Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

“FILSAFAT PLATO”
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengantar Filsafat
Dosen Pengampu: Rosmaria Syafariyah Widjayanti, S.S., M.Si.

KELOMPOK 3:
Disusun Oleh

1. Dzulfadhli Hamidan Maftuh (11220331000052)


2. Muzaffar Harif (11220331000061)
3. Hestiningtyas Jayantri Hariyanto (11220331000098)

JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 2023
PEMBAHASAN
➢ Latar Belakang Kehidupan Plato

Plato murid dari Socrates dan guru dari Aristoteles. Plato adalah filsuf berpengaruh Yunani
Kuno yang lahir pada tahun 427 SM dan meninggal pada tahun 347 SM di Athena. Plato lahir dari
keluarga Aristokrat Athena yang memegang peranan sangat penting dalam dunia politik di Athena.
Ayah Plato bernama Ariston, seorang bangsawan keturunan Raja Kodrus, raja terakhir Athena.
Ibu Plato bernama Periktione keturunan Solon. Nama asli Plato adalah Aristokles. Akan tetapi,
karena dahi dan bahunya yang amat lebar, ia dijuluki “Plato” oleh guru senamnya.

Selain dikenal sebagai ahli pikir, ia juga dikenal sebagai sastrawan. Pada usia 40 tahun,
Plato mengunjungi Italia dan Sicilia untuk belajar ajaran Pythagoras. Kembalinya dari sana, Plato
mendirikan sekolah bernama Akademia yang letaknya dekat kuil pahlawan Akademos.
Didirikannya sekolah akademia tersebut bertujuan untuk memberikan pengajaran secara intensif
dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat.

Model karangan Plato berupa dialog yang pada umumnya memakai Socrates sebagai rujukan
untuk mengungkapkan pandangan-pandangannya. Tidak hanya menuliskan karya, Plato juga
mencoba untuk menyelesaikan persoalan lama mengenai mana yang benar antara yang berubah-
ubah atau yang tetap. Penyelesaian dari persoalan tersebut yaitu Plato membedakan manusia ke
dalam dua dunia: dunia pengalaman yang bersifat tidak tetap dan bermacam-macam. Kemudian,
dunia ide yang bersifat tetap dan hanya satu macam. Dunia pengalaman merupakan refleksi dari
dunia ide. Sedangkan, dunia ide merupakan dunia realitas.

➢ Sumber Filsafat Plato

Socrates adalah guru dan sahabat bagi Plato. Hampir seluruh karya filsafat Plato
menggunakan “metode sokratik”, yaitu metode dialektis “elenkhus” (metode tanya jawab) yang
dikembangkan oleh Socrates. Metode itu digunakan sebagai upaya untuk meraih kebenaran dan
pengetahuan. Dari Socrates, Plato mengenal nilai-nilai kesusilaan yang menjadi norma dalam diri
dan kehidupan manusia serta etika untuk mengetahui dan menetapkan hakikat dari segala sesuatu.
Warisan filsafat dari Socrates ada tiga: tegaknya pengujian realitas secara induktif, formulasi
doktrin kebaikan adalah pengetahuan, dan adanya tahanan intelektual serta moral dalam manusia.
Meskipun pemikiran Plato banyak dipengaruhi oleh pemikiran Socrates. Tetap saja ada
perbedaan di antara keduanya. Plato tidak setuju terhadap definisi umum Socrates yang diperoleh
dari dialog induktif. Ia berpendapat bahwa definisi umum itu ada di alam idea.

Tidak hanya itu, pemikiran Plato juga dipengaruhi oleh para filsuf pada era pra-Socrates.
Sebelum berguru kepada Socrates, Plato telah berguru kepada Kratilos (filsuf pra-Socrates).
Kratilos adalah murid dari Heraklitos. Lalu, filsafat Plato dipengaruhi juga oleh ajaran para sophis,
namun Plato lebih banyak memberikan komentar negatif terhadap pemikiran para sophis itu.

➢ Pemikiran Plato Mengenai Dunia Ide

Plato dinobatkan sebagai pemikir idealisme karena seluruh filsafat Plato bertumpu pada
ajaran tentang dunia ide. Plato meyakini bahwa ide adalah realita yang sebenarnya dari segala
sesuatu yang ada dan dapat dikenal melalui pancaindra. Dengan demikian, ide bukanlah sekadar
gagasan yang ada di dalam pemikiran manusia. Ide itu bersifat mandiri, sempurna, abadi, dan tetap.

Plato membagi realitas menjadi dua: dunia ide dan dunia jasmani. Dunia ide adalah dunia kodrati.
Sedangkan, dunia jasmani adalah bayangan dari dunia ide. Pengetahuan di dunia ide akan tetap
abadi, meskipun pengetahuan di dunia jasmani punah. Contoh: perumpamaan tentang gua.

➢ Perumpamaan Gua

Refleksi tahanan di dalam gua merupakan realitas indrawi. Realitas sesungguhnya bersifat
ruhani yang disebut idea oleh Plato. Misalnya, realitas pada manusia yang berwujud jasmani dan
ruhani. Apabila kita ingin memahami kenyataan, maka harus melihat idea-idea dengan berpikir
melalui konsep-konsep dan berupaya mencari hakikat dari realitas yang bersifat indrawi. Hakikat-
hakikat tersebut akan menunjukkan eksistensi idea-idea yang abadi dan mendasari segala realitas.

➢ Pemikiran Politik Plato

Pokok pemikiran Plato di bidang politik adalah pemikiran tentang negara ideal. Demi
tercapainya kesejahteraan dan keadilan, Plato membagi penduduk berdasarkan golongannya:

1. Golongan teratas ialah golongan yang memerintah, terdiri dari para filsuf. Wewenang
golongan ini adalah membuat undang-undang dan mengawasi pelaksanaannya.

2. Golongan tengah adalah para pengawal dan abdi negara. Tugas golongan ini adalah
mempertahankan negara dari serangan musuh dan menegakkan undang-undang.
3. Golongan terbawah merupakan kelompok rakyat yang produktif dan pandai membawa diri.

Tiap-tiap golongan tersebut memiliki budi bijaksana, berani, dan penguasaaan terhadap
diri. Pendidikan yang menjadi cikal-bakal terbentuknya budi itu. Sementara itu, sistem
pemerintahan yang berlaku harus didasari oleh ide yang tertinggi yaitu ide kebaikan. Kebaikan
bersumber dari pengetahuan. Pengetahuan mengantarkan pada kebaikan moralitas. Kemampuan
berpikir filsafati juga menjadi komponen yang sangat penting dalam menambah pemahaman
secara komprehensif mengenai ide, pikiran, dan hakikat dari segala sesuatu yang ada.

Petuah mengenai politik dari guru besar Plato: Socrates dan Pythagoras mengajarkan
bahwa “Kebajikan itu berisi pengetahuan tentang yang baik-baik. Oleh karena itu, bagaimana
membangun negara dan pemerintahan agar di dalamanya orang tertarik pada kebajikan tersebut.
Dengan demikian, pelaksanaan pemerintahan mengacu pada agama, kepercayaan yang
transendental, ruhaniah, dan metafisika.”
DAFTAR PUSTAKA
Hadiwijono, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat I. Yogyakarta: Kanisius.

Waris. 2014. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: STAIN Po Press.

Usuluddin Bernadien, Win. 2011. Membuka Gerbang Filsafat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai