Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

SEJARAH FILSAFAT

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok


Pada Bidang Studi Filsafat Ilmu
Universitas Negeri Jakarta

Disusun Oleh :

Deli Yusuf Saputra (1310818004)


Virgiana Tinura (1310818011)
Ayu Rezky Yulita (1310818012)

Program Studi Magister Pendidikan Fisika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
Jakarta
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat, rahmat
dan Anugerah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sejara Filsafat” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat Ilmu. Isi dari makalah ini adalah
pemaparan pengetahuan tentang sejarah terbentuknya ilmu filsafat.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang
membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Penuh
harapan kami, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 26 September 2018

Penulis

2
Daftar Isi

Cover ................................................................................................................... 1
Kata Pengantar .................................................................................................... 2
Daftar Isi.............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 5
2.1 Pengertian Filsafat .................................................................................... 5
2.2 Pendapat Para Ahli ................................................................................... 5
2.3 Pengertian Filsafat dari Sisi Filsafat Sebagai Ilmu .................................. 7
2.4 Tiga Cabang Besar dalam Filsafat ............................................................ 8
2.5 Sejarah Terbentuknya Filsafat .................................................................. 17
2.6 Perkembangan Filsafat pada Zaman Yunani Kuno .................................. 17
2.7 Perkembangan Filsafat Pada Zaman Abad Pertengahan .......................... 19
2.8 Perkembangan Filsafat Pada Zaman Modern ........................................... 22
2.9 Kegunaan Filsafat Bagi Manusia ............................................................. 25
2.10 Tujuan Umum Pelajaran Filsafat ............................................................ 25
2.11 Cabang Ilmu Filsafat .............................................................................. 26
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 27
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 28

3
BAB I
PENDAHULUAN

Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya


ilmu makin terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat banyaknya masalah
kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan
untuk menjawabnya. Filsafat memberi penjelasan atau jawaban substansial dan
radikal atas masalah tersebut. Sementara ilmu terus mengembangakan dirinya
dalam batas-batas wilayahnya, dengan tetap dikritisi secara radikal. Proses atau
interaksi tersebut pada dasarnya merupakan bidang kajian Filsafat Ilmu, oleh
karena itu filsafat ilmu dapat dipandang sebagai upaya menjembatani jurang
pemisah antara filsafat dengan ilmu, sehingga ilmu tidak menganggap rendah
pada filsafat, dan filsafat tidak memandang ilmu sebagai suatu pemahaman atas
alam secara dangkal.
Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakan upaya
pengkajian dan pendalaman mengenai ilmu (Ilmu Pengetahuan/Sains), baik itu
ciri substansinya, pemerolehannya, ataupun manfaat ilmu bagi kehidupan
manusia. Pengkajian tersebut tidak terlepas dari acuan pokok filsafat yang
tercakup dalam bidang ontologi, epistemologi, dan axiologi dengan berbagai
pengembangan dan pendalaman yang dilakukan oleh para ahli.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Filsafat


Filsafat merupakan ilmu yang sudah sangat tua. Bila kita membicarakan
filsafat maka pandangan kita akan tertuju jauh ke masa lampau di zaman Yunani
Kuno. Pada masa itu semua ilmu dinamakan filsafat. Dari Yunanilah kata
“filsafat” itu berasal, yaitu dari kata philosophia, terdiri dari kata philos yang
berarti cinta (love) atau sahabat dan kata sophia yang berarti kebijaksanaan
(wisdom), kearifan atau pengetahuan. Jadi, philosophia berarti cinta pada
kebijaksanaan (love of wisdom) atau cinta pada kebenaran, dalam hal ini
kebenaran ilmu pengetahuan. Sedangkan orang yang berusaha mencari
kebijaksanan atau pecinta pengetahuan disebut sebagai filsuf atau filosof.
Kata philosophia ditransformasikan ke berbagai bahasa. Dalam bahasa Arab
adalah falsafah, dalam bahasa Indonesia disebut falsafat/filsafat. Dalam bahasa
Belanda dan Jerman disebut Philosophie.

2.2. Pendapat Para Ahli


Beberapa ahli telah mengemukakan pendapatnya tentang pengertian ilmu
filsafat, diantaranya adalah :
a. Menurut catatan sejarah, kata ini pertama kali digunakan oleh Pythagoras,
seorang filosof Yunani yang hidup pada 582-496 sebelum Masehi. Cicero
(106-43 SM), seorang penulis Romawi terkenal pada zamannya dan
sebagian karyanya masih dibaca hingga saat ini, mencatat bahwa kata
‘filsafat’ dipakai Pythagoras sebagi reaksi terhadap kaum cendekiawan pada
masanya yang menamakan dirinya ‘ahli pengetahuan’ Pythagoras
menyatakan bahwa pengetahuan itu begitu luas dan terus berkembang.
Tiada seorangpun yang mungkin mencapai ujungnya. Jadi, jangan sombong
menjuluki diri kita ‘ahli’ dan ‘menguasai’ ilmu pengetahuan, apalagi
kebijaksanaan. Kata Pythagoras, kita ini lebih cocok dikatakan sebagai
pencari dan pencinta pengetahuan dan kebijaksanaan, yakni filosof.

5
b. Kata ini kerap pula digunakan oleh Socrates (470-399 SM). Socrates tidak
saja terkenal karena pemikirannya yang brillian, tetapi juga karena ia
banyak mengajukan pertanyaan. Ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada siapa saja yang dijumpainya, dan pertanyaan tersebut membuat
sebagian orang menjadi lebih arif, lebih sadar diri, lebih pintar, tetapi ada
yang merasa disudutkan dan dicemoohkan. Oleh sebagian penguasa dan
tokoh masyarakat, pertanyaan-pertanyaan Socrates dianggap berbahaya dan
subversif. Pertanyaannya yang menyadarkan banyak membuat generasi
muda menjadi ragu terhadap status quo, murtad dan memberontak.
Kemudian, ia diadili dan dijatuhi hukuman mati, bukan ditembak atau
digantung, tetapi dengan minum racun. Ketika tidak ada seorang pun tega
menyodorkan piala berisi racun kepadanya, maka ia rela menegaknya
sendiri demi menunjukkan bahwa ia filosof yang agung, seorang yang cinta
kebijaksanaan dan benci kemunafikan dan kejahilan (seharusnya kita
bersyukur karena tidak harus berkorban seperti Socrates untuk bisa cinta
ilmu-kebijaksanaan dan benci kemunafikan-kejahilan).
c. Kamus Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarminta merumuskan
bahwa filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai sebab-sebab, asas-asas hukum dan sebagainya daripada segala
yang ada dalam alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti
‘adanya’ sesuatu.
d. Dalam Merriam Webster’s Collegiate Dictionary yang sering dirujuk
kalangan terdidik berbahasa Inggris menyebutkan bahwa philosophy is all
learning exclusive of technical precepts and practical arts; a discipline
comprising as its core logic, aesthetic, ethics, metaphysic and epistemology;
a search for a general understanding of values and reality by chiefly
speculative rather than observational means; an analysis of the ground of
and concepts expressing fundamental beliefs; a theory underlying or
regarding a sphere of activity of thought; the most general beliefs, concepts
and attidutes of an individual or group; calmess of temper and judgment.

6
2.3. Pengertian filsafat dari sisi filsafat sebagai ilmu
Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam
berbagai buku maupun karangan ilmiah lainnya diantaranya adalah :
a. Menurut Plato (427-347 SM), filsuf besar Yunani. filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang hakekat. Ilmu pengetahuan yang berusaha mencapai
kebenaran yang asli, karena kebenaran mutlak di tangan Tuhan. Atau
dengan singkat dikatakan pengetahuan tentang segala yang ada
b. Bagi Aristoteles (384-322 SM), murid plato. filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu
metafisika, logika, retorika, politik, social budaya dan estetika
c. Menurut Bertrand Russel, filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau
dogmatis seperti yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan
dalam ilmu pengetahuan. Akan tetapi, secara kritis dalam arti kata: setelah
segala sesuatunya diselidiki problema-problema apa yang dapat ditimbulkan
oleh pertanyaan-pertanyaan yang demikian itu, dan setelah kita menjadi
sadar dari segala kekaburan dan kebingungan, yang menjadi dasar bagi
pengertian kita sehari-hari (Problemen der Philosophic, 1967: 7).
d. Menurut R. Beerling, bahwa filsafat adalah pemikiran-pemikiran yang
bebas, diilhami oleh rasio, mengenai segala sesuatu yang timbul dari
pengalaman. (Er zijn eigenlijksheidvragen dalam Filosofic als
sciencefiction, 1968: 44).
e. Sementara itu, Immanuel Kant (1724-1804) Filsuf barat dengan gelar
“Raksasa pemikir Eropa” merumuskan filsafat sebagai ilmu pengetahuan
yang menjadi pokok pangkal dan puncak segala pengetahuan yang tercakup
di dalamnya empat persoalan yaitu:
1. Apa yang dapat kita ketahui? Dijawab oleh Metafisika;
2. Apa yang seharusnya dilakukan/dikerjakan? Dijawab oleh Etika;
3. Apa hakikat manusia? Dijawab oleh Anthropologi;
4. Sampai dimanakah harapan kita? Dijawab oleh Agama;.

7
f. Hasbullah Bakry, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu
dengan mendalam mengenai Ketuhanan, alam semesta, dan manusia
sehingga dapat melahirkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya
sejauh yang dicapai manusia.

2.4. Tiga Cabang Besar dalam Filsafat.


Filsafat terdiri atas tiga cabang besar yaitu: ontologi, epistimologi, dan
aksiologi. Ketiga cabang itu sebenarnya merupakan satu kesatuan :

 Ontologi membicarakan hakikat (segala sesuatu), ini berupa pengetahuan


tentang hakikat segala sesuatu.
 Epistimologi membicarakan cara memperoleh pengetahuan itu.
 Aksiologi membicarakan guna pengetahuan itu.

A. Ontologi
Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata,
yaitu ta onta berarti “yang berada”, dan logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran.
Maka ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang keberadaan. Namun
pada dasarnya term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf.

Goclenius pada tahun 1636 M. untuk menamai teori tentang hakikat yang
ada yang bersifat metafisis. Dalam perkembanganya Cristian Wolff membagi
metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika
umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi.

Bidang pembicaraan teori hakikat luas sekali, segala yang ada yang
mungkin ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai (yang dicarinya
ialah hakikat pengetahuan dan hakikat nilai). Nama lain untuk teori hakikat ialah
teori tentang keadaan. Hakikat ialah realitas, realitas ialah kerealan, real artinya
kenyataan yang sebenarnya, jadi hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya,
keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang
menipu, bukan keadaan yang meberubah.

8
Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan
cara yang berbeda dimana entitas (wujud) dari kategori-kategori yang logis yang
berlainan (objek-objek fisik, hal universal, abstraksi) dapat dikatakan ada dalam
rangka tradisional. ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip
umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaianya akhir-akhir ini ontologi
dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada.

Ontologi sering diindetikan dengan metafisika yang juga disebut proto-


filsafia atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang bahasanya adalah
hakikat sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab akibat, realita, atau Tuhan dengan
segala sifatnya.

Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat


yang membicarakan prinsip paling dasar atau dalam dari segala sesuatu yang ada.

Para ahli memberikan pendapatnya tentang realita itu sendiri, diantaranya


Bramel. Ia mengatakan bahwa ontologi ialah interpretasi tentang suatu realita
dapat bervariasi, misalnya apakah bentuk dari suatu meja, pasti setiap orang
berbeda-beda pendapat mengenai bentuknya, tetapi jika ditanyakan bahanya
pastilah meja itu substansi dengan kualitas materi, inilah yang dimaksud dari
setiap orang bahwa suatu meja itu suatu realita yang kongkrit. Plato mengatakan
jika berada di dua dunia yang kita lihat dan kita hayati dengan kelima panca indra
kita nampaknya cukup nyata atau real.

Adapun mengenai objek material ontologi ialah yang ada, yaitu ada
individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak,
termasuk kosmologi dan metafisika dan ada sesudah kematian maupun sumber
segala yang ada. Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas, bagi
pendekatan kualitif, realitas tranpil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya
menjadi telaah monism, paralerisme atau plurarisme.

9
Fungsi dan manfaat mempelajari ontologi sebagai cabang filsafat ilmu antara
lain:

Pertama : berfungsi sebagai refleksi kritis atas objek atau bidang garapan,
konsep-konsep, asumsi-asumsi dan postulat-postulat ilmu. Di antara asumsi dasar
keilmuan antara lain:

1. dunia ini ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia ini benar-benar ada.
2. dunia empiris itu dapat diketahui oleh manusia dengan pancaindera.
3. fenomena yang terdapat di di dunia ini berhubungan satu dengan lainnya
secara kausal.

Kedua: Ontologi membantu ilmu untuk menyusun suatu pandangan dunia


yang integral, komphrehensif dan koheren. Ilmu dengan ciri khasnya mengkaji
hal-hal yang khusus untuk dikaji secara tuntas yang pada akhirnya diharapkan
dapat memperoleh gambaran tentang objek telaahannya, namun pada
kenyataannya kadang hasil temuan ilmiah berhenti pada simpulan-simpulan yang
parsial dan terpisah-pisah. Jika terjadi seperti itu, ilmuwan berarti tidak mampu
mengintegrasikan pengetahuan tersebut dengan pengetahuan lain.

Ketiga: Ontologi memberikan masukan informasi untuk mengatasi


permasalahan yang tidak mampu dipecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Pembagian
objek kajian ilmu yang satu dengan lainnya kadang menimbulkan berbagai
permasalahan, di antaranya ada kemungkinan terjadinya konflik perebutan bidang
kajian, misalnya ilmu bioetika itu masuk disiplin etika atau disiplin biologi.
Kemungkinan lain adalah justru terbukanya bidang kajian yang sama sekali belum
dikaji oleh ilmu apa pun. Dalam hal ini ontologi berfungsi membantu memetakan
batas-batas kajian ilmu. Dengan demikian berkembanglah ilmu-ilmu yang dapat
diketahui manusia itu dari tahun ke tahun atau dari abad ke abad.

10
B. Epistemologi

Dalam belajar filsafat, kita akan menemui banyak cabang kajian yang
akan membawa kita pada fakta dan betapa kaya dan beragam kajian filsafat itu.
Sebenarnya yang terpenting adalah bagaimana kita semua memahami apa saja
yan menjadi kajan filsafat, cabang-cabang filsafat. Albuerey Castel membagi
masalah filsafat menjadi enam bagian yaitu, teologis, metafisika, epistemologi,
etika, plitik dan sejarah.

Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari benar atau


tidaknya suatu pengetahuan. Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi
mempunyai banyak sekali pemaknaan atau pengertian yang kadang sulit untuk
dipahami. Dalam memberikan pemaknaan terhadap epistemologi, para ahli
memiliki sudut pandang yang berbeda, sehingga memberikan pemaknaan yang
berbeda ketika mngungkapkannya.

Akan tetapi, untuk lebih mudah dalam memahami pengertian


epistemologi, maka perlu diketahui pengertian dasarnya terlebih dahulu.
Epistemologi berdasarkan akar katanya episteme (pengetahuan) danlogos (ilmu
yang sistematis, teori).

Secara terminologi, epistemologi adalah teori atau ilmu pengetahuan


tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan, khususnya yang berhubungan
dengan batas-batas pengetahuan dan validitas atau sah berlakunya pengetahuan
itu.

Beberapa ahli yang mencoba mengungkapkan definisi daripada


epistemologi adalah P. Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi adalah
cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope
pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.

11
Tokoh lain yang mencoba mendefinisikan epistemologi adalah D.W
Hamlyin, beliau mengatakan bahwa epistemologi sebagai cabang filsafat yang
berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaian –
pengandaian serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai
penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.

Dagobert D. Runes. Seperti yang di tulis Mujamil Qomar, beliau


memaparkan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas,
sumber, struktur, metode-metode, dan validitas pengetahuan. Sedangkan
menurut Azyumardi Azra, beliau menambahkan bahwa epistemologi sebagai
ilmu yang membahas keaslian, pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu
pengetahuan. Walaupun dari kedua pemaparan di atas terdapat sedikit
perbedaan, namun keduanya memberikan pengertian yang sederhana dan
relatif mudah di pahami. Mudhlor ahmad merinci menadi enam aspek yaitu,
hakikat, unsur, macam, tumpuan, batas dan saran pengetahuan.

Am Syaifudin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan


yang harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa
hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran
itu, mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui,
dan sampai manakah batassannya. Semua pertanyaan itu dapat diringkas
menjadi dua masalah pokok, masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu.

1. Ruang Lingkup Epistemologi


Dengan memperhatikan definisi epistemologi, bisa dikatakan bahwa
tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu, makrifat
dan pengetahuan.Dalam hal ini, dua poin penting akan dijelaskan:

a) Cakupan pokok bahasan,


Yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau
ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushûlî.Ilmu itu sendiri
memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan
dari ilmu itu. Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikut:

12
 Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara
umum dan mencakup segala hal yang hakiki, sains, teknologi,
keterampilan,kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti
hudhûrî, hushûlî,ilmu Tuhan, ilmu para malaikat dan ilmu
manusia.
 Ilmu adalah kehadiran (hudhûrî) dan segala bentuk penyingkapan.
Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam. Makna ini mencakup
ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî.
 Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushûlî dimana
berhubungan dengan ilmu logika (mantik).
 Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi
kebenaran yang diyakini dan belum diyakini.
 Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan
kenyataan dan realitas eksternal.
 Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling
bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah
sejarah dan geografi.
 Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat
empirik.

b) Sudut pembahasan
Yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat,
maka dari sudut mana subyek ini dibahas,karena ilmu dan makrifat
juga dikaji dalam ontologi, logika, dan psikologi.Sudut-sudut yang
berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu. Terkadang yang
menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu. Sisi ini
menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat. Sisi
pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga
menjadi pokok kajian epistemologi. Sementara aspek penyingkapan
ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil
yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam

13
ilmu logika. Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek
pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu
ilmu. Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam
pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmu.

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas


pengetahuan, pembagian dan observasi ilmu, dan batasan-
batasan pengetahuan.Dan dari sisi ini, ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî
juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya. Dengan demikian,
ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan
pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi.

2. Aliran-aliran Epistemologi
Dalam teori epistemologi terdapat beberapa aliran. Aliran-aliran
tersebut mencoba menjawab pertanyaan bagaimana manusia memperoleh
pengetahuan.

Pertama, golongan yang mengemukakan asal atau sumber


pengetahuan yaitu aliran:

 Rasionalisme, yaitu aliran yang mengemukakan, bahwa sumber


pengetahuan manusia ialah pikiran, rasio dan jiwa.
 Empirisme, yaitu aliran yang mengatakan bahwa pengetahuan
manusia berasal dari pengalaman manusia itu sendiri, melalui dunia
luar yang ditangkap oleh panca inderanya.
 Kritisme (transendentalisme), yaitu aliran yang berpendapat bahwa
pengetahuan manusia itu berasal dari dunia luar dan dari jiwa atau
pikiran manusia sendiri.

14
Kedua, golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia
inklusif di dalamnya aliran-aliran:

 Realisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia


adalah gambaran yang baik dan tepat tentang kebenaran. Dalam
pengetahuan yang baik tergambar kebenaran seperti sesungguhnya.
 Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan hanyalah
kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kanyataan yang diketahui
manusia semuanya terletak di luar dirinya.

C. Aksiologi
Aksiologi membahas tentang masalah nilai. Istilah aksiologi berasal
dari kata axio dan logos, axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, dan
logos artinya akal, teori, axiologi artinya teori nilai, penyelidikan mengenai
kodrat, kriteria dan status metafisik dari nilai.

Aksiologi sebagai cabang filsafat ialah ilmu pengetahuan yang


menyelidiki hakekat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan
kefilsafatan.

Nilai Intrinsik, contohnya pisau dikatakan baik karena mengandung


kualitas-kualitas pengirisan didalam dirinya, sedangkan nilai
instrumentalnya ialah pisau yang baik adalah pisau yang dapat digunakan
untuk mengiris. jadi dapat menyimpulkan bahwa nilai Instrinsik ialah nilai
yang yang dikandung pisau itu sendiri atau sesuatu itu sendiri, sedangkan
Nilai Instrumental ialah Nilai sesuatu yang bermanfaat atau dapat dikatakan
Niai guna.

15
Aksiologi terdiri dari dua hal utama, yaitu:

1) Etika : bagian filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku


orang. Semua prilaku mempunyai nilai dan tidak bebas dari penilaian.
Jadi, tidak benar suatu prilaku dikatakan tidak etis dan etis. Lebih tepat,
prilaku adalah beretika baik atau beretika tidak baik.
2) Estetika : bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang
karya manusia dari sudut indah dan jelek. Indah dan jelek adalah
pasangan dikhotomis, dalam arti bahwa yang dipermasalahkan secara
esensial adalah pengindraan atau persepsi yang menimbulkan rasa
senang dan nyaman pada suatu pihak, rasa tidak senang dan tidak
nyaman pada pihak lainnya.

Aksiologi memberikan manfaat untuk mengantisipasi


perkembangan kehidupan manusia yang negatif sehingga ilmu pengetahuan
dan teknologi tetap berjalan pada jalur kemanusiaan. Oleh karena itu daya
kerja aksiologi ialah :

1) Menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan dapat menemukan


kebenaran yang hakiki, maka prilaku keilmuan perlu dilakukan dengan
penuh kejujuran dan tidak berorientasi pada kepentingan langsung.
2) Dalam pemilihan objek penelahaan dapat dilakukan secara etis yang
tidak mengubah kodrat manusia, tidak merendahkan martabat manusia,
tidak mencampuri masalah kehidupan dan netral dari nilai-nilai yang
bersifat dogmatik, arogansi kekuasaan dan kepentingan politik.

Pengembangan pengetahuan diarahkan untuk meningkatkan taraf


hidup yang memperhatikan kodrat dan martabat manusia serta
keseimbangan, kelestarian alam lewat pemanfaatan ilmu dan temuan-
temuan universal.

16
2.5. Sejarah Terbentuknya Filsafat
Pada masa Yunani kuno, filsafat secara umum sangat dominan, meski harus
diakui bahwa agama masih kelihatan memainkan peran. Hal ini terjadi pada tahap
permulaan, yaitu pada masa Thales (640-545 SM), yang menyatakan bahwa
esensi segala sesuatu adalah air, belum murni bersifat rasional. Argumen Thales
masih dipengaruhi kepercayaan pada mitos Yunani. Demikian juga Phitagoras
(572-500 SM) belum murni rasional. Ordonya yang mengharamkan makan biji
kacang menunjukkan bahwa ia masih dipengaruhi mitos. Jadi, dapat dikatakan
bahwa agama alam bangsa Yunani masih dipengaruhi misteri yang membujuk
pengikutnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa mitos bangsa Yunani bukanlah
agama yang berkualitas tinggi. Secara umum dapat dikatakan, para filosof pra-
Socrates berusaha membebaskan diri dari belenggu mitos dan agama asalnya.
Secara etimologis kata filsafat dari kata Yunani filosofia, yg berasal dari
kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata filsafat juga
berasal dari kata Yunani philosophis yg berasal dari kata kerja philein yg berarti
mencintai / philia yg berarti cinta, dan sophia yg berarti kearifan. Dari kata
tersebut lahirlah kata Inggris philosophy yg biasa diterjemahkan “cinta kearifan”.
Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal kelahirannya
tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang
munculnya pada masa peradaban kuno (masa yunani). Dalam sejarah filsafat
biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena
dunia barat (Eropa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran
yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta
serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan.
Para ahli pikir tidak puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan
melalui budinya.

2.6. Filsafat Pada Zaman Yunani Kuno


Pada masa Yunani kuno, filsafat secara umum sangat dominan, meski harus
diakui bahwa agama masih kelihatan memainkan peran. Hal ini terjadi pada tahap
permulaan, yaitu pada masa Thales (640-545 SM), yang menyatakan bahwa

17
esensi segala sesuatu adalah air, belum murni bersifat rasional. Argumen Thales
masih dipengaruhi kepercayaan pada mitos Yunani. Demikian juga Phitagoras
(572-500 SM) belum murni rasional. Ordonya yang mengharamkan makan biji
kacang menunjukkan bahwa ia masih dipengaruhi mitos. Jadi, dapat dikatakan
bahwa agama alam bangsa Yunani masih dipengaruhi misteri yang membujuk
pengikutnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa mitos bangsa Yunani bukanlah
agama yang berkualitas tinggi. Secara umum dapat dikatakan, para filosof pra-
Socrates berusaha membebaskan diri dari belenggu mitos dan agama asalnya.
Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu:
1. Bangsa yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap
sebagai awal dari uapaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-
mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara
kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair
karya Homerus, Orpheus dan lain-lain.
2. Karya sastra yunani yang dapt dianggap sebagai pendorong kelahiran
filsafat yunani, karya Homerous mempunyai kedudukan yang sangat
penting untuk pedoman hidup orang-orang yunani yang didalamnya
mengandung nilai-nilai edukatif.
3. Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di
lembah sungai Nil, kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-
ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak
didasrkan pada aspek praktis saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.
Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos
(akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir. 3 Periode yunani kuno
ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena pada periode
ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah dan perhatian
pemikirannya kepada apa yang diamati sekitarnya.mereka membuat
pertanyaanpertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal
pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari
alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala
sesuatu yang serba berubah. Para pemikir filsafat yunani yang pertama berasal

18
dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia Kecil.
Mereka kagum terhadap alam yang oleh nuansa dan ritual dan berusaha mencari
jawaban tas apa yang ada di belakang semua materi itu.

2.7. Filsafat Pada Zaman Abad Pertengahan


Filsafat abad pertengahan lazim disebut filsafat skolastik. Kata tersebut
berasal dari kata schuler yang memiliki arti “ajaran” atau “sekolahan”. Pasalnya,
sekolah yang diselenggarakan oleh Karel Agung mengajarkan apa yang
diistilahkannya sebagai artes liberales, meliputi mata pelajaran gramatika,
geometria, arithmatika, astronomia, musika, dan dialektika. Dialektika sekarang
ini disebut dengan logika dan kata skolastik menjadi istilah bagi filsafat abad 9-15
yang mempunyai corak khusus yaitu filsafat yang dipengaruhi agama.
Untuk mengetahui corak pemikiran filsafat abad pertengahan, perlu
dipahami karakteristik dan ciri khas pemikiran filsafatnya. Beberapa karakteristik
yang perlu dimengerti adalah :
1) Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja.
2) Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles.
3) Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus.
Abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh
dengan upaya menggiring manusia ke dalam kehidupan / sistem kepercayaan yang
picik dan fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena
itulah perkembangan ilmu pengetahuan terhambat. Masa ini penuh dengan
dominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah hidup yang
saleh. Tetapi di sisi lain, dominasiu gereja ini tanpa dibarengi dengan memikirkan
martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan,
dan cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri.
Secara garis besar filsafat abad pertengahan ini dibagi menjadi dua periode,
yaitu Periode Skolastik Islam dan Periode Skolastik Kristen.
a. Periode Skolastik Islam
Periode skolastik Islam dapat dibagi dalam empat masa, yaitu :
1. Periode Kalam Pertama

19
Periode ini ditandai dengan munculnya kelompok-kelompok
mutakallimin/aliran-aliran dalam ilmu kalam, diantaranya :
a. Khawarij
b. Murjiah
c. Qadariyah
d. Jabariyah
e. Mu’tazilah
f. Ahli Sunah
2. Periode Filsafat Pertama
Periode ini ditandai dengan munculnya ilmuwan dan ahli-ahli dalam
berbagai bidang yang menaruh perhatian terhadap filsafat Yunani,
terutama filsafat Aristoteles.
Periode filsafat Islam pertama adalah periode munculnya filsuf-filsuf
Muslim di wilayah Timur, masing-masing adalah :
a. Al-Kindi (806-873 M)
b. Al-Razi (865-925 M)
c. Al-Farabi (870-950 M)
d. Ibnu Sina (980-1037 M)
3. Periode Kalam Kedua
Periode ini ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh kalam penting dan
besar pengaruhnya terhadap perkembangan ilmu kalam berikutnya,
mereka antara lain :
a. Al-Asy’ari (873-957 M)
b. Al-Ghazali (1065-1111 M)
4. Periode Filsafat Kedua
Periode ini ditandai dengan tampilnya sarjana-sarjana dan ahli-ahli dalam
berbagai bidang yang juga meminati filsafat. Mereka hidup dalam masa
Daulah Amawiyah di Spanyol (Eropa) pada saat Eropa sedang dalam
masa kegelapan. Dengan tampilnya para filsuf muslim di Eropa ini, ilmu
dan peradaban tumbuh berkembang dan terus meningkat. Mereka adalah:

20
a. Ibnu Bajjah (1100-1138 M), di Barat dikenal dengan sebutan
Avempace.
b. Ibnu Thufail (m. 1185 M), di Barat dikenal dengan sebutan Abubacer.
c. Ibnu Rusyd (1126-1198 M), di Barat dikenal dengan sebutan Averrose.
b. Periode Filsafat Skolastik Kristen
Dalam sejarah perkembangannya Periode Skolastik Kristen dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu masa skolastik awal, masa skolastik keemasan, serta masa
skolastik akhir.
1. Masa Skolastik Awal (Abad 9-12 M)
Masa kebangkitan pemikiran abad pertengahan dimulai pada masa ini
setelah terjadi kemerosotan yang terjadi akibat kuatnya dominasi golongan
gereja. Pada mulanya skolastik muncul pertama kali di Biara Italia Selatan
dan akhirnya berpengaruh ke daerah-daerah lain. pada sekolah-sekolah sat
itu diterapkan ajaran yang meliputi studi duniawi atau arts liberales yang
meliputi tata bahasa, retorika, dialektika, (seni diskusi), ilmu hitung, ilmu
ukur, ilmu perbintangan, serta musik.
2. Masa Skolastik Keemasan
Pada masa skolastik awal, filsafat bertumpu pada alam pikiran dan karya-
karya Kristiani. Akan tetapi sejak pertengahan 12 karya-karya non-Kristiani
mulai muncul dan filsuf Islam mulai berpengaruh. Masa ini merupakan
masa kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200-1300 M. Masa
ini juga disebut masa berbunga disebabkan bersamaan dengan munculnya
beberapa universitas dan ordo-ordo yang menyelenggarakan pendidikan
ilmu pengetahuan.

3. Masa Skolastik Akhir


Masa ini ditandai dengan kemalasan berpikir filsafati sehingga
menyebabkan stagnasi pemikiran filsafat skolastik Kristen. Meskipun
demikian, masih muncul tokoh yang terkenal pada masa itu, yaitu Nicolaus
Cusanus (1401-1404M). Dari pemikiran filsafatnya ia membedakan tiga
macam pengenalan yang kurang sempurna.

21
4. Skolastik Thomas Aquinas (1225-1274)
Puncak tradisi pemikiran skolastisisme adalah pada masa Thomas Aquinas.
Ia adalah seoarang pendeta dominikan Gereja Khatolik. Karya filsafatnya
yang terpenting adalah multivolume summa contra gentiles (sebuah
rangkuman melawan orang kafir), sedangkan summa theological
(rangkuman teologi) menjadi karya teologinya yang disajikan secara
sistematis yang dipersembahkan bagi orang-orang yang ingin menjadi
biarawan dan pendeta. Karya tersebut menjadi rangkuman definitive filsafat
katolik.

2.8 Perkembangan Filsafat Pada Zaman Modern


a. Renaissance
Kata ini berasal dari bahasa Prancis dan berarti kelahiran kembali.
Maksudnya, usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan Yunani dan
Romawi klasik. Oalam sastra lahirlah humanisme, yang juga mencari
inspirasinya pada sastra Yunani dan Romawi. Renaissance ditandai oleh
kelahiran kembali di berbagai ilrnu, seperti ilmu sastra, kesenian, filsafat,
dan ilmu pengetahuan. lImu pengetahuan alam berkembang pesat
berdasarkan metode eksperimental.
b. Filsafat Abad XVII
Tiga aliran besar filsafat yang muncul dan berkembang pada abad XVII
adalah rasionalisme, empirisme, dan . Berikut dibicarakan tentang kedua
aliran tersebut.

1. Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa sumber
pengetahuan satu-satunya yang benar adalah rasio (akal budi). Tokoh-
tokoh terpenting aliran rasionalisme adalah Blaise Pascal, Baruch
Spinoza, G.W.Leibnitz, Christian Wolff, dan Rene Descartes (1596-
1650).

22
2. Empirisme
Ernpirisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa hanya pengalarnan
(Iewat indra) rnerupakan sumber pengetahuan yang benar. Jadi,
empirisme bertolak belakang dengan pandangan rasionalisrne. Immanuel
Kant kemudian mendamaikan kedua pandangan yang sangat ekstrim
tersebut. Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah Thomas Hobbes dan
John Locke, keduanya dari Inggris.
c. Filsafat Abad XVIII (Aufklaerung)
Aufklaerung berarti pencerahan (istilah bahasa Inggris untuk ini adalah
enlightment. Dinamakan demikian karena pada peri ode ini manusia
mencari cahaya baru dalam rasionya. Keadaan periode sebelum ini sering
diumpamakan dengan keadaan belum akil baligh, di mana manusia kurang
menggunakankemampuan akal budinya.
Salah satu ciri terpenting zaman Aufklaerung adalah perkembangan pesat
ilmu pengetahuan. Dalam fisika kita kenaI ilmuwan besar seperti Isaac
Newton. Karena rasio mendapat tempat terhormat dan menjadi pusat
perhatian, maka orang mulai meragukan wahyu dan otoritas agama. Mudah
dirnengerti, mengapa di Prancis muncul sikap antikristianisme dan
antiklerikalisme.
d. Filsafat Abad XIX
Aliran-aliran besar yang muncul sepanjang abad XIX adalah idealisme
Jerman, positivisme, dan materialisme. Berikut diuraikan secara singkat
aliran-aliran tersebut serta sejumlah tokohnya.
1. Idealisme Jerman
Idealisme adalah aliran yang berpandangan bahwa tidak ada realitas
obyektif dari dirinya sendiri. Realitas seluruhnya, menurut aliran ini,
bersifat subyektif. Seluruh realitas merupakan hasil aktivitas Subyek
Absolut (yang dalam agama dinamakan Allah). Jadi, menurut idealisme
rasio atau roh (idea) mengendalikan realitas seluruhnya. Segala sesuatu
merupakan tampakan-tampakan atau mornen-momen yang berkembang
sencliri. Idealisme pada dasarnya bertentangan dengan Platonisme.

23
Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah tiga filsuf Jerman yakni
J.G.Fichte (1762-1814), F.W.J .Schelling (1775-1854), clan G.W.F.
Hegel (1770-1831). Filsuf paling penting di antara ketiganya adalah
Hegel.
2. Positivisme
Aliran ini berpandangan bahwa manusia tidak pernah mengetahui lebih
dari fakta-fakta, atau apa yang nampak. Manusia tidak pernah
mengetahui sesuatu dibalik fakta-fakta.
Oleh sebab itu, menurut positivisme, tugas ilmu pengetahuan dan filsafat
adalah menyelidiki fakta-fakta, bukan menyelidiki sebab-sebab terdalam
realitas. Dengan demikian, positivisme menolak metafisika.
Positivisme mempunyai persamaan dan perbedaan dengan empirisme.
Persamaan pada keduanya adalah bahwa keduanya mengutamakan
pengalaman indra. Akan tetapi positivisme hanya menerima pengalaman
obyektif, sedangkan empirisme menerima juga pengalaman
batiniah/subyektif.
Tokoh-tokoh terpenting positivisme antara lain Auguste Comte (1798-
1857), John Stuart Mill (1806-1873), dan Herbert Spencer (1820-1903).
3. Materialisme
Aliran ini berpandangan bahwa seluruh realitas terdiri dari materi.
Artinya, tiap benda atau peristiwa dapat dijabarkan kepada materi atau
salah satu proses materiil. Materialisme merupakan aliran terpenting dan
sangat berpengaruh sepanjang abad XIX, bahkan sampai dewasa ini.
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap idealisme Jerman.
Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah Ludwig Feuerbach (1804-1872),
Karl Marx (1818-1883), dan Friedrich Engels (1820-1895).

24
2.9 Kegunaan Filsafat bagi Manusia
Terdapat beberapa kegunaan ilmu filsafat bagi kehidupan manusia,
diantaranya adalah :
1. Melalui pemikiran filsafat, manusia dimungkinkan dapat melihat kebenaran
tentang sesuatu diantara kebenaran-kebenaran yang lain.
2. Dengan berfilsafat, manusia yang mampu mengadakan pilihan-pilihan yang
tepat terhadap masalah-masalah yang dihadapi, maka ia belajar mendekati
kebijaksanaan.
3. Filsafat memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan
penelitian penalaran supaya kita dapat menyerasikan antara logika, rasa,
rasio, pengalaman, dan agama di dalam usaha manusia mencapai
pemenuhan kebutuhannya.
4. Filsafat secara kritis menyerasikan kehidupan manusia, sehingga tampak
sikap hidup manusia serta arah yang mendasarinya di dalam usaha mereka
mencapai kesejahteraan hidup.

2.10 Tujuan Umum Pelajaran Filsafat


Jika dipandang menurut isinya, maka tujuan pelajaran filsafat adalah:
a. Memberikan dasar-dasar pengetahuan kita, memberikan pandangan yang
sintesis pula sehingga seluruh pengetahuan kita merupakan kesatuan.
b. Hidup kita dipimpin oleh pengetahuan kita. Sebab itu mengetahui
kebenaran-kebenaran dasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup kita
sendiri. Hal ini tampak betul terutama dalam etika.
c. Khususnya bagi seorang pendidik, filsafat memiliki kepentingan istimewa
karena filsafatlah yang memberikan dasar-dasar dari ilmu pengetahuan
lainnya yang mengenai manusia seperti misalnya: ilmu mendidik, sosiologi,
ilmu jiwa, dan sebagainya.

25
2.11 Cabang Ilmu Filsafat
Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup lima segi, yaitu logika,
etika, estetika, metafisika, dan politik. Kelima cabang utama ini berkembang lagi
menjadi cabang filsafat yang lebih spesifik mencakup:
1. Epistemiologi atau filsafat pengetahuan
2. Etika atau filsafat moral
3. Metafisika
4. Politik atau filsafat pemerintahan
5. Filsafat agama
6. Filsafat ilmu
7. Filsafat pendidikan
8. Filsafat hukum
9. Filsafat sejarah
10. Filsafat matematika

26
BAB III
PENUTUP

Keberadaan manusia di dunia sesuunguhnya sebagai mahluk yang


diciptakan Allah SWT yang diberi kemampuan untuk berpikir (akal), sedangkan
tujuan akhir hidup manusia menurut Islam adalah mendapatkan kebahagiaan
hakiki. Sebagai mahluk yang berpikir (memiliki akal) itulah yang menyebabkan
manusia berfilsafat.
Filsafat dapat dimaknai sebagai ilmu pengetahuan yang berupaya mengkaji
tentang masalah-masalah yang muncul dan berkenaan dengan segala sesuatu, baik
yang sifatnya materi maupun immateri secara sungguh-sungguh guna menemukan
hakikat sesuatu yang sebenarnya, mencari prinsip-prinsip kebenaran, serta
berpikir secara rasional-logis, mendalam dan bebas, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan manusia.
Sedangkan ilmu dapat dimaknai sebagai suatu metode berpikir secara obyektif
dalam menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia fuktual dan berprinsip
untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense.
Sedangkan Filsafat pendidikan dapat dimaknai sebagi upaya menerapkan
kaidah-kaidah berpikir filsafat dalam ragam pencarian solusi berbagai ragam
problem kependidikan yang akan melahirkan pemikiran utuh tentang pendidikan
yang tentunya merupakan langkah penting dalam menemukan teori-teori tentang
pendidikan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2008. Filsafat Ilmu (edisi revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Frondizi, Resieri. 2001. Pengantar Filsafat Nilai (Terjemahan oleh: Cuk Ananto
Wijaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gandhi, Teguh Wangsa. 2011. Filsafat Pendidikan: Madzab-Madzab Filsafat
Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Jalaluddin & Idi, Abdullah. 2007. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan
Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.
Knight, George R. 2007. Filsafat Pendidikan (Terjemahan oleh: Mahmud Arif).
Yogyakarta: Gama Media.
Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
Muslih, Muhammad. 2005. Filsafat Umum: Dalam Pemahaman Praktis.
Yogyakarta: Belukar.
Salam, Burhanuddin . 2005. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.
Supriyanto, S. 2003. Filsafat Ilmu. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Masyarakat. Universitas Airlangga. Surabaya.
Surajiyo . 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta:
Bumi Aksara.
Knight, George R. 2007. Filsafat Pendidikan (Terjemahan oleh: Mahmud Arif).
Yogyakarta: Gama Media.
https://nurhibatullah.blogspot.com/2015/12/makalah-filsafat-ilmu.html

28

Anda mungkin juga menyukai