Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SOCRATES DAN FILSAFATNYA

Di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum

Dosen Pengampu : ARDIYAN DARUTAMA, M.Phil

Di susun oleh :
1. Muhammad Muslikh (30122068)
2. Khina Nahila Rohma (30122051)
3. Fariha Khofifatu Zuhro (30122052)

KELAS B

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

2022/2023

I
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah mata kuliah Filsafat Umum dengan judul “Socrates dan Filsafatnya” dengan
tepat waktu

Terimakasih kepada bapak Ardiyan Darutama, M.Phil yang telah memberikan


kesempatan kepada kami dalam penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah
semaksimal mungkin kami upayakan sehingga makalah ini tersusun dengan lancar.
Namun, tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa, dan aspek lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberikan komentar, sanggahan, kritik, ataupun saran yang
bisa membawa makalah ini menjadi baik.

Akhirnya, penyusun sangat mengharapkan semoga makalah sederhana ini


dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-
makalah selanjutnya. Dan penulis mengharapakan agar makalah ini bisa bermanfaat
untuk banyak orang yang membacanya.

Pekalongan, 11 September 2022

Penyusun

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………..…………………….………....…II

DAFTAR ISI……………....…....……………………………………………...….....….….III

BAB 1 BIOGRAFI TOKOH FILSUF…………………………...……………………….1

A. SOCRATES........……………………………………………………………..….1

BAB 2 ALIRAN DAN FAHAM FILSAFATNYA…………………………………...…..3

A. ALIRAN SOCRATES……………………...........................................................3
B. PEMIKIRAN-PEMIKIRAN SOCRATES………………………………............4
C. TOKOH YANG MEMPENGARUHI………………………………………...…7
D. MANFAAT………………………………………….…………………...............7

BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………...…...8

A. KESIMPULAN………………………………………………......………………8

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….............................9

III
BAB 1

BIOGRAFI TOKOH FILSUF

1. SOCRATES
Socrates lahir sekitar tahun (469-399 SM) dia adalah seorang filosof Yunani
dari Athena. Dia bukan orang yang tampan dan keadaan hidupnya sedang-sedang
saja dan diu juga banyak menghabiskan waktunya untuk mengajar filsafat kepada
anak-anak muda, tetapi bukan untuk mencari uang seperti kaum sofis. Dia mengajar
agar para anak-anak muda mengetahui pentingnya kebenaran, Socrates terkenal
dengan pendapatnya tentang filsafat sebagai pencarian yang diperlukan untuk
Intelektual.

Ayahnya adalah seorang tukang batu dan pemahat batu, ibunya dikatakan
seorang bidan. Pada awalnya Socrates ingin mengikuti jejak ayahnya sebagai
pematung. Namun, ia mengubahnya dari membuat patung menjadi membentuk
karakter manusia.

Socrates bergaul dengan semua kalangan manusia baik tua maupun muda, kaya
ataupun miskin. la seorang filosof yang mempunyai corak ajaran tersendiri.
Menjadikan ia sebagai tokoh yang terkenal di Athena, sebagaimana digambarkan
Aristophanes dalam The Clouds. Ajaran-ajarannya tak pernah ia tuliskan, melainkan
langsung dengan perbuatannya dalam menjalani kehidupan. Jika diamati secara
detail ia malah tidak mengajarkan filosofi, melainkan hidup untuk berfilosofi.
Socrates adalah seorang sarjana Yunani klasik yang memiliki reputasi mengajar
dengan mengajukan pertanyaan namun tidak harus memberikan jawaban 1.

Socrates bangga dilahirkan di Athena. Dia menjalani seluruh hidupnya di kota


dan tidak pernah meninggalkannya kecuali dalam pelayanannya sebagai seorang
1
John, GF Cleland, dan Cristian, Mueller. “What Can We Learn From SOCRATES: More Question Than
Answer?”. European Heart Journal, Vol. 38, 2017, Edisi 15, Him. 1128-1131

1
tentara. Dia sering kritis berpendapat dan sangatlah kritis terhadap cara dan
pemimpin athena namun tidak pernah ragu dalam keyakinannya bahwa kota ini
adalah yang terbaik. Menurut perkataan teman-temannya, Socrates orang yang adil,
sehingga ia tidak pernah berlaku zalim. Ia pandai menguasai dirinya, sehingga dia
tidak pernah memuaskan hawa nafsu dengan merugikan kepentingan umum. Di
dalam komedi "Awan", Aristophanes memandang socrates sebagai seorang sofis,
dan tentu yang demikian ini tidak begitu aneh seperti yang dianggap orang
kemudian. Namun tetap terdapat perbedaan-perbedaan yang khas antara Socrates
dengan kaum Sofis. Dan Socrates merupakan penentang utama ajaran kaum
Sophist tentang manusia sebagai ukuran segala-galanya.

Tema manusia tetap menjadi perhatian Socrates, hanya saja dia tidak
menjadikan manusia sebagai ukuran segala-galanya, sebab kebenaran tidak bersifat
relatif tetapi pasti dan tetap2. Menjelang akhir hayatnya adalah bukti tegar atas
kemenangan jiwanya ini. Pada saat yang sama, ia bukanlah penganut Agama
Orpheus yang kolot, hanya dasar-dasar ajarannya yang ia terima , dan bukan
keyakinan takhayulnya atau upacara Purfikasinya. Tampak jelas bahwa pandangan
Sokrates lebih bercorak etis daripada ilmiah. Sebagaimana kita lihat, ketika Sokrates
dijatuhi hukuman mati, ia memberi tanggapan gembira bahwa di Dunia berikutnya
nanti ia bisa terus mengajukan pertanyaan selamanya, dan tak akan dihukum mati
sebab ia akan abadi. Metode dialektika memang sesuai untuk sejumlah persoalan,
namun bisa tak sesuai untuk beberapa masalah lainnya.

BAB 2
ALIRAN DAN FAHAM FILSAFATNYA

2
Syukur Abdul . “Era Baru Historiografi Yunani Kuno”. Jurnal Sejarah Lontar. Vol. 7. 2007, No. 2, Hlm. 57

2
A. ALIRAN SOCRATES
Aliran Filsafat yang dianut Socrates adalah “Aliran Filsafat Kuno”.
Filsafatnya adalah pemaparan dan pemersoalan keyakinan untuk mendapatkan
kebenaran dan mengungkap ketidakkonsistenan. Menurut Socrates pikiran atau
kecerdasan harus dianggap sebagai primer karena ia yakin bahwa “pikiran” akan
mengatur semua benda sebaik-baiknya dan untuk kepentingan umum. Tujuan
Socrates adalah mempelajari bagaimana menjalani kehidupan secara bijak. Ia
berpendapat bahwa apabila kita mengetahui dengan pasti kebaikan itu, maka
kita tidak bisa melakukan kejahatan.

Filsafat Socrates mengarahkan kajian-kajian Filsafat yang semula sangat


abstrak dan jauh dari praktis kehidupan sehari-hari, menjadi lebih praktis dan
konkret. Filsafat Socrates diarahkan pada penyelidikan tentang manusia, etika,
dan pengalaman hidup sehari hari, baik dalam konteks individu (psikologis),
sosial, maupun politik. Filsafat Socrates banyak membahas masalah-masalah
etika. Ia beranggapan bahwa Yang paling utama dalam kehidupan bukanlah
kekayaan atau kehormatan, melainkan kesehatan jiwa. Persyaratan hidup
manusia adalah jiwa yang sehat, jika jiwa sehat maka tujuan-tujuan hidup yang
lain akan bisa diraih.

Socrates dengan pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara


keseluruhan, yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah kedua
hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan 3. Bagi Socrates manusia adalah inti sari
manusia, hakekatnya manusia sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Oleh
karena itu tujuan hidup yang paling utama adalah kebahagiaan(cudaimonia).
Namun, kebahagiaan yang dimaksud dalam bahasa Yunani tidak seperti yang
terjadi pada zaman sekarang yaitu mencari kesenangan.

Kebahagiaan dalam bahasa Yunani berarti kesempurnaan (Bertens. 1975).


Plato dan Aristoteles setuju dengan pendapat Socrates. Bahwa eudaimonia
adalah tujuan kehidupan, dan jalan untuk mencapai kebahagiaan adalah arete
(kebajikan). Dengan kebajikan orang bisa hidup bahagia.

B. PEMIKIRAN PEMIKIRAN SOCRATES


3
Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum, (Jakarta: Raja Grafindo, 2011) Hlm. 50

3
1. Kepercayaan Terhadap Akal Manusia

Socrates adalah seorang tokoh rasionalis . Apa maksudnya ? Rasionalis


adalah orang yang mempercayai akalnya lebih dari inderanya. Meskipun
kecondongan rasional ini baru akan semakin diperjelas oleh muridnya,
Plato.

Namun, kepercayaan Socrates terhadap akal manusia bukan tanpa


sebab. Socrates hidup ketika paham-paham yang dibawa oleh kaum sofis
merajalela di Athena. Kaum sofis ini adalah kaum pengelana yang
mengemukakan bahwa kebenaran itu relatif , tergantung pendapat dari
pemilik.

Itulah yang kemudian ditentang oleh Socrates. Ia yakin bahwa kebenaran


itu pasti, bukan relatif. Kita semua, umat manusia, memiliki akal yang
dapat membedakan mana yang benar dan salah.

Kepercayaan terhadap manusia itu membuat Socrates akhirnya


memutuskan untuk tidak melanjutkan profesi ayahnya sebagai pembuat
patung. Ia pergi ke alun-alun kota dan pasar-pasar yang ada di Athena
untuk membuktikan kemampuan akal nya serta akal manusia secara
umum. Ia berbicara kepada orang-orang Athena, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang memaksa mereka untuk berpikir . Bagi Socrates,
pengetahuan itu berasal dari dalam . Itulah mengapa baik itu tua, muda,
kaya, maupun miskin, dapat mencapai pengetahuan tersebut dengan akal
nya. Hanya saja, mereka membutuhkan sosok bidan yang mampu
mengeluarkan pengetahuan tersebut, disitulah tepatnya Socrates hadir. Ia
sering membayangkan dirinya sebagai bidan seperti ibunya, hanya saja,
yang dilahirkannya adalah pengetahuan yang benar.

2. Dialog Mencintai dan Diskusi

Socrates pernah menjelaskan bahwa “ pohon-pohon di pedesaan tidak


mengajarkan apapun kepadaku .” Dia yakin bahwa yang dapat
4
memberikan ilmu sejati kepadanya adalah manusia. Dan ilmu tersebut
dapat tersampaikan melalui dialog dan diskusi.

Ya, Socrates adalah sosok yang mencintai dialog dan diskusi. Dalam satu
kesempatan, itu akan membuktikan kemampuan akal manusia. Dalam
kesempatan lain juga dia jadi mendapat banyak pengetahuan baru .

Socrates bahkan termasuk orang yang cukup mahirdalam konstruk. Ia


lawan memancingnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang ia lontarkan.
Kemudian ketika lawan bicaranya mulai kehabisan kata, ia memaksa
lawan bicaranya untuk menyetujui argumennya . Dalam banyak diskusi,
hal tersebut dilakukan Socrates untuk membuat orang-orang Athena
berpikir . 3. Tidak Pernah Puas

Satu ungkapan Socrates yang sangat terkenal sampai saat ini adalah: “
Hanya satu yang aku tahu, yaitu bahwa aku tidak tahu apa-apa .” Socrates
adalah sosok yang tidak pernah puas untuk belajar. Ia selalu
memposisikan dirinya sebagai orang yang sedikit ilmunya .

Itulah mengapa Socrates mengajukan pertanyaan. Ia selalu ingin tahu


banyak hal. Ditengah perjalanannya, Socrates berbicara kepada banyak
orang yang beragam usia, profesi, bahkan status sosialnya.

Satu kepercayaan yang selalu dipegang teguh oleh Socrates adalah: “


Pengetahuan yang benar akan menuntun pada perilaku yang benar.” Ia
mencari tahu tentang apa itu kehidupan, moral, kebaikan, serta kejahatan.
Hal tersebut barang-barang kali karena perasaan resah yang
mengkhawatirkannya. Resah karena masih ' tidak mengetahui apa-apa .'

4. Mengenai Norma Universal

Hal terakhir yang pasti dari pemikiran Socrates adalah keyakinan akan
adanya Norma Universal . Apa yang dimaksud norma universal ?

5
Maksudnya adalah tata aturan mengenai yang baik dan buruk itu berlaku
di semua tempat dan sepanjang zaman .

Seperti yang sudah saya sebutkan tadi, Socrates percaya bahwa akal
manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk .
Itulah mengapa yang baik dan buruk tidak mengenal batasan, atau akan
berlaku sepanjang zaman .

Poin ini adalah poin terpenting yang membuat Socrates dankaum sofis.
Menurutnya, mereka (sofis) hanya mengajarkan pelajaran saja. Dengan
keahlian tersebut, yang mereka lakukan adalah merusak tatanan berpikir
manusia.

Seperti keyakinannya, bahwa perilaku yang baik itu dituntun oleh


pengetahuan akan yang baik pula. Maka, sudah jelas bahwa yang baik itu
'pasti' dan tidak 'relatif', serta berlaku 'terus-terus-menerus' dan bukan
hanya 'sementara.'

C. TOKOH YANG MEMPENGARUHI


Semasa hidupnya, Socrates memiliki Dua murid bernama Xenophon
dan Plato. Xenophon adalah seorang serdadu dengan cara berpikir yang tak
terlampau liberal dan pandangannya secara garis besar bersifat
konvensional. Sedangkan Plato adalah seorang penulis yang imajinatif,
dengan kecerdasan dan daya pukau yang luar biasa.

6
D. MANFAAT
1. Melatih Menghargai Perbedaan

Dengan belajar Filsafat kita akan mampu menerima perbedaan


pendapat dengan bijaksana. Hal itu karena kita dibekali kemampuan berpikir
jernih dan logis sehingga saat kita menilai argumen yang berbeda tidak
menolak dengan tergesa-gesa

2. Dapat membedakan yang benar dan salah

Dengan belajar Filsafat kita akan mempelajari juga tentang logika.


Logika yang benar, pada hakikatnya kita mampu membedakan hakikat yang
benar dan yang salah. Hal itu dapat kita lihat dari pengertian logika yakni hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Di sisi lain logika adalah ilmu pengetahuan tentang asas, aturan,
hukum-hukum, susunan, atau bentuk pikiran manusia yang dapat mengantar
pikiran tersebut pada suatu kebenaran.

3. Mengajari tentang toleransi

Dalam sejarah Filsafat kita akan mengetahui banyak sekali corak


pemikiran yang berbeda-beda dari para tokoh. Artinya dengan melihat
fenomena perbedaan pendapat dan gagasan namun tetap saling menghargai
dan menghormati maka dengan belajar Filsafat kita akan memetik nilai-nilai
toleransi dan tenggang rasa.

BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Socrates lahir sekitar tahun (469-399 SM) dia adalah seorang filosof
Yunani dari Athena. Dia menghabiskan waktunya untuk mengajar Filsafat
7
kepada anak-anak muda, tetapi bukan untuk mencari uang seperti kaum
Sofis. Dia mengajar agar anak-anak muda mengetahui pentingnya
kebenaran.

Dengan pemikiran filsafatnya Socrates menyelidiki manusia secara


keseluruhan, yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah . Oleh
karena itu tujuan hidup yang paling utama adalah kebahagiaan(cudaimonia).
Kebahagiaan dalam bahasa Yunani berarti kesempurnaan, dan jalan atau cara
untuk mencapai kebahagiaan adalah arete (kebajikan). Dengan kebajikan orang
bisa hidup bahagia.

DAFTAR PUSTAKA

John, GF Cleland, dan Cristian, Mueller. “What Can We Learn From SOCRATES:
More Question Than Answer?”. European Heart Journal, Vol. 38, 2017, Edisi 15,
Him. 1128-1131
Syukur, Abdul, 2007. Era Baru Historiografi Yunani Kuno, Jurnal Sejarah Lontar. Vol. 7. No.
2, Hlm. 57

Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum, (Jakarta: Raja Grafindo, 2011) Hlm. 50

8
9

Anda mungkin juga menyukai