Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FILSAFAT UMUM

Pemikiran Filsafat Socrates, Plato, Dan Aristoteles

Dosen Pengampu: Agus Defriyanto, M.Ag., M.Kom

Disusun Oleh:

1. Ajeng Yurike Agustin


2. Intan Nuraini
3. Putri

PRODI AQIDAH DAN FILSAFAT UMUM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang hingga saat ini masih
memberikan nikmat iman dan kesehatan, sehingga pemakalah dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini di buat dengan tujuan memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen Agus
Defriyanto, M.Ag., M. Kom pada mata kuliah Filsafat Umum. Selain itu, penyusunan
makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca dan penulis tentang
“Pemikiran Filsafat Socrates, Plato, dan Aristoteles”.

Pemakalah mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.Pemakalah menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan
ini masih terdapat kesalahan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 8 November 2022

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan Masalah..............................................................................2

Bab II Pembahasan.....................................................................................3

2.1 Pemikiran Filsafat Socrates.............................................................3

2.2 Pemikiran Filsafat Plato...................................................................4

2.3 Pemikiran Filsafat Aristoteles..........................................................6

Bab III Penutup...........................................................................................8


3.1 Kesimpulan.....................................................................................8
3.2 Saran...............................................................................................8

Daftar Pustaka.............................................................................................9

iii
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Filsafat merupakan suatu bidang studi yang mengajak manusia untuk menggunakan potensi
akal yang luar biasa untuk senantiasa berpikir.Namun, dalam ranah ini tidak semua
aktivitas berpikir dikatakan berpikir kritis.Dunia filsafat, apabila kita telaah bahwa secara
umum filsafat dibagi menjadi dua yaitu; filsafat barat dan filsafat timur (islam). Dalam
arti kontemporer, filosofi barat merujuk pada dua tradisi utama filsafat kontemporer:
filsafat analitik dan filsafat continental.

Filsafat barat berbeda dengan filsafat timur atau oriental.Permulaan dari sebutan filsafat barat
ini dari keinginan untuk mengarah kepada pemikiran atau falsafah peradaban barat.Masa
awalnya dimulai dengan filsafat yunani kuno.Pada masa ini, sebagian besar bumi sudah
dicakup termasuk amerika utara dan Australia.Penentuan wilayah yang menjadi bagian
dalam menetukan aliran mana sebuah pemikiran atau falsafah itu lahir menimbulkan
perdebatan.Perdebatan terjadi untuk menentukan wilayah seperti afrika utara, sebagian
besar timur tengah, rusia, dan lainnya.

Pada umumnya, filsuf barat dibagi kedalam beberapa cabang pokok.Pembagian itu di
dasarkan pada jenis pertanyaan yang diajukan oleh orang yang bekerja di
lapangan.Cabang yang paling banyak berpengaruh pada masa dunia kuno adalah stoic,
yaitu menahan hawa nafsu.Stoic dibagi ke dalam beberapa bagian filsafat seperti logika,
etika, ilmu pengetahuan, dan fisika.Fisika merupakan konsep studi tentang gejala-gejala
alam di dunia, termasuk ilmu pengetahuan alam dan metafisika.Filsafat kontemporal
secara umum dapat dibagi ke dalam metafisika, epistimologi, etika, axiology, dan
estetis.Logika terkadang juga dijadikan sebagai bagian di dalam filsafat, juga sebagai
metode yang digunakan untuk cabang-cabang filsafat.

Sub disiplin filsafat terdapat di dalam cabang-cabang yang luas tersebut. Pada level yang
terluas, terdapat filsafat analitik dan filsafat kontinental. Filsafat analitik lebih sederhana
dibandingkan dengan filsafat kontinental.Sub disiplin terkadang menjadi topik yang
hangat dan dapat menempati tempat yang banyak dalam tulisan-tulisan. Hal ini
disebabkan oleh orang-orang yang beranggapan bahwa sub disiplin ini sebagai cabang
utama.
1.2 Rumusan masalah

a. pemikiran filsafat Socrates

b. pemikiran filsafat Plato

c. pemikiran filsafat Aristoteles

1.3 Tujuan masalah

a. untuk mengetahui pemikiran filsafat Socrates

b. untuk mengetahui pemikiran filsafat Plato

c. untuk mengetahui pemikiran filsafat Aristoteles


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemikiran Filsafat Socrates

Socrates (469 SM-399 SM) adalah filsuf dari Athena, yunani dan merupakan salah satu figur
paling penting dalam tradisi filosofis barat. Socrates merupakan generasi pertama dari
tiga ahli filsafat besar dari yunani; yaitu Socrates, plato, dan aristotales. Socrates adalah
guru plato dan plato dalam gilirannya juga mengajar aristotales. Semasa hidupnya,
Socrates tidak pernah meninggalkan karya tulisan apapun sehingga sumber utama
mengenai pemikiran Socrates berasal dari tulisan muridnya, plato.1

Kemunculan Socrates terlebih dahulu di dahului oleh kemunculan kaum sofis. Socrates hadir
dalam rangka menjawab apa yang telah mapan dalam konstruksi pemikiran kaum sofis.
Kaum sofis zaman yunani kuno sudah tidak baik. Dengan kehebatan mereka dalam
berargumentasi, kaum sofis dianggap sering menghalalkan segala cara untuk
memenangkan perkara agar mendapatkan simpati masa dan tujuan akhirnya uang.
Keberadaan kaum sofis dalam sejarah filsafat memiliki arti penting.Kaum sofis
menjadikan manusia sebagai pusat pemikiran filsafatnya.2

Tujuan filsafat Socrates, ialah mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-lamanya.Disini
berbeda dengan ajaran kaum sofis yang mengajarkan bahwa semuanya relatif dan
skeptis.Socrates berpendapat bahwa kebenaran itu harus tetap dicari. 3 Socrates adalah
orang yang juga menguasai seni berargumentasi seperti kaum sofis, ia mempertanyakan
pandangan-pandangan tradisional mengenai moralitas. 4

Socrates tampil sebagai upaya untuk memberikan sebuah jawaban atas pandangan kaum
sofis.Dalam kaitannya dengan kaum sofis secara sepintas antara Socrates dengan kaum
sofis tidak memiliki banyak perbedaan.Socrates memulai filsafatnya dengan bertolak dari
pengalaman sehari-hari. Menurut Socrates, di dunia ini ada kebenaran yang bersifat
objektif dimana kebenaran itu tidak bergantung pada saya atau kita. Dan untuk
membuktikan adanya kebenaran yang objektif, Socrates menggunakan metode
tertentu.Metode tersebut kita kenal dengan “metode dialektika” yang berarti bercakap-
cakap atau berdialog.Metode Socrates ini dikatakan sebagai metode dialektika karena
memiliki peranan penting di dalamnya.Di dalam metode itu terdapat dua penemuan,

1
Will Buckingham; Douglas Burnham; Peter J. King; Clive Hill; Marcus Weeks; John Marenbon, The
Philosophy (T. tp: tp, 2010)
2
Simon, Petualangan Intelektual., 38.
3
Ibid
4
Ibid, 38
kedua-duanya menyangkut berkenaan dengan dasar pengetahuan. Yang pertama ialah
menemukan induksi dan yang kedua ia menemukan definisi.5

Menurut Sudarto, akhirnya dihadapan para muridnya Socrates meminum racun sebagai
pelaksanaan eksekusi dan wafatlah di tempat itu juga. Dalam kaitan ini terbukti betapa
besar jiwa sang filsuf ini dalam upaya mempertahankan nilai kebenaran yang diajarkan
pada generasi muda kala itu. 6 Sebagaimana di jelaskan di atas bahwa Socrates tidak
pernah menulis filosofinya, jika ditinjau benar-benar, ia tidak mengajarkan filsafat
melainkan hidup berfilsafat. Bagi beliau filsafat bukan isi, bukan hasil, bukan ajaran
dogma melainkan fungsi hidup filsafatnya mencari kebenaran ia tidak mengajarkan, ia
bukan ahli pengetahuan melainkan pemikir. 7

2.2 Pemikiran Filsafat Plato

Plato lahir sekitar (427 SM-meninggal sekitar 347 SM), beliau adalah seorang filsuf dan
matematikawan Yunani, penulis philosophical dialogues dan pendiri dari Akademi
Planotik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat.Ia adalah murid
Socrates, pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates. Plato adalah guru dari
Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani politiea
“negeri”) yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan
“ideal”. Salah satu perumpamaan Plato yang termahsyur adalah perumpamaan tentang
orang di Gua. Cicero mengatakan Plato scribend estmortuus (Plato meninggal ketika
sedang menulis).8

Filsafat-filsafat Plato dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut;

a. Filsafat tentang Tuhan

Filsafatnya tentang Tuhan, Plato mengemukakan bahwa terhadap berbagai masalah bagi manusia
yang tidak pantas apabila tidak mengetahuinya, masalah tersebut adalah;

1. Manusia itu mempunyai Tuhan sebagai penciptanya.


2. Tuhan itu mengetahui segala sesuatu yang diperbuat manusia.
3. Tuhan hanya dapat diketahui dengan cara negatif, tidak ada ayat, tidak ada anak dan lain-
lain.

5
Tafsir, Filsafat Umum., 54-55
6
Ibid
7
Mohamad Hatta, Op. Cit. hlm. 80
8
Simon Petrus L Tjahjadi, Petualangan Intelektual (Yogyakarta: Kanisius, 2004)
4. Tuhanlah yang menjadikan alam ini dari tidak mempunyai peraturan menjadi mempunyai
peraturan.9

b. Pembentukan Dunia

Filsafat tentang pembentukan dunia ini berdasar pada pendapat Empedokles, bahwa alam ini
tersusun dari empat anasir asal yaitu api, udara, air, dan tanah. Tetapi tentang proses
pembangunan seterusnya berlainan pendapatnya. Menurut Plato, Tuhan sebagai pembangun
alam menyusun anasir yang empat itu dalam berbagai bentuk menjadi satu kesatuan.
Kedalam bentuk yang satu itu Tuhan memasukan jiwa dunia yang akan menguasai dunia ini,
karena itu pembangunan dunia sekaligus menentukan sikap hidup manusia dalam dunia ini10.

c. Falsafah tentang Negara

Konsep tentang Negara di dalamnya terelasi dengan etika dan teorinya tentang Negara.Konsep
tentang etika seperti Socrates yaitu bahwa tujuan hidup manusia adalah hidup yang baik
(eudaimonia atau well-being).Akan tetapi, untuk hidup yang baik tidak mungkin dilakukan
tanpa di dalam Negara.11Dikatakan demikian karena manusia menurut qodratnya merupakan
makhluk sosial qodratnya di dalam Negara.Maka untuk hidup yang baik, dituntut adanya
Negara yang baik.Sebaliknya, Negara yang buruk tidak mungkin menjadikan warganya
hidup dengan buruk.12

Menurut Plato, di dalam Negara yang ideal terdapat tiga golongan sebagai berikut;

a. Golongan yang tertinggi, terdiri dari orang yang memerintah (para penjaga, para filsuf).
b. Golongan pembantu, terdiri dari para prajurit yang bertugas untuk menjaga keamanan
Negara dan menjaga ketaatan dalam warganya.
c. Golongan rakyat biasa, terdiri dari petani, pedagang, tukang yang bertugas untuk
memikul ekonomi Negara.

Apabila suatu Negara telah mempunyai undang-undang dasar, bentuk pemerintahan yang
tepat adalah monarki.Bentuk pemerintahan yang aristoraski dianggap kurang tepat dan
sedangkan bentuk yang terburuk adalah demokrasi.Sementara itu, apabila suatu Negara
belum mempunyai undang-undang dasar bentuk yang paling tepat adalah demokrasi,
yang paling buruk adalah monarki.Konsep tentang Negara ini tertera dalam politia (tata
Negara).13

9
Asmoro Ahmadi, Op. Cit. hlm. 52-53
10
Mohamad Hatta, Op. Cit. hlm. 96
11
Asmoro Ahmadi, Op. Cit. hlm. 53
12
Ibid
13
2.3 Pemikiran Filsafat Aristoteles

Aristoteles (384 SM-322 SM) adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari
Alexander Agung.Ia menulis tentang berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika,
metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, dan biologi. Bersama
dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang diantara tiga orang filsuf yang
paling berpengaruh di pemikiran barat. 14 Pada usia 17 tahun, Aristoteles menjadi murid
Plato. Ia menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles
meninggalkan Akademika tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi
Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa pada tahun 336 SM, ia kembali ke
Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan
akademikanya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpin sampai tahun 323 SM.
Perubahan politik seiring jatuhnya Alexander menjadikan dirinya harus kembali kabur
dari Athena guna menghindari nasib naas sebagaimana dulu dialami Socrates. Aristoteles
meninggal tak lama setelah pengungsian tersebut.

Aristoteles memiliki kecenderungan berpikir saintifik tampak dari pandangan-pandangan


filsafatnya yang sistematis dan banyak menggunakan metode empiris.Dan pandangan
filsafatnya lebih mengarah kepada hal-hal yang konkret.Di dalam dunia filsafat
Aristoteles dikenal sebagai bapak logika.Logika Aristoteles dikenal sebagai logika
tradisional dan sebagai pengantar pada logika modern.Logika tradisional disebut dengan
logika formal, sedangkan bagi kaum santri dikenal dengan sebutan ilmu Manthiq 15.
Aristoteles walaupun menjadi murid Plato, namun dalam beberapa hal ia tidak
sependapat dengan pandangan Plato. Berbeda dengan Plato tentang persoalan kontradiktif
antara tetap dan menjadi, Aristoteles menerima yang berubah dan menjadi, yang
bermacam-macam bentuknya yang semua itu berada di dunia pengalaman sebagai realitas
yang sesungguhnya.Itulah sebabnya filsafat Aristoteles disebut sebagai realisme.16

Pandangan Plato bagi Aristoteles merupakan filosofi tentang adanya yang ada dan adanya
yang tidak ada.Aristoteles melengkapinya dengan bahwa manusia berpotensi
mengembangkan ide dan pengembangannya tersebut dipengaruhi oleh penglihatan,
pengalaman, dan pengertian-pengertian, sehingga ide dan realitas segala yang ada
menyatu dalam suatu terminologi filosofis Plato mempelajari keberadaan yang ada
sebagai suatu keseluruhan dan yang dipelajarinya adalah dunia yang tidak kelihatan yakni
dunia ide.17 Pandangan Aristoteles sangat luas dalam bidang filsafat, maka dari itu ia juga
memberikan suatu pandangan tentang konsep Tuhan. Aristoteles adalah orang yang
14
Will Buckingham; Douglas Burnham; Peter J. King; Clive Hill; Marcus Weeks; John Marenbon, The
Philosophy (T. tp: tp, 2010)
15
Atang, Filsafat Umum., 215-216
16
Tim, Pengantar Filsafat., 22-23
17
Atang, Filsafat Umum., 219
percaya terhadap adanya Tuhan, baginya bukti adanya Tuhan ialah bahwa Tuhan adalah
penyebab utama adanya gerak (a first cause of motion).18Sedangkan pandangannya
mengenai etika, Aristoteles mengatakan bahwa etika adalah sarana untuk mencapai
kebahagiaan dan sebagai barang tertinggi dalam kehidupan, etika juga dapat mendidik
manusia agar memiliki sikap yang pantas dalam segala perbuatan.19

Ajaran yang paling penting dari Aristoteles adalah masalah logika dan ia memperkenalkan
cara berikir silogisme. Silogisme adalah setiap penyimpulan dari dua keputusan yang
disimpulkan dengan suatu keputusan yang baru.Keputusan baru itu berkaitan erat dengan
premis-premis sebelumnya. Jika kedua premis benar, dengan sendirinya penyimpulan
akan benar20.

18
Ibid., 216
19
Ibid.,217
20
Atang, Filsafat Umum., 239-243
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan hendaknya dikembangkan dengan dialektika (dialogis) atau dalam istilah


sekarang adalah metode diskusi (Socrates). Seorang guru tidak memaksa kehendak atau
memaksa gagasan-gagasan , yang mana seorang siswa dituntut untuk mengembangkan
pemikirannya sendiri dengan berpikir secara kritis, ini adalah suatu metode untuk
meneruskan intelektual dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan dan kekuatan mental.
Tujuan pendidikan yang benar menurut Socrates adalah untuk merangsang penalaran
yang cermat dan disiplin mental yang akan menghasilkan perkembangan intelektual yang
terus menerus dan standar moral yang tinggi. Pemerintah harus berperan aktif dalam
mengembangkan pendidikan (Plato). Menurut Aristoteles, agar hidup baikmaka ia harus
mendapatkan pendidikan. Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata, akan tetapi soal
memberi bimbingan kepada perasaan yang lebih tinggi agar mengarah pada akal,
sehingga dapat dipakai guna mengatur nafsu. Aristoteles mengemukakan bahwa
pendidikan yang baik adalah yang mempunyai tujuan kebahagiaan.

3.2 Saran

Hendaknya para pembaca membaca makalah ini dengan hikmat, sehingga dapat mengerti
terkait pembahasan yang sudah dikaji dan tersampaikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Buckingham, Will; Douglas Burnham; Peter J. King; Clive Hill; Marcus Weeks; John Marenbon,
The Philosophy, 2010.

Tjahjadi, Simon Petrus L. 2004. Petualangan Intelektual, Yogyakarta; Kanisius.

Tafsir, Ahmad. 2012. Filsafat Umum: Akal Dan Hati Sejak Tbales Sampai Capra. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun MKD. 2011. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Perss.

Hakim, Atang Abdul Dan Beni Ahmad Saebani.2008. Filsafat Umum: Dari Metologi Sampai
Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia.

Drs. Asmoro Ahmadi. 2007. Filsafat Umum. PT. Grafindo Persada, Jakarta.

Mohammad Hatta.1980. Alam PikiranYunani. Universitas Indonesia. Jakarta.

Burhanudin Salam. 2009. Pengantar Filasafat. Bumi Aksara. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai