Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FILSAFAT

FILSAFAT YUNANI KLASIK

Disusun Oleh
Gerry ferdiand {2223420045}
Rabertha Isra {2223420046}

Dosen Pengampu:
Edi Sumanto

PROGRAM STUDI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga
makalah dengan berjudul “Filsafat Yunani Klasik” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Penyusunan makalah
ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang Pengertian Filsafat dan Istilah-
istilah lainnya.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak selaku dosen pengampu
mata kuliah Filsafat. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis
berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidak sempurnaan
yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran
dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Bengkulu, Maret 2023

Penyusun

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Beberapa tentang kelahiran dan perkembangan Filsafat pada awal kelahiranya tidak
dapat di pisahkan dengan perkembangan (Ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa
peradaban kuno (masa yunani) makna kata Filsafat sendiri adalah cinta Keahrifan, arti kata
tersebut belum memperhatikan makna kata yang sebenarnya dari kata Filsafat, sebeb
pengertian “mencintai” belum memperlihatkan keaktifan seorang Filosof untuk memperoleh
Kearifan.
Aliran yang mengawali periode yunani klasik adalah Sofisme, kata Sofis berarti Arif
atau Pandai,yaitu gelar bagi meraka yang memiliki kearifan dalam menjalani kehidupan.
Namun pada zaman ini, kata Sofis berkaitan dengan orang yang pandai bicara,
mempengaruhi orang dengan kepandaian berdebat. Sofis dalam gambaran yang di berikan
para tokoh aliran ini terlihat jahat dan tidak memilki moral. Namun mereka sebenarnya
memiliki jasa yang lumayan besar dalam perkembangan Filsafat. Dan ada beberapa pendapat
orang terhadap aliran Sofisme yaitu ada yang menganggap bahwa aliran Sofisme sebagai
aliran yang merusak dunia Filsafat.Dalam makalh ini akan dijelaskan tokoh – tokoh filsafat
pada zaman Yunani Klasik, diantarannya adalah Socrates, Plato, dan Aristoteles.

2. Rumusan Masalah

a. Socrates
b. Plato
c. Aristoteles

3. Tujuan
1) Untuk mengetahui apa itu filsafat klasik
2) Untuk mengetahui pengertian filsafat
3) Untuk mengetahui manfaat mempelajari ilmu filsafat

BAB II
PEMBAHASAN

A. Socrates

1. Socrates dalam Konteks Zamannya


Socrates lahir pada tahun 470 SM. Anak dari Sophroniskos seorang tukang batu dan
Phainarete adalah seoarang bidan. Sokrates adalah murid dari Arkhelaos, filsuf yang
mengganti Anaxagoras di Athena. Pada usia masih muda ia berbalik dari filsafat alam dan
mulai mencari jalannya sendiri. Kemudian Sokrates masuk menjadi hoplites, dimana pada
masa tersebut hanya orang yang memiliki tanah saja yang dapat ikut menjadi hoplites. Tetapi,
dia menjadi miskin karena ia hanya mengutamakan keaktifannya sebagai filsuf. Kemudian ia
menikah dengan Xantippe. Pandangan popular yang melukiskan wanita ini dengan cirri –
cirri tiranik tidak mempunyai dasar historis. Ia dikaruniai tiga anak laki – laki; dua diantara
mereka masih kecil pada waktu kematiannya.
Bertentangan dengan para sofis, Sokrates tidak meninggalkan kota asalnya kecuali
tiga kali ketika ia memenuhi kewajiban sebagai warga Negara di medan perang. Dalam
pertempuran ia menonjol karena keberaniannya. Pada tahun 406 – 405 Sokrates adalah
anggota panitia pengadilan yang mempersiapkan perkara terhadap beberapa jenderal dan
pada kesempatan ini ia memprotes dengan sangat prosedur yang tidak legal.
Socrates diadili dan dijatuhi hukuman pada umur tujuh puluh tahun karena dituduh
merusak orang – orang muda Athena. Tampaknya, ia tidak pernah menulis apapun, namun ia
tetap dianggap sebagai filsuf yang paling dikenang dan berpengaruh. Pencarian paradigmatis
Socrates untuk menemukan kebaikan manusia dan kepercayaannya bahwa “kehidupan yang
tidak diperiksa atau tidak direfleksikan itu tidak pantas untuk dijalani” terus menjadi
pedoman bagi banyak orang.

2. Sumber – sumber Sokrates


Ada empat sumber yang terpenting dalam semua usaha kepribadian dan ajaran Socrates:
1) Aristophaes
Aristophane adalah pengarang komedi ternama di Athena, yang hidup pada waktu
Sokrates. Komedi – komedi pada abad ke-5 membicarakan dengan lucu peristiwa – peristiwa
aktual, tokoh – tokoh dan pikiran – pikiran yang lazim dikalangkan para penonton di Athena.
Dalam dua karya komedi ia menyebut Sokrates, yaitu komedi – komedi yang berjudul
Burung – burung dan katak – katak; dan dalam komedi yang bernama Awan – awan yang
untuk pertama kalinya dipentaskan pada tahun 423, Sokrates adalah pelaku utama.

2) Xenophon
Sekitar tahun 430 Xenophon lahir di Athena dari keluarga bangsawan. Beberapa
waktu itu termasuk pengikut dari Sokrates. Xenophon berlaku sampai tahun 401, sebab pada
waktu itu ia meninggalkan kota Athena, untuk ikut serta dalam perjalanan militer Kryos
Muda, putera raja Parsi Darios II.

Xenophon menulis beberapa karangan , dimana Sokrates mempunyai peranan. Semua


karangan ini ditulis pada tahun – tahun terakhir hidupnya (360-350). Karangan yang
terpenting adalah Memorabilia (“kenang – kenangan akan Sokrates”), yang meliputi berbagai
macam tulisan kecil mengenai Sokrates antara lain beberapa percakapan Sokrates dengan
kawan – kawan sewaktu – waktu.

3) Plato
Plato lahir pada tahun 428 di Athena. Rupanya ia mengenal Sokrates sejak ia masih
kanak – kanak dan ia termasuk kalanagan Sokrates sampai kematiannya pada tahun 399.
Plato mengarang dialog – dialog. Dalm semua dialog itu, kecuali satu yang berjudul Nomoi,
Sokrates bercakap – cakap dengan sahabat – sahabatnya dan orang – orang lain. Dalam
kebanyakan dialog, Sokrates adalah pelaku yang utama. Kalau kita memperhatikan cara Plato
melukiskan gurunya, sudah nyata bahwa ia menaruh kekaguman. Plato menganggap Sokates
sebagai filsuf istimewa, yang dengan tidak henti hentinnya mencari kebenaran, karena ia
berkeyakinan bahwa hanya pengetahuan tantang “yang baik” dapat menghantar manusia
kepada kebahagiaan.

4) Aristoteles
Aristoteles lahir 15 tahun sesudah Sokrates meninggal. Jadi, dalam karangan –
karangannya kita tidak boleh mencari kesaksian langsung mengenai Sokrates. Tetapi itu tidak
berarti bahwa Aristoteles tidak sanggup memberikan informasi yang sangat berguna untuk
memcahkan masalah – masalah historis yang menyangkut Sokrates. Dalam konteks ini
beberapa kali ia menyinggung juga ajaran Sokrates. Aristoteles beberapa kali menekankan
bahwa teori mengenai idea – idea berasal dari Plato dan belum terdapat dalam Sokrates.
Dalam beberapa dialog Plato, teori ini dikemukakan oleh Sokrates yang bertindak sebagai
pelaku utama dalam dialog – dialog tersebut. Data – data mengenai kehidupan Sokrates
jarang ditemui dalam kalangan – kalangan Aristoteles.

3. Ajaran Sokrates

Sebagaimana para sofis, Sokratespun berbalik dari filsafat alam. Sebagaimana juga
para sofis, Sokrates pun memilih manusia sebagai objek penyelidikannya dan ia memandang
manusia lebih kurang dari segi yang sama seperti mereka : sebagai makhluk yang mengenal,
yang harus mengatur tingkah lakunya sendiri dan yang hidup dalam masyarakat. Tetapi ada
satu perbedaan yang penting sekali antara Sokrates dan kaum Sofis, yaitu Sokrates ada
kebenaran obyektif, yang tidak memandang keyakinan Sokrates itu dari sudut “kebenaran”
saja, karena dengan itu barangkali kita menampilkan kesan seakan – akan Sokrates
mencurahkan pemikirannya dalam bidang teoritis.

1) Metode
Metode ini bersifat praktis dan dijalankan dalam percakapan – percakapan. Socrates
tidak menyelidiki fakta – fakta melainkan ia menganalisa pendapat – pendapat atau tuturan –
tuturan yang dikemukakan orang. Setiap orang mempunyai pendapat – pendapat
tertentu .Metode Socrates yang diuraikan diatas biaannya disebut “dialektika”, karena dialog
atau percakapan mempunyai peranan hakiki di dalamnya. Dalam suatu kutipan yang terkenal
dari dialog Theaitetos, Socrates sendiri mengusulkan nama lain untuk menunjukan
metodennya, yaitu maieutike tekhne (seni kebidanan). Seperti ibunya adalh seorang bidan,
demikian tugas Sokrates dapat dibandingkan dengan pekerjaan seorang bidan. Tetapi ia tidak
menolong badan bersalin, melainkan ia membidani jiwa – jiwa.

Aristoteles mengatakan bahwa Sokrates telah menemukan “induksi”. Dalam


logikannya Aristoteles mempergunakan istilah “induksi” untuk memacu ke proses pemikiran
dimana akal budi manusia, dengan bertolak dari pengetahuan tentang hal – hal yang
“khusus”, menyimpulkan pengetahuan yang “umum”. Dan memamng itulah yang dilakukan
oleh Sokrates. Ia bertitik tolak dari contoh – contoh kongkrit dan dari situ ia hendak
menyimpulkan sesuatu yang umum.
Tetapi, Sokrates sendiri tidak mendefinisikan gambar – gambar matematis melainkan
sifat – sifat yang menyangkut tingkah laku manusia. Dengan demikian ia mengandalkan
bahwa keutamaan seperti keadilan, keberanian dan lain sebagainya mempunyai suatu hakekat
yang tetap. Dalam hal ini ia berbalik dari sofis – sofis seperti Protagoras yang menganut suatu
relativisme dengan menganggap bahwa adil tidaknya dan berani tidaknya sesuatu tergantung
pada manusia saja, karena manusia adalah ukuran untuk segala sesuatu.
2) Etika
Sokrates memperhatikan soal – soal praktis dalam hidup manusia. Dengan kata lain,
Sokrates mencurahkan perhatiannya pada cabang filsafat yang disebut “etika”.Dalam
Apologia, Sokrates menerangkan kepada hakim – hakimnya, bahwa ia menganggap sebagai
tugasnya mengingatkan para warga Negara Athena supaya mereka mengutamakan jiwa
mereka dan bukan kesehatan, kekayaan, kehormatan atau hal – hal lain yang tidak sebanding
dengan jiwa. Menurut Sokrates, tujuan tertinggi kehidupan manusia adalah membuat
jiwannya menjadi sebaik mungkin. Sokrates menambah arti baru pada kata “jiwa” (physke),
yang sejak waktu itu diterima umum dalam bahasa Yunani, yaitu jiwa sebagai intisari
kepribadian manusia. Tingkah laku manusia hanya dapat disebut “baik”, jika dengan itu ia
berusaha supaya manusia menurut intisarinnya dan bukan menurut salah satu aspek lahiriyah
saja dijadikan sebaik mungkin.
Salah satu pendirian Sokrates yang terkenal ialah bahwa “keutamaan adalah
pengetahuan”. Demikian juga keutamaan yang membuat manusia menjadi seorang manusia
yang baik, harus dianggap sebagai pengetahuan. Seorang yang mempunyai keutamaan sudah
tahu apakah “yang baik” dan hidup baik tidak berarti lain daripada mempraktekan
pengetahuan itu.

3) Pemikiran tentang politik


Dalam Apologia, Sokrates mengakui bahwa ia tidak merasa terpanggil untuk campur
tangan untuk urusan – urusan politik. Tetapi ia meneruskan prinsip – prinsip etikannya dalm
juga bidang politik. Menurut Sokrates tugas Negara ialah mengajukan kebahagiaan para
warga Negara dan membuat jiwa mereka menjadi sebaik mungkin. Akibatnya, seorang
penguasa Negara harus mempunyai pengertian mengenai “yang baik”. Karena alasan itu,
Sokrates tidak menyetujui system pemerintahan demokratis yang beraku di Athena, dimana
pemegang – pemegang kuasa dipilih oleh majelis rakyat atau ditentukan dengan undian.

4)Plato dalam Konteks Zamannya


Plato lahir pada tahun 428 dalam suatu keluarga terkemuka di Athena. Ayahnya
bernama Ariston dan ibunya Periktione. Sesudah Ariston meninggal, Periktione dinikahi
pamannya yang bernama Pyrilampes. Rupanya plato terutama dididik dalam rumah
Pyrilampes, seorang politikus yang termasuk kalangan Perikles. Sejak masa mudanya ia
bergaul dengan tokoh-tokoh yang memainkan peranan penting dalam politik Athene.
Saudara ibunya, Kharmides, dan kemanakan ibunya, Kritias, termasuk partai aristokrat
dan mereka adalah anggota panitia “30 Tyrannoi” yang delapan bulan lamannya
memerintah dengan kejam kota Athena pada tahun 404-403. Mula-mula mereka berdua
tergolong sahabat-sahabat Sokrates, tetapi kemudian mereka menempuh jalan yang
menyimpang jauh dari cita-cita Sokrates. Boleh diandaikan bahwa Plato sendiri sudah
mengenal Sokrates sejak ia masih anak.Menurut kesaksian Aristoteles, Plato dipengaruhi
juga oleh Kratylos, seorang filsuf yang meneruskan ajaran Herakleitos.

Kratylos berpendapat bahwa dunia kita berada dalam perubahan terus-menerus,


sehingga pengenalan tidak mkungkin, karena suatu nama pun tidak dapat diberikan
kepada benda-benda. Dan kita mesti mengakui bahwa pengenalan memang
mengandaikan bahwa suatu obyek mempunyai stabilitas tertentu.Dalam surat VII Plato
mengisahkan bahwa ia mencita-citakan suatu karier politik dan bahwa beberapa kenalan
dari panitia “30 Tyrannoi” (pasti dimaksudkan Kritias dan Kharmides) mengajak dia
supaya ia memasuki arena politik di bawah perlindungan mereka. Tetapi lebih dulu ia
mau menunggu hasil politik mereka. Dan ia merasa terkejut, bila ia menyaksikan bahwa
mereka mau mempergunakan Sokrates (“sahabatnya yang lebih tua”) untuk maksud jahat,
yaitu menangkap dan menghukum seorang yang tak bersalah, supaya miliknya dapat
disita. Tetapi situasi memburuk lagi, ketika demokrasi dipulihkan, karena seorang
pemimpin demokrasi mengemukakan tuduhan terhadap Sokrates yang mengakibatkan
kematiannya.
Dalam surat yang sama Plato menceritakan pula bahwa pengalaman pahit ini
sudah memadamkan ambisi politiknya. Keinsyafan timbul padanya bahwa semua regim
politik tidak beres dan ia mendapat keyakinan bahwa satu-satunya pemecahan ialah
mempercayakan kuasa Negara kepada filsuf-filsuf yang sejati atau menjadikan penguasa-
penguasa sebagai filsuf yang sejati. Pikiran terakhir ini dapat dipandang sebagai pedoman
yang menjuruskan seluruh keaktifan Plato dalam kehidupan selanjutnya.
Sesudah Sokrates meninggal, Plato bersama dengan teman-teman lain untuk beberapa
waktu menetap di Megara pada murid Sokrates yang bernama Eukleides. Tetapi rupanya
ia tidak lama tinggal di situ dan lekas kembali lagi ke Athena. Dalam Surat VII yang
sudah disebut, Plato menceritakan lagi bahwa pada usia 40 tahun ia mengunjungi Italia
dan Sisilia. Kita tidak mengetahui alasannya. Barangkali perjalanan ini diadakan dengan
maksud berkenalan dengan mazhab Pythagorean yang pada waktu ini mulai aktiv lagi di
Italia Selatan di bawah pimpinan Arkhytas, tyrannos dan filsuf di Tarentum. Salah satu
hasil perjalanan ini, yang disebut oleh Plato sendiri, ialah persahabatannya dengan
seorang muda yang pintar dan cakap, Dion namanya, ipar tyrannos Syrakusa Dionysios I.
Apakah Plato juga mengunjungi Mesir dan Kyrene, sebagaimana diberitahukan oleh
beberapa sumber, tidak dapat dipastikan.

3. Aristoteles

1. Aristoteles dalam Konteks Zamannya


Murid Plato yang paling berpengaruh adalah Aristoteles (384- 322). Ia berasal dari
Stagira, di Thrace (Yunani Utara) . Ayahnya seorang dokter raja setempat. Pada usia muda ia
pergi ke Athena dan menjadi murid Plato selama tahun 367- 347 SM. Setelah beberapa tahun
tinggal di pulau- pulau Ionia, Filipus, raja Makedonia mengundang Aristoteles (341) untuk
mendidik putranya Iskandar yang pada saat itu berusia 13 tahun. Karena Filipus dibunuh
(336), Iskandar yang masih sangat muda terpaksa menjadi raja. Kemudian sang Iskandar
Agung ini menaklukan wilayah besar, dari Mesir dan Yunani sampai perbatasan India dan
Pegunungan Himalaya. Tindakan Iskandar Agung ini sekaligus menjadi peletak dasar
kebudayaan Helenisme ( Hellas= Yunani) yang menjadi salah satu sumber kebudayaan
seluruh wilayah di sekitar Laut Tengah dan Timur Tengah. Iskandar meninggal dalam usia 33
tahun pada tahun 323. Dan setahun kemudian Aristoteles meninggal dunia.
Antara tahun 335 sampai 323 Aristoteles tinggal dan mengajar di Athena. Lykeion
(dilatinkan: Lyceum), salah satu gelar dewa Apolo, menjadi nama perguruannya. Karena cara
mengajar dan tukar pikiran dengan kelompok- kelompok kecil berlangsung sambil berjalan-
jalan, maka perguruannya diberi nama julukan peripatetic. Aristoteles cukup berbeda dengan
Plato dalam cara kerjanya. Meskipun, seperti Plato, Aristoteles juga mencita- citakan agar
dicapainya episteme sebagai pengetahuan paling sempurna. Ia menolak adanya idea- idea dan
pengetahuan bawaan. Baginya, setiap pengetahuan dalam bidang apapun juga baik ilmu
hayat, jiwa manusia, tata negara, patokan- patokan etika maupun keindahan harus mulai
dengan pengamatan.
Aristoteles tidak sendirian dalam mengumpulkan banyak data mengenai segala bidang
itu. Ia menyuruh juga para mahasiswanya supaya mereka masing- masing mengumpulkan
bermacam- macam hasil pengamatan di tempat asal mereka dan dibawa ke perguruannya
untuk ditinjau dan dibahas bersama.
Biarpun Aristoteles selalu menjunjung tinggi Plato sebagai pemikir dan sastrawan,
namun dalam filsafatnya ia menempuh jalan sendiri. Perkataan “ Amicus Plato, magis amica
veritas” ( Plato memang sahabatku, tetapi kebenaran lebih akrab bagiku) . Perbedaan besar
dalam sikap ilmiah antara Plato dan Aristoteles yaitu, Plato mementingkan ilmu pasti,
sedangkan Aristoteles secara khusus mengarah kepada ilmu pengetahuan alam denagan
sedapat mungkin menyelidiki data- data konkret.

1. Garis Besar Filsafat Aristoteles


Pokok pemikiran Aristoteles dari sudut epistimologis menyangkut logika, filsafat
pengetahuan, filsafat manusia, metafisika dan etika serta filsafat Negara.
a) Logika
Salah satu pengantar dan prasyarat filsafat pengetahuan yang dihargai dan
dikembangkan Aristoteles ialah logika. Logika dimengerti sebagai kerangka atau peralatan
teknis yang diperlukan manusia supaya penalarannya berjalan dengan tepat. Dasar logika
Aristoteles adalah uraian keputusan yang kita temukan dalam bahasa (“ the analysis of the
judgement as found and expressed in human language”). Uraian keputusan itu mencakup
penegasan- pemungkiran- universal- particular.

2.Dalam bahasa modern


dapat dikatakan bahwa dalam logikanya, Aristoteles menggabungkan unsur empiris-
induktif dan rasional- deduktif. Selain itu dalam Topyka, karyanya dalam bidang logika, ia
merintis penyelidikan tentang cara kerja ilmu- ilmu empiris dalam mencari hukum- hukum
universal berdasarkan pengamatan.
b) Filsafat Pengetahuan
Selain uraian mengenai teknik pengembangan pengetahuan dalam logika, Aristoteles
berjasa juga dalam usahanya untuk menggambarkan tahapan- tahapan kemajuan pengetahuan
manusia. Ia mulai dari pengetahuan indrawi yang selalu particular. Kemudian melalui
abstraksi menuju pengetahuan akal budi yang bercirikan universal.Dalam hal ini filsafat
pengetahuan Aristoteles merupakan kebalikan dari filsafat pengetahuan Plato. Dasar filsafat
pengetahuan Aristoteles bukanlah intuisi melainkan abstraksi .
c) Filsafat Manusia
Titik pangkal filsafat manusia Aristoteles adalah manusia sebagai subjek
pengetahuan. Aristoteles menentang dualisme Plato tentang manusia. Sebenarnya bukan
hanya pandangan Plato mengenai manusia yang ditentangnya, ia mengembangkan juga apa
yang diberi nama “ hylemorfisme” (hylemorphism) atau disebut juga “teori bentuk- materi” .
Artinya, ia beranggapan bahwa apa saja yang kita jumpai di bumi kita ini secara terpadu
merupakan pengejawantahan material (hyle) sana- sini dari bentuk- bentuk (morphe) yang
sama. Dapat dicontohkan sederhana yaitu sebuah patung. Setiap patung terdiri dari bahan
tertentu dan bentuk tertentu. Bahan ialah misalnya kayu atau batu. Bentuk ialah misalnya
bentuk kuda, bentuk Napoleon dan lain sebagainya. Bentuk tidak pernah lepas dari bahan dan
bahan tidak pernah lepas dari salah satu bentuk. Sebelum kayu ini mempunyai bentuk kuda
umpanya, niscaya sudah ada bentuk lainnya (misalnya bentuk pohon).
d) Metafisika
“Nous” atau akal budi merupakan bagian paling mulia dalam diri manusia. Tak
mengherankan kalau sesuai dengan keyakinan itu, unsur- unsur filsafat ketuhanan yang kita
temukan dalam karya Aristoteles, bertitik pangkal pada uraian kemampuan akal budi itu.
Cukup banyak uraiuan terdalam Aristoteles ditemukan dalam karyanya yang diberi judul
“Metafisika”. Asas- asas terdalam yang dapat digarap filsafat mengenai berbagai gejala
digarapnya dala karya itu. Malahan judul (bukan dari Aristoteles sendiri) dari buku itu- yang
berarti “sesudah fisika”- telah menjadi nama dari cabang filsafat yang sampai sekarang
disebut metafisika. Buku “Fisika” karya Aristoteles memuat cara pendekatannya pada gejala-
gejala alam guna dipelajari dari sudut filsafat.
e) Etika serta Filsafat Negara
Masih ada satu bidang lain dari Aristoteles yang amat mempengaruhi filsafat
seterusnya, yakni etika dan sebagai lanjutannya filsafat Negara. Etika Aristoteles bertitik
pangkal pada kenyataan bahwa manusia hendak mengejar kebahagiaan (eudaimonia).Sarana-
sarana dan upaya- upaya yang dipilih manusia dinilai berdasarkan tujuan tersebut.
Kebahagiaan itu menyangkut manusia jiwa- raga sebagai anggota masyarakat, karena
manusia ialah makhluk yang “hidup berpolis” (polis= kota sebagai kesatuan Negara pada
masa Yunani Kuno sudah lama sebelum Aristoteles). Manusia ialah zoon politikon. Ciri
manusia sebagai makhluk hidup adalah hidup dalam polis, maka Aristoteles sangat
menekankan sosialitas manusia.
Masyarakat dalam bentuk Negara itu dilihat Aristoteles sebagai suatu lembaga kodrati
(natural instuition), yaitu bukan berdasarkan persetujuan (convention) saja seperti diajar oleh
para sofis dan skeptikus pada masa itu. Dengan demikian semua warga Negara wajib takluk
pada Negara, kepada para pemimpin dan kepada undang- undang.
Dalam filsafatnya Aristoteles mempunyai kecenderungan kea rah suatu totalitarisme
Negara. Negara itu di atas keluarga dan Negara pun menyelenggarakn pendidikan. Pemimpin
Negara dapat dibentuk menurut beberapa pola berdasarkan pengamatan dan data- data yang
diperoleh antara lain melalui para muridnya. Monarchi ialah cara pemerintahan di bawah satu
(monos) orang saja, yang dapat merosot menjadi tirani. Aristokrasi merupakan cara
pemerintahan di bawah sekelompok orang yang dinilai sebaik yang terbaik (aristoi), dan
dapat merosot menjadi oligarki (dikuasai oleh “segerombolan” orang yang bersekongkol).
Demokrasi yang diberi juga nama “politea” berada di bawah kuasa rakyat (demos),
yang dapat merosot menjadi anarki (tanpa arkhe atau asas). Aristoteles tidak memilih salah
satu dari ketiga bentuk dasar itu. Ia juga tidak suka memakai perbandingan dengan susunan
manusia seperti dilakukan Plato.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Socrates lahir pada tahun 470 SM. Anak dari Sophroniskos seorang tukang batu dan
Phainarete adalah seoarang bidan. Sokrates adalah murid dari Arkhelaos, filsuf yang
mengganti Anaxagoras di Athena. Ajaran – ajaran Socrates diantarannya berupa metode,
etika dan pemikiran tentang politik.
Plato tidak membatasi perhatiannya pada persoalan-persoalan etis saja, seperti
dilakukan oleh Sokrates, melainkan ia mencurahkan minatnya kepada suatu lapangan luas
sekali yang mencakup seluruh ilmu pengetahuan.Pokok pemikiran Aristoteles dari sudut
epistimologis menyangkut logika, filsafat pengetahuan, filsafat manusia, metafisika dan etika
serta filsafat Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, KANISIUS (anggota IKAPI ), Yogyakarta: 2000.


Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta, Kanisius: 1975
Lavine. T. Z, Dari Socrates ke Sartre, Yogyakarta, Jendela: 2002
Phillips. Cristopher, Socrates Café, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama: 2002
Sutrisno, Mudji dan Budi Hardiman, Para Filsuf Penentu Gerak Zaman, Kanisius (anggota
IKAPI ), Yogyakarta: 1994
Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum, Remaja Rosdakarya Offset, Bandung: 1994.
Kebung Beoang SVD. Konrad, Plato Jalan Munuju Pengetahuan Yang Benar, Yogyakarta,
Kanisius, 1997

Anda mungkin juga menyukai