MAKALAH
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA
Disusun oleh :
RENI KUSMIATI
A1A1200037
Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang
“Perbandingan Filsafat Islam dan Filsafat Barat”. Tugas ini ditujukkan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dan Logika.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari sistematika penulisan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
KAJIAN TEORI................................................................................................................6
A. Filsafat....................................................................................................................6
BAB III..............................................................................................................................7
PEMBAHASAN................................................................................................................7
A. Perbandingan Filsafat Islam dan Filsafat Barat......................................................7
B. Hubungan antara filsafat Islam dan filsafat Barat...................................................9
BAB IV............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan...........................................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak orang memahami istilah filsafat sebagai suatu teori umum tentang
sesuatu, khususnya tentang bagaimana mendekati suatu masalah yang besar dan
penting. Dalam media masa, contohnya, dinyatakan bahwa kelompok ini liberal,
sementara kelompok itu konservatif. Keduanya mempunyai perbedaan pendapat
tentang filsafat politik dan dinyatakan bahwa para pendiri negara telah sepakat
tentang suatu filsafat negara. Sistem pendidikan yang diterapkan di tanah air juga
didasarkan atas suatu filsafat.
Dalam semua kasus ini, kata “filsafat” barangkali dapat digantikan dengan
“teori”. Secara lebih umum lagi, dalam perkataan sehari-hari, filsafat lebih banyak
bermakna “pemikiran” atau “pendapat”. Pernyataan bahwa “ia berfilsafat”
maksudnya adalah “ia berpendapat” seperti itu.
Menurut catatan sejarah, kata filsafat pertama kali digunakan oleh
Phytagoras, seorang filosof yunani yang hidup pada 582-496 sebelum Masehi.
Seorang penulis Romawi terkenal pada zamannya bahwa kata filsafat dipakai
phytagoras sebagai reaksi terhadap kaum cendikiawan pada masanya yag
menamakan dirinya ‘ahli pengetahuan’. Phytaghoras menyatakan bahwa
pengetahuan itu begitu luas dan terus berkembang. Tiada seorangpun yang
mungkin mencapai ujungnya. Pernyataan Phytagoras memang diabaikan dan
diselewengkan oleh banyak pihak terutama oleh kaum ‘sophist’. Mereka seakan
menjadi orang yang paling tahu dan bijaksana. Mereka mempergunakan kefasihan
bahasa dan kelihaian bersilat lidah untuk meyakinkan masyarakat dan merebut
pengaruh.
Kata ini kerap pula digunakan oleh socrates (470-399 SM). Socrates tidak
saja terkenal karena pemikirannya yang brilian, tetapi juga karena ia banyak
mengajukan pertanyaan. Ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siapa saja
yang dijumpainya, dan pertanyaan tersebut membuat sebagian orang menjadi
lebih arif, lebih sadar diri, lebih pintar, tetapi ada yang merasa disudutkan dan
dicemoohkan.
4
5
Begitu juga filsafat Islam, sebagai bagian tidak terpisahkan dari khazanah
pemikiran Islam, baik dari aspek kontens maupun sejarah perkembangannya,
sesungguhnya bukan suatu yang sederhana. Banyak aspek dan hubungan yang
harus dipahami. Beberapa kalangan beranggapan bahwa filsafat Islam tidak lain
adalah jiplakan dari filsafat Yunani, padahal kenyataan yang ada menunjukkan
bahwa pemikiran rasional dalam hukum (fiqh) dan Islam Muktazilah telah lebih
dahulu mapan sebelum datangnya filsafat Yunani lewat terjemahan. Model
pemikiran filosofis yang berjalan baik dalam masyarakat Islam, yakni dalam soal-
soal teologis dan kajian hukum. Artinya, pemikiran rasional dan filsafat Islam
tidak berasal dari Yunani. Pemikiran rasional dari teologi dan hukum Islam inilah
yang telah berjasa menyiapkan landasan bagi diterima dan berkembangnya logika
dan filsafat Yunani dalam tradisi pemikiran Islam.
Beberapa kalangan juga merincikan bahwa kelahiran ilmu filsafat Islam
dilatarbelakangi oleh adanya usaha penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat ke
dalam bahasa Arab yang telah dilakukan sejak masa klasik Islam. Usaha ini
melahirkan sejumlah filsuf besar muslim. Dunia Islam belahan timur yang
berpusat di Baghdad, Irak lebih dahulu melahirkan filsuf muslim daripada dunia
islam belahan barat yang berpusat di Cordoba, Spanyol. Memperkuat pernyataan
tersebut, Ahmad Salabi dan Louis Ma’luf menguraikan bahwa sejarah kebudayaan
Islam mencatat, ilmu filsafat tidak diketahui oleh orang-orang Islam, kecuali
setelah masa daulah Abbasiyah pertama (132-232 H/750-847 M).
Menilik dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk memabahas
perbandingan antara filsafat Islam dan filsafat Barat.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana perbandingan antara filsafat Barat dan filsafat Islam?
b. Apa Hubungan antara filsafat Islam dan filsafat Barat?
C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai media untuk menjawab
rumusan masalah yang disebutkan pada point rumusan masalah, guna menambah
wawasan dan pengetahuan pembaca. Selain itu makalah ini juga dibuat sebagai
pemenuh tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dan Logika
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Filsafat
Kamus Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarminta merumuskan
bahwa filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai
sebab-sebab, asas hukum dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam
semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu. Al-Kindi 801-260
M) Filsafat ialah pengetahuan yang benar (knowledge of truth) yang melihat
persamaan antara falsafah dan agama.
Plato (427-347 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat.
Aristoteles (384-322), filsafat adalah ilmu tentang kebenaran yang meliputi
logika, fisika, metafisika, dan pengetahuan praktis.
Menurut Bettrand Russel, filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau dogmatis.
Menurut R.Beerling, bahwa filsafat adalah pemikiran-pemikiran yang bebas, di
ilhami oleh rasio, mengenai segala sesuatu yang timbul dari pengalaman. (Er zijn
eigenlijksheidvragen dalam Filosofic als science fiction, 1968: 44). Karl Popper
berkata “saya rasa kita semuanya mempunyai filsafat dan bahwa kebanyakan dari
filsafat kita itu tidak bernilai banyak. Saya kira, bahwa tugas utama dari filsafat
adalah untuk menyelidiki berbagai filsafat itu secara kritis, filsafat mana dianut
oleh berbagai orang secara tidak kritis.”
Sementara itu, Immanuel Kant (1724-1804) merumuskan filsafat sebagai
ilmu pengetahuan yang menjadi pokok pangkal puncak segala pengetahuan yang
tercakup di dalamnya empat persoalan yaitu :
- Apa yang dapat kita ketahui? (Metafisika)
- Apa yang seharusya dilakukan? (Etika)
- Sampai dimanakah harapan kita? ( Agama)
- Apa hakikat manusia? (Antropologi)
Objek pemikiran filsafat baik Islam atau Barat, yaitu; Tuhan, manusia,
alam, metafisik dan budaya.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
8
2. Epistemologi
Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti “pengetahuan” dan
logos yang berarti “ilmu”. Jadi epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang
pengetahuan dan cara memperolehnya. Dengan kata lain, epistemologi adalah
suatu cabang filsafat yang menyoroti atau membahas tentang tata cara, teknik,
atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan.
a. Persfektif epistemologi filsafat Islam
3. Aksiologi
Aksiologi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu aksios yang berarti
“nilai” dan logos yang berarti “ilmu”. Aksiologi adalah cabang dari filsafat ilmu
yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi
dipahami.
9
Terdapat dua hal penting dalam aksiologi filsafat Islam, yakni etika dan
estetika. Etika adalah membicarakan perbuatan manusia, cara memandangnya dari
sudut baik dan tidak baik. Al Ghazali dalam pemikiran etikanya “melihat sumber-
sumber kebaikan terletak pada kebersihan rohaninya dan rasa akrabnya (taqarrub)
kepada Allah swt,.”
Dalam ajaran Islam, akal mempunyai kedudukan yang tinggi dan banyak
dipakai, bukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudyaan saja, tetapi
juga dalam perkembangan ajaran-ajaran keagamaan Islam itu sendiri. Hanya yang
menjadi masalah adalah, apakah penggunaan akal, seperti yang muncul dalam
istilah Islam rasionalis atau rasionalis dalam Islam itu percaya kepada rasio
semata-mata dan tidak mengindahkan wahyu? Atau membuat akal lebih tinggi
daripada wahyu sehingga wahyu dapat dikalahkan oleh akal? Dalam pemikiran
Islam, baik dalam filsafat atau ilmu kalam, apalagi dalam bidang ilmu fiqh akal
tidak pernah membatalkan wahyu. Akal tetap tunduk pada wahyu. Wahyu tetap
dianggap mutlak benar. Akal hanya dipakai untuk memahami teks wahyu dan
sekali-kali tidak menentang wahyu. Akal hanya memberi interpretasi terhadap
wahyu sesuai dengan kecenderungan dan kesanggupan pemberi interpretasi.
10
11
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi. Dedi. 2019. Pengantar Filsafat Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia
12