Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK

Dosen Pengampu : Dr. Kardina Engelina Siregar, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Naziha Syifa Fakhirah (12160120120)

2. Muhammad Rizky Khoirullah (12160113439)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM

PEKANBARU

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat meneyelesaikan tugas makalah yang berjudul

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Akhlak ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

dosen pada mata kuliah Aqidah Akhlak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan

untuk menambah wawasan tentang Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu

Akhlak bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Kardina Engelina Siregar,

M.Pd. selaku dosen mata kuliah Aqidah Aakhlak yang telah memeberikan tugas

ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang

studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membagi Sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan

demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 18 Oktober 2021

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A…Latar Belakang.............................................................................1

B…Rumusan Masalah........................................................................1

C…Tujuan Pembahasan.....................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A…Akhlak Pada Zaman Yunani........................................................3

B…Akhlak Pada Abad Pertengahan ..................................................5

C…Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam..................................6

D…Kajian Akhlak di Kalangan Kaum Muslimin..............................6

E…Kajian Akhlak di Kalangan Pesantren.........................................7

F…Kajian Akhlak di Kalangan Bangsa Barat....................................8

BAB III PENUTUP

A…Kesimpulan..................................................................................13

B…Saran............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................14

ii
BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang

Pada awalnya, sejarah pertumbuhan dan perkembangan akhlak atau

disebut juga dengan etika muncul bersamaan dengan adanya adat istiadat

yang dimiliki oleh setiap individu, keluarga, dan masyarakat. Syekh Nashir

Makarim Asy-Syirazi menyatakan bibit-bibit pembahasan akhlak, muncul

berbarengan dengan pertama kalinya manusia menginjakkan kaki di muka ini.

Franz Magnis Suseno menjelaskan bahwa secara historis, etika sebagai usaha

filsafat lahir dari runtuhnya tatanan moral, di lingkungan kebudayaan Yunani

2500 tahun silam.Karena pandangan-pandangan lama tentang baik dan buruk

tidak lagi dipercaya, para filsuf mempetanyakan Kembali norma-norma dasar

bagi perilaku mausia. Inilah yang menyebabkan munculnya pembahasan

mengenai ilmu akhlak.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan akhlak pada zaman Yunani?

2. Bagaimana perkembangan akhlak pada abad pertengahan?

3. Bagaimana perkembangan akhlak pada bangsa Arab sebelum islam?

4. Bagaimana perkembangan kajian akhlak di kalangan kaum muslimin?

5. Bagaimana perkembangan kajian akhlak di kalangan pesantren?

6. Bagaiaman perkembangan kajian akhlak di kalangan bangsa barat?

1
Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui perkembangan akhlak pada pada zaman Yunani

2. Untuk mengetahui perkembangan akhlak pada abad pertengahan

3. Untuk mengetahui perkembangan akhlak pada bangsa Arab sebelum

islam

4. Untuk mengetahui perkembangan kajian akhlak di kalangan kaum

muslimin

5. Untuk mengetahui perkembangan kajian akhlak di kalangan pesantren

6. Untuk menegtahui perkembangan kajian akhlak di kalangan bangsa

barat

2
BAB II

Pembahasan

A. Akhlak Pada Zaman Yunani

1. Socrates

Socrates (469-399 SM) merupakan salah seorang filsuf Yunani yang membahas

pengetahuan etika atau akhlak. Socrates lahir di Athena dan merupakan generasi

pertama dari tiga ahli filsafat besar Yunani, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles.

Socrates melakukan penyelidikan terhadap akhlak dan hubungan antar manusia, ia

tidak menaruh minat terhadap alam dan benda benda langit untuk menjadi objek

kajiannya.

Pandangan Socrates ini lebih bercorak etis daripada alamiah, dalam hal ini ia

dikenal sebagai perintis ilmu akhlak Yunani yang pertama. Socrates merupakan

tokoh pertama yang bersungguh-sungguh mengaitkan manusia dengan prinsip

ilmu pengetahuan. Ia berpendapat bahwa akhlak dalam kaitannya dengan

hubungan antarmanusia, harus didasarkan pada ilmu pengetahuan. Menurutnya ,

keutamaan akhlak itu terdapat pada ilmu. Namun tidak ditemukannya pandangan

tentang tujuan akhir akhlak, maka dari itu bermunculan berbagai pendapat tentang

tujuan akhir akhlak, walaupun sama-sama disandarkan pada Socrates.

2. Plato

Plato (427-347 SM) merupakan filsuf berasal dari Athena yang merupakan murid

Socrates. Dari Socrates, Plato mempelajari perhatian utamanya terhadap masalah

masalah etika, dan kecendrungannya untuk mencari penjelasan yang lebih

bercorak telelogis daripada mekanis mengenai dunia. Oleh karena itu, sulit untuk

tidak mengatakan bahwa fakta ini bersumber dari pengaruh Socrates sang guru.

3
Dalam pandangan Plato, akhlak didasarkan pada teori model (paradigma).

Menurutnya, di balik ala mini ada alam rohani (alam ideal), sebagai contoh bagi

alam konkret.

Keterkaitan antara alam ideal dengan alam konkret dijelaskan Plato melalui materi

akhlak. Contoh keterkaitan ini terdapat pada kebaikan, yaitu arti mutlak, azali,

kekal, dan sempurna.

Menurut Plato, di alam rohani (ideal) ini terdapat bermacam-macam kekuatan dan

terdapat empat prinsip, yaitu hikmah atau kebijaksanaan, keberanian, keperwiraan,

dan keadilan. Keempat hal tersebut merupakan tiang penegak bangsa-bangsa dan

individu.

3. Aristoteles

Aristoles (394-322 SM) adalah murid Plato yang membangun suatu paham yang

khas mengenai etika. Pandangan Aristoteles tidak banyak dipengaruhi keyakinan

agama mistik. Menurut Aristoteles, yang baik adalah kebahagiaan yang

merupakan aktivitas jiwa. Pendapat Aristoteles mengenail persoalan-persoalan

moral, merupakan pandangan kontroversial pada zamannya. Dalam Berbagai segi,

pandangan Aristoteles ini berbeda dengan zaman sekarang.

Beberapa pendapat Aristoteles mengenai akhlak adalah:

a. Tujuan terakhir yang dikehendaki manusia dalam semua tindakannya adalah

bahagia. Namundemikian, definisi kebahagiaan yang disampaikannya lebih

luas daripada yang disampaikan paham utilitarianisme.

b. Jalan mencapai kebahagiaan adalah menggunakan kukuatan akal pikiran

dengan sebaik-baiknya

c. Keutamaan itu terletak di tengah-tengah, antara dua keburukan. Dermawan

adalah tengah- tengah antara sifat membabi buta dan takut.

4
4. Agama Nasrani

Agama Nasrani atau Kristen adalah agama yang dibawa oleh Yesus Kristus Isa

Almasih di Israel. Agama ini mampu mengubah pikiran manusia dan membawa

pokok-pokok akhlak yang tercantum dalam Perjanjian Lama dan perjanjian baru.

dalam agama Nasrani, para kedudukan Yunani. Sebagai Yunani, terutama stoick.

Perbedaannya terletak pada persoalan dorongan jiwa dalam melakukan perbuatan

titik agama Nasrani mendorong manusia bersungguh-sungguh mensucikan diri

baik pikiran maupun perbuatannya. agama adalah roh yang mengendalikan badan

dan nafsu.

B. Akhlak Pada Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan, kehidupan masyarakat Eropa dikuasai oleh gereja. Ketika itu,

gereja berusaha memerangi filsafat Yunani dan menentang penyiaran ilmu dan

kebudayaan kuno. Gereja memiliki keyakinan bahwa kenyataan hakikat telah diterima

dari wahyu, sehingga apa pun yang telah diperintahkan oleh wahyu sudah pasti benar.

Oleh karena itu, tidak ada artinya lagi penggunaan akal dan pikiran untuk kegiatan

penelitian. Berdirinya Kekaisaran Roma Suci, menandai zaman dalam teori abad

pertengahan, tetapi bukan dalam praktik. Abad pertengahan terutama kecanduan

dengan fiksi hukum. Pada saat itu, fiksi itu masih tetap ada sehingga provinsi-

provinsi Kawasan barat dari bekas kekaisaran Roma, secara de jure masih tunduk

pada kekaisaran di Konstantinopel. Kekaisaran yang masih menganggap dirinya

sebagai satu-satunya sumber otoritas hukum.

Sebagian dari kalangan gereja menggunakan pemikiran Plato, Aristoteles, dan Stoics

untuk memperkuat ajaran gereja, dan mencocokkannya dengan akal. Ajaran akhlak

yang lahir di Eropa pada abad pertengahan, dibangun dari perpaduan antara ajaran

5
Yunani dan ajaran Nasrani. Tokoh yang masyhur pada abad ini salah satunya Pierre

Abelard (1079-1142), seorang ahli filsafat dari Prancis. Tokoh lainnya adalah Thomas

Aquinas (1225-1274), seorang ahli filsafat agama berkebangsaan Italia.

C. Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam

Perkembangan bangsa Arab pada zaman itu, tidak menonjol dalam segi filsafat

sebagaimana bangsa Yunani . Hal ini karena penyelidikan terhadap ilmu, hanya

terjadi pada bangsa Arab yang sudah maju pengetahuannya. Namun demikian, bangsa

Arab ketika itu mempunyai ahli ahli hikmah dan syair-syair hikmah. Beberapa tokoh

yang syair-syairnya mengandung nilai-nilai akhlak dan nasihat kebajikan, adalah

Luqman Al-hakim, Aktsam bin Shaifi, Hatim Ath-Thai, dan Zuhair bin Abi Sulma

(530-627).

Bangsa Arab pada masa jahiliyah memiliki kadar pemikiran yang minimal pada

bidang akhlak. Meskipun bangsa Arab sebelum Islam merupakan zaman Jahiliyah,

nilai-nilai akhlak sebenarnya telah ada titik walaupun hanya sebatas pada nasihat-

nasihat kebajikan yang terungkap melalui syair-syair Arab. pengertian Jahiliiyah

sendiri sebenarnya bukan berarti bahwa bangsa Arab itu bodoh dalam pemikiran atau

akal, tetapi jahiliyah disini menggambarkan bangsa Arab yang saat itu memiliki nilai-

nilai moral yang bobrok, serta tidak bisa menerima kebenaran akidah. Oleh karena itu,

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam diutus di Arab sebagai nabi yang

memperbaiki akhlak yang bobrok menjadi Akhlak Yang Mulia.

D. Kajian Akhlak di Kalangan Kaum Muslimin

Islam mengajarkan dua arah hubungan, yaitu Hablun min Allah, sebagai

hubungan vertikal antara hamba dengan Tuhannya, dan Hablun min An-Nas, sebagai

hubungan horizontal, antara hamba dengan hamba lainnya. Dengan demikian, tidak

6
hanya mengajarkan akhlak mulia terhadap Tuhan, melainkan juga mengajarkan nilai-

nilai akhlak kepada sesama manusia.

Allah SWT telah menerapkan beberapa aturan yang harus ditaati dan beberapa

larangan yang harus di hindari oleh manusia. Beberapa keutamaan yang harus diikuti,

Antara lain kebenaran dan keadilan. Adapun beberapa keburukan yang harus di

hindari manusia, misalnya perbuatan keji dan mungkar, permusuhan dan berbuat

kerusakan di muka bumi

Dalam agama Islam, Nabi Muhammad adalah guru terbesar dalam bidang

akhlak. Bahkan misi utama diutusnya Nabi ke muka bumi ini tidak lain adalah untuk

menyempurnakan akhlak. Pada masa pra-islam, kehidupan masyarakat Arab dikenal

sebagai zaman jahiliyah, yang telak bobrok nilai-nilai moralitas nya. Namun setelah

kelahiran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad, nilai-nilai dan tatanan akhlak

Islam mulai tertanam dalam diri masyarakat Arab.

E. Kajian Akhlak di Kalangan Pesantren

Kajian Akhlak di Kalangan Pesantren di Indonesia, juga telah banyak dibahas

dalam beberapa literatur di pesantren. Penanaman nilai-nilai akhlak Al-karimah di

pesantren, juga ditanamkan melalui karya para ulama yang dijadikan literatur dan

rujukan di pesantren.

Kitab-kitab tentang akhlak yang banyak dikaji di pesantren, antara lain karya

karya Al-Ghazali ihya' Ulumuddin, Mizan Al-amal, kimiya As-Sa'adah, dan akhlak

Al-Abrar wa Najat min Asrar. Selain itu, kitab irsyadul Ibad ila Sabil Al-Rasyad,

karya Zainuddin Al-Malibari dan kitab-kitab lain yang ditulis oleh para ulama Timur

Tengah pada abad pertengahan juga banyak yang dikaji di pesantren. Beberapa tokoh

7
ulama pesantren dari Indonesia juga banyak yang menulis kajian Akhlak, khususnya

dengan pendekatan tasawuf. Beberapa tokoh tersebut antara lain, Syekh Nawawi al-

Bantani (wafat 1894) seorang tokoh pesantren dari Banten. Beberapa karyanya antara

lain, Mirqah Shu'uh At-Tashdiq, Maraqi Al-Ubudiyyah, dan Nashaih Al-ibad.

F. Kajian Akhlak di Kalangan Bangsa Barat

Bangsa Barat (Eropa) mengalami kebangkitan dalam berbagai bidang ilmu

pengetahuan pada abad ke-15 M. Pada masa tersebut, para ilmuwan mulai mengkaji

kembali filsafat Yunani kuno. Kebebasan berpikir mulai didengungkan, akal mulai

dibangkitkan keberadaannya, dan sebagian ajaran klasik mulai dikritik. Diantara

ajaran yang dikritik adalah ajaran akhlak yang dibawa bangsa Yunani dan bangsa-

bangsa setelahnya.

1. Rene Descartes

Rene Descartes ( 1596- 1650M) adalah salah satu seorang filsuf kenamaan

dari Perancis, yang seringkali dianggap sebagai pendiri filsafat modern. Dia adalah

orang pertama yang memiliki kapasitas filosofis yang tinggi, dan sangat dipengaruhi

oleh fisika dan astronomi baru. Tokoh ini telah meletakkan dasar-dasar baru bagi ilmu

pengetahuan dan filsafat. Descartes merupakan tanda dari kepercayaan diri baru,

akibat kemajuan sains.

2. John of salisbury

John of salisbury (1120-1180 M) merupakan contoh terbaik yang mewakili

pandangan-pandangan lembaga kepuasan. filsuf Inggris ini menghabiskan sekitar 12

tahun pertama usianya di Paris. Ia juga pernah tinggal di Chartres sebagai pusat

8
studi tentang manusia. John of salisbury Terkenal dengan pemikirannya yang

menjelaskan bahwa kekuatan spiritual berada di atas kekuatan duniawi. Bertolak dari

pemikiran tersebut, ia menjadi pendukung gereja, berbicara mewakili gereja,

membela gereja, menyerang kekuatan dunia, serta menggambarkan sebagai pengikut

kekuasaan spiritual. Sebagian pemikirannya tertuang dalam buku karyanya yang

paling masyhur, berjudul Stateman’s Book. pada buku tersebut, Ia berbicara tentang

dunia pedang ( kekuasaan), yaitu pedang fisik dan pedang spiritual. Menurutnya,

kedua hal tersebut bersumber dari gereja dan harus kembali padanya. dengan

demikian, gereja dapat menarik kembali pedang raja tersebut jika ia keluar dari

hukum Ilahi. Sebab, orang yang mempunyai kekuasaan untuk memberi, berarti

mempunyai kekuasaan pula untuk mencabut pemberiannya tersebut.

3. Jeremy Bentham dan John Stuart Mill

Jeremy Bentham (1748-1832) adalah filsuf dari Inggris, pendiri

utilitarianisme. Ia adalah tokoh berpengaruh dalam bidang pembaruan politik,

hukum, sosial dan pendidikan. Karyanya yang terkenal adalah introduction to the

principles of moral and Legislation. Bentham mendasarkan seluruh filsafatnya pada

dua prinsip, yaitu prinsip asosiasi (associatiob principle(, dan prinsip kebahagiaan

terbesar (greatest happiness principle).

Stuart Mill (1806-1873) merupakan seorang filsuf Inggris, anak dari James Mill.

Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh sang ayah dan Jeremy Bentham, ia juga

banyak belajar dari literatur Yunani dan latin. Stuart Mill mempelajari logika secara

mandiri, kemudian mendiskusikannya dengan ayah. Karyanya yang terkenal dalam

bidang etika berjudul Utilitarianism.

9
4. Thomas Hill Green

Thomas Hill Green (1836-1882) adalah profesor filsafat moral yang bekerja

sebagai akademisi. Selain itu, ia juga mengabdikan dirinya dalam bidang sosial dan

politik. Thomas Hill Green mengaitkan paham evolusi dengan etika. Di antara

pemikiran etika Thomas Hill Green sebagai berikut.

a. Manusia dapat memahami suatu keadaan yang lebih baik dan dapat menghendaki

sebab ia adalah pelaku moral.

b. Manusia dapat melakukan realisasi karena ia adalah subjek yang sadar diri, suatu

reproduksi dari kesadaran diri yang abadi.

c. Cita-cita ideal adalah memimpikan keadaan yang lebih, yang menjadi tujuan

terakhir.

d. Ide menjadi pelaku bermoral dalam kehidupan manusia. Kebaikan moral menjadi

pemuas hasrat pelaku moral. Sementara itu, kebaikan yang sesungguhnya adalah

tujuan yang memiliki nilai mutlak. Kondisi ideal dari kehidupan yang sempurna,

adalah kesempurnaan manusia dalam alam. Hal tersebut di tentukan oleh kehendak

yang selaras, yaitu kehendak yang mendorong tindakan yang utama

5. Spinoza

Spinoza (1632-1677M) adalah ilmuwan barat yang mempunyai pengaruh berat

dalam bidang etika. Karya spinoza dalam bidang etika yang terkenal adalah Ethics,

yang terbit setelah kematian nya. Karya lainnya adalah Tractatus Theologico, dan

Tractatus politicus. Ethics merupakan karya utama spinoza, di tulis dengan maksud

untuk membantu mengurangi penderitaan orang-orang yang menganut suatu

keyakinan. Karya ini bukan semata karya filosofis, melainkan memiliki tujuan praktis,

yaitu untuk mengajari pembacanya bahwa Tuhan merupakan bagian dari penciptaan.

10
Bahwa semua hal yang eksis merupakan manifestasi dari Tuhan, termasuk umat

manusia. Agar seseorang mampu memahami hal ini, ia harus bersikap mandiri dan

bebas dari seluruh fanatisme yang membelenggu. Spinoza membuktikan keyakinan

tersebut dalam kehidupannya. Argumen-argumennya selalu di sampaikan dengan

tenang, di pertimbangkan dengan matang dan masuk akal. Ia bahkan tidak

membiarkan dirinya terprovokasi.

6. Immanuel Kant

Immanuel Kant (1724-1804M) merupakan seorang filsuf ternama dari Jerman.

Karya Kant yang terpenting adalah Kritik de Vermunft (1781). Titik berat pemikiran

etika nya adalah kewajiban (Panggilan hati nurani) untuk melakukan sesuatu tersebut

berpangkal pada Budi pekerti atau akhlak. Immanuel Kant berpendapat bahwa

manusia mempunyai perasaan moral yang tertanam dalam jiwa dan hati nuraninya.

Perasaan moral ini, tidak diperoleh dari pengalaman dalam hidupnya di dunia, tetapi

merupakan pembawaannya sejak lahir. Dengan pesan moral itu, orang merasa bahwa

ia mempunyai kewajiban untuk menjauhi perbuatan-perbuatan buruk dan

melaksanakan perbuatan-perbuatan baik.

7. Hegel

Hegel (1770-1831) merupakan filsuf Jerman yang sering mengkritik

pemikiran Kant. Meskipun demikian, sistem filsafatnya tidak akan pernah muncul jika

tidak ada Kant. Pada akhir abad ke sembilan belas para filsuf akademik terkemuka,

baik di Amerika maupun Inggris, sangat bercorak Hegelian. Di luar filsafat murni,

banyak teologi protestan mengadopsi doktrin-doktrinnya, dan filsafatnya tentang

sejarah memengaruhi teori politik secara mendalam.

11
Dalam doktrin etikanya, Hegel berpendapat bahwa nilai itu terletak pada keseluruhan,

bukan pada bagian-bagiannya. Pasti benar jika doktrin metafisisnya benar, tetapi

mungkin tidak mesti salah jika doktrin metafisisnya salah. Lagipula, mungkin doktrin

ini benar berkenan dengan beberapa keseluruhan dan tidak berkenan dengan yang

lainnya. Pokok-pokok pemikiran filsafat Hegel tentang etika, terdapat dalam karya-

karyanya antara lain Phenomenology of Mind, The Philosopy of History dan The

Philosopy of Law.

8. Victor Cousin dan Auguste Comte

Victor Cousin (1792-1867) adalah salah seorang yang bertanggung jawab

menggeser filsafat Prancis, dari senspiritualisme ke arah spiritualisme menurut

pemikirannya sendiri. Cousin mengajarkan bahwa dasar metafisika adalah

pengamatan yang hati-hati, dan analisis atas fakta-fakta tentang kehidupan yang sadar.

Auguste Comte (1798-1857), filsuf kelahiran montpellier, Prancis,17 Januari ini,

memiliki nama lengkap Isidore Marie Auguste Francoiis Xavier Comte. Ia meninggal

di Paris, Prancis 5 September 1857 pada umur 59 tahun. Comte adalah seorang

ilmuwan Prancis yang di juluki sebagai Bapak sosiologi. Ia dikenal sebagai orang

pertama yang mengaplikasikan ilmiah dalam ilmu sosial. Dalam beberapa karyanya,

ia juga membahas dan membicarakan tentang akhlak

12
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Perkembangan ilmu akhlak pada zaman Yunani dikembangkan oleh Socrates

Plato, Aristoteles, serta agama Nasrani juga ikut serta dalam mengembangkan

ilmu akhlak pada zaman ini. Dalam abad pertengahan berdirinya Kekaisaran

Roma Suci, menandai zaman dalam teori abad pertengahan. Sedangkan akhlak

pada masa Arab sebelum islam memiliki nilai-nilai akhlak yang sebenarnya

telah ada titik walaupun hanya sebatas pada nasihat-nasihat kebajikan yang

terungkap melalui syair-syair Arab. Dalam agama Islam, Nabi Muhammad

adalah guru terbesar dalam bidang akhlak. Bahkan misi utama diutusnya Nabi

ke muka bumi ini tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak.

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami buat dengan berbagai sumber. Kami sebagai penulis

mengetahui masih banyak nya terdapat kekurangan di makalah ini dan belum bisa di

katakan "sempurna", maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. (2016). Ilmu Akhlak. Jakarta: AMZAH.

14

Anda mungkin juga menyukai