Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH DOSEN PENGAMPU

PENGANTAR FILSAFAT Muhammad Taslimurrahman,Lc.,


S.Pd.I, M.Pd.

FILSAFAT YUNANI KLASIK (SOCRATES)

Oleh :
Nor Ismah (210101010214)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


BANJARMASIN
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2021 M/1443 H
4
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “FILSAFAT YUNANI KLASIK
(SOCRATES)”.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “FILSAFAT
YUNANI KLASIK (SOCRATES)” ini bisa memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca.

Banjarmasin, Oktober 2021

Penyusun

5
DAFTAR ISI

BAB I

6
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pemuda Athena dipimpin oleh doktrin relativisme dari kaum Sofis,


sedangkan Socrates adalah seorang penganut moral yang absolut dan menyakini
bahwa menegakkan moral merupakan tugas filosof, yang berdasarkan ide – ide
rasional dan keahlian dalam pengetahuan1. Akan tetapi Kierkegaard menjadikan
filsafat Socrates sebagai model filsafatnya. Socrates amat berarti bagi Kierkegaard
karena Socrates secara konstan menentang orang – orang Sofis pada zaman itu. Ia
menekankan bahwa banyak filosof abad ke-19, khususnya Hegel, pada dasarnya
menganut paham yang sama dengan orang Sofis. Bertens menjelaskan ajaran
Socrates sebagai ajaran yang ditujukan untuk menentang ajaran relativisme Sofis.
Ia ingin menegakkan sains dan agama.
Socrates tidaklah banyak berbeda dengan orang Sofis, sama dengan orang
Sofis Socrates memulai filsafatnya dari pengalaman sehari – hari. Namun ada
perbedaan yang penting antara orang Sofis dan Socrates: Socrates tidak
menyetujui relativisme kaum Sofis.2 Dalam usahanya Socrates menemukan
definisi yaitu untuk di hantamkannya pada kaum Sofis. Karena orang Sofis
beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relative kebenarannya, tidak ada
pengetahuan yang bersifat umum. Dengan definisi itu Socrates dapat
membuktikan kepada orang sofis bahwa pengetahuan yang umum ada, yaitu
definisi itu. Jadi orang Sofis tidak seluruhnya benar: yang benar ialah sebagian
pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus, yang khusus itulah
pengetahuan yang kebenarannya relative3. Ciri umum itu disebut dengan ciri
esensi dan ciri khusus itu disebut ciri aksidensi. Definisi ialah penyebutan semua
ciri esensi suatu objek dengan menyisihkan semua ciri aksidensinya. Dengan
mengajukan definisi itu Socrates telah dapat “menghentikan” laju dominasi
relativisme kaum Sofis. Plato juga memperkokoh tesis Socrates itu. Jadi orang
Sofis semakin kehabisan pengikut, sedangkan Socrates semakin kuat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian dan latar belakang Yunani Klasik (socrates)?
2. Apa pemikiran tokoh – tokoh Yunani Klasik (socrates)?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Pengertian dan latar belakang Yunani Klasik (socrates)?
2. Mengetahui pemikiran tokoh – tokoh Yunani Klasik (socrates)?
BAB II
Pembahasan
1
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1990), hal. 53.
2
Ibid., 54
3
Ibid., 55

7
Socrates (469-399 SM)
Socrates adalah anak seorang pemahat yang bernama Sophro-niscos dan
seorang bidan yang bernama Phainarete. Tahun lahir Socrates tidak ada yang
mengetahui dengan pasti. Hanya dapat diketahui bahwa pada tahun 399 SM ia
dihukum mati dengan minum racun pada umur 70 tahun. Karena itu diambil
kesimpulan bahwa ia lahir pada tahun 469 SM dari keluarga yang kaya. Socrates
tidak meninggalkan tulisan-tulisan, sehingga sukarlah untuk mengetahui
ajarannya. Apa yang didapat diperoleh dari murid-muridnya. Berbeda dengan
kaum sofis (kaum yang sezaman dengan Socrates), Socrates tidak memungut
bayaran dari murid-muridnya.4 Walaupun ia mendapat banyak simpati dari murid-
muridnya terutama para pemuda, tetapi banyak juga orang yang tidak
menyukainya karena dianggap merusak moral para pemudapemuda tersebut
disamping Socrates dituduh menolak dewadewa atau Tuhan-Tuhan yang telah
diakui negara5.
Dalam mengajar, Socrates menggunakan dialog dan dinamakan
“dialektika”. Socrates menamakan metodenya maieutike tekhne (seni kebidanan),
yang berusaha menolong mengeluarkan pengertian atau kebenaran dari murid-
muridnya. Dengan cara demikian, Socrates mene-mukan cara berpikir induksi
yang mengambil kesimpulan dari hal-hal yang khusus menjadi kesimpulan yang
bersifat umum. Dari metode-metode inilah Socrates membuktikan kalau
kebenaran umum ada.
Sedangkan filsafatnya ditujukan untuk pembentukan moral yang baik bagi
setiap individu. Ia mementingkan etika. Filsafat untuk menda-patkan kebajikan.
Tujuan hidup bagi Socrates adalah membuat jiwa sebaik mungkin sehingga
tercapai kebahagiaan yang sempurna. Menurut Socrates keutamaan adalah
pengetahuan. Ucapan Socrates yang terkenal ialah Yang saya ketahui dengan pasti
ialah bahwa saya tidak tahu apa-apa. Ketidak tahuan ini merupakan dasar
filsafatnya. Maka dari itu ia menga-njurkan Kenalilah dirimu sendiri.
Yang membuat Socrates termasyur karena ia yang pertama mengajukan
pertanyaan dengan terus terang tentang sesuatu yang diper-soalkan. Jawaban yang
kurang memuaskan dikejar terus sehingga Socrates mendapat jawaban yang sesuai
dengan soalnya. Kelebihannya terletak pada usahanya untuk memberikan
pemikiran baru dalam bidang filsafat. Yang mula-mula filsafat itu bersifat abstrak
dan spekulatif menjadi kongkrit dengan pemikiran tentang etika, ke pemikiran
kehidupan manusia. Corak filsafat Socrates bersifat antroposentris.
Sokrates lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun
399 SM. Ajaran filosofisnya tidak pernah dituliskannya, melainkan dilakukannya
dengan perbuatan, praktik dalam kehidupan. Dikatakan bahwa Sokrates demikian
adinya, sehingga ia tidak pernah berbuat zalim. Ia begitu pandai menguasai
dirinya, sehingga ia tidak pernah memuaskan hawa nafsu dengan merugikan
4
Ibid., 221.
5
Ahmad Syadali, Filsafat, 66.

8
kepentingan orang lain. Ia demikian cerdiknya, sehingga tak pernah khilaf dalam
menimbang baik dan buruk. Kebiasaan sehari-harinya berjalan keliling kota untuk
mempelajari tingkah laku manusia dari berbagai segi hidupnya. Ia berbicara
dengan semua orang dan menanyakan apa yang diperbuatnya. Pertanyaan itu pada
mulanya mudah dan sederhana. Setiap jawaban disusul dengan pertanyaan baru
yang lebih mendalam. Tujuan Sokrates, melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut,
adalah untuk mengajar orang mencari kebenaran.
Cara yang dilakukan Sokrates adalah untuk membantah ajaran kaum Sofis
yang mengatakan bahwa ‘kebenaran yang sebenarnya tidak akan tercapai’. Oleh
karena itu, tiap-tiap pendirian dapat dibenarkan dengan jalan ‘retorika’. Apabila
orang banyak sudah setuju, maka dianggap sudah benar. Dengan cara begitu
pengetahuan menjadi dangkal. Cara inilah yang ditentang Sokrates. Tanya jawab
adalah jalan untuk memperoleh pengatahuan. Itulah permulaan dialektik.
Dialektik asal katanya dialog, artinya bersoal jawab antara dua orang. Ia selalu
berkata, yang ia ketahui Cuma satu, yaitu bahwa ia tidak tahu.
Sokrates diajukan ke pengadilan dengan dua tuduhan: (1) ia dianggap telah
menolak dewa-dewa yang diakui negara dan telah memunculkan dewa-dewa baru;
dan (2) ia telah menyesatkan dan merusak pikiran kaum muda. Ia pun meninggal
di penjara sebagai tahanan. Dalam mencari kebenaran selalu dilakukan dengan
berdialog, dengan cara tanya jawab. Kebenaran harus lahir dari jiwa kawan yang
merupakan lawan bicaranya. Ia tidak mengajarkan, melainkan menolong
seseeorang mengeluarkan apa yang tersimpan dalam hatinya. Sebab itu,
metodenya disebut maieutik, menguraikan.
Karena Sokrates mencari kebenaran dengan cara Tanya jawab, yang
kemudian dibulatkan dengan pengertian, maka jalan yang ditempuhnya adalah
metode induktif dan definisi. Induksi yang dimaksudkan Sokrates adalah
memperbandingkan secara kritis. Ia tidak berusaha mencapai yang umumnya dari
jumlah satu-satunya; ia mencari persamaan dan diuji pula dengan saksi dan lawan
saksi. Begitulah Sokrates mencapai pengertian. Dengan melalui induksi sampai
pada definisi. Definisi yaitu pembentukan pengertian yang bersifat dan berlaku
umum. Induksi dan definisi menuju pengetahuan yang berdasarkan pengertian.
Model mencari kebenaran dengan cara berdialog atau Tanya jawab
tersebut, tercapai pula tujuan yang lain, yaitu membentuk karakter. Oleh karena
itu Sokrates mengatakan bahwa budi adalah tahu, maksudnya budi-baik timbul
dengan pengetahuan. Budi ialah tahu, adalah inti sari dari ajaran etika Sokrates.
Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbuat baik. Paham etikanya ini
merupakan kelanjutan dari metodenya. Induksi dan definisi menuju kepada
pengetahuan yang berdasarkan pengertian. Dari mengetahui beserta keinsafan
moril tidak boleh tidak mesti timbul budi. Siapa yang mengetahui hukum,
mestilah bertindak sesuai dengan pengetahuannya. Tidak mungkin ada
pertentangan antara keyakinan dan perbuatan. Oleh karena budi berdasar atas
pengetahuan, maka budi dapat dipelajari.

9
Penjelasan di atas memberikan penegasan bahwa ajaran etika Sokrates
bersifat intelektual dan rasional. Oleh karena budi adalah tahu, maka siapa yang
tahu akan kebaikan dengan sendirinya mesti dan harus berbuat yang baik. Apa
yang pada hakekatnya baik, adalah juga baik untuk siapa pun. Oleh karena itu,
menuju kebaikan adalah yang sebaik-baiknya untuk mencapai kesenangan hidup.
Menurut Sokrates, manusia itu pada dasarnya baik. Seperti dengan segala benda
yang ada itu ada tujuannya, begitu juga dengan hidup manusia. Keadaan dan
tujuan manusia adalah kebaikan sifatnya dan kebaikan budinya. Sokrates percaya
akan adanya Tuhan. Ala mini teratur susunannya menurut ujud yang tertentu.
Socrates adalah anak seorang pemahat Sophroniscos, dan ibunya bernama
Phairnarete yang bekerja sebagai bidan. Istrinya bernama Xantipe. Ia berasal dari
keluarga yang kaya dan berpendidikan baik, kemudian menjadi prajurit Athena.
Namun ia tidak menyukai urusan politik sehingga ia memusatkan perhatiannya
kepada filsafat yang menjadikannya miskin6.
Socrates ini menyatakan bahwa akal budi harus menjadi hal yang
terpenting untuk tindakan kita. Dalam filsafatnya socrates selalu berusaha untuk
menyelidiki manusia secara keseluruhan, yaitu dengan menghargai nilai-nilai
jasmani dan rohani yang mana keduanya tidak dapat dipisahkan karena memiliki
keterkaitan dan banyak nilai yang dapat dihasilkan7. Dalam filsafat socrates terjadi
kekacauan yang ditimbulkan oleh kaum sofis yang memberikan kriteria berbeda
tentang dasar-dasar teori pengetahuan dan etika. Karena mereka hanya mencapai
kata sepakat mengenai suatu hal sehingga kebenarannya masih diragukan
(skeptisisme).8
Dalam situasi ini socrates menghadapi pengaruh kaum sofis, metode ini
disebut dialektika... Dalam metode ini mengandung arti ”dialog antara dua
pendirian yang bertentangan” dan socrates tidak mau menerima begitu saja
sesuatu pengertian dari orang yang ahli dalam bidang tersebut.9 Ketika Socrates
berusia lanjut, Antisthenes menjadi muridnya. Setelah meninggal, Antisthenes
mengajar di Gymnasium Kunosarges di Athena. Ia hanya menaruh perhatian pada
etika, manusia harus dapat membebaskan diri dari apa saja. Tidak boleh ada
satupun yang menjadi penyebab baginya untuk bergembira atau bersedih. 10
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan

6
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat I, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hal.37
7
Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat (Jakarta : Rineka Cipta, 1994), hal.28
8
Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum (Bandung : Pustaka Setia, 2004), hal. 67
9
Andi Iswanto, Plato : Kebajikan adalah Pengetahuan (Yogyakarta : Penerbit Jendela,
2003), hal. 3-82
10
Soejono Soemargono, Sejarah Ringkas Filsafat Barat (Yogyakarta : Tiara Wacana
Yogya, 1992), hal.16

10
Socrates Dalam pemikirannya, Socrates menyatakan bahwa akal budi
harus menjadi hal yang terpenting dalam sebuah tindakan. Socrates juga
menyatakan bahwa nilai-nilai jasmaniah. Contoh Antisopisme yang
dikembangkan Socrates dalam dua bentuk yakni Gerakan Pemikiran dan Gerakan
Pendidikan, dua hal yang sangat penting dalam melakukan pencerdasan terhadap
masyarakat yang mengidap penyakit Nihilisme suatu bentuk yang bisa
menghambat proses pencerdasan kehidupan suatu masyarakat.
Perubahan jalan pikiran dalam filosofi tidak terjadi secara tiba-tiba.
Ini ternyata benar dengan timbulnya Filosofi Klasik Yunani. Seperti dissebut di
atas, aliran sofisme mulai mengubah pandangan kemanusiaan sebagai
makhluk yang berpengetahuan dan berkemauan. Tetapi sofime terlalu
mengemukakan pendirian yang subyektif, relatif dan skeptis. Sebab itu tak
mungkin ia menjadi suatu sistim pengetahuan yang bulat. Sofisme tidak lebih
dari masa pendahuluan ke zaman klasik.
Sistematis periodisasi, masalah-masalah yang dihadapi diajukan
mendahului pembahasan masing-masing tokoh dan ajarannya, dan dengan
maksud untuk lebih jelas memberikan gambaran umum tentang ilmu filsafat,
yang sampai saat ini masih dianggap sebagai induk dari cabang-cabang ilmu
pengetahuan yang lain. Tiga tokoh filosofi Yunani klasik kuno. yakni, Sokrates,
Plato, dan Aristoteles. Pada zaman itu muncul aliran epistemology yang
membahas tentang bagaimana cara memperoleh pengetahuan atau darimana
sumber pengetahuan dan ontology yang membahas tentang Apa hakikat dari
obyek pengetahuan.

B. Saran

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.


Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Daftar Pustaka

Waris, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press, 2014.

11
Hatta, Muhammad, Alam Pikiran Yunani, Jakarta: UI Press, 2011.

12

Anda mungkin juga menyukai