(LOGIKA)
SOCRATES & KAUM SOFIS
PENYUSUN:
Muhammad Wildan Miftah Khoiron (2285120003)
Fauzan Akbar Novianto (2285120004)
Latar Belakang
PEMBAHASAN
1
Disarikan oleh Ajat Sudrajat dari buku yang diitulis oleh Muhammad Hatta, Alam
Pikiran Yunani, Jakarta: UI Press, 2011.
Jika Anda ingin berpikir, Anda harus memikirkan arti
hidup Anda. Misalnya pertanyaan ini: apa arti kehidupan? atau
"Apa yang saya dapatkan dan apakah saya memiliki
informasi?". Tugas konkrit filsafat dan ilmu pengetahuan yang
berspesialisasi dalam dunia gagasan dan pemikiran
menunjukkan bahwa ia tidak menawarkan banyak jawaban
nyata atas masalah.
Hidup hanya mengambang di awan. Apakah itu benar? Tentu
saja, ada banyak variasi jawaban atas dua pernyataan di atas
tergantung pada riwayat hidup, latar belakang pendidikan, dan
pandangan Anda.
Di Yunani kuno, Socrates mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan ini. Socrates mengajarkan kebajikan
adalah yang paling berharga dari semua yang dimiliki manusia
bahwa kebenaran terletak di luar "bayangan" dari pengalaman
kita sehari-hari.
Pepatah Socrates yang terkenal adalah "Kenali dirimu
sendiri". Manusia adalah makhluk yang terus-menerus mencari
dirinya sendiri dan harus memeriksa dan memeriksa kondisi
keberadaannya setiap saat. Socrates berkata dalam Permintaan
Maaf, "Kehidupan yang tidak teruji" adalah kehidupan yang
tidak layak untuk dijalani.
Menurut Socrates, manusia adalah makhluk yang juga
dapat menanggapi secara rasional ketika pertanyaan rasional
diajukan. Menurut Socrates, esensi seseorang tidak ditentukan
oleh penambahan eksternal, itu hanya bergantung pada evaluasi
diri atau nilai yang diberikan seseorang pada dirinya sendiri.
Segala sesuatu yang ditambahkan ke seseorang dari luar adalah
kosong dan kosong. Kekayaan, nilai, ketenaran, dan bahkan
kesehatan atau kecerdasan bukan bahan pokok (Adiaphoron).
Satu-satunya masalah adalah kecenderungan sikap terdalam di
hati manusia. Hati nurani adalah "sesuatu yang tidak dapat
memperburuk seseorang, juga tidak dapat melukainya secara
eksternal atau internal." Karakter Socrates tercermin dalam
dunia bayangan dalam pernyataannya sebagai berikut: "Padang
rumput dan hutan tidak mengajari saya apa-apa, orang ada. Dia
memperhatikan yang baik dan yang buruk, yang terpuji dan
tercela. Begitu dia ditemukan di sebuah lapangan di mana
banyak orang berkumpul, belum lama ini dia berada di pasar.
Dia berbicara dengan semua orang, bertanya apa yang
dia lakukan, dia ingin tahu sesuatu dari orang yang melakukan
sesuatu, dia selalu bertanya tentang pertukangan. Dia bertanya
kepada pelukis apa yang cantik, tentara atau ahli militer, dia
bertanya apa yang berani, dia bertanya kepada politisi berbagai
hal yang biasanya mereka tanyakan dengan cara ini, dia
memaksa orang yang dia minta untuk memperhatikan apa yang
dia katakan tahu dan apa yang harus dilakukan.
Anda tahu, pertanyaannya mudah dan sederhana pada
awalnya, setiap jawaban diikuti oleh pertanyaan pertanyaan
baru yang lebih dalam dari biasanya, lalu pindahkan ke
pertanyaan berikutnya..2
2. Kebenaran Universal3
2
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebeni, 2008, Filsafat Umum Dari Metologi
sampai Teofilosofi: 181
3
Solomon, Robert C. dan Kathleen M. Higgins. Sejarah Filsafat. Terj. Saut Pasaribu.
Jogjakarta: Bentang Budaya, 2003.
Seperti kaum Sofis, Socrates berpaling dari filsafat
alam. Seperti kaum Sofis, Socrates memilih manusia sebagai
objek studinya dan memandangnya kurang lebih sama seperti
mereka: sebagai makhluk yang tahu, harus mengatur
perilakunya sendiri dan hidup dalam masyarakat. Seperti kaum
Sofis, Socrates memulai filsafatnya mulai dari pengalaman
sehari-hari dan kehidupan konkret. Tetapi ada perbedaan yang
sangat penting antara Socrates dan kaum Sofis, yaitu bahwa
Socrates tidak setuju dengan relativisme yang dianjurkan oleh
kaum Sofis.
Menurut Socrates, ada kebenaran obyektif yang tidak
bergantung pada saya atau kita. Namun, kita tidak boleh
melihat keyakinan Socrates hanya dari sudut pandang
"kebenaran". Kebenaran tidak hanya diperoleh dengan ayam
panggang yang melompat ke mulut yang menganga, tetapi
dicari dengan perjuangan seperti memperoleh apa yang paling
berharga. Socrates melihat adanya kebenaran objektif yang
berdiri sendiri untuk saya (individu) atau untuk kita
(kelompok).
Sebagai bukti Socrates ini dengan beberapa metode.
Metodenya praktis dan dilakukan melalui diskusi atau dialog
yang kemudian dianalisis. Metode ini memainkan peran penting
dalam mempelajari kebenaran objektif. Misalnya, ketika dia
ingin mencari makna benar, dia bertanya kepada pedagang,
pejuang, penguasa dan guru.
Benang merah keadilan universal dapat ditarik dari
semua penjelasan strata sosial; menurut Socrates, kebenaran
universal dapat ditemukan di sini. Atau buat jawaban pertama
(hipotesis pertama). Jika jawaban pertama mengarah pada
konsekuensi yang tidak mungkin, hipotesis itu digantikan oleh
hipotesis lain, dan seterusnya dan percakapan ini biasanya
berakhir dengan aporia (kebingungan) dan terkadang juga
menghasilkan definisi yang dianggap berguna dan cara ini
disebut dialektika (dialog), yang berasal dari bahasa Yunani
yaitu dialeghesthai. Sofis berpendapat bahwa semua
pengetahuan relatif terhadap keadaan. Yang benar adalah
bahwa ada pengetahuan umum dan pengetahuan khusus dan
kompetensi itu relatif.
4
Tjahyadi, Simon Petrus L. Petualangan Intelektual: Konfrontasi Dengan Para Filsuf
Dari Zaman Yunani Hingga Zaman Modern. Yogyakarta: Kanisius, 2004.
dimulai dari mengetahui tentang hal-hal tertentu dan
menyimpulkan pengetahuan umum.
c. Etika5
Filsafat Socrates berurusan dengan banyak masalah
etika. Dia percaya bahwa hal terpenting dalam hidup bukanlah
kekayaan atau kehormatan, tetapi akal sehat. Prasyarat hidup
manusia adalah jiwa yang sehat, jika jiwa sehat maka tujuan
hidup lainnya dapat tercapai dengan nilai yang tinggi.
Bagi Socrates, manusia adalah hakikat manusia,
hakikatnya manusia sebagai individu yang bertanggung jawab.
Itulah sebabnya kebahagiaan (eudaimonia) adalah tujuan
terpenting dalam hidup. Namun, arti kebahagiaan Yunani tidak
sama dengan saat ini, yaitu mengejar kesenangan. Kebahagiaan
berarti kesempurnaan dalam bahasa Yunani (Bertens, 1975).
Plato dan Aristoteles setuju dengan Socrates. Eudaimonia adalah
tujuan hidup, dan jalan atau jalan menuju kebahagiaan adalah
apakah kamu (Kebajikan/Kebajikan) Dengan kebajikan orang
bisa hidup bahagia.
Socrates membuktikan adanya kebenaran objektif
melalui metode praktis dan percakapan, oleh karena itu metode
yang digunakannya biasa disebut dengan metode dialog, karena
dialog memegang peranan penting dalam kajian kebenaran
objektif. Socrates berpendapat bahwa pengajaran dan kehidupan
adalah satu dan tidak dapat dipisahkan yaitu berupa pengetahuan.
Tentang "kebaikan" yang berakar di hati manusia memiliki "baik"
nilai yang sama untuk semua orang. Socrates, dengan pengertian
5
Komara, Endang. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Bandung: Refika
Aditama, 2011
filosofisnya mempelajari manusia secara keseluruhan, yaitu
dengan menghargai nilai-nilai jasmani dan rohani dari kedua hal
tersebut, banyak menciptakan nilai. Secara sistematis, pemikiran
Socrates dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Tujuan hidup
manusia adalah mengejar kebahagiaan (eudemonia). Kebahagiaan
dapat dicapai melalui kebajikan (arate). 2. Untuk mengetahui apa
dan bagaimana tujuan kita, kita harus mengetahuinya melalui
pengetahuan (episteme). 4. Maka kebajikan (arate) adalah
pengetahuan (episteme).
Saat itu, Socrates dijatuhi hukuman mati karena
"merusak generasi muda". dituduh oleh kaum sofis. Socrates
mendapatkan reputasi sebagai salah satu filsuf terbesar. Sejak saat
itu, Socrates adalah contoh pemikir yang mendukung cita-cita
tinggi, dan sekaligus panutan bagi cita-cita tersebut.
8
. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Jogjakarta: kanisius, 1991).
9
Robert Audi, ed. 1999. "Sophist". In The Cambridge Dictionary of Philosophy.
Cambridge: Cambridge University Press.
b. Gorgias
Gorgias lahir di Leontini, Sisilia sekitar tahun 483 SM.
Gorgashidup sejaman dengan Sokrates. Meninggal pada usia 108
tahun, kira-kira pada 375 SM. Sekitar tahun 427 SM, ia tiba di
Athena sebagai duta besardari kota kelahirannya dalam rangka
meminta bantuan kepada polisAthena untuk mendukung
pertempuran kotanya melawan Syrakusa.Belakangan, ia
memperoleh ketenaran akibat kesuksesan pengajaran pidatonya.
Baginya, pidato tidak lebih dari sekedar seni mempersuasi.
Iamencemooh guru yang mengajarkan keutamaan hidup. Gagasan
utamadalam karyanya Tentang yang tidak ada atau tentang alam.
Ajaran Gorgias sepenuhnya bersifat skeptisistik bahkan nihilistik.
Pokok pokok ajaran Gorgias dapat diringkas menjadi suatu
trilemmadi bawah ini:
- Pertama, tidak ada sesuatu pun,
- Kedua, seaindainya sesuatu ada, maka itu tidak dapat dikenali,
- Ketiga, seandainya sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan
tersebuttidak dapat disampaikan kepada orang lain.
Dari karyanya itu, ia berbalik dari filsafat dan mulai mencurahkan
perhatiannya kepada ilmu retorika, yang dianggapnya sebagai
seni untukmeyakinkan, yang tidak diarahkan kepada akal budi
semata, tetapimenyentuh perasaan juga.
c. Hippias
Hippias berasal dari Elis, Peloponnesos. Ia hidup sekitar tahun
460 – 399 SM. Ia juga dikenal sebagai seorang Sofis yang
memiliki wawasanluas di bidang matematika, astronomi, dan
arkeologi. Tentunya Hippias juga merupakan seorang orator
ulung. Hippias beranggapan bahwa kodratmanusiawi merupakan
dasar tingkah lakumanusia dan susunanmasyarakat. Menurut
Hippias, “Hukum adalah tirani bagi manusia, karenamemaksa
manusia hidup berlawanan dengan kodratnya”. Jelas bahwa hal
yang diungkapkan Hippias melalui Platon ini merupakan suatu
paradoks. Kita tidak mengetahui penjelasan detail Hippias tentang
pernyataan tersebut.
d. Prodikos
Prodikhos berasal dari Pulau Cycladic dekat Keos, di mana
sekarangmerupakan wilayah pantai barat Turki. Ia hidup sekitar
tahun 465 – 415SM. Prodikhos merupakan sosok guru ternama
dalam bidang senidialektika. Ia mencoba menjelaskan perbedaan
antara kata – kata yang berdekatan secara arti, dalam konteks ini
ia merupakan pendahuluSokrates yang memang mengakuinya
sebagai guru. Prodikhos berpendapat bahwa agama merupakan
ciptaan manusia. Karena ia mengalami kesulitandengan
pemerintah Athena dalam memahami anggapan mereka tentang
penyebutan dewa-dewa Yunani yang dikaitkan dengan keahlian
tertentu.
e. Kritias
Kritias lahir di Athena, ia lebih muda dari Sokrates. Ia
beranggapan bahwa agama ditemukan oleh penguasa-penguasa
Negara yang licik.Kebanyakan pelanggaran dapat diadili menurut
hukum. Tetapi selalu ada pelanggaran-pelanggaran tersembunyi
saja dan tidak diketahui oleh umum.Dari sebab itu penguasa
menemukan dewa-dewa, supaya orang percaya bahwa mereka
akan membalas juga pelanggaran-pelanggaran tersembunyi.
E. Pengaruh Aliran Sofistik
Sofistik mempunyai nilai negatif atas kebudayaan Yunani
pada waktu itu. Seperti, banyaknya nilai tradisional dalam bidang
agama dan moralitas agama mulai roboh. Peranan polis sebagai
kesatuan sosial-politik mulai merosot, karenakaum sofis memajukan
suatu orientasi pan-Hellen.
Tekanan pada ilmu berpidatodan kemahiran berbahasa
menampilkan bahaya bahwa teknik berpidato akandilakukan untuk
maksud-maksud jahat. Para sofis-sofis besar seperti Protagorasdan
Gorgias tidak menyalagunakan ilmu berpidato untuk maksud-maksud
jahat. Mereka akan dihormati karena moralitas yang bermutu tinggi.
Hal yang samatidak bisa dikatakan pada sofis lain. Kaum ini
terkenal dengan 3 hal, yakni keterampilan retorika, skeptisismedan
relativisme moral. Untuk bisa beretorika, mereka melatih diri
sungguh-sungguh misalnya, dengan mempelajari kesusastraan dan
menguasai teknik pidatoserta persuasi. Mereka juga berpegang pada
pandangan bahwa pikiran manusiatidak dapat mencapai pengetahuan
yang definitif, itulah yang dimaksud denganskeptisisme. Pengetahuan
yang dimiliki manusia bukanlah yang berlaku universal. Karenanya
relativisme moral menjadi mungkin. Sebab, tidak ada kebenaran yang
berlaku umum. Karena kebenaran hanya tergantung pada siapa yang
menangdalam debat dan mampu mempraktekkan metode
persuasinya. Pihak sofistik juga mempunyai pengaruh yang positif
atas kebudayaanYunani. Bisa dikatakan bahwa para sofis telah
menciptakan gaya bahasa baruuntuk prosa Yunani.
Pandangan hidup kaum sofis juga bergema pada dermawan-
dermawan tersohor seperti Sophokles dan terutama Euripidis. Para
sofistik jugamengambil manusia sebagai objek bagi pemikiran
filsafat dan meletakkanfundamen untuk pendidikan sistematis bagi
kaum muda. Jasa mereka yangterbesar adalah mempersiapkan
kelahiran filsafat baru. Sokrates, Plato, danAristoteles akan
merealisasikann filsafat baru itu.10
10
K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Jogjakarta: kanisius, 1991)
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Sofis adalah nama yang diberikan kepada sekelompok filsuf
yang hidup dan berkarya pada zaman yang sama dengan Sokrates.
Mereka muncul pada pertengahan hingga akhir abad ke-5 SM.
Meskipun sezaman, kaum sofisdipandang sebagai penutup era filsafat
pra-Sokratik, sebab Sokrates akanmembawa perubahan besar di
dalam filsafat Yunani. Golongan sofis bukanlahsuatu mazhab
tersendiri, sebab para filsuf yang digolongkan sebagai sofis
tidakmemiliki ajaran bersama ataupun organisasi tertentu. Karena itu,
sofismedipandang sebagai suatu gerakan dalam bidang intelektual di
Yunani saat itu yangdisebabkan oleh beberapa faktor yang timbul
saat itu.
Filsafat pada saat itu masih berwujud ilmu pengetahuan yang
masih global. Sehingga nantinya satu demi satu berkembang dan
memisahkan diri menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Socrates yang lahir sekitar tahun (469-399 SM)
menghabiskan waktunyauntuk mengajar filsafat kepada anak-anak
muda, tetapi bukan untuk mencari uangseperti kaum sofis. Dia
mengajar agar para anak-anak muda mengetahui pentingnya
kebenaran. Dalam kacamata kaum Sofis, terdapat banyak tokoh –
tokoh Sofis lainnyayang tidak dicantumkan di sini. Masing – masing
Sofis memiliki ajaran yang berbeda satu sama lain, namun dalam
pemikiran kaum Sofis ini, terdapat titiktemunya dalam pandangan
mereka tentang kebenaran.
Kaum Sofis menganut kebenaran yang menegaskan, bahwa
kebenaran yang hakiki tidak mungkindicapai melalui pengetahuan
manusia. Kebenaran merupakan sesuatu yang relatif, dengan
menganggap bahwa adil tidaknya dan berani tidaknya sesuatu
tergantung pada manusia saja. Kerena manusia adalah ukuran untuk
segala sesuatu sendiri.
Sedangkan Socrates, bahwa kebenaran objektif itu ada.
Kebenaran tidak bergantung kepada aku dan kita. Untuk
membuktikan adanya kebenaran objektif, Socrates menggunakan
metode tertentu. Metode itu bersifat praktis dan dijalankanmelalui
percakapan-percakapan. Ia menganalisis pendapat-pendapat.
DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K. 1991.Sejarah Filsafat Yunani, Jogjakarta: Kanisius
Ajat Sudrajat dari buku yang diitulis oleh Muhammad Hatta, Alam
Pikiran Yunani, Jakarta: UI Press, 2011.