Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Perkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam


Tugas ini diajukan untuk memenuhi mata kuliah
Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu :
H. UBAID MUH. BAIDOWI, Lc

Disusun Oleh :
Dila AyuCahyanti

STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )
DIPONEGORO TULUNGAGUNG
Tahun Ajaran : 2021-2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ perkembangan pemikiran dalam
akhlak islam “. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami untuk itu ktitik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah pada
waktu berikutnya. Dan kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada Bapak Ubaid Muh. Baidowi selaku dosen
mata kuliah Akhlak Tasawuf.

Kami berharap semoga Allah SWT memberikan keberkahan kepada kita semua
khususnya kepada mereka yang telah memeberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin.

Tulungagung , 16 September 2021

Penulis

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2


DAFTAR ISI..................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 4
C. Tujuan Masalah ..................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Fase Yunani .......................................................................................................... 5
B. Fase Sebelum Islam .............................................................................................. 7
C. Fase Islam ............................................................................................................. 7
D. Fase Abad Pertengahan ......................................................................................... 8
E. Fase Modern.......................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yang secara bahasa bermakna “pembuatan” atau
“penciptaan” dalam konteks agama, akhlak bermakna perangai, budi, tabi’at, adab,
atau tingkah laku. Menurut Imam Ghozali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa manusia yang melahirkan perbuatan perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pemikiran maupun pertimbangan.
Melacak sejarah perkembangan akhlak (etika) dalam pendekatan bahasa sebenarnya
sudah dikenal manusia di muka bumi ini. Yaitu, yang dikenal dengan istilah adat
istiadat yang sangat dihormati oleh setiap individu, keluarga dan masyarakat.

Selama lebih kurang seribu tahun ahli-ahli fikir Yunani dianggap telah pernah
membangun “kerajaan filsafat“, dengan lahirnya berbagai ahli dan timbulnya berbagai
macam aliran filsafat. Para penyelidik akhlak mengemukakan, bahwa ahli-ahli semata-
semata berdasarkan fikiran dan teori-teori pengetahuan, bukan berdasarkan agama.
Selain itu juga masih terdapat ahli-ahli fikir lain di zaman sebelum islam, pertengahan,
dan di zaman modern.

Dari filsuf – filsuf Yunani terjadilah persoalan antara baik dan buruk. Yang mana
persoalan ini menjadi permbicaraan utama dalam kajian ilmu akhlak dan ilmu estetika.
Di antara pembicaraan baik dan buruk penting karena terdapat dua alasan, ini juga
berkaitan dengan ilmu akhlak, dan dapat mengetahui pandangan islam tentang
persoalan akibat munculnya berbagai aliran.
Pada pembahasan ini kami sebagai pemakalah akan menjelaskan tentang sejarah
perkembangan ilmu akhlak pada zaman Yunani sampai zaman Modern dan baik dan
buruk.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan pemikiran akhlak Islam pada Fase Yunani?


2. Bagaimana sejarah perkembangan pemikiran akhlak Islam pada Fase Arab sebelum
Islam?
3. Bagaimana sejarah perkembangan pemikiran akhlak Islam pada Fase Islam?
4. Bagaimana akhlak Islam pada Fase Abad Pertengahan?
5. Bagaimana akhlak Islam pada Fase Modern?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan pemikiran dalam akhlak Islam pada
Fase Yunani
2. Untuk mengetahui sejarah akhlak Islam pada Fase Arab Sebelum Islam
3. Untuk mengetahui sejarah akhlak islam pada Fase Islam
4. Untuk mengetahui perkembangan akhlak Islam pada Fase Abad Pertengahan
5. Untuk mengetahui perkembangan kondisi pemikiran akhlak Islam pada Fase
Modern
4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fase Yunani
Pertumbuhan Pemikiran akhlak Islam pada bangsa Yunani baru terjadi setelah
munculnya orang-orang yang bijaksana (500-450 SM). Sedangkan sebelum itu di
kalangan bangsa Yunani tidak dijumpai pembicaraan mengenai akhlak, Islam karena
pada masa itu perhatian mereka tercurah pada penyelidikannya mengenai alam.

Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam membangun ilmu akhlak adalah
pemikiran filsafat tentang manusia. Ini menunjukkan bahwa ilmu akhlak yang mereka
bangun lebih bersifat filosofis. Pandangan dan pemikiran filsafat yang dikemukakan
para filosof Yunani berbeda-beda. Tetapi substansi dan tujuannya sama, yaitu
menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar menjadi nasionalis yang baik,
merdeka, dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya.

Pandangan dan pemikiran yang dikemukakan para filosof Yunani secara redaksional
berbeda-beda, tetapi substansi dan tujuannya sama yaitu menyiapkan angkatan muda
Yunani agar menjadi nasionalis yang baik lagi merdeka dan mengetahui kewajiban
mereka terhadap tanah airnya.

Para tokoh filosofi Yunani yang mengemukakan tentang akhlak diantaranya adalah :

1. Socrates (469-399 SM)


Socrates didaulat sebagai perintis ilmu akhlak Yunani yang pertama.
Alasannya, ia adalah tokoh pertama yang bersungguh-sungguh mengaitkan
manusia dengan prinsip ilmu pengetahuan. Ia berpendapat bahwa akhlak dalam
kaitannya dengan hubungan antar manusia harus didasarkan pada ilmu
pengetahuan. Ia mengatakan bahwa “keutamaan itu terdapat pada ilmu”. Oleh
karena itu, jika kemudian bermunculan berbagai pendapat tentang tujuan akhlak
walaupun sama-sama didasarkan pada Socrates

2. Cynics dan Cyrenics


Golongan terpenting yang lahir setelah Socrates adalah Cynics dan Cyrenics.
Keduanya dari pengikut Socrates. Golongan Cynics di bangun oleh Antistenes
(414 - 370 SM). Menurut golongan ini bahwa ketuhanan itu bersih dari segala
kebutuhan, dan sebaik-baik manusia adalah orang yang berperangai dengan
akhlak ke Tuhanan. Di antara pemimpin paham golongan Cynics yang terkenal
adalah Diagenes yang meninggal pada tahun 323 SM. Adapun golongan
“Cyrenics” di bangun oleh Aristippus yang lahir di Cyrena (kota Barka di utara
Afrika).

Kedua golongan tersebut, sama-sama bicara tentang perbuatan yang baik, utama
dan mulia. Golongan pertama, Cynics bersikap memusat pada Tuhan (teo-
sentris) dengan cara manusia berupaya mengindentifikasi sifat Tuhan dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. sedangkan golongan kedua,
Cyrenics bersikap memusat pada manusia (antro-pocentris) dengan cara

5
manusia mengoptimalkan perjuangan dirinya dan memenuhi kelezatan
hidupnya.

3. Plato (427-347 SM)


Ia adalah seorang ahli filsafat Athena dan murid dari Socrates. Pandangannya
dalam bidang akhlak berdasarkan pada teori model. Teori model ini digunakan
Plato untuk menjelaskan masalah akhlak. Di antara model ini adalah model
untuk kebaikan yaitu arti mutlak, azali, kekal dan sempurna. Dalam pandangan
akhlaknya, Plato tampak memadukan antara unsur yang datang dari diri
manusia sendiri dan unsur yang datang dari luar. Unsur dari diri manusia berupa
akal pikiran dan potensi rohaniah, sedangkan unsure dari luar berupa pancaran
nilai-nilai luhur.

Dia berpendapat bahwa pokok-pokok keutamaan ada empat antara lain:


a) Hikmah/kebijaksanaan,
b) Keberanian,
c) Keperwiraan
d) Keadilan.

4. Aristoteles (394-322 SM)


Dia murid Plato yang membangun suatu paham yang khas, yang mana
pengikutnya diberi nama dengan “Peripatetics” karena mereka memberikan
pelajaran sambil berjalan, atau karena ia mengajar di tempat berjalan yang
teduh. Dia menyelidiki dalam akhlak dan mengarangnya. Dan ia berpendapat
bahwa tujuan terakhir yang dikehendaki manusia mengenai segala
perbuatannya ialah “bahagia”. Akan tetapi pengertiannya tentang bahagia lebih
luas dan lebih tinggi dari pengikut paham utilitarianism dalam zaman baru ini.
Dan menurut pendapatnya jalan mencapai kebahagiaan ialah mempergunakan
kekuatan akal pikiran sebaik-baiknya.

Selain itu Aristoteles ialah pencipta teori tengah tiap-tiap keutamaan adalah
tengah-tengah diantara kedua keburukan, seperti dermawan adalah tengah-
tengah antara boros dan kikir, keberanian adalah tengah-tengah antara membabi
buta dan takut.

5. Stoics dan Epicurics


Setelah aristoteles datang “Stoics” dan “Epicuric” mereka berbeda
penyelidikanya dalam akhlak “stoics” berpendirian sebagai paham “Cynics”,
dan telah beri pejelasan secukupnya. Akan tetapi perlu kami katakan disini,
bahwa paham “stoics” ini diikuti oleh banyak ahli filsafat di yunani dan romawi,
rome ialah seneca (6 SM - 65 M), Epicetetus (60 – 110 M) dan kaisar marcus
orleus (121 – 180 M).

Stoisisme mengatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah menjalani segala


sesuatu yang bisa dijalani secara rasional. Kenikmatan dan kesengsaraan datang
dan pergi, dan kita tidak perlu melekat pada salah satunya. Segala ide tentang
kesengsaraan dan kebahagiaan berasal dari pikiran manusia belaka. Pikiran, the
mind adalah kunci dari Stoisisme. Kedamaian batin atau peace of mind akan
kita alami kalau mau berpikir rasional.

6
Filsafat Epikurus bertujuan menjamin kebahagiaan manusia. Filsafatnya
dititikberatkan pada etika yang akan memberikan ketenangan batin.

B. Fase Arab Sebelum Islam

Bangsa Arab pada masa Jahiliyah tidak menonjol dalam segi filsafat sebagai mana
bangsa Yunani ( zeno, plato, dan Aristoteles ). Hal ini karena penyelidikan terhadap
ilmu terjadi hanya pada bangsa yang sudah maju pengetahuannya. Sekalipun demikian,
bangsa Arab pada waktu itu mempunyai ahli-ahli hikmah dan syair-syair yang hikmah
dan syairnya mengandung nilai-nilai akhlak, seperti Lukman Al-Hakim , Aktsam bin
Shaifi , Zuhair bin Abi Sulma , dan Hatim Ath-Tha’i.

Dapat dipahami bahwa bangsa Arab sebelum islam telah memiliki pemikiran yang
yang minimal dalam bidang akhlak, dan belum sebanding dengan kata-kata hikmah dari
filosof-filosof Yunani kuno. Memang pada saat itu dari kalangan bangsa Arab belum
diketahui adanya para ahli filsafat dan aliran-alirannya. Hanya ada orang-orang arif
bijaksana dan ahli-ahli syair yang menganjurkan untuk berbuat berbuat kebaikan dan
melarang berbuat keburukan. Setelah agama Islam datang , munculah keyakinan bahwa
Allah adalah sumber dari segala sesuatu yang ada di dunia ini. Semua yang ada dilangit
dan bumi adalah ciptaan sang Khalikul Alam.

C. Fase Islam

Dalam islam , tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad Saw adalah guru terbesar
dalam bidang akhlak. Bahkan , keterutusannya ke muka bumi ini adalah untuk
menyempurnakan akhlak. Akan tetapi , tokoh yang pertama kali menggagas atau
menulis ilmu akhlak dalam islam , masih diperbincangkan.

Berikut ini akan dikemukakan beberapa teori


Pertama , tokoh yang pertama kali menggagas ilmu akhlak adalah Ali bin Abi Thalib
ini berdasarkan sebuah risalah yang ditulisnya untuk putranya, Al-Hasan setelah
kepulangannya dari perang shiffin di dalam risalah tersebut terdapat banyak pelajar
tentang akhlak dan berbagai keutamaan. Kandungan risalah ini tercermin pula dalam
kitab Nahj Al-Balagah yang banyak dikutip oleh ulama sunni, seperti Abu Ahmad bin
Abdillah Al-‘Asykari dalam kitabnya Az-Zawajir wa Al-Mawa’izh.

Kedua, tokoh islam yang pertama kali menulis ilmu akhlak adalah Ismail bin Mahran
Abu An-Nasr As-Saukini , ulama abad kedua. Ia menulis kitab Al-Mu’min wa Al-Fajr
, kitab akhlak yang pertama kali dikenal dalam islam. Selain itu dikenal tokoh-tokoh
akhlak walaupun mereka tidak menulis kitab tentangnya , seperti Abu Dzar Al-Gifhari,
Amr bin Yasir , Nauval Al Bakali , dan Muhammad bin Abu Bakar.1

Ketiga, pada abad ketiga , Ja’far bin Ahmad Al-Qumi menulis kitab Al-Mani’at min
Dukhul Al-Jannah. Tokoh lainnya yang secara khusus berbicara dalam bidang akhlak
adalah :

1
Abiddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta, 2000, hlm 59
7
1. Ar-Razi ( 250-313H ) walaupun masih ada filusuf lain, seperti Al-Kindi dan Ibnu
Sina. Ar-Razi telah menulis karya dalam bidang akhlak berjudul Ath-Thibb Ar-
Ruhani ( kesehatan ruhani ). Buku ini menjelaskan kesehatan ruhani dan
penjagaannya. Kitab ini merupakan filsafat akhlak yang bertujuan memperbaiki
moral-moral manusia.

2. Pada abad ke empat , Ali bin Ahmad Al-Kufi menulis kitab Al-Adab dan Makarim
Al-akhlak. Pada abad ini dikenal pula tokoh Abu Nasar Al-Farabi yang melakukan
penyelidikan tentang akhlak. Demikian juga ikhwan Ash-Shafa dalam Rasa’ilnya,
dan ibnu sina ( 370-428)

3. Pada abad ke lima, Ibnu Maskawaih ( 421 H ) menulis kitab Thadzib Al-Akhlak
wa Tath-hir Al-A’araq dan adab Al-‘Arab wa Al-Furs. Kitab ini merupakan suatu
aliran akhlak yang sebagai materinya berasal dari konsep-konsep akhlak dari Plato
dan Aristoteles yang diramu dengan ajaran dan hukum islam serta diperkaya dengan
pengalaman hidup penulis dan situasi zamannya.

4. Pada abad ke enam, Warram bin Abi Al-Fawaris menulis kitab Tanbih Al-Khatir
wa Nuzhah An-Nazhir.

5. Pada abad ke tujuh , Syekh Khawajah Natsir Ath-Thusi menulis kitab Al-Akhlak
An-Nashiriyyah wa Awshaf Asy-Asyraf wa Adab Al-Muta’alimin.

Pada abad-abad sesudahnya dikenal beberapa kitab , sepeerti Irsyad Ad-Dailami


Ashabih Al-Qulub karya Syairazi , Makarim Al-Akhlak karya Hasan bin Amin Ad-Din
Al-Adab , Ad-Dhiniyah karya Amin Ad-Din Ath-Thabarsi , dan Bihar Al-Anwar.

D. Fase Abad Pertengahan

Kehidupan masyarakat Eropa pada abad pertengahan dikuasai oleh gereja. Pada waktu
itu, gereja berusaha melawan filsafat yunani serta kenyataan bahwa siaran ilmu dan
kebudayaan gereja berkeyakinan telah diterima oleh wahyu. Oleh karena itu, tidak ada
artinya lagi penggunaan akal dan penelitian.

Yang menciptakan suasana dimana filsafat akhlak yang lahir pada masa itu merupakan
perpaduan antara ajaran Yunani dengan ajaran Nasrani. Pemuka-pemukanya yang
termasyhur adalah Abelard ( 1079-1142 ) dan Thomas Aquinas ( 1226-1274 ).

E. Fase Modern

Pada pertengahan akhir abad ke-15 , Eropa mulai bangkit. Para ilmuan mulai
menghidup-suburkan filsafat Yunani kuno. Akal mulai dibangunkan dari tidurnya
sebagian ajaran klasik dikritik jadi tegaklah kemerdekaan akal. Diantara ajaran yang di
kritik sekaligus diluar adalah ajaran akhlak yang dibawa bangsa Yunani dan bangsa
setelahnya.
8
1. Descrates ( 1596-1650 )
Diantara sekian tokoh barat yang memperhatikan kajian akhlak adalah
Descraters. Ia telah meletakan dasar-dasar baru bagi ilmu pengetahuan dan filsafat
, diantaranya adalah :
a) Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa akal dan belum dipastikan
nyata.
b) Penyelidikan terhadap sesuatu harus dimulai dari yang terkecil dan yang
termudah lalu mengarah pada yang lebih kompleks
c) Tidak boleh menetapkan kebenaran sebelum diuji terlebih dahulu.

2. Thomas Hill Green ( 1836-1882 ) dan Herbert Spencer ( 1820-1903 )


Diantara pemikiran akhlak Green adalah :
a) Manusia dapat memahami suatu keadaan yang lebih baik dan dapat
menghendaki sebab.
b) Manusia dapat melakukan realisi diri karena ia adalah subjek yang sadar
diri, suatu reproduksi dari kesadaran diri yang abadi.
c) Ide menjadi pelaku bermoral dalam kehidupan manusia. Kebaikan moral
adalah yang memuaskan hasrat pelaku moral. Ideal dari kehidupan yang
sempurna adalah kesempurnaan manusia dalam alam, ditentukan oleh
kehendak yang selaras, kehendak yang mendorong tindakan utama.2

2
Mustafa, Akhlak Tasawuf, Bandung, 1997, hlm 41
9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sejarah perkembangan Akhlak pada zaman Yunani dipandang sebagai perintis ilmu
Akhlak. Plato ( 427-347 SM ) ia seorang ahli filsafat athena. Buah pemikirannya
dalam Etika berdasarkan “teori contoh”. Dia berpendapat alam lain adalah alam
rohani. Disusul Aristoteles ( 394-322 SM ), dia adalah muridnya plato. Pengikutnya
disebut Peripatetis karena ia memberi pelajaran sambil berjalan atau di tempat
berjalan yang teduh.

Pada saat Islam masuk lahirlah seorang guru besar dalam bidang akhlak yaitu Nabi
Muhammad Saw. Bahkan diutus beliau ke muka bumi tiada lain untuk
menyempurnakan akhlak.
Begitu banyak pendapat tentang ajaran Akhlak namun masih ditemukan kekurangan
yang kurang sempurna dan celah, hanya satu kebenarannya mutlak yaitu akhlak yang
diterapkan Nabi Muhammad Saw. Dengan panduannya yaitu Al-Qur’anul Karim yang
diwayuhkan oleh Allah Swt.

B. Saran

Di zaman yang serba Modern ini , kita di hadapkan pada perkembangan teknologi
yang begitu canggih yang dapat memberi pengaruh baik maupun buruk pada akhlak
kita , oleh karena itu kita sebagai generasi muda penerus bangsa harus pandai
memilah mana hal yang baik dan buruk untuk diri kita.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata , Akhlak Tasawuf , ( Jakarta : Raja Grafindo Persada ) , 2000 , hlm 59

Mustafa , Akhlak Tasawuf , ( Bandung : Pustaka Setia ) , 1997 , hlm 41

11

Anda mungkin juga menyukai