Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SEJARAH AKHLAK TASAWUF

Mata Kuliah: Akhlak Tasawuf


Dosen Pengumpu: Joni Putra

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Rieka Rahma Wilyadanti (2151040337)

Rindi Julia Eksanti (2151040341)

Shinta Nuria Dewi (2151040357)

Vitto Arga Bintama (2151040376)

PRODI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya tak lupa kami
kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta
keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh insan yang dikehendakinya. Dalam
kesempatan ini, kami menghaturkan terima kasih kepada Bapak Joni Putra selaku dosen
pengumpu mata kuliah Akhlak Tasawuf, yang telah membimbing dan menuntun kami,
serta semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi
terwujudnya makalah ini. sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah
mata kuliah Akhlak Tasawuf yang berjudul “Sejarah Akhlak Tasawuf”. Makalah ini
kami buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi perbaikan makalah di penyusunan makalah yang akan datang.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Sejarah Akhlak Tasawuf” ini bisa
memberikan pembelajaran maupun manfaat untuk pembaca.

Bandar Lampung, Februari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 3


A. Pengertian Sejarah Pertumbuhan Ilmu Akhlak ........................................... 3
B. Akhlak di Luar Agama Islam ...................................................................... 3
C. Akhlak di Zaman Islam ............................................................................... 8
D. Akhlak pada Zaman Baru ........................................................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................. 12


A. Kesimpulan .................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Akhlak Tasawuf merupakan salah satu khazanah inteletual Muslim yang


kehadirannya hingga saat ini dirasakan. secara historis dan teologis akhlak tasawuf
tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup umat agar selamat dunia
akhirat.Tidaklah berlebihan jika missi utama kerosulan muhammad Saw adalah
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor
pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya
yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah SWT didalam Al-Quran.

Meninjau sejarah perkembangan akhlak tasawuf pada era zaman sebelum


masuknya islam pada 500-450 SM sampai zaman modern setelah masuknya islam.
Sebelum adanya penjelasan teori tentang akhlak, manusia masih menganut adat
istiadat atau budaya pada zaman tersebut.

Ketika mulai adanya penjelasan tentang teori akhlak, banyak manusia yang
menentang teori akhalak tersebut. Tetapi, ada sebagian juga yang menerima teori
tersebut. Di zaman modern, manusia hanya mementingkan kehidupan duniawi
tanpa dilandasi iman dalam bertingkah laku, sehingga mereka tidak bisa
membedakan mana prilaku yang sesuai dengan ajaran slam dan prilaku yang
menyimpang dari ajaran islam. dengan demikian kehidupan zaman sekarang bisa
dikatakan jahiliyah modern. Oleh karena itu kami mengangkat judul ilmu akhlak di
luar islam, akhlak pada masa islam dan akhlak pada masa islam baru.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka diperoleh rumusan


masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian sejarah pertumbuhan ilmu akhlak?


2. Bagaimana akhlak di luar agama islam?
3. Bagaimana akhlak di zaman islam?
4. Bagaimana akhlak pada zaman baru?

1
C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk memahami pengertian sejarah pertumbuhan ilmu akhlak.


2. Untuk mengetahui akhlak di luar agama islam.
3. Untuk mengetahui akhlak di zaman islam.
4. Untuk mengetahui akhlak pada zaman baru.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Sejarah Pertumbuhan Ilmu Akhlak

Berbicara tentang sejarah akhlak berarti membicarakan semenjak adanya


manusia, yaitu sudah ada sejak zaman Nabi Adam AS. Sejarah ilmu akhlak yaitu
sejarah yang mempelajari batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercela,
tentang perkataan dan perbuatan manusia lahir dan batin sejak zaman Nabi Adam
AS hingga sekarang. Sejarah ilmu akhlak ialah sejarah yang menggali tentang
tingkah laku baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan
menyatakan tujuannya dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka dari masa ke masa.

Sejarah pertumbuhan ilmu akhlak ialah suatu peristiwa perkembangan


pengetahuan tentang budi pekerti atau tingkah laku seseorang melalui berbagai
macam metode yang disusun secara sistematis dari zaman ke zaman. Sejarah
pertumbuhan ilmu akhlak ialah suatu peristiwa yang benar-benar terjadi dari
perkembangan ilmu pengetahuan tentang budi pekerti atau tingkahlaku seseorang
melalui berbagai macam metode yang disusun secara sistematis.

Melacak sejarah pertumbuhan dan perkembangan akhlak (etika) dalam


pendekatan bahasa sebenarnya sudah dikenal manusia di muka bumi ini. Yaitu,
yang dikenal dengan istilah adat istiadat (tradisi) yang sangat dihormati oleh setiap
individu, keluarga dan masyarakat.

B. Akhlak di Luar Agama Islam

1. Ilmu Akhlak (Moral) pada Bangsa Yunani

Munculnya pembahasan ilmu akhlak di bangsa Yunani ditandai dengan


munculnya kaum Sophisticians (500-450 SM) yaitu orang-orang bijaksana (sufisme
artinya orang-orang yang bijak).

Sedangkan sebelum itu dikalangan bangsa Yunani tidak dijumpai


pembicaraan mengenai akhlak, karena pada masa itu perhatian mereka tercurah pada
penyelidikannya mengenai alam. Dasar yang digunakan pada pemikir Yunani dalam
membangun Ilmu Akhlak adalah pemikiran filsafat tentang manusia, atau pemikiran
tentang manusia. Ini menunjukkan bahwa Ilmu Akhlak yang mereka bangun lebih
bersifat filosofis, yaitu filsafat yang bertumpu pada kajian secara mendalam terhadap
potensi kejiwaan yang terdapat dalam diri manusiaatau bersifat anthroposentris, dan
mengesankan bahwa masalah akhlak adalah sesuatu yang fitri, yang akan ada dengan

3
adanya manusia sendiri dan hasil yang didapatnya adalah ilmu akhlak yang berdasar
pada logika tanpa adanya aspek agama dalam pemikiran tersebut. Namun hasil
pemikiran tersebut tidak sepenuhnya salah, karena manusia secara fitrah telah
dibekali dengan potensi bertuhan, beragama dan cenderung kepada kebaikan,
disamping itu juga memiliki kecenderungan kepada keburukan, dan ingkar pada
Tuhan. Namun kecenderungan kepada yang baik, bertuhan dan beragama jauh lebih
besar dibandingkan dengan kecenderungan kepada buruk.

Adapun tokoh-tokoh filsuf yunani yang tercatat sebagai pelopor pertama kali
pemikiran di buidang akhlak yaitu:

1. Socrates (469-399 SM)

Filosof Yunani pertama kali mengemukakan pemikiran di bidang akhlak adalah


Socrates (469-399 SM). Socrates dianggap sebagai perintis ilmu akhlak di
Yunani. Socrates dipandang sebagai pertintis ilmu akhlak, karena ia yang pertama
yang mengusahakan dengan sungguh-sungguh membentuk perhubungan dengan
dasar ilmu pengetahuan. Dia berpendapat bahwa akhlak dan bentuk perhubungan
itu tidak menjadi benar kecuali didasarkan kepada ilmu pengetahuan, sehingga ia
berpendapat “keutamaan itu adalah ilmu pengetahuan”.

Karena itu tidak diketahuinya pandangan Socrates tentang tujuan yang terakhir
tentang akhlak atau ukuran untuk mengetahui baik dan buruk sebuah perbuatan,
maka timbullah beberapa golongan yang berbeda-beda pendapatnya tentang
tujuan akhlak, lalu muncul beberapa paham mengenai akhlak sejak zaman itu
hingga sekaranag ini.

2. Cynics (Kalbiyyun) (444-370 S.M)

Menurut golongan ini bahwa ketuhanan itu bersih dari segala keburuhan dan
sebaik-baik manusia adalah orang yang berperanagai ketuhanan.

3. Cyrenics (Qurinaiyyun)

Golongan ini dibangun oleh Aristippus. Mereka berpendapat bahwa mencari


kelezatan dan menjauhi kepedihan merupakan satu-satunya tujuan hidup yang
benar serta perbuatan yang utama adalah perbuatan yang tingkat dan kadar
kelezatannya lebih besar dari pada kepedihannya.

4. Plato (427-347 SM)

Ia seorang filsafat Athena dan murid dari Socrates. Ia membangun akhlak melalui
akademi yang ia dirikan, dan telah menulis buku yang mengandung ajaran akhlak
yaitu Republik. Pandangannya dalam bidang akhlak berdasarkan pada teori

4
contoh. Menurutnya bahwa apa yang terdapat pada yang lahiriah ini atau yang
tampak ini hanya merupakan bayangan atau fotocopy.

Menurut Plato pokok-pokok keutamaan itu ada empat, yaitu:

1) hikmat kebijaksanaan
2) keberanian
3) keperwiraan
4) keadilan.

Ke-empat hal ini merupakan penegak kepribadian seseorang, masyarakat dan


bangsa.

5. Aristoteles (394-322 SM)

Sebagai murid Plato, Aristoteles berupaya membangun suatu aliran yang khas dan
para pengikutnya disebut dengan kaum Peripatetics, karena ia memberi pelajaran
sambil berjalan, atau karena ia mengajar di tempat yang teduh. Dia berupaya
menyelidiki akhlak (Moral) secara mendalam dan menuangkannya dalam
bentukkarya tulis. Aristotoles berpendapat bahwa tujuan akhir yang dikehendaki
oleh manusia dari apa yang dilakukannya adalah bahagia atau kebahagiaan. Jalan
untuk mencapai kebahagiaan ini adalah dengan mempergunakan akal dengan
sebaik-baiknya.

6. Stoics dan Epicurus

Keduanya berbeda pendapat dalam mengemukakan pendapatnya tentang


kebaikan. Stoics berpendirian sebagaimana paham cynics. Sedangkan epicurus
mendasarkan pemikirannya berdasarkan pemikiran pada paham cyrenics.

2. Ilmu Akhlak(Moral) pada Agama Nasrani

Pada akhir abad ketiga Masehi tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Agama ini
telah berhasil mempengaruhi pemikiran manusia dan membawa pokok-pokok ajaran
akhlak yang tersebut dalam kitab Taurat dan Injil. Menurut agama ini bahwa Tuhan
adalah sumber Akhlak. Tuhanlah yang menentukan dan membentuk patokanpatokan
akhlak yang harus dipelihara dan dilaksanakan dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan. Tuhanlah yang menjelaskan arti baik dan buruk. Menurut agama ini
bahwa yang disebut baik ialah perbuatan yang disukai Tuhan serta berusaha
melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.

Selain itu agama Nasrani menghendaki agar manusia berusaha sungguh-


sungguh mensucikan roh yang terdapat pada dirinya dari perbuatan dosa, baik dalam
bentuk pemikiran maupun perbuatan. Dengan demikian agama ini menjadikan roh

5
sebagai kekuasaan yang dominan terhadap diri manusia, yaitu suatu kekuasaan yang
dapat mengalahkan hawa nafsu syahwat.

Menurut para ahli filsafat Yunani bahwa pendorong untuk melakukan


perbuatan baik itu adalah ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan; menurut Agama
Nasrani bahwa pendorong untuk melakukan perbuatan baik itu ialah cinta kepada
Tuhan dan iman kepada-Nya.

Dengan demikian ajaran akhlak pada agama Nasrani ini tampak bersifat teo-
centris (memusat pada Tuhan) dan sufistik (bercorak batin). Karena itu tidaklah
mengherankan jika ajaran akhlak agama Nasrani yang dibawa oleh para pendeta
berdasarkan ajaran dalam kitab Taurat dan Injil (perjanjian lama dan perjanjian
baru).

3. Ilmu Akhlak pada Bangsa Romawi

Pada abad pertengahan gereja memerangi filsafat Yunani dan Romawi, serta
menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan bahwa
kenyataan “hakikat” telah diterima dari wahyu. Apa yang diperintahkan oleh wahyu
tentu benar, maka tidak ada artinya lagi untuk menyelidiki tentang
kenyataan(hakikat) itu. Ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada masa abad
pertengahan adalah ajaran akhlak yang dibangun dari peradapan antara ajaran
Yunani dan Nasrani. Diantara mereka yang termasyhur adalah Abelard, Thomas
Aquinas,. Sifat ajarannya adalah memadukan antara pemikiran filsafat Yunani
dengan ajaran agamanya.

4. Ilmu Akhlak pada Agama-agama Ardhi

a) Akhlak agama Hindu

Pada agama ini berdasarkan kitab Weda (1500 SM). Tanda-tanda yang dipandang
baik dalam akhlak agama Hindu adalah:

1) kemerdekaan;
2) kesehatan;
3) kekayaan;
4) kebahagiaan.

Hal ini dapat dicapai jika seseorang patuh melaksanakan upacara keagamaan
dengan baik dan sempurna. Akhlaknya disandarkan kepada ajaran ketuhanan yang
mereka anut sesuai dengan kitab Weda tersebut. Prinsip-prinsipnya adalah patuh
dan disiplin dalam melaksanakan upacara keagamaan. Adapun alamatalamat
kejahatannya adalah:

6
1) sakit;
2) fakir;
3) celaka.

Ketiga alamat kejahatan ini timbul karena tidak melaksanakan upacara keagamaan
dengan hati yang penuh kesungguhan. Oleh karenanya dianggap sebagai akhlakul
madzmumah. Prinsip akhlak dalam agamaHindu adalah peraturan ajarannya
dipandang sebagai sumber segala kemuliaan (akhlakul karimah).

b) Akhlak agama Budha.

Pokok-pokok akhlak dalam pengajaran Buda ada empat, yaitu:

1) sengsara dan sakit sebagai keadaan yang lazim dalam alam ini;
2) kembali ke dalam dunia (reinkarnasi) disebabkan kotornya roh dengan
nafsu syahwat terdahulu;
3) untuk menyelamatkan diri dalam usaha pencapaian nirwana, maka
hendaklah melepaskan diri dari segala pengaruh syahwat;
4) wajib menjauhkan segala rintangan yang menghalangi seseorang dalam
melepaskan nafsu syahwatnya, yakni dengan menanamkan segala
keinginan dan kesukaan.

Untuk mencapai cita-cita tersebut diadakanlah delapan perkara dengan pola:

1) melazimi kebaikan;
2) bersifat kasih sayang;
3) suka menolong;
4) mencintai orang lain;
5) suka memaafkan orang;
6) ringan tangan dalam kebaikan;
7) mencabut diri dari segala kepentingan (yang penting-penting);
8) mogok dari hajat kalau perlu dikorbankan untuk orang lain.

c) Akhlak ajaran Kong Fu Tse (Konfusius).


Menurut Konfusius, kesempurnaan itu hanya dapat dicapai oleh dua golongan
manusia, yaitu:
1) orang yang mendapat ilham dari langit semenjak lahir sampai wafatnya,
yakni orang bijaksana;
2) orang yang bijaksana yang mencapai (mempelajari) hikmah dengan terus-
menerus belajar, berfikir, dan memeriksa dengan tidak mengenal lelah
sehingga mencapai kebenaran yang membawa kesempurnaan.

7
Dalam kaitan ini, menurut Konfusius untuk membangun akhlak harus melalui tiga
perkara:
1) pergi menyendiri beribadah kepada Tuhan seperti yang telah diperbuat
oleh Lao Tse (guru Konfusius);
2) mengundang rakyat menghadiri pertemuan-pertemuan terbuka dan di sana
memberikursus-kursus akhlak;
3) membawa diri sendiri, baik pemerintah maupun cendekiawan, para
pembesar dan diplomat melaksanakan akhlak yang setinggi-tingginya
dalam kehidupan sehari-hari.

5. Ilmu Akhlak pada Bangsa Arab

Pada awalnya bangsa arab tidak memiliki ahli-ahli filsafat yang mengajak
pada aliran tertentu. Saat itu bangsa Arab hanya memiliki ahli-ahli hikamah dan
ahli syair yang mengandung nilai-nilai akhlak. Misalnya Luqman, Aktsan Shaifi,
Zubair bin Abu Sulma, dan Hatim at-Thai. Setelah islam memancar, maka
suasana bagaikan sinar matahari menghapus kegelapan malam. Bangsa Arab
kemudian tampil maju menjadi bangsa yang unggul di segala bidang, berkat
akhlakul karimah yang diajarkan Islam.

C. Akhlak di Zaman Islam

Akhlak adalah bagian dari syari’at Islam. Bagian dari perintah perintah
Allah dan larangan-larangan-Nya. Akhlak harus ada serta nampak pada diri setiap
muslim, agar sempurna seluruh amal perbuatannya dengan Islam, dan sempurna
pula dalam melaksanakan perintah-perintah Allah.

Agama Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling


sempurna dan memuat ajaran yang menuntun umat kepada kebahagiaan dan
kesejahteraan. Semua ini terkandung dalam ajaran Al-Qur’an yang diturunkan
Allah dan ajaran sunnah yang didatangkan dari Nabi muhammad SAW.

Islam memiliki tokoh-tokoh yang sangat berpengaruh dalam


perkembangan Ilmu Akhlak.Tokoh-tokoh ini tidak lain adalah Nabi nabi yang
tercatat dan diabadikan dalam kitab suci Al-Qur’an.

1. Nabi Ibrahim AS
Nabi Ibrahim AS mempunyai sebutan sebagai Ayahnya semua nabi dan
rasul, yang membawa dan menyebarkan ajaran tauhid kepada umat manusia. Ia
adalah orang yang berani menanggung resiko dalam menghadapi kezaliman. Ia
pernah menghancurkan patung-patung yang menjadi tuhan Raja Namrudz dan
para pengikutnya, sehingga ia dibakar hidup-hidup. Resiko perjuangan ditanggung
sendiri oleh Nabi Ibrahim sehingga menjadi teladan bagi istri dan pengikutnya.

8
2. Nabi Nuh AS
Ujian Nabi Nuh AS. cukup berat karena ia harus menghadapi kekufuran
anaknya sendiri, yaitu Kan’an. Ia tidak putus asa mengajak dan menasehati
anaknya, meskipun akhirnya anaknya mati tenggelam terbawa arus banjir yang
luar biasa. Kisah itu adalah teladan bagi kita sebagai orang tua, untuk terus
membimbing anak, dan sebaliknya, anak yang membimbing orang tua agar
bersama-sama masuk surga.

3. Nabi Luth AS
Nabi Luth AS menghadapi ujian yang sangat berat karena umatnya
memiliki penyimpangan seksual. Homoseksual dan Lesbian dipraktikkan secara
terang-terangan oleh masyarakat. Namun Nabi Luth tidak pernah bosan dalam
mendakwahi masyarakat tersebut walaupun pada akhirnya umatnya mendapatkan
azab dari Allah SWT berupa hujan batu dikarenakan kekeraskepalaan umatnya
yang tidak mau mengikuti ajaran Nabi Luth AS.

4. Nabi Ayyub AS
Nabi Ayyub AS adalah nabi yang sangat sabar karena ia diberi penyakit
kulit yang cukup lama. Istrinya pun merawat dengan sabar. Istrinya pernah
menyarankan agar nabi Ayyub AS. meminta kepada Allah SWT untuk mencabut
penyakitnya, tetapi ia merasa malu karena kenikmatan yang telah diberikan oleh
Allah SWT masih terlampau besar dibandingkan dengan penyakit yang
dideritanya.

5. Nabi Musa AS
Nabi Musa AS adalah seorang nabi yang sejak bayi telah dibuang oleh
ibunya karena pada masa itu, jika ada seorang bayi lakilaki yang lahir, kemudian
Fir’aun mengetahuinya, ia akan segera membunuhnya. Singkat cerita akhirnya
Nabi Musa AS menjadi anak angkat Fir’aun dikarenakan permintaan dari Istri
Fir’aun untuk mengangkat anak yang ditemukannya menjadi anak angkatnya.

6. Nabi Isa AS
Nabi Isa AS adalah nabi yang penuh rasa cinta kasih kepada umatnya.
Keahliannya digunakan untuk mengobati orang-orang yang miskin. Hendaknya,
akhlak Nabi Isa AS. ditiru oleh para dokter dan ahli kesehatan, juga oleh orang-
orang kaya untuk membantu ekonomi orang-orang fakir dan miskin.

7. Nabi Muhammad SAW


Nabi Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir, beliau mengalami
suka duka yang sangat banyak. Beliau sudah menjadi yatim-piatu sejak kecil.
Akhlaknya sangat mulia dan dikagumi oleh semua orang, bahkan oleh orang kafir
Quraisy dan mendapatkan gelar Al-Amin (orang yang jujur dan terpecaya).

Nabi Muhammad SAW adalah penyebar kasih sayang kepada seluruh


umat manusia. Beliau sangat pemaaf meskipun kepada orang yang telah
menyakitinya. Bahkan, beliau menengok orang yang setiap hari meludahinya.

9
Beliau ditawari untuk meninggalkan dan mengingkari Allah SAW dengan harta
yang berlimpah namun Nabi Muhammad SAW menolak mentah-mentah tawaran
tersebut.

Dalam 100 tokoh yang tekemuka di dunia, Nabi Muhammad SAW


menjadi/menduduki peringkat pertama, sebagai orang yang paling berpengaruh di
dunia. Beliau peletak dasar negara modern di Madinah yang merumuskan
perjanjian yang adil ditengah-tengah masyarakat sukuistik dan pemeluk Yahudi
dan Nasrani. Setelah sinar Islam memancar, maka berubahlah suasana laksana
sinar matahari menghapuskan kegelapan malam, Bangsa Arab kemudian tampil
maju menjadi Bangsa yang unggul di segala bidang, berkat akhlakul karimah yang
diajarkan Islam.

Adapun ahli-ahli hikmah yang termashur pada zaman itu adalah Luqmanul
hakim, Aktsam bin Shaifi. Sedangkan ahli-ahli syair yang terkenal pada saat itu
adalah Zuhair bin Abi Sulma dan Hakim al-Thai.

Tokoh yang termasyur dalam penyelidikan tentang akhlak berdasarkan


ilmu pengetahuan adalah Abu Al-Farabi (meninggal 339 H), Ikhwanus Shofa,
Abu Ali Ibnu Sina (370-428H). Penyelidikan muslim yang tersebar mengenai
akhlak disamping al-Ghazali adalah Ibnu Maskawih (meninggal pada 421 H),
telah menusun kitabnya yang terkenal (Tahdzibul Akhlak wa Tathirul a’raaq).
Beliau memadukan antara ajaran Plato, Aristoteles, Galinus, dengan ajaran-ajaran
Islam.

D. Akhlak pada Zaman Baru


Akhlak pada zaman baru ini berkisar pada akhir abad kelima belas M.
dimana Eropa mulai mengalami kebangkitan dibidang filsafat, ilmu pengetahuan
dan teknologi. Sumber akhlak dari dogma dan doktrin agama mereka ganti dengan
logika dan pengalaman empirik. Beberapa tokoh etika dalam masa ini di
antaranya:
1) Descartes (1596-1650) seorang ahli fakir Perancis yang menjadi
pembangun madzhab rasionalisme. Segala persangkaan yang bersalah dari
adat kebiasaan harus ditolak. Untuk menerima sesuatu akal harus tampil
melakukan pemeriksaan. Dari awal akallah yang menjadi pangkal untuk
mengetahui dan mengukur segala sesuatu;
2) Spinoza (1632-1677) keturunan Yahudi yang melepaskan diri dari segala
ikatan agama dengan menandaskan filsafatnya kepada rasionalisme.
Menurut dia, untuk mencapai kebahagiaan manusia haruslah berdasarkan
akal (rasio);
3) Herbert Spencer (1820-1903) mengemukakan paham pertumbuhan secara
bertahap (evolusi) dalam akhlak manusia. Ia berpendapat bahwa akhlak
manusia selalu berubah sesuai dengan perkembangan evolusi alam;
4) Jhon Stuart Mill (1806-1873) yang memindahkan paham Epicurus ke
paham Utilitarisme. Pahamnya tersebar di Eropa dan mempunyai

10
pengaruh besar disana. Utilitarisme adalah paham yang memandang
bahwa ukuran baik dan buruknya sesuatu ditentukan atas aspek
kegunaannya;
5) Immanuel Kant (1724-1804) ahli pikir Jerman terkemuka. Dalam bidang
etika ia meyakini adanya kesusilaan. Titik berat etikanya ialah rasa
kewajiban (panggilan hati nurani) untuk melakukan sesuatu. Rasa
kewajiban melakukan sesuatu berpangkal pada budi

Salah satu ajaran penting tentang etika pada masa ini adalah bersumber
pada intuisi yang diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
• Intuisi mencari hakikat atau mencari ilmu pengetahuan;
• Intuisi etika dan akhlak, yaitu cenderung kepada kebaikan;
• Intuisi estetika yaitu cenderung kepada segala sesuatu yang mendatangkan
keindahan, dan
• Intuisi agama yaitu perasaan meyakini adanya yang menguasai alam dengan
segala isinya.

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Tokoh-tokoh filsuf yunani yang tercatat sebagai pelopor pertama kali


pemikiran di buidang akhlak yaitu:

1. Socrates (469-399 SM)


2. Cynics (Kalbiyyun) (444-370 S.M)
3. Cyrenics (Qurinaiyyun)
4. Plato (427-347 SM)
5. Aristoteles (394-322 SM)
6. Stoics dan Epicurus

Setelah Islam datang, manusia mulai mempercayai bahwa Allah adalah sang
pencipta dari seluruh alam semesta. Pada masa ini juga manusia mulai mengerti
tentang aturan-aturan bergaul antar sesama manusia, dan juga terhadap sang kholik.
Yang bersumber dari akhlak Nabi Muhammad SAW.

12
DAFTAR PUSTAKA

Badrudin, Akhlak Tasawuf, (Pegantungan Serang: IAIB PERSS, 2015), hlm. 19-
35.

Cahaya Ilmu, "Sejarah Ilmu Akhlak",


https://cahayailmu643.wordpress.com/2017/06/16/sejarah-ilmu-akhlak/, diakses
16 Juni 2017.

Amjun, " Sejarah Perkembangan Akhlak Tasawuf",


https://ahmadmuhli.wordpress.com/2015/04/04/sejarah-perkembangan-akhlak-
tasawuf-2/, diakses 4 April 2015.

13

Anda mungkin juga menyukai