Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT ILMU

Disusun oleh:
Ranggi
Dosen pembimbing: Khoirudddin, MA

Sekolah Tinggi Agama Islam Aceh Tamiang


Fakultas Tarbiyah
Kuala Simpang
Tahun Ajaran 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Allah Swt, karena atas limpahan dan curahan kasih
sayang-Nya, penulis berhasil menyelesaikan Makalah ini. Makalah ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu oleh pak Khoirudddin, MA

Makalah ini adalah hasil karya terbaik penulis saat ini. Akan tetapi dibutuhkan kritik dan
saran dari berbagai pihak untuk menghasil karya yang lebih baik. Semoga Makalah ini
berguna bagi penulis dan pembaca.

Kuala Simpang,7 September 2022

penulis

2
Daftar isi

Halaman judul..........................................................................................................................1

Kata pengantar........................................................................................................................2

Daftar isi...................................................................................................................................3

Bab I pendahuluan
A. Latar belakang masalah ...........................................................................................4
B. Rumusan masalah .................................................................................................5

Bab II pembahasan
A. Pengertian filsafat.....................................................................................................6

B. Pengertian ilmu..........................................................................................................7

C. Pengertian filsafat ilmu.............................................................................................8

D. Ruang lingkup filsafat ilmu.......................................................................................9

E. Ruang lingkup filsafat ilmu menurut sejumlah ahli...............................................12

Bab III penutup


A. Kesimpulan..............................................................................................................13

B. Saran........................................................................................................................14

DAFTAR PUSAKA.......................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat ekstensial artinya sangat erat
hubunganya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan, dapat dikatakan filsafatlah
yang menjadi motor penggerak kehidupan kita sehari-hari sebagai manusia pribadi
maupun sebagai manusia kolektif dalam bentuk suatu masyarakat atau bangsa.

Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami
perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani,
“philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang
lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi
terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).

Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu


pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat
dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad
ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut
sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu
merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem
filsafat yang dianut.

Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju


dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu
pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti
spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van
Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-
menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya
dapat ditentukan.

4
Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau
ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai
penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat
menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu
terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi
eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel
Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari
pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh
ilmu.

Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat
berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik
tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman (dalam
Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat
ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu
dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat
memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah.

Sebelum pembahasan lebih jauh tentang filsafat ilmu, perlu dipahami tentang makna
kedua kata tersebut, sehingga pada pembicaraan selanjutnya tidak terjadi makna yang
kabur dan samar sehingga akan dipahami secara komprehensif dan mendalam tentang
hakikat danmakna ilmu secara filosofis.

B. Rumusan masalah
1. Pengertian filsafat

2. Pengertian lmu

3. Pengertian Filsafat Ilmu

4. Ruang lingkup filsafat ilmu

5. Ruang lingkup filsafat ilmu menurut para ahli

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno: Philosophia, yang terdiri atas dua kata : philos
(cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijaksanaan,
pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensia). Jadi secara etimologi, filsafat
berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orang yang berfilsafat disebut
filosof yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.

Filsafat merupakan cara berpikir yang kompleks, suatu pandangan atau teori yang sering tidak
bertujuan praktis, tetapi teoretis. Filsafat selalu memandang sebab-sebab terdalam, tercapai
dengan akal budi murni. Filsafat membantu untuk mendalami pernyataan asasi manusia
tentang makna realitas dan ruang lingkupnya yang dapat dipelajari secara sistematik dan
historis.

Ada beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof yaitu :

Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh
realitas.

Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan


oleh berbagai bidang pengetahuan.

Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu anda melihat apa yang Anda katakan dan untuk
mengatakan apa yang Anda lihat.

Banyak pengertian definisi-definisi tentang filsafat yang telah dikemukakan oleh para filsuf.
Menurut Merriam Webster (dalam Soeparmo, 1984), secara harafiah filsafat berarti cinta
kebijaksanaan. Maksud sebenarnya adalah pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang
paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya
seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.

6
Diberikan juga pengertian kata hikmah (sophos) yang merupakan salah satu makna dari falsafat
yaitu mencintai hikmah. Fuad Iframi, Ibnu Mundzir, Al-Jurjani dan Ibn Sina memberikan
pengertian hikmah yang secara tekstual berbeda namun secara kontekstual tetap sejalan. Salah
satu diantaranya yang didefinisikan oleh Ibn Sina. Menurutnya hikmah adalah mencari
kesempurnaan diri manusia dengan menggambarkan segala urusan dan mebenarkan segala
hakikat baik yang bersifat teori maupun praktik menurut kadar kemampuan seseorang.

Berdasarkan beberapa komentar yang telah dipaparkan oleh para pakar di atas, maka penulis
menyimpulkan secara sederhana dan dominan bahwa filsafat itu : Filein (Mencintai) dan
sophia (kebijaksanaa). Dengan demikian filsafat adalah ilmu yang mencintai dan mencari
kebijaksanaan, atau pengetahuan mengenai semua hal melalui sebab-sebab terakhir yang
didapati melalui penalaran atau akal budi. Ia mencari dan menjelaskan hakekat dari segala
sesuatu.

Oleh karena itu Filsafat pada perisipnya adalah induk semua ilmu, demikian kata kaum filosof.
Pada awalnya, cakupan obyek filsafat memang jauh lebih luas dibandingkan dengan ilmu.
Keterbatasan ilmu hanya pada obyek kajian yang bersifat empiris saja, sementara obyek kajian
filsafat mencakupi seluruhnya yaitu baik yang bersifat empiris maupun yang bersifat non-
empiris. Dalam perjalanan selanjutnya, ilmu semakin berkembang dengan pesatnya sehingga
ilmu itu sudah terlepas dari induknya dan menyebabkan tindakan ilmu semakin liar, arogan dan
kompartementalisasi antara satu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya. Dengan kondisi
seperti itu, diperlukan pemersatu visi keilmuan dari berbagai disiplin ilmu. Filsafat sebagai induk
ilmu pengetahuan diharapkan dapat berperan kembali sebagaimana fungsinya untuk
mengayomi semua bidang ilmu agar dapat berjalan pada jalurnya yaitu ilmu untuk
kemaslahatan manusia.

B. Pengertian Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab : ‘Alima, ya’lamu, ilman, yang berarti : mengerti,
memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut science (pengetahuan). Menurut
kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis, logis
dengan menggunakan metode tertentu dan bersifat empiris. Asley Montagu, seorang

7
Guru Besar Antropolog di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah
pengetahuan yang disusun dalam suatu system yang berasal dari pengamatan, studi
dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.

Ilmu merupakan salah satu dari pengetahuan manusia. Ilmu merupakan mata kita
terhadap berbagai kekurangan. Ilmu tidak mengikat apresiasi kita terhadap ilmu itu
sendiri. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara konsisten dan
kebenarannya telah teruji secara empiris. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas
manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya
aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Kesatuan dan
interaksi di antara aktivitas, metode dan pengetahuan dapat digambarkan sebagai
bagan segitiga penyusun menjadi ilmu.

C. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU


Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang terpisah tetapi saling terkait. Filsafat sebagai
proses berfikir yang sistematis dan radikal mempunyai obyek material dan obyek formal.
Obyek materinya adalah segala yang ada baik yang tampak (dunia empirik) maupun
yang tidak tampak (alam metafisik). Sementara Ilmu juga memiliki dua obyek yaitu
obyek material dan obyek formal. Obyek materialnya adalah alam nyata misalnya tubuh
manusia untuk ilmu kedokteran, planet untuk ilmu astronomi dan lain sebagainya.
Sedangkan obyek formalnya adalah metoda untuk memahami obyek material misalnya
pendekatan induktif dan deduktif.

Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran yang reflektif terhadap persoalan-persoalan


mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan
segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu telaah kritis
terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu terhadap lambang-lambang dan
struktur penalaran tentang sistem lambang yang digunakan. Filsafat ilmu adalah upaya
untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep, sangka wacana dan postulat
mengenai ilmu. Filsafat ilmu merupakan studi gabungan yang terdiri atas beberapa
studi yang beraneka macam yang ditunjukkan untuk menetapkan batas yang ditentukan.

8
Filsafat ilmu dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (i) Filsafat ilmu dalam arti luas, yaitu
menampung permasalahan yang menyangkut berbagai hubungan luar dari kegiatan
ilmiah. (ii) filsafat ilmu dalam arti sempit yaitu menampung permasalahan yang
bersangkutan dengan hubungan hubungan ke dalam yang terdapat dalam ilmu yaitu
pengetahuan ilmiah dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.

Dengan mempelajari filsafat ilmu, maka kita akan mengetahui dan sekaligus akan
menyadari bahwa pada hakekatnya ilmu itu tidak bersifat statis (tetap) namun dinamis
seirama dengan perkembangan akal dan budi. Sesuatu yang dulunya dianggap sebagai
ilmu yang dianutnya tetapi pada masa tertentu akan basi dan ditinggalkan karena sudah
tidak sesuai dengan zaman. Disinilah perlunya kita selalu berusaha untuk
mengembangkan dan sekaligus memperbaharui ilmu. Kita menyadari bahwa untuk
memahami hakekat suatu kejadian atau hukum-hukum kausalitas itu tidak cukup hanya
mengandal sumber daya indrawi semata (seperti dengan mata, pendengaran,
penciuman, dan perasa) saja akan tetapi perlu perenungan yang sangat mendalam
dengan menggunakan akal, budi dan hati (jiwa). Disinilah perlunya umat Islam
berfilsafat ilmu. Bila sementara orang menganggap berfilsafat itu haram karena akan
membuat manusia murtad dari ajaran Tuhan, maka sesungguhnya pandangan seperti
ini perlu dilakukan kajian yang mendalam. Hal yang perlu menjadi bekal bila seseorang
ingin berfilsafat adalah dasar pengetahuan yang kuat tentang berbagai hal, dan memiliki
kecerdasan spiritual yang dapat menghubungkan hukum-hukum sebab akibat dan
senantiasa mempunyai kedekatan hubungan dengan Sang Pencipta melalui ketaatan
melaksanakan ajaran-Nya sehingga ilmunya menjadi terbimbing dan terarah.

D. Ruang Lingkup Filsafat ilmu


Apa yang merupakan objek dan ruang lingkup ilmu? Ilmu membatasi lingkup pada
batasan pengalaman manusia juga disebabkan metode yang dipergunakan dalam
menyusun kebenaran yang secara empiris. Secara ontologis ilmu membatasi diri pada
pengkajian yang berada dalam lingkup pengalaman manusia.

9
Objek dari ilmu itu sendiri adalah ilmu merupakan suatu berkah penyelamat bagi umat
manusia. Ilmu itu sendiri bersifat netral, ilmu tidak mengenal baik buruk, dan si pemilik
pengetahuan itulah yang mempunyai sikap. Atau dengan kata lain, netralitas ilmu
terletak pada epistemologinya, jika hitam katakan hitam, jika putih katakan putih; tanpa
berpihak pada siapapun selain kebenaran.

Salah satu sub-bagian dari bagian ini adalah penjelasan tentang pengertian ilmu dan
filsafat ilmu. Dijelaskan bahwa ilmu adalah bagian dari penegtahuan. Ilmu merupakan
pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem dan terukur serta dapat dibuktikan
kebenarannya secara empiris. Sementara pengetahuan adalah informasi yang berupa
common sense yang belum tersusun secara sistematis baik mengenai metafisik
maupun fisik. Penulisan ini juga menyimpulkan bahwa filsafat ilmu merupakan kajian
secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu sehingga filsafat ilmu perlu menjawab
persoalan ontologis (esensi, hakikat, obyek telaah), epistemologis (cara, proses,
prosedure, mekanisme) dan aksiologis (manfaat, guna, untuk apa).

Pada makalah ini juga dijelaskan bahwa pengetahuan secara empiris yaitu
pengetahuan yang didapat melalui pengalaman dan terbukti kebenarannya. John Locke
adalah bapak empirisme dengan teori tabula rasanya. Kelemahan dari teori ini terletak
pada kelemahan/keterbatasan indera sebagai pengumpul pengalaman. Teori yang
kedua adalah rasionalisme yang lebih mengutamakan pada kemampuan akal sebagai
dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan
akal melalui kegiatan menangkap obyek. Intuisi adalah salah satu sumber pengetahuan
yang merupakan hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi, demikian yang dikatakan
oleh Henry Bergson. Sumber pengetahuan tertinggi adalah wahyu yang merupakan
penyampaian pengetahuan langsung dari Allah SWT melalui nabi dan rasul-Nya tanpa
upaya, tanpa bersusah payah dan tanpa memerlukan waktu untuk mendapatkannya.
Pengetahuan para nabi dan rasul terjadi atas kehendak Allah SWT dengan mensucikan
jiwa mereka dan diterangkan-Nya jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran melalui
wahyu.

Ruang lingkup filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang


menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan

10
aksiologi.

D.1 Ontologi ilmu

Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang
koheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang
apa dan bagaimana sebuah kebenaran itu. Paham monisme yang terpecah menjadi
idealisme atau spiritualisme, paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya,
merupakan paham ontologik yang pada akhirya menentukan pendapat bahkan
keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana kebenaran itu ada
sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.

D.2 Epistemologi ilmu

Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut
untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik
akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang
akan kita pilih. Akal (verstand), akal budi (vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara
akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik,
sehingga dikenal adanya model model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme,
kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi dengan berbagai
variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model
epistemologik beserta tolak ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu sepadan teori
koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.

D.3 Aksiologi llmu

Aksiologi ilmu meliputi nilai-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian
makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan
kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik
ataupun fisik material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai

11
suatu kondisi (condition) yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam
melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.

E. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu Menurut Sejumlah Ahli


Filsafat ilmu sampai tahun sembilan puluhan telah berkembang pesat sehingga menjadi
bidang pengetahuan yang amat luas dan sangat mendalam. Ruang lingkup
sebagaimana yang dibahas para filsuf dapat dikemukakkan secara ringkas oleh
sejumlah ahli antara lain Peter Angeles, A. Cornelius Benjamin, Israel Scheffer dan J.J.C.
Smart.

Pertama, menurut Peter Angeles, ilmu mempunyai empat bidang konsentrasi yang utma:
(i) Telaah mengenai berbagai konsep, pranggapan dan metode ilmu berikut analisis,
perluasan dan penyusunannya dalam memperoleh yang lebih baik dan cermat.(ii)
Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut strukturnya. (iii)
Telaah mengenai saling kaitan di antara berbagai ilmu. (iv) Telaah mengenai akibat
pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penerapan dan pemahaman
manusia.

Kedua, A. Cornelius Benjamin. Filsuf ini membagi pokok soal filsafat ilmu dalam empat
bidang: (i) Logika ilmu yang berlawanan dengan epistemologi ilmu. (ii) Filsafat ilmu
kealaman yang berlawanan dengan filsafat ilmu kemanusian. (iii) Filsafat ilmu yang
berlawanan dengan telaah masalah filsafati dari sesuatu ilmu khusus. (iv) Filsafat ilmu
yang berlawanan dengan sejarah ilmu.

Ketiga, Israel Scheffter. Lingkupannya dibagi menjadi tiga bidang yaitu: (i) Peranan ilmu
dalam masyarakat. (ii) Dunia sebagaimana digambarkan oleh ilmu. (iii) Landasan-
Landasan ilmu.

Keempat, J.J.C. Smart. Filsuf ini menganggap filsafat ilmu yang mempunyai dua
komponen utama yaitu: (i) bahasan analitis dan metodologis tentang ilmu. (ii)
penggunaan ilmu untuk membantu pemecahan problem.

12
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Filsafat adalah ilmu yang mencintai dan mencari kebijaksanaan, atau


pengetahuan mengenai semua hal melalui sebab-sebab terakhir yang didapati
melalui penalaran atau akal budi. Filsafat merupakan cara berpikir yang
kompleks, suatu pandangan atau teori yang sering tidak bertujuan praktis, tetapi
teoretis. Filsafat selalu memandang sebab-sebab terdalam, tercapai dengan akal
budi murni. Filsafat membantu untuk mendalami pernyataan asasi manusia
tentang makna realitas dan ruang lingkupnya yang dapat dipelajari secara
sistematik dan historis.

2. Ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam suatu sistem yang berasal dari
pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakekat prinsip tentang hal
yang sedang dikaji.

3. Filsafat Ilmu adalah dua kata yang terpisah tetapi saling terkait. Filsafat sebagai
proses berfikir yang sistematis dan radikal. Filsafat ilmu adalah segenap
pemikiran yang reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang
menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari
kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu telaah kritis terhadap metode
yang digunakan oleh ilmu tertentu terhadap lambang-lambang dan struktur
penalaran tentang sistem lambang yang digunakan.

4. Filsafat ilmu adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar


konsep, sangka wacana dan postulat mengenai ilmu.

5. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu adalah Ilmu membatasi lingkup pada batasan
pengalaman manusia. Hal ini sebabkan metode yang dipergunakan dalam

13
menyusun kebenaran secara empiris. Secara ontologis ilmu membatasi diri pada
pengkajian yang berada dalam lingkup pengalaman manusia. Ruang lingkup
filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang
penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi.

SARAN
Hendaknya makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran bagi
pembaca. Dan makalah ini bias bermanfaat bagi banyak pihak, utamanya bagi penyusun
dan pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adib, Mohammad. 2010. Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika
Ilmu

Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar XXV.

Wibisono, Koento dkk. 1997. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Pengetahuan. Klaten: Intan Pariwara.

Gie, The Liang. 1999. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.

15

Anda mungkin juga menyukai