

Socrates dalam menerapkan metode dialektis kritis itu tidak begitu saja menerima suatu
pengrtian sebelum melakukan pengujian- pengujian untuk mencari suatu kebenaran.[5]

Metode yang digunakan Socrates biasanya disebut dialektika dari kata kerja Yunani dialegesthai
yang berarti bercakap-cakap atau berdialog yang mempunyai peran penting didalamnya.

Menurut Socrates Dialog adalah “wahana” berfilsafat. Jadi dialog itu “membuka” pikiran,
“mencairkan” kebekuan pikiran, “melahirkan” pikiran dan “menuntut” perjalanan pikiran.
Dalam metode ini Socrates mendatangi bermacam-macam orang (ahli politik, pejabat, dan lain-
lainnya). Kepada mereka mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang mengenai pekerjaan
mereka, hidup mereka sehari-hari dan lain-lainnya. Kemudian jawaban mereka pertama-tama
dianalisa dan disimpulkan dalam suatu hipotesa. Hipotesa ini dikemukakan lagi kepada mereka
dan dianalisa lagi. Demikian seterusnya sehingga ia mencapai tujuannya, yaitu : membuka
kedok segala peraturan hukum yang semu, sehingga tampak sifatnya yang semu, dan mengajak
orang melacak atau menelusuri sember-sember hukum yang sejati. Supaya tujuan itu tercapai
diperlukan suatu pembentukan yang murni.[6]

2. Maieutik

Maieutika sering juga disebut dengan istilah metode kebidanan, karena dengan cara ini
Socrates bertindak seperti seorang bidan yang menolong kelahiran seorang bayi “pengertian
yang benar”.

Dengan cara bekerja yang demikian, Socrates menemukan suatu cara berfikir yang disebut
induksi, yaitu: menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal dari banyak
pengetahuan tentang hal yang khusus. Umpamanya : banyak orang yang menganggap
keahliannya (sebagai tukang besi, tukang septum dll) sebagai keutamaannya.Seorang tukang
besi berpendapat bahwa keutamaannya ialah jikalau ia membuat alat-alat dari besi yang baik.

Untuk mengetahui apakah “keutamaan” pada umumnya, semua sifat

khusus keutamaan-keutamaan yang bermacam-macam itu harus

disingkirkan dan tinggal yang umum.

Demikian dengan induksi akan ditemukan apa yang disebut definisi umum.Socrates adalah
orang yang menemukan, dan ternyata penting sekali artinya bagi ilmu pengetahuan.[7]

3. Ironi

Kata ironi berasal dari bahasa yunani yang bermakna bersikap pura-pura, cara seseorang
berbicara, pura-pura menyetujui apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya, tetapi dengan
senyuman, mimik dan sebagainya menyangkal pendapat orang itu. Oleh Socrates dipergunakan
untuk membimbing lawan bicaanya kepada kebenaran.[8]

C. Etik Socrates

Etika (Etimologik), berasal dari kata Yunani “Ethos” yang berarti

kesusilaan atau adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata Latin “Mos” yang
dalam bentuk jamaknya “Mores” yang berarti juga Adat atau Cara hidup.[9]

Etika juga dapat disebut dengan filsafat moral.

Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral
atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan Etika dipakai untuk
mengkaji sistem nilai-nilai yang ada.

Pandangan Socrates mengenai kebijakan, yakni apa yang benar dan apa yang baik, bisa
dinamakan filsafat moral rasionalistik. Filsafat moral rasionalistik merupakan pandangan yang
menganggap pemikiran atau rasionalitas sebagai factor eksekutif atau domain dalam tingkah
laku bermoral.

Budi ialah tahu, kata Socrates. Inilah intisari dari pada etiknya. Orang yang berpengetahuan
dengan sendirinya berbudi baik. Paham etiknya itu kelanjutan dari pada metodenya. Induksi
dan definisi menuju kepada pengetahuan yang berdasarkan pengertian. Dari mengengetahui
beserta keinsyafan moril tidak boleh tidak mesti timbul budi.

Oleh karena itu badi adalah tahu, maka siapa yang tahu akan kebaikan dengan sendirinya
terpaksa berbuat baik.Menurut Socrates, manusia itu pada dasarnya baik. Seperti dengan
segala barang yang ada itu ada tujuannya, begitu juga hidup manusia
D. Kebenaran universal

Bagi Socrates, jiwa manusia adalah karena inti sari manusia, hakekat manusia sebagai pribadi
yang bertanggungjawab. Oleh karena itulah manusia wajib mengutamakan kebahagiaan
jiwanya (eaudaimonia, memiliki jiwa yang baik), lebih dari kebahagiaan lahiriah seperti
kesehatan dan kekayaan.

Jadi, hidup saja tidak cukup, tetapi hidup yang baik adalah bagi jiwa. Jika tujuan hidup baginya
adalah bagaimana orang dapat mencapai kebahagiaan.

Socrates membuktikan adanya kebenaran objektif itu dengan menggunakan metode yang
bersifat praktis dan dijalani melalui percakapan-percakapan, sehingga metode yang
digunakannya biasanya disebut metode dialog karena dialog mempunyai peranan penting
dalam menggali kebenaran yang objektif. Contohnya, ketika dia ingin menemukan makna adil,
dia bertanya kepada pedagang, prajurit, penguasa, dan guru. Dari semua penjelasan yang
diberikan oleh semua lapisan masyarakat itu dapat ditmkarik sebuah benang merah yang
bersifat universal tentang keadilan. Dari sinilah menurut Socrates bahwa kebenaran universal
dapat ditemukan. Socrates berpendapat bahwa ajaran dan kehidupan adalah satu dan tak
dapat dipisahkan satu dengan yang lain.[14]

E. GNOTI SEAUTON

Menurut Socrates, manusia, dengan pikiran atau pengetahuannya, seolah melangkah maju dari
upaya menyingkap misteri satu menuju misteri-misteri lain yang kian mekar, di dalam hidupnya.
Manusia, dengan pikiran atau pengetahuannya, seolah bergerak dari satu ketidaktahuan
menuju ketidaktahuan baru dalam hidupnya. Kenyataan itulah yang membuat ilmu
pengetahuan makin terus berkembang di dalam tatanan filosofi, agar mampu memburu dan
membunuh naga-naga ketidaktahuan dan kejahatan baru (kejahatan profesional) yang
bertumbuh berbarengan dengan perkembangan pikiran, pengetahuan, dan keilmuwan
manusia.[6]

Gnotie Seauton, dalam hal ini, menunjukkan sebuah kepentingan kemanusiaan yang bersifat
fundamental dalam hal memahami dan mengerjakan pikiran, yang merupakan salah satu ciri
keberadaan yang khas manusia itu. Intinya pada analisis diri dan pemahaman diri untuk
mencapai pengetahuan dan tingkah laku yang lebih baik. Manusia, melalui pengetahuannya itu,
memperoleh keuatan, tanggung jawab, kesadaran bati, kematangan ,pemikiran atau intelektual
dan rasa percaya diri untuk membangun dirinya sebagai makhluk beradab yang makin matang
(dewasa), tahu diri, dan berendah hati.

Manusia, disamping membutuhkan kerendahan hati, juga membutuhkan kesabaran,


ketekunan, dan keteguhan batin untuk menegur dan mendididk diri. Ia butuh kedisiplinan,
tanggung jawab, dan optimis hidup didalam mengejar pengetahuan atau kearifan dimaksud.

Filsafat, karena itu, hendak menunjukkan manusia bukan hanya bertugas mengisi “ingin tahu-
nya dengan pikiran dan keterampilan-keterampilan teknologis (praktis operasional yang sempit
atau terbatas).”[7] Justru sebaliknya, filsafat ingin melampauinya dan menempatkkan
perjuangan manusia yang berpengatahuan itu pada ini pergumulan dan tugas memanusiakan
manusia sebagai manusia beradab dan berbudaya didalam keutuhan eksistensinya. Manusia,
secara eksistensial “multidimensi”, dan karenanya, pengembangan pikiran dan pengetahuannya
pun, hendaknya merupakan sebuah tugas eksistensial yang utuh dalam keberbagaian
dimensinya itu.

F. Maieutica-Technic

Pandangan Socrates yang terpenting adalah bahwa pada diri setiap manusia terpendam jawab
mengenai berbagai persoalan dalam dunia nyata. Karena itu setiap orang sesungguhnya bisa
menjawab semua persoalan yang dihadapinya. Masalahnya adalah pada orang-orang itu,
kebanyakan mereka tidak menyadari bahwa dalam dirinya terpendam jawaban-jawaban bagi
persoalan-persoalan yang dihadapinya. Karena itu menurut Socrates, perlu ada orang lain yang
ikut mendorong mengeluarkan ide-ide atau jawaban yang masih terpendam. dengan perkataan
lain perlu semacam bidan untuk membantu kelahiran sang ide dari dalam kalbu manusia. Maka
pekerjaan Socrates sehari-hari adalah berjalan-jalan di tengah kota, berkeliling di pasar-pasar
untuk berbicara dengan semua orang yang dijumpai untuk menggali jawaban-jawaban
terpendam mengenai berbagai persoalan. Dengan metode tanya jawab yang disebut metode
Socrates ini akan timbul pengertian yang disebut “maieutics” (menarik keluar seperti yang
dilakukan bidan). Pengertian tetang diri sendiri ini menurut Socrates sangat penting buat tiap-
tiap manusia Adalah kewajiban setiap orang untuk mengetahui dirinya sendiri terlebih dahulu
kalau ia ingin mengerti tentang hal-hal lain diluar dirinya. Ia mempunyai semboyan “belajar
yang sesungguhnya pada manusia adalah belajar tentang manusia”.[8]

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Socrates adalah sorang filsuf Yunani yang hidup pada tahun 469-399 sebelum Masehi. Ia
memiliki pendapat bahwa membangkitkan dalam diri manusia rasa cinta akan kebenaran dan
kebaikan (Philosophia) yang membantu manusia berpikir dan hidup lurus. Socrates memiliki
dua kebijakan, yaitu Gnotie-Seauton atau kenalilah dirimu dan Maieutica-Technic atau seni
kebidanan.

Gnotie-Seauton, dalam hal ini, menunjukkan sebuah kepentingan kemanusiaan yang bersifat
fundamental dalam hal memahami dan mengerjakan pikiran, yang merupakan salah satu ciri
keberadaan yang khas manusia itu. Intinya pada analisis diri dan pemahaman diri untuk
mencapai pengetahuan dan tingkah laku yang lebih baik.

Maieutica-Technic, dalam pemikiran Socrates adalah bahwa pada diri setiap manusia
terpendam jawab mengenai berbagai persoalan dalam dunia nyata. Karena itu setiap orang
sesungguhnya bisa menjawab semua persoalan yang dihadapinya. Masalahnya adalah pada
orang-orang itu, kebanyakan mereka tidak menyadari bahwa dalam dirinya terpendam
jawaban-jawaban bagi persoalan-persoalan yang dihadapinya. Karena itu menurut Socrates,
perlu ada orang lain yang ikut mendorong mengeluarkan ide-ide atau jawaban yang masih
terpendam. dengan perkataan lain perlu semacam “bidan” untuk membantu kelahiran sang ide
dari dalam kalbu manusia.
B. SARAN

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi tercapainya kesempurnaan
penulisan makalah di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Salam, Burhanuddin.2012.Pengantar Filsafat.Jakarta:PT Bumi Aksara.

Adisusilo Sutarjo.2013.Sejarah Pemikiran Barat Dari Yang Klasik Sampai Yang


Modern.Jakarta:Rajawali

[1] Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2012)

[2] Sutarjo Adisusilo, Sejarah Pemikiran Barat Dari Yang Klasik Sampai Yang Modern.
(Jakarta:Rajawali Pers).2013

Anda mungkin juga menyukai