Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AKHLAK TASAWUF

“SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK”

Dosen pengampu :

DISUSUN OLEH:

NOPIA PITRIYANINGSIH ( 230106181)

ALIZATUN ISNAINI. (230106146)

BIBIT MILENIUM. (230106145)

M.SAIFULAH YUSUF.
BAB I

A.Latar belakang masalah.

Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yang secara bahasa bermakna “pembuatan” atau
“penciptaan” dalam konteks agama, akhlak bermakna perangai, budi, tabiat, adab, atau tingkah laku.
menurut imam Ghozali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang melahirkan
perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa perlu pemikiran maupun pertimbangan. Dengan arti yang
singkat akhlak bisa disebut sebagai etika.

Menggali lebih dalam sejarah perkembangan akhlak(etika) dalam pendekatan bahasa sebenarnya
sudah dikenal oleh manusia di muka bumi ini yaitu yang dikenal sebagai istilah adat istiadat yang
sangat di hormati oleh setiap individu, keluarga dan masyarakat.

Pada pembahasan ini kami sebagai pemakalah akan menjelaskan tentang sejarah perkembangan
akhlak pada zaman Yunani sampai zaman Modern. Serta menjelaskan pertumbuhan dan
perkembangan ilmu akhlak di luar ajaran Islam (non muslim) dan pertumbuhan dan perkembangan
dalam ajaran Islam .

B.Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka kami dapat merumuskan masalah sebagai beriku.
1.Bagaimana sejarah perkembangan akhlak pada zaman Yunani .?
2.Bagaimanan perkembangan akhlak pada abad pertengahan.?
3.Bagaimana sejarah akhlak pada bangsa Arab sebelum Islam.?
4.Bagaimana sejarah akhlak pada bangsa Arab setelah Islam.?
5.Bagaimanan akhlak pada zaman Barata(zaman baru)?

C .Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan akhlak pada zaman Yunani .

2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan akhlak pada abad Pertengahan.

3. Untuk mengetahui sejarah akhlak pada bangsa Arab sebelum Islam.

4.Untuk mengetahui sejarah perkembangan akhlak pada bangsa Arab setelah Islam.

5.Untuk mengetahui perkembangan ilmu akhlak pada zaman Barata (baru).

BAB II

PEMBAHASAN

A.SEJARAH SINGKAT

Secara etimologis akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Dari pengertian etimologis seperti ini, akhlak bukan saja
merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama
manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan dan
bahkan dengan alam semesta. Sedangkan, Ilmu Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas
baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan
batin. Jadi ilmu akhlak adalah ilmu yang mempersoalkan baik buruknya amal.

Akhlak dalam arti bahasa, sebenarnya sudah dikenal manusia di atas permukaan bumi ini
yaitu apa yang disebut dengan istilah adat-istiadat (tradisi) yang dihormati, baik dalam
kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Dalam keadaan terputusnya wahyu (zaman
fatrah) maka tradisi itulah yang dijadikan tolak ukur dan alat penimbangan norma pergaulan
kehidupan manusia, terlepas dari segi apakah itu baik atau buruk menurut setelah datang
wahyu.

Kalau kita memperhatikan bangsa arab di zaman jahiliyah, misalnya: mereka sudah memiliki
perangai halus dan rela dalam kehidupan baik dan kemuliaan cukup. Tetapi juga pemarah
luar biasa, perampok, perampas, karena kejahatan mengancam diri atau kabilahnya. Hal ini
Nampak dalam puisi-puisi mereka sebagai bangsa yang buta huruf, tetapi daya ingatan dan
hafalan mereka sangat kuat. Misalnya: Zuhair ibnu abi Salam mengatakan: “Barang siapa
menepati janji tidak kan tercela dan barang siapa membawa hatinya menuju kebaikan yang
menentramkan, tidak akan ragu-ragu”.

Bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki dalam kadar yang minimal pemikiran dalam
bidang akhlak. Pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan dan mengerjakannya,
walaupun nilai yang tercetus lewat syair-syairnya belum sebanding dengan kata-kata hikmah
yang diucapkan oleh filosof-filosof zaman kuno. Sewaktu islam datang yang dibawa oleh
Muhammad SAW, maka Islam tidak menolak setiap kebiasaan yang terpuji yang terdapat
pada bangsa Arab, Islam datang kepada mereka membawa akhlak yang mulia yang menjadi
dasar kebaikan hidup seseorang, keluarga, handai tolan, umat manusia serta alam
seluruhnya. Setelah Al-qur’an turun maka lingkaran bangsa Arab dalam segi akhlak dari segi
sempit menjadi luas dan berkembang, jelas arah dan sasarannya.

A.SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK

1.Sejarah Perkembangan Akhlak Pada zaman Yunani.


Menurut beberapa tokoh-tokoh dan Ahli masing-masing menyebut sejarah perkembangan
akhlak sebagai berikut m.

1.Tokoh – tokoh sufistik (500 -450 SM)


Pertumbuhan dan perkembangan ilmu Akhlak pada bangsa Yunani baru terjadi setelah
munculnya apa yang disebut sophisticians , yaitu orang-orang yang bijaksana (500 -457 SM )
penyelidikan ahli -ahli filsafat Yunani kuno tidak banyak memperhatikan pada akhlak,
kebanyakan penyelidikannya mengenai alam sehingga datang sophisticians ialah orang yang
bijaksana yang menjadi guru terbesar di beberapa negeri. Pikiran dan pendapat mereka
berbeda -beda, tetapi tujuan mereka adalah satu, yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa
Yunani agar menjadi nasionalis yang baik lagi merdeka dan mengetahui kewajiban mereka
terhadap tanah airnya.

2.Socrates (469-339 SM)


Socrates dipandang sebagai perintis ilmu akhlak, karena ia yang pertama kali berusaha
sungguh-sungguh membentuk pola hubungan antar manusia dengan dasar ilmu
pengetahuan sehingga ia berpendapat bahwa keutamaan itu adalah ilmu namun demikian,
para peneliti terhadap pemikiran Socrates ada yang mengatakan bahwa Socrates tidak
menunjukkan dengan jelas tujuan akhir dari akhlak dan tidak memberikan patokan –
patokan untuk mengukur segala perbuatan dan menghukumkannya baik atau buruk
Akibatnya, maka timbullah beberapa golongan yang mengemukakan berbagai teori tentang
akhlak yang dihubungkan pada Socrates.

3.cynics dan cyrenics


Golongan terpenting yang lahir setelah Socrates adalah cynics dan cyrenics Keduanya dari
pengikut Socrates .Golongan cynics di bangun oleh Antistenes (414-370SM) menurut
golongan ini bahwa ketuhanan itu bersih dari segala kebutuhan, dan sebaik-baik manusia
adalah orang yang berperangai dengan akhlak ke Tuhanan .

4.plato (427-347 SM)


ia adalah seorang ahli filsafat Athena dan murid dari Socrates .pandangannya dalam bidang
akhlak berdasarkan pada teori model. Teori model ini digunakan plato untuk menjelaskan
masalah akhlak. Di antara model ini adalah model untuk kebaikan yaitu arti mutlak, azali ,
kekal dan amat sempurna . Dalam pandangan akhlaknya, plato tampak memadukan antara
unsur yang datang dari diri manusia sendiri dan unsur1 yang datang dari luar 0nsur dari diri
manusia berupa akal pikiran dan potensi rohaniah, sedangkan unsur dari luar berupa
pancaran nilai-nilai luhur dari yang bersifat mutlak .Dia berpendapat bahwa pokok- pokok
keutamaan ada empat antara lain:
a. Hikmah/ kebijaksanaan,
b. Keberanian
c. Keperwiraan
d. Keadilan.

5.Aristoteles (394 -322 SM)


ia murid plato yang membangun suatu paham yang khas, yang mana pengikutnya diberi
nama dengan
“Peripatetics” Karena mereka memberikan pelajaran sambil berjalan, atau karena ia
mengajar di tempat berjalan yang teduh Dia menyelidiki dalam akhlak dan mengarangnya
dan ia berpendapat bahwa tujuan terakhir yang dikehendaki manusia mengenai segala
perbuatannya ialah “bahagia”. Akan tetapi pengertiannya tentang bahagia lebih luas dan
lebih tinggi dari pengikut paham utilitarianism dalam zaman baru ini. Dan menurut
pendapatnya jalan mencapai kebahagiaan ialah mempergunakan kekuatan akal pikiran
sebaik-baiknya selain itu Aristoteles ialah pencipta teori serba tengah tiap-tiap keutamaan
adalah tengah- tengah diantarai kedua keburukan, seperti dermawan adalah tengah- tengah
antara boros dan kikir, keberanian adalah tengah -tengah antara membabi buta dan takut.

6. Stoich dan epicuries .


stoisisme mengatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah menjalani segala sesuatu yang
bisa dijalani secara rasional. Kenikmatan dan kesengsaraan ada waktunya segala ide tentang
kesengsaraan dan kebahagiaan berasal dari pikiran manusia belaka . pikiran,
The mind adalah kunci dari stoisisme Kedamaian batin atau Peace of mind
Akan kita alami kalau kita mau berpikir rasional filsafat epikurus bertujuan menjamin
kebahagiaan manusia. Filsafatnya dititikberatkan pada etika yang akan memberikan
ketenangan batin.
7.Agama Nasrani.
Pada akhir abad ketiga Masehi tersiarlah agama Nasrani di Eropa Agama ini telah berhasil
mempengaruhi pemikiran manusia dan membawa pokok -pokok ajaran akhlak yang tersebut
dalam kitab Taurat dan Injil .dan menurut agama ini bahwa Tuhan merupakan sumber akhlak

2.Sejarah Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad pertengahan)


Kehidupan masyarakat Eropa di abad pertengahan dikuasai oleh gereja. Pada waktu itu
gereja berusaha memerangi filsafat Yunani serta menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan
kuno. Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan “hakikat” telah diterima dari wahyu. Apa yang
telah diperintahkan oleh wahyu tentu benar adanya. Oleh karena itu tidak ada artinya lagi
penggunaan akal dan pikiran untuk kegiatan penelitian. Mempergunakan filsafat boleh saja
asalkan tidak bertentangan dengan doktrin uang dikeluarkan oleh gereja, atau memiliki
perasaan dan menguatkan pendapat gereja. Di luar ketentuan seperti itu penggunaan
filsafat tidak diperkenankan.
Namun demikian sebagai dari kalangan gereja ada yang mempergunakan pemikiran Plato,
Aristoteles dan Stoics untuk memperkuat ajaran gereja, dan mencocokkannya dengan akal.
Filsafat yang menentang Agama Nashrani dibuang jauh-jauh.
Dengan demikian ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan itu adalah ajaran
akhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran Nashrani. Diantara
merka yang termasyhur ialah Abelard, sorang ahli filsafat Perancis (1079-1142) dan Thomas
Aquinas, seorang ahli filsafat Agama berkebangsaan Italia (1226-1274).
Corak ajaran akhlak yang sifatnya perpaduan antara pemikiran filsafat Yunani dan ajaran
agama itu, nantinya akan dapat pula dijumpai dalam ajaran akhlak yang terdapat dalam
Islam sebagaimana terlihat pada pemikiran aklhlak yang dikemukakan kaum Muktazilah.[9]

3. Sejarah Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam


Bangsa Arab pada Zaman Jahiliyah tidak ada yang menonjol dalam segi filsafat sebagaimana
Bangsa Yunani (Socrates, Plato dan Aristoteles), Tiongkok dan lain-lainnya. Disebabkan
karena penyelidikan akhlak terjadi hanya pada Bangsa yang sudah maju pengetahuannya.
Sekalipun demikian, Bangsa Arab waktu itu ada yang mempunyai ahli-ahli hikwah yang
menghidangkan syair-syair yang mengandung nilai-nilai akhlak.
Adapun sebagian syair dari kalangan Bangsa Arab diantaranya: Zuhair ibn Abi Salam yang
mengatakan: ”barang siapa menepati janji, tidak akan tercela; barang siapa yang membawa
hatinya menunjukkan kebaikan yang menentramkan, tidak akan ragu-ragu”. Contoh lainnya,
perkataan Amir ibnu Dharb Al-Adwany ”pikiran itu tidur dan nafsu bergejolak. Barang siapa
yang mengumpulkan suatu antara hak dan batil tidak akan mungkin terjadi dan yang batil itu
lebih utama buatnya. Sesungguhnya penyelesaian akibat kebodohan”.
Dapat dipahami bahwa bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki kadar pemikiran yang
minimal pada bidang akhlak, pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan dan
mengerjakannya, walaupun nilai yang tercetus lewat syair-syairnya belum sebanding dengan
kata-kata hikmah yang diucapkan oleh filosof-filosof Yunani kuno. Dalam syariat-syariat
mereka tersebut saja sudah ada muatan-muatan akhlak.
Memang sebelum Islam, dikalangan bangsa Arab belum diketahui adanya para ahli filsafat
yang mempunyai aliran-aliran tertentu seperti yang kita ketahui pada bangsa Yunani, seperti
Epicurus, Plato, zinon, dan Aristoteles, karena penyelidikan secara ilmiah tidak ada, kecuali
sesudah membesarnya perhatian orang terhadap ilmu kenegaraan.[10]
Setelah sinar Islam memancar, maka berubahlah suasana laksana sinar
matahari menghapuskan kegelapan malam, Bangsa Arab kemudian tampil maju menjadi
Bangsa yang unggul di segala bidang, berkat akhlak karimah yang diajarkan Islam.
Firman Allah yang mengungkap tentang “Akhlak” yaitu Surat An-Nahl ayat 90:

Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.[11

4. Akhlak pada Agama Islam

Ajaran akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama Islam dengan titik
pangkalnya pada Tuhan dan Akal manusia. Agama Islam pada Intinya mengajak manusia agar
percaya kepada Allah SWT.

Selain itu,agama Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan
memuat ajaran yang menuntun umat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan. Semua ini
terkandung dalam ajaran kitab suci al-Qur’an yang diturunkan Allah dan ajaran sunnah yang
didatangkan dari Nabi Muhammad Saw. Firman Allah yang mengungkap tentang “Akhlak”
yaitu Surat An-Nahl ayat 90:

Artinya:

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

5. AKHLAK PERIODE ABAD MODERN


Pada abad pertengahan ke-15 mulailah ahli-ahli pengetahuan menghidup suburkan filsafat
Yunani kuno. Itali juga kemudian berkembang di seluruh Eropa. Kehidupan mereka yang
semula terikat pada dogma kristiani, khayal dan mitos mulai digeser dengan memberikan
peran yang lebih besar kepada kemampuan akal pikiran.
Di antara masalah yang mereka kritik dan dilakukan pembaharuan adalah masalah akhlak.
Akhlak yang mereka bangun didasarkan pada penyelidikan menurut kenyataan empiric dan
tidak mengikuti gambaran-gambaran khayalan, dan hendak melahirkan kekuatan yang ada
pada manusia, dihubungkan dengan praktek hidup di dunia ini. Pandangan baru ini
menghasilkan perubahan dalam menilai keutamaan-keutamaan kedermawanan umpamanya
tidak mempunyai lagi nilai yang tinggi sebagaimana pada abad-abad pertengahan, dan
keadilan social menjadi di perolehnya pada masa yang lampau. Selanjutnya pandangan
akhlak mereka diarahkan pada perbaikan yang bertujuan agar mereka menjadi anggota
masyarakat yang mandiri.[12]
Ahli filsafat Perancis yaitu Desrates (1596-1650 M), termasuk pendiri filsafat baru dalam Ilmu
Pengetahuan dan Filsafat. Ia telah menciptakan dasar-dasar baru, diantaranya:
1. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan nyata adanya. Dan apa yang
didasarkan kepada sangkaan dan apa yang tumbuhnya dari adat kebiasaan saja, wajib di
tolak.
2. Di dalam penyelidikan harus kita mulai dari yang sekecil-kecilnya yang semudah-
mudahnya, lalu meningkat kearah yang lebih banyak susunannya dan lebih dekat
pengertiannya, sehingga tercapai tujuan kita.
3. Wajib bagi kita jangan menetapkan sesuatu hokum akan kebenaran sesuatu soal,
sehingga menyatakannya dengan ujian. Descartes dan pengikut-pengikutnya suka kepada
paham Stoics, dan selalu mempertinggi mutu pelajarannya sedang Gassendi dan Hobbes dan
pengikutnya suka kepada paham Epicurus dan giat menyiarkan aliran pahamnya.
Kemudian lahir pula Bentham (1748-1832) dan John Stoart Mill (1806-1873). Keduanya
berpindah paham dari faham Epicurus ke faham Utilitarianim.
Setelah keadaannya muncul Green (1836-1882) dan Hebbert Spencer (1820-19030,
keduanya mencocokkan faham pertumbuhan dan peningkatan atas akhlak sebagaimana
yang kita ketahui.

BAB III

KESIMPULAN

1 Akhlak Pada Zaman Yunani

Socrates dipandang sebagai perintis Ilmu Akhlak. Karena ia yang pertama berusaha dengan sungguh-
sungguh membentuk perhubungan manusia dengan ilmu pengetahuan. Lalu datang Plato (427-347
SM). Ia seorang ahli Filsafat Athena, yang merupakan murid dari Socrates. Buah pemikirannya dalam
Etika berdasarkan ‘teori contoh’. Dia berpendapat alam lain adalah alam rohani. Kemudian disusul
Aristoteles (394-322 SM), dia adalah muridnya plato. Pengikutnya disebut Peripatetis karena ia
memberi pelajaran sambil berjalan atau di tempat berjalan yang teduh

2.Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad pertengahan)


Pada abad pertengahan, Etika bisa dikatakan ‘dianiaya’ oleh Gereja. Pada saat itu, Gereja memerangi
Filsafat Yunani dan Romawi, dan menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno. Gereja
berkeyakinan bahwa kenyataan hakikat telah diterima dari wahyu. Dan apa yang terkandung dan
diajarkan oleh wahyu adalah benar.

3.Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam

Bangsa Arab pada zaman jahiliah tidak mempunyai ahli-ahli Filsafat yang mengajak kepada aliran
atau faham tertentu sebagaimana Yunani, seperti Epicurus, Zeno, Plato, dan Aristoteles. Hal itu
terjadi karena penyelidikan ilmu tidak terjadi kecuali di Negara yang sudah maju. Waktu itu bangsa
Arab hanya memiliki ahli-ahli hikmat dan sebagian ahli syair. Yang memerintahkan kepada kebaikan
dan mencegah kemungkaran, mendorong menuju keutamaan, dan menjauhkan diri dari kerendahan
yang terkenal pada zaman mereka.

4.Akhlak pada Agama Islam dan Akhlak Pada Abad Modern

Ajaran akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama Islam dengan titik pangkalnya
pada Tuhan dan Akal manusia. Agama Islam pada Intinya mengajak manusia agar percaya kepada
Allah SWT. Pada abad pertengahan ke-15 mulailah ahli-ahli pengetahuan menghidup suburkan
filsafat Yunani kuno. Itali juga kemudian berkembang di seluruh Eropa.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/32631521/
makalah_sejarah_dan_perkembangan_ilmu_akhlak_docxDepag RI. Al-Qur’an dan Terjemahan, 1971.

http://stiebanten.blogspot.com/2011/10/sejarah-perkembangan-ilmu-akhlak.html?m=1

Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997.

Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf (Nilai-nilai akhlak/ budipekerti dalam ibadat dan tasawuf), Jakarta: PT
Karya Mulia,2005.

AR, Zahruddin dkk. Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004.

Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2006. Mustofa, Akhlak Tasawuf,
Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997.

Anda mungkin juga menyukai