Dosen pengampu :
DISUSUN OLEH:
M.SAIFULAH YUSUF.
BAB I
Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yang secara bahasa bermakna “pembuatan” atau
“penciptaan” dalam konteks agama, akhlak bermakna perangai, budi, tabiat, adab, atau tingkah laku.
menurut imam Ghozali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang melahirkan
perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa perlu pemikiran maupun pertimbangan. Dengan arti yang
singkat akhlak bisa disebut sebagai etika.
Menggali lebih dalam sejarah perkembangan akhlak(etika) dalam pendekatan bahasa sebenarnya
sudah dikenal oleh manusia di muka bumi ini yaitu yang dikenal sebagai istilah adat istiadat yang
sangat di hormati oleh setiap individu, keluarga dan masyarakat.
Pada pembahasan ini kami sebagai pemakalah akan menjelaskan tentang sejarah perkembangan
akhlak pada zaman Yunani sampai zaman Modern. Serta menjelaskan pertumbuhan dan
perkembangan ilmu akhlak di luar ajaran Islam (non muslim) dan pertumbuhan dan perkembangan
dalam ajaran Islam .
B.Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka kami dapat merumuskan masalah sebagai beriku.
1.Bagaimana sejarah perkembangan akhlak pada zaman Yunani .?
2.Bagaimanan perkembangan akhlak pada abad pertengahan.?
3.Bagaimana sejarah akhlak pada bangsa Arab sebelum Islam.?
4.Bagaimana sejarah akhlak pada bangsa Arab setelah Islam.?
5.Bagaimanan akhlak pada zaman Barata(zaman baru)?
C .Tujuan
4.Untuk mengetahui sejarah perkembangan akhlak pada bangsa Arab setelah Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.SEJARAH SINGKAT
Secara etimologis akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Dari pengertian etimologis seperti ini, akhlak bukan saja
merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama
manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan dan
bahkan dengan alam semesta. Sedangkan, Ilmu Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas
baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan
batin. Jadi ilmu akhlak adalah ilmu yang mempersoalkan baik buruknya amal.
Akhlak dalam arti bahasa, sebenarnya sudah dikenal manusia di atas permukaan bumi ini
yaitu apa yang disebut dengan istilah adat-istiadat (tradisi) yang dihormati, baik dalam
kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Dalam keadaan terputusnya wahyu (zaman
fatrah) maka tradisi itulah yang dijadikan tolak ukur dan alat penimbangan norma pergaulan
kehidupan manusia, terlepas dari segi apakah itu baik atau buruk menurut setelah datang
wahyu.
Kalau kita memperhatikan bangsa arab di zaman jahiliyah, misalnya: mereka sudah memiliki
perangai halus dan rela dalam kehidupan baik dan kemuliaan cukup. Tetapi juga pemarah
luar biasa, perampok, perampas, karena kejahatan mengancam diri atau kabilahnya. Hal ini
Nampak dalam puisi-puisi mereka sebagai bangsa yang buta huruf, tetapi daya ingatan dan
hafalan mereka sangat kuat. Misalnya: Zuhair ibnu abi Salam mengatakan: “Barang siapa
menepati janji tidak kan tercela dan barang siapa membawa hatinya menuju kebaikan yang
menentramkan, tidak akan ragu-ragu”.
Bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki dalam kadar yang minimal pemikiran dalam
bidang akhlak. Pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan dan mengerjakannya,
walaupun nilai yang tercetus lewat syair-syairnya belum sebanding dengan kata-kata hikmah
yang diucapkan oleh filosof-filosof zaman kuno. Sewaktu islam datang yang dibawa oleh
Muhammad SAW, maka Islam tidak menolak setiap kebiasaan yang terpuji yang terdapat
pada bangsa Arab, Islam datang kepada mereka membawa akhlak yang mulia yang menjadi
dasar kebaikan hidup seseorang, keluarga, handai tolan, umat manusia serta alam
seluruhnya. Setelah Al-qur’an turun maka lingkaran bangsa Arab dalam segi akhlak dari segi
sempit menjadi luas dan berkembang, jelas arah dan sasarannya.
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.[11
Ajaran akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama Islam dengan titik
pangkalnya pada Tuhan dan Akal manusia. Agama Islam pada Intinya mengajak manusia agar
percaya kepada Allah SWT.
Selain itu,agama Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan
memuat ajaran yang menuntun umat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan. Semua ini
terkandung dalam ajaran kitab suci al-Qur’an yang diturunkan Allah dan ajaran sunnah yang
didatangkan dari Nabi Muhammad Saw. Firman Allah yang mengungkap tentang “Akhlak”
yaitu Surat An-Nahl ayat 90:
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
BAB III
KESIMPULAN
Socrates dipandang sebagai perintis Ilmu Akhlak. Karena ia yang pertama berusaha dengan sungguh-
sungguh membentuk perhubungan manusia dengan ilmu pengetahuan. Lalu datang Plato (427-347
SM). Ia seorang ahli Filsafat Athena, yang merupakan murid dari Socrates. Buah pemikirannya dalam
Etika berdasarkan ‘teori contoh’. Dia berpendapat alam lain adalah alam rohani. Kemudian disusul
Aristoteles (394-322 SM), dia adalah muridnya plato. Pengikutnya disebut Peripatetis karena ia
memberi pelajaran sambil berjalan atau di tempat berjalan yang teduh
Bangsa Arab pada zaman jahiliah tidak mempunyai ahli-ahli Filsafat yang mengajak kepada aliran
atau faham tertentu sebagaimana Yunani, seperti Epicurus, Zeno, Plato, dan Aristoteles. Hal itu
terjadi karena penyelidikan ilmu tidak terjadi kecuali di Negara yang sudah maju. Waktu itu bangsa
Arab hanya memiliki ahli-ahli hikmat dan sebagian ahli syair. Yang memerintahkan kepada kebaikan
dan mencegah kemungkaran, mendorong menuju keutamaan, dan menjauhkan diri dari kerendahan
yang terkenal pada zaman mereka.
Ajaran akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama Islam dengan titik pangkalnya
pada Tuhan dan Akal manusia. Agama Islam pada Intinya mengajak manusia agar percaya kepada
Allah SWT. Pada abad pertengahan ke-15 mulailah ahli-ahli pengetahuan menghidup suburkan
filsafat Yunani kuno. Itali juga kemudian berkembang di seluruh Eropa.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/32631521/
makalah_sejarah_dan_perkembangan_ilmu_akhlak_docxDepag RI. Al-Qur’an dan Terjemahan, 1971.
http://stiebanten.blogspot.com/2011/10/sejarah-perkembangan-ilmu-akhlak.html?m=1
Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997.
Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf (Nilai-nilai akhlak/ budipekerti dalam ibadat dan tasawuf), Jakarta: PT
Karya Mulia,2005.
AR, Zahruddin dkk. Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004.
Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2006. Mustofa, Akhlak Tasawuf,
Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997.