Sitti Sofiyah
Fatimatus Zahroh
PENDAHULUAN
3
Nurnaningsih Nawawi, Tokoh Filsuf dan Era Keemasan Filsafat, (Makassar: Pusaka Almaida,
2017) 87.
4
Titus Harold H, Persoalan-Persoalan Filsafat, (Jakarta: P.T Bulan Bintang, 1984) 16.
Ajaran-ajarannya tidak pernah ia tuliskan, melainkan langsung dipraktekkan
oleh diinya . arti kata lain, ia tidak hanya sekedaar mengajarkan filosofi tetapi
juga hidup dengan berfilosofi.
Socrates adalah seorang sarjana Yunani klasik yang memiliki reputasi
mengajar dengan mengajukan pertanyaan namun tidak harus memberikan
jawaban.5 Seperti halnya kaum sofis, Socrates mengarahkan perhatiannya
kepada manusia sebagai objek pemikiran filsafatnya. Berbeda dengan kaum
sofis, yang setiap mengajarkan pengetahuannya selalu memungut bayaran
kepada murid-muridnya, tetapi Socrates tidak. Maka, ia kemudian oleh kaum
sofis sendiri dituduh memberikan ajaran barunya, merusak moral para pemuda,
dan menentang kepercayaan negara. Di dalam komedi “Awan”, Aristophanes
memandang Socrates sebagai seorang sofis, dan tentu yang demikian ini tidak
begitu aneh seperti yang dianggap orang kemudian. Namun tetap terdapat
perbedaan-perbedaan yang khas antara Socrates dengan kaum Sofis. 6 Dan
Socrates merupakan penentang utama ajaran kaum Sophis tentang manusia
sebagai ukuran segala-galanya. Tema manusia tetap menjadi perhatian
Socrates, hanya saja dia tidak menjadikan manusia sebagai ukuran segala-
galanya, sebab kebenaran tidak bersifat relatif tetapi pasti dan tetap.7
5
GF Cleland John dan Christian Mueller, “What Can We Learn From SOCRATES: More Questions
Than Answer?, European Heart Journal, Vol. 38, 2017 Edisi 15, 1128-1131.
6
Delfgaauw Bernard, Sejarah Ringkas Filsafat Barat, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992), 13.
7
Abdul Syukur. “Era Baru Historiografi Yunani Kuno” dalam Jurnal Sejarah Lontar. Vol. 7. 2007,
No. 2, Hlm. 57.
8
Rina Rehayati, Filsafat Sebagai Induk Ilmu Pengetahuan, (Riau: Asa Riau, 2017), 129.
a. Metode filsafat Socrates
Filsafat Socrates mengarahkan kajian-kajian filsafat yang
semula sangat abstrak dan jauh dari praktis kehidupan sehari-hari,
menjadi lebih praktis dan kokret. Oleh Socrates, filsafat diarahkan
pada penyelidikan tentang manusia, etika dan pengalaman hidup
sehari-hari, baik dalam konteks individu, sosial maupun politik.9
Metode sokrates dinamakan “ dialektika”, karena dialog
atau percakapan mempunyai peran yang mendominasi dalam metode
ini. Sokrates sendiri tidak menyampaikan pengetahuan, tetapi dengan
pertanyaan-pertanyaan ia mempelopori pengetahuan yang terdapat
dalam jiwa orang lain. Dan dengan pertanyaan lebih lanjut ia
menguji nilai pikiran-pikiran yang sudah dilahirkan.
b. Etika
Socrates banyak membahas masalah-masalah etika. Ia
beranggapan bahwa yang paling utama dalam kehidupan bukanlah
tentang harta, uang juga kehormatan, melainkan kesehatan jiwa.
Persyaratan hidup manusia adalah jiwa yang sehat, jika jiwa sehat
maka tujuan-tujuan hidup yang lain akan bisa diraih.
9
Muliadi, Filsafat Umum, (Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati, 2020), 181.
10
Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum, (Jakarta: Raja Grafindo, 2011) Hlm. 50
kehidupan, dan jalan atau cara untuk mencapai kebahagiaan adalah
arete(kebajikan/keutamaan). Dengan kebajikan orang bisa hidup
bahagia.11
Jadi secara sistematis alur pemikiran Socrates dapat
digambarkan sebagai berikut:
1.Tujuan hidup manusia adalah mencari kebahagiaan
(eaudaemonia)
2. Kebahagiaan dapat diperoleh dengan keutamaan (arate)
3. Untuk mengetahui apa dan bagaimana arate kita itu, harus kita
ketahui dengan pengetahuan (episteme)
4. jadi keutamaan (arate) adalah pengetahuan (episteme)
11
Muliadi, Filsafat, 182.
Sofisme sebenarnya bukan suatu madzhab, melainkan suatu aliran, suatu
gerakan dalam intelek. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor pada zaman
itu.12
12
Harun, Hadiwijoyo, Sari Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: Kanisius, 1980) Hlm. 32.
13
K. Bertens, Sejarah, hlm, 83-86. Lihat Victoria Neufeldt, (Editor in Chief), Websters New World
College Dictionary, (USA: Mcmilia, 1996), Hlm. 1297.
14
Ibid.
Mengapa demikian?, karena mereka selalu cenderung membuang yang
kolot dan memihak kepada yang baru.15
Sofistik mempunyai nilai negatif atas kebudayaan Yunani pada waktu itu.
Seperti, banyaknya nilai tradisional dalam bidang agama dan moralitas agama
mulai roboh. Peranan polis sebagai kesatuan sosial-politik mulai merosot, karena
kaum sofis memajukan suatu orientasi pan-Hellen. Tekanan pada ilmu berpidato
dan kemahiran berbahasa menampilkan bahaya bahwa teknik berpidato akan
dilakukan untuk maksud-maksud jahat. Para sofis-sofis besar seperti Protagoras
dan Gorgias tidak menyalagunakan ilmu berpidato untuk maksud-maksud jahat.
Mereka akan dihormati karena moralitas yang bermutu tinggi. Hal yang sama
tidak bisa dikatakan pada sofis lain.
Pihak sofistik juga mempunyai pengaruh yang positif atas kebudayaan
Yunani.bisa dikatakan bahwa para sofis telah menciptakan gaya bahasa baru
untuk prosa Yunani. Pandangan hidup kaum sofis juga bergema pada dermawan-
dermawan tersohor seperti Sophokles dan terutama Euripidis. Para sofistik juga
mengambil manusia sebagai objek bagi pemikiran filsafat dan meletakkan
fundamen untuk pendidikan sistematis bagi kaum muda. Jasa mereka yang
terbesar adalah mempersiapkan kelahiran filsafat baru. Sokrates, Plato, dan
Aristoteles akan merealisasikann filsafat baru itu. 16 Beberapa tokoh dalam kaum
sofistik:17
1. Protagoras
15
Ibid.
16
K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Jogjakarta: kanisius, 1999), hlm. 83-84.
17
Sandy Hardian Susanto Herho, Pijar Filsafat Yunani Klasik, (Bandung: Perkumpulan Studi Ilmu
Kemasyarakatan ITB, 2016), 43-44.
melarikan diri menggunakan kapal yang naasnya ia bersama kapal
tersebut tenggelam karena kecelakaan, ia tewas pada 416 SM.
Berangkat dari gagasan Heraklitos tentang segala sesuatu selalu
berubah, dan menerapkannya secara begitu saja pada subjek berpikir,
Protagoras sampai pada kesimpulan, “Manusia adalah ukuran dari
segala sesuatu, untuk segala yang ada, dan tiada”, yang mana melalui
pernyataan ini, Protagoras menyatakan, bahwa tidak ada standar
dalam segala sesuatu, selain sang individu yang menilainya, atau
dengan kata lain, kebenaran merupakan keyakinan yang dipegang
oleh masing – masing individu, kebenaran yang sesungguhnya
merupakan kebenaran subjektif. Hal ini bisa disebut relativisme.
2. Gorgias
Gorgias lahir di Leontini, Sisilia sekitar tahun 483 SM.
Gorgas hidup sejaman dengan Sokrates. Meninggal pada usia 108
tahun, kira-kira pada 375 SM. Sekitar tahun 427 SM, ia tiba di
Athena sebagai duta besar dari kota kelahirannya dalam rangka
meminta bantuan kepada polis Athena untuk mendukung
pertempuran kotanya melawan Syrakusa. Belakangan, ia
memperoleh ketenaran akibat kesuksesan pengajaran pidatonya.
Baginya, pidato tidak lebih dari sekedar seni mempersuasi. Ia
mencemooh guru yang mengajarkan keutamaan hidup. Gagasan
utama dalam karyanya Tentang yang tidak ada atau tentang alam.
Ajaran Gorgias sepenuhnya bersifat skeptisistik bahkan nihilistik.
Pokok – pokok ajaran Gorgias dapat diringkas menjadi suatu
trilemma di bawah ini:
- Pertama, tidak ada sesuatu pun,
- Kedua, seaindainya sesuatu ada, maka itu tidak dapat dikenali,
- Ketiga, seandainya sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan tersebut
tidak dapat disampaikan kepada orang lain.
Dari karyanya itu, ia berbalik dari filsafat dan mulai
mencurahkan perhatiannya kepada ilmu retorika, yang
dianggapnya sebagai seni untuk meyakinkan, yang tidak diarahkan
kepada akal budi semata, tetapi menyentuh perasaan juga.
3. Hippias
Hippias berasal dari Elis, Peloponnesos. Ia hidup sekitar
tahun 460 – 399 SM. Ia juga dikenal sebagai seorang Sofis yang
memiliki wawasan luas di bidang matematika, astronomi, dan
arkeologi. Tentunya Hippias juga merupakan seorang orator ulung.
Hippias beranggapan bahwa kodrat manusiawi merupakan dasar
tingkah lakumanusia dan susunan masyarakat. Menurut Hippias,
“Hukum adalah tirani bagi manusia, karena memaksa manusia
hidup berlawanan dengan kodratnya”. Jelas bahwa hal yang
diungkapkan Hippias melalui Platon ini merupakan suatu paradoks.
Kita tidak mengetahui penjelasan detail Hippias tentang pernyataan
tersebut.
4. Prodikos
Prodikhos berasal dari Pulau Cycladic dekat Keos, di mana
sekarang merupakan wilayah pantai barat Turki. Ia hidup sekitar
tahun 465 – 415 SM. Prodikhos merupakan sosok guru ternama
dalam bidang seni dialektika. Ia mencoba menjelaskan perbedaan
antara kata – kata yang berdekatan secara arti, dalam konteks ini ia
merupakan pendahulu Sokrates yang memang mengakuinya
sebagai guru. Prodikhos berpendapat bahwa agama merupakan
ciptaan manusia. Karena ia mengalami kesulitan dengan
pemerintah Athena dalam memahami anggapan mereka tentang
penyebutan dewa-dewa Yunani yang dikaitkan dengan keahlian
tertentu.
5. Kritias
Kritias lahir di Athena, ia lebih muda dari Sokrates. Ia
beranggapan bahwa agama ditemukan oleh penguasa-penguasa
Negara yang licik. Kebanyakan pelanggaran dapat diadili menurut
hukum. Tetapi selalu ada pelanggaran-pelanggaran tersembunyi saja
dan tidak diketahui oleh umum. Dari sebab itu penguasa
menemukan dewa-dewa, supaya orang percaya bahwa mereka akan
membalas juga pelanggaran-pelanggaran tersembunyi.
KESIMPULAN
1. Socrates lahir sekitar tahun (649-399 M). Dia adalah seorang filosof
yunani dari athena. Dia tersohor dengan pendapatnya tentang filsafat
sebagai suatu usaha pencarian yang perlu bagi para Intelektual.
Socrates adalah seorang sarjana Yunani klasik yang memiliki reputasi
mengajar dengan mengajukan pertanyaan namun tidak harus
memberikan jawaban. Seperti halnya kaum sofis, Socrates
mengarahkan perhatiannya kepada manusia sebagai objek pemikiran
filsafatnya. Berbeda dengan kaum sofis, yang setiap mengajarkan
pengetahuannya selalu memungut bayaran kepada murid-muridnya,
tetapi Socrates tidak
2. Ajaran Socrates dipusatkan kepada manusia. Ia mencari pengetahuan
yang murni, pengetahuan yang sejati dan yang sebenarnya. Socrates
membawa manusia “terjun” dalam ilmu pengetahuan. Socrates
menggunakan metode dealektika yakni berdialog dan mengajukan
tanya jawab. Soctares juga beperan dalam membangunkan etika. Bagi
Socrates manusia adalah inti sari manusia, hakekatnya manusia sebagai
pribadi yang bertanggung jawab. Oleh karena itu tujuan hidup yang
paling utama adalah kebahagiaan(eudaimonia). Namun, kebahagiaan
yang dimaksud dalam bahasa Yunani tidak seperti yang terjadi pada
zaman sekarang yaitu mencari kesenangan. Kebahagiaan dalam bahasa
Yunani berarti kesempurnaan(Bertens, 1975). Plato dan Aristoteles
setuju dengan pendapat Socrates.
3. Nama “Sofis” (Sophistes) adalah “ Seseorang yang bijaksana” atau
“seorang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu”. Atau arti
kata lain, ini dipakai dalam arti “Sarjana” atau “Cendekiawan”.
Beberapa faktor juga menjadi sebbnya kemunculan kaum sofis di
dunia.
4. Sofistik mempunyai nilai negatif atas kebudayaan Yunani pada waktu
itu. Seperti, banyaknya nilai tradisional dalam bidang agama dan
moralitas agama mulai roboh. Pihak sofistik juga mempunyai
pengaruh yang positif atas kebudayaan Yunani.bisa dikatakan bahwa
para sofis telah menciptakan gaya bahasa baru untuk prosa Yunani.
Beberapa tokoh dalam kaum sofistik seperti protagoras, gorgias,
hippias, prodikos dan kritias. Mereka mempunyai ajaran-ajaran
tersendiri dalam menyampaikan ajaran filosofi.
DAFTAR PUSTAKA