Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Sejarah Ilmu Akhlak

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Akhlak Tasawuf”

Dosen Pembimbing : Salman Farizi, S.Pd., M.E.

Disusun oleh Kelompok 1

1. Zulfa Sayyidatul Fitria (214105030006)


2. Zenita Claudia Salsabillah (212105030091)
3. Nihayatus Saadah (212105030096)
4. Febri S. Hamsyah (214105030022)
5. Windu Adi Saputra (214105030026)

PROGRAM AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

Cover ..............................................................................................................................

Kata Pengantar ..............................................................................................................

Daftar Isi .........................................................................................................................

Bab I Pendahuluan ........................................................................................................

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................

1.3 Tujuan Masalah ..................................................................................................

Bab II Pembahasan ......................................................................................................

2.1 Sejarah Perkembangan Akhlak pada Zaman Yunani..........................................

2.2 Akhlak pada Abad Pertengahan..........................................................................

2.3 Sejarah Akhlak pada Bangsa Arab Sebelum Islam ............................................

2.4 Sejarah Akhlak pada Bangsa Arab Setelah Islam...............................................

2.5 Barat (Zaman Baru).............................................................................................

Bab III Penutup...............................................................................................................

3.1. Kesimpulan ..............................................................................................................

3.2. Daftar Pustaka .........................................................................................................


Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kata akhlak dalam bahasa Arab berakar dari kata khuluq yang merupakan jamak dari
kata akhlak. Sedangkan ketika ditinjau dari bahasa akhlak dpat disebut sebagai, tabiat,
perangai dan agama. Dari kata tersebut bersambung dari kata khalq yang memiliki arti
“kejadian” yang erat dengan kata ”khaliq” yang memiliki arti “pencipta” dan kata makhluq
yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang diciptakan. ¹

Al-Fairuzzabani turut mengemukakan pendangannya tentang pengertia khuluq yang


didefinisakan sebagai agama, beliau berpendapat bahwasannya akhlak merupakan salah
satu bagian daripada agama, dan orang yang memiliki akhlak yang baik maka kualitas
dari agamanya juga baik.

Sedangkan menurut kamus bahasa indonesia, akhlak didefinisikan sebagai budi


pekerti, tabiat, perangai, ada, atau tingkah laku.

Jika dilihat dari sejarah perkembangan akhlak atau etika dalam bahasa sebenarnya
manusia sudah mengenal akhlak sejak berada dibumi. Dalam kehidupan sehari hari
akhlak dapat diartikan dengan adat istiadat yang harus dihormati satu orang dengan
orang lain dalam kehidupan sehari hari dalam berinteraksi saat berkeluarga,
bermasyarakat sehingga dapat membangun kehidupan sosial yang sehat dan damai.

Menurut pandangan Ayatullah Makarim memberikan pengertian tentang


pembahasan akhlak yang dimana kemunculannya berbarengan dengan pertama kalinya
manusia ada di bumi. Karena Allah telah menurunkan adam dan hawa dimuka bumi,
maka Allah telah memberikan pelajaran kepadanya tentang perintah, larangan, akhlak
yang dapat memperkuat hubungan manusia dengan manusia lainnya.

Selama kehidupan manusia ada dan berlangsung, beberapa tokoh Yunani


melahirkan berbagai macam aliran filsafat melalui pemikiran-pemikirannya mengenai
akhlak yang tumbuh dalam kehidupan. Dalam perkembangan pemikiran filsuf ini
beberapa diantaranya mengemukakan pemikiran dan teori pengetahuan akhlak
berdasarkan agama maupun bukan berdasarkan agama. Selain itumucul filsuf lain yang
mengemukakan pendapatnya tentang akhlak di zaman Yunani, zaman pertengahan,
hingga zaman modern.

Dalam makalah ini penulis akan menjabarkan bagaimana perkembangan yang terjadi
dalam beberapa zaman dimulai dari zaman Yunani hingga zaman Modern. Sehingga
pembaca dapat membedakan perbuatan yang baik dan buruk yang dapat ditentukan oleh
beberapa alasan yang muncul dari beberapa zaman yang akan dikaji penulis.

1.2 rumusan Masalah

Dari penjabaran latar belakang tersebut kami mengemukakan beberapa rumusan


belankang diantaranya :

4 Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, Akhlak Tasawuf, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal. 57-60
a) Bagaimana perkembangan sejarah ilmu akhlak pada zaman Yunani?
b) Bagaimana perkembangan sejarah ilmu akhlak pada abad pertengahan?
c) Bagaimana perkembangan sejarah akhlak pada Bangsa Arab sebelum Islam?
d) Bagaimana perkembangan sejarah ilmu akhlak pada Bangsa Arab setelah Islam?
e) Bagaimana sejarah perkembangan ilmu akhlak pada zaman barat (zaman baru)?

1.3 Tujuan

a) Untuk mengetahui perkembangan ilmu akhlak yang terjadi pada zaman Yunani.
b) Untuk mengetahui konsep pengertian akhlak pada abad pertengahan.
c) Untuk mengetahui perkembangan sejarah akhlak bangsa Arab pada saat
sebelum kemunculan agama Islam.
d) Untuk mengetahui perkembangan sejarah akhlak bangsa Arab pada saat setelah
Islam lahir.
e) Untuk mengetahui beberapa pandangan filsuf tentang akhlak di zaman barat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Akhlak pada Zaman Yunani

1. Tokoh – tokoh sofistik (500-450 SM)

Tokoh sofistik ini merupakan orang orang yang mengemukakan


pendapatnya pada tahun 500-450 SM. Jika ditinjau dari segi bahasa sofostik memiliki
arti orang yang bijaksana. Dalam pembahasan yang pertama ini akan mengkaji
orang orang bijaksana yang mengemukakan pendapatnya tentang akhlak.
Sebeneranya pada zaman sebelum munculnya sofistik ini orang orang filsuf tidak
terlalu berfokuus pada akhlak tetapi mereka lebih tertarik kepada hal hal yang
berkaitan dengan alam. Setelah munculnya oorang orang sofistik ini filsuf yang
merupakan guru-guru yang tersebar dari beberbagai negeri mengemukakan
pendapatnya tentang akhlak, tetapi dari pendapat mereka tidak ada pendapat yang
sama. Walaupun mereka memeiliki pendapat yang berbeda beda terkait akhlak, para
filsuf ini memiliki tujuan yang sama yakni adalah untuk menyiapkan angkatan pemud
bangsa Yunani yang memiliki nasionalis yang baik, merdeka dan membentuk
pemuda pemudi Yunani yang mengerti kewajiban mereka terhadap negaranya
Yunani.

Pendapat para sofistik ini memunculkan beberapa kecaman terhadap


prinsip akhlak dengan tradisi lama yang ada di Yunani untuk diberikan sebagai
pelajaran kepada generasi sebelumnya. Sehingga banyak tokoh yang melestarikan
nilai tradisional menjadi marah.

Pemikiran kaum sofistik ini ditentang oleh plato. Dia berbicara bahwasanya
tokoh sofistk ini suka memutar balikan fakta yang terjadi didalam kehidupan. Plato
memberikan sebutan kepada kaum sofistik sebagi “sofistry” yang memiliki arti orang
yang suka memutar lidah. Dari kecaman plato terhadap para sofistik menyebabkan
pandangan masyarakat kepada tokoh sofistik ini menjadi buruk.

2. Scorates(469-399 SM)

Scorates adalah filsuf generasi pertama yang mencetuskan pengertian dari


akhlak dengan metode penelitian yang berbeda dari filsuf-filsuf sebelumnya.
Pendapat Scorates ini dikenal pada tahun 469-399 SM. Dia mengungkapkan
pendapatnya tentang akhlak bahwasannya akhlak tidak ditinjau dari segi alam dan
tatanan surya tetapi hal yang perlu dipahami untuk mengetahui eksistensi akhlak ada
bagaimana perilaku manusia terhadap kehidupan manusia yang ada di bumi.
Scorates beranggapan bahwasannya penyelidikan sebelumnya tentang akhlak yang
ditinjau dari alam adalah hal yang tidak berguna. Karena pendapatnya tersebut
Scurates memiliki ggelar oarang yang menurunkan filsafat dari langit ke bumi.

Scorates disebut sebagai pencetus pertama tentang akhalak dikarenakan


dialah orang pertama yang benar benar mencetuskan akhlak dengan mengaitkannya
dengan hubungan manusia dengan manusia lain yang disandarkan kepada ilmu
pengetahuan. Scorates berkata bahwasannya keutamaan yang harus dipelajari
berkaitan dengan akhlak harus bertumpu kepada ilmu pengetahuan sosial. Namun

4 Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, Akhlak Tasawuf, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal. 57-60
dalam pendapat Scorates ini tidak sampai pada pembahasan tujuan dan urgensi dari
pada akhlak. Scorates tidak sampai membahas kepada bagaimana suatu perilaku
baik atau buruk dapat ditentukan, oleh karena itu banya dari filsuf lain yang
mengemukakakn pendapatnya tentang akhlak yang menyandarkan pendapatnya
kepada pemikiran dari Scorates ini.

1. Cynics dan Cyrenics

Cynics dan cyrenics ini sebenarnya adalah pengikut dari pemikiran


Scrorates, tetapi kudea kelompok ini memiliki pemikiran yang berbeda dengan
Scorrates. Kelompok Cynics ini pemikirannya muncul pada tahun 444-370 SM dan
mereka memiliki pemikiran tentang akhlak, bahwasannya akhlak adalah suatu
perilaku yang dikatakan baik apabila terbiasa hidup menderita karena menurut
mereka Tuhan itu melepaskan diri dari kebutuhan yang ada, dan sebaik-baiknya
manusia adalah orang yang mengikuti perilaku Tuhan. Dengan adanya pendapat
tersebut menggiring opini kelompok Cynics sehingga beranggapan bahwa perilaku
yang baik adalah perilaku meniru Tuhan dimana Tuhan tidak memiliki kebutuhan.
Sehingga manusia seharusnya tidak memiliki kebutuhan pula, manusia dianggap
memiliki akhlak yang baik apabila mereka terbiasa hidup sengsara dan menjauhi
kebahagiaan dunia. Tokoh yang terkenal dalam kelompok ini adalah Diogenes yang
merupakan filsuf yang berasal dari Yunani, Sirlope. Beliau menyebarkan
pemikirannya kepada kelompok Cynics agar menjahi beban-beban yang sedang
ditanggung oleh orang lain, dan dia merupakan orang yang terbiasa memakai
pakaian yang lusuh, mengkonsumsi makanan yang sudah tidak pantas dikonsumsi
dan tidur tanpa menggunakan alas.

Kelompok yang kedua adalah kelompo Cyrenics, dimana kelompok ini


dipimpin oleh filsuf yang bernama aristippus dan pendapatnya dikenal pada tahun
435-356 SM. Kelompok ini memiliki pendapat yang bertolak belakang dengan
pendapat Cynics, mereka berpendapat bahwasannya eksistensi akhlak adalah
perilaku pencarian kebahagiaan dan menjauhi segala kesusahan. Karena menurut
mereka tujuan hidup manusia adalah untuk berbahagia. Suartu perbuatan manusia
dapat dinilai baik apabila dapat memberikan kesenangan, kebahagiaan, kenyamanan
bagi manusia dari pada upaya yang mendatangkan keburukan atau kepedihan.
Cynics memiliki pemikiran bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan adalah terletak
dalam mencari kelezatan dan kenikmatan hidup.

1. Plato (427-3 4 7 SM)


Plato merupakan seorang filsuf dari Athena dan beliau merupakan
generasi kedua dari tiga ahli filsafat terkenal dari Yunani. Dan tidak lain dia adalah
murid dari Socrates. Dia terkenal di bangsa Yunani karena karyanya yang berjudul
Republik yang berisi tentang berbagai opini dan dialog bersama rekan debatnya. Dan
diantara isi dari buku tersebut terdapat beberapa pemikiran Plato tentang akhlak.
Plato berpendapat tentang akhlak ini disandarkan bahwasannya didalam
dunia ini terdapat alam rohani (alam ideal). Sehingga benda benda yang nyata itu
adalah sebuah gambaran yang tidak sempurna yang memiliki ciri ciri yang sama
dengan gambaran tersebut. Keterkaitan mengenai akhlak dengan alam konkret ini
dijelaskan Plato yang memiliki arti sesuatu yang mutla, kekal dan sempurna.
Sehingga manusia yang banyak atau lebih cenderung dengan perilaku kebaikan
maka akan lebih dekat dengan kesempurnaan hidup. Sehingga untuk mencapai
kesempurnaan tersebut manusia harus melakukan latihan untuk membersihkan jiwa
dan akal. Oleh karena itu menurut plato hanya para filsafatlah yang mengetahuia
keutamaan hidup yang bentuknya baik.
Dalam pemikiran plato ini mengatakan bahwasannya alam rohani (ideal)
memiliki bermacam macam kekuatan. Kekuatan tersebut sebenarnya muncul dari
perimbangan kekuatan dan kekuatan tersebut akan tunduk terhadap hukum akal.
Plato juga berpendapat bahwa keutamaan memiliki beberapa prinsip diantaranya
adalah
 Kebijaksanaan, perilaku ini berlaku untuk hakim. Karena kebijaksanaan
merupakan kekuatan yang dapat digunakan untuk menguasai dan mengatur
seseorang ataupun kelompok.
 Keberanian, perilaku ini berlaku untuk tentara, karena dengan adanya
keberanian manusia dapat memiliki kekuatan untuk melawan kejahatan.
 Keperwiraan, perilaku ini berlaku untuk masyarakat, karena dengan adanya
keperwiraan didalam jiwa masyarakat dapat membuat manusia menahan diri
untuk melakukan perilaku yang berlebihan.
 Keadilan, perilaku adil ini berlaku terhadap semua manusia, karena dengan
adanya keadilan seseorang dapat memiliki perilaku yang sesuai dengan
kepentingan masyarakat banyak.
2. Aristoteles (394-322 SM) A

Aristoteles merupakan generasi ketiga dari 3 generasi besar dari Yunani,


beliau adalah seorang murid dari Plato. Dalam kelompok aristoteles ini memiliki nama
pengikut yakni “paripatetics” karena beliau menganggap Socrates memberikan
pembelajaran kepada muridnya yakni dengan berjalan atau karena Socrates
memberikan pelajaran atau ilmu kepadanya ditempat tempat yang teduh. Aristoteles
mengemukakan pendapatnya tentang akhlak dijabarkan sebagi berikut:


Menurut paham paripathetics tujuan terakhir dari hidup adalah berbahagia,
akan tetapi kebahagiaan yang ada didalam paham ini lebih luas daripada
paham kebahagiaan yang dianut oleh utilitarianisme
 Meskipun jalan terakhir suatu manusia adalah kebahagiaan, utntuk mencapai
suatu kebahagiaan manusia dianjurkan untuk mencapai kebahagiaan
tersebut dengan menggunakan akal dan pikirannya dengan baik.
 Keutamaan yang ada itu terjadi diantara dua keburukan. Menurut aristoteles
dermawan adalah ditengah tengah dari sifat takut dan rakus.
3. Stoics dan epicurics

Stoics dan epicurics ini memiliki pendapat yang berbeda dengan filsuf filsuf
sebelumnya dalam pendefinisian akhlak sendiri. Pemikiran dari ajaran stoics ini
sebenarnya telah diikuti oleh beberapa filsuf di Yunani dan Romawi. Dan diantaranya
yang terkenal adalah Seneca dan Epictetus.

Stoics atau Stoiseisme mengatakan bahwasannya tujuan daripada hidup


seorang manusia adalah menjalani segala sesuatu yang terjadi secara masuk akal.
Mereka berpendapat bahwasannya manusia pasti akan mendapatkan kesengsaraan,
dan kebahagiaan mereka sesuai dengan takaran manusia masing-masing. Merka
beranggapan bahwasannya hidup adalah untuk menjalani segala sesuatu yang telah

4 Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, Akhlak Tasawuf, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal. 57-60
ditakdirkan untuk kita. Apa yang kita jalani merupakan takdir kita, dan apa yang
bukan takdir kita tidak akan datang pada diri kita. Sehingga manusia tidak perlu
mencari kebahagiaan dan berharap untuk dijauhkan dari kesengsaraan, karena
menurut mereka nilai dari bahagia atau sengsara berasal dari akal pikiran kita. Dalam
paham stoisesisme pikiran adalah yang menjadi penentu seseorang bahagia atau
tidak, untuk itu dalam pemahaman ini manusia diajarkan untuuk mencari kedamaian
hati dan pikiran sehingga apa yang kita alami dapat menjadi sesuatu hal yang tidak
menyebabkan kita kepada hal yang sulit.

Epicurics sebenarnya adalah kelompok yang memiliki pemahan yang


disandarkan kepada kelompok Cyrecs. Dimana kelompok Epicurics ini didirikan oleh
filsuf yang bernama Epicurus dan diantara slah satu pengikutnya adalah Gassendi
yang merupakan ahli filsuf yang berasal dari perancis.

Adapun tujuan daripada paham kelompok Epicurics ini adalah untuk


menjamin kebahagiaan manusia agar tetap ada dalam deluruh jiwa manusia. Etika
merupakan salah satu titik berat dimana menurut mereka dapat menghadirkan
ketenangan batin kepada jiwa manusia. Diantara ajarannya adalah sebagi berikut :

 Manusia tidak boleh memiliki sikap yang tenang untuk mencari kebahagiaan
karena mereka harus takut kepada dewa yang telah memerintahkan mereka.
 Manusia boleh tidak takut kepada dewa karena beberapa alasan diantaranya
karena dewa sudah menikmati kenikmatan atau kebahagiaan yang kekal
sehingga mereka tidak akan mengganggu manusia lagi. Alasan lain adalah
manusia tidak perlu takut apabila sudah melaksanakan kewajibannya.
 Tidak perlu takut akan kematian dikarenakan menurut pemahaman Epicurics
ketika manusia mati, manusia sudah berlepas dari kewajiban untuk mencari
kebahagiaan.
 Menurut paham Epicurics manusia adalah seseorang yang dapat menentukan
nasib. Satu satunya untuk mencari tujuan hidup untuk bahagia adalah
menemukan ketenangan batin kepada dirinya.
 Menurut Epicurics manusia hidup memiliki tujuan yakni untuk hedone atau
untuk mencari kelezatan dan kepuasan semata. Cara memperoleh ketenangan
batin salah satunya adal mengecilkan ekspektasi kita terhadap sesuatu yang
akan terjadi. Semakin sedikit kemauan manusia maka semakin mudah manusia
mendapat ketenangan tersebut. Salah satunya adalah dengan cara
membangun persaudaraan.
1. Agama Nasrani
Agama Nasrani ini muncul pada akhir abad ketiga di Eropa. Agama ini
muncul dan dapat mengubah pemikiran masyarakat yang sebelumnya.
Menurut agama Nasrani, agama adalah salah satu cara untuk memberikan
pelajaran manusia mengenai akhalk, dan memberikan pengertian kepada
manusia bahwasannya sumber daripada akhlak adalah Tuhan. Tuhanlah zat yang
hanya dapat memberikan batasan, larangan dan anjuran. Dan Tuhanlah yang
memiliki hak untuk menentukan suatu perilaku dapatt dinilai baik atau buruk.

Sebenarnya, pada zaman ini kedudukan dari para filsuf itu sama dengan
kedudukan para pendeta karena sebagian dari ajaran yang telah diajarkan
pendeta hampir sama dengan apa yang diajarkan oleh filsuf Yunani terkait dengan
akhlak. Ajaran agama Nasrani ini hampir mirip dengan ajaran stoics yang
berpendapat bahwasannya manusia akan mendapatkan kesengsaraan dan
kebahagiaan sesuai dengan takaran dan takdirnya, yang membedakannya adalah
alasan atau dorongan yangdilakukan oleh kedua paham kelompok ini. Jika
kelompok stoics melakukan akhlak yang baik dikarenakan dorongan dari ilmu
pengetahuan dan kebijaksanaan seseorang. Sedangkan, menurut Agama Nasrani
alasan seseorang atau pendorong seseorang melakukan akhlak yang baik adalah
rasa kasih dan cinta sebuah insan kepada Tuhannnya serta sebagai pemenuhan
iman kepadanya ²

2.2 Akhlak Pada Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan, dimana tepatanya pada abad XV di dataran eropa


terjadinya kebangkitan para ahli pemikir yang kembali mempelajari tentang filsafat
yunani, dimulai dari itali kemudian terus berkembang hingga ke seluruh eropa,
mereka mulai membangun pemikiran dan melihat segala sesuatu dengan kritis,
pada masa itu juga dinyatakan sebagai era kebebasan berfikir, hal yang tidak
luput dari kritik adalah etika “akhlak” yang telah dikaji serta di bangun
pemikirannya oleh para filsuf yunani dan para pengikutnya.1

Peradaban kehidupan wilayah eropa di abad pertengahan, dikuasai oleh


gereja, dimana pada waktu itu sangat memerangi filsafat yunani dan juga
memerangi kerajaan romawi, serta menolak penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno
yang dibawanya. Gereja mempunyai keyakinan bahwa kenyataannya “hakikat”
telah diterima , dan menurut apa yang sudah tuhan berikan petunjuk dianggap
benar adanya, maka mereka berkeyakinan apa yang telah diperintakan wahyu
tentu dianggap benar adanya, maka dari itu tidak ada lagi arti untuk menyelidiki
tentang kenyataan “hakikat” atau akal dan pikiran untuk kegiatan penelitian karena
sudah di anggap benar. Mempergunakan filsafat di tengah masyarakat
diperkenankan dengan batas dan ketentuan yang tidak bertentangan dengan
doktrin yang dikeluarkan oleh gereja dan diharapkan hanya untuk menguatkan
keyakinan-keyakinan agama serta juga memiliki perasaan dan menguatkan
pendapat gereja, diluar seperti itu penggunaanya filsafat tidak diperkenankan.
Setengah pemimpin-pemimpin agama meyelidiki filsafat plato, aristoteles dan
stoics, untuk meperkuat ajaran masehi , dan mencocokan dengan akal. Filsafat
yang menentang agama nasrani, dibuang sejau mungkin, dan banyak bapak-
bapak gereja dikatakan ahli filsafat dengan arti ini.

Para ahli filsafat akhlak yang lahir pada masa ini filsafatnya berupa panduan
dari ajaran yunani dan ajaran nasrani. Di antara mereka yang termasyur ialah
Abelard seorang ahli filsafat perancis dan Thomas Aquinas seorang ahli filsafat
agama dari bangsa Itali.2

Corak ajara akhlak yang sifatnya perpaduan antara pemikiran filsafat yunani
dan ajaran agama itu nantinya akan dapat pula dijumpai dalam ajaran akhlak yang

1
.

4 Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, Akhlak Tasawuf, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal. 57-60
terdapat dalam islam sebagaimana terlihat pada pemikiran akhlak yang
dikemukakan kaum Muktazilah.

2.3 Sejarah akhlak pada bangsa arab sebelum islam.

Pada jaman kebodohan(jahiliah), bangsa arab tidak mempunyai ahli-ahli


filsuf(filsafat) yang mengajak kepada aliran paham tertentu. Sebagaimana yang
kita ketahui dikalangan bangsa Yunani seperti Epirus, Zeno, Plato dan Aristoteles.
Demikian tersebut dikarenakan penyelidikan ilmu itu tidak terjadi kecuali di negara
yang telah mati. Pada waktu itu bangsa arab hanya memiliki ahli-ahli hikmat dan
sebagiannya ahli-ahli syair, dan mereka memerintahkan kebaikan dan mencegah
kemungkaran, mendorong keutamaan dan menjauhkan dari kerendahan.
Sebagaimana kita lihat dalam hikmat Luqman,dan Aksam bin Shaifi, syair-syair
Zuhair bin Abi Sulma dan Hatin al Thai.

Setelah datang Agama islam, ada ajakan agar orang-orang meyakini bahwa
Allah merupakan sumber segala sesuatu di seluruh alam. Segala apa yang ada di
dunia ini, dari gejala-gejala yang bermacam-macam dan makhluk yang beraneka
warna,dari biji yang ada di bumi sampai ke langit yang bertingkat, kesemuanya
datang dari Tuhan, alam dapat berdiri dengan teratur.

Allah menjadikan manusia dari struktural yang sangat baik, dan membuat
perintah dan larangan untuk dijalani. Allah menetapkan beberapa keutamaan
seperti benaar dan adil, dan menjadikan kebahagiaan, kenikmatan di akhirat bagi
yang mengikutinya. Demikian pula Allah menjadikan lawan keutamaan itu, seperti
dusta dan kedzaliman, larangan yang harus dihindari dan di jauhi, menjadikan
kesengsaraan , siksa diakhirat sebagai hukuman bagi yang melakukannya.

Firman Allah yang mengukapkan tentang “Akhlak” yaitu:

a. Surat An-Nahl ayat 90:

ُ ‫ان َو ِا ْي َت ۤاِئ ذِى ْالقُرْ ٰبى َو َي ْن ٰهى َع ِن ْال َفحْ َش ۤا ِء َو ْال ُم ْن َكر َو ْال َب ْغي َيع‬ ‫هّٰللا ْأ‬
۞ ‫ِظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن‬ ِ ِ ِ ‫اِنَّ َ َي ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َوااْل ِحْ َس‬

Artinya :

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,


memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran”.(QS. An-Nahl: 90)

b. Surat An-Nahl ayat 97:


‫ون‬ ۟ ‫صلِحً ا مِّن َذ َك ٍر َأ ْو ُأن َث ٰى َوه َُو مُْؤ ِمنٌ َفلَ ُنحْ ِي َي َّنهُۥ َح َي ٰو ًة َط ِّي َب ًة ۖ َولَ َنجْ ز َي َّن ُه ْم َأجْ َرهُم ِبَأحْ َس ِن َما َكا ُن‬
َ ُ‫وا َيعْ َمل‬ َ ٰ ‫َمنْ َع ِم َل‬
ِ

Artinya :

“ Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun


perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih dari apa yang telah mereka kerjakan”.
(QS. An-Nahl: 97)

c. Surat Al-Maidah ayat 33:

‫هّٰللا‬ ۤ
ْ‫ُصلَّب ُْٓوا اَ ْو ُت َق َّط َع اَ ْي ِدي ِْه ْم َواَرْ جُلُ ُه ْم مِّن‬ ِ ‫ِا َّن َما َج ٰزُؤ ا الَّ ِذي َْن ي َُح‬
ِ ْ‫ارب ُْو َن َ َو َرس ُْولَ ٗه َو َيسْ َع ْو َن فِى ااْل َر‬
َ ‫ض َف َس ًادا اَنْ ُّي َق َّتلُ ْٓوا اَ ْو ي‬
ۗ ِ ْ‫ف اَ ْو ُي ْن َف ْوا م َِن ااْل َر‬
‫ض‬ ٍ ‫ِخاَل‬

Artinya :

“ Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan


Rasul-Nya dan membuat perusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau
disalib,atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau
dibuang dari negeri (tempat kediamannya)”.(QS. Al-Maidah: 33)

Dapat dipahami bangsa arab sebelum islam telah memiliki kadar pemikiran
yang minimal pada bidang akhlak, pengetahuan tentang berbagai macam
keutamaan dan mengerjakannya, walaupun nilai yang tercetus lewat syair-
syairnya belum sebanding dengan kata-kata hikmah yang diucapkan oleh filosof-
filosof Yunani kuno. Dalam syariat-syariat mereka tersebut saja sudah ada
muatan-muatan akhlak . 3

2.4 Sejarah akhlak pada bangsa Arab setelah islam

Islam sekarang mendorong manusia untuk beriman kepada Allah SWT. Ini
adalah sumber dari segala sesuatu di alam. Segala sesuatu di dunia berasal
darinya. Alam mampu bergerak secara teratur melalui kekuatannya.

Seperti Allah SWT. Allah telah menetapkan beberapa aturan untuk diikuti oleh
manusia SWT. Dia juga menetapkan beberapa kebajikan yang harus diikuti,
seperti kebenaran dan keadilan, dan beberapa hal buruk yang harus dihindari
orang, seperti kebohongan dan ketidak adilan. Waspadalah kepada Allah SWT.

Firman Tuhan yang diwahyukan tentang “akhlak” adalah:

a. Surat An-Nahl ayat 90:


ُ ‫ان َو ِا ْي َت ۤاِئ ذِى ْالقُرْ ٰبى َو َي ْن ٰهى َع ِن ْال َفحْ َش ۤا ِء َو ْال ُم ْن َكر َو ْال َب ْغي َيع‬ ‫هّٰللا ْأ‬
‫ِظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن‬ ِ ِ ِ ‫اِنَّ َ َي ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َوااْل ِحْ َس‬

4 Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, Akhlak Tasawuf, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal. 57-60
Artinya: Sesungguhnya Allah telah memerintahkan (kamu) untuk berbuat
kebajikan dan kebaikan dan membantu kerabatmu. Dia juga melarang kekejian,
kemungkaran dan permusuhan. Dia akan mengajari Anda sehingga Anda bisa
mengambil pelajaran.

b. Surah an-Nahl ayat 97:

‫صالِحً ا مِّنْ َذ َك ٍر اَ ْو ا ُ ْن ٰثى َوه َُو مُْؤ ِمنٌ َفلَ ُنحْ ِي َي َّن ٗه َح ٰيو ًة َط ِّي َب ۚ ًة َولَ َنجْ ِز َي َّن ُه ْم اَجْ َر ُه ْم ِباَحْ َس ِن َما َكا ُن ْوا َيعْ َملُ ْو َن‬
َ ‫َمنْ َع ِم َل‬

Artinya: Laki-laki dan perempuan yang beriman dan beramal saleh akan diberi
kehidupan yang baik dan diberi pahala yang lebih baik dari mereka.

c. Surat Al-Qasa ayat 77 :

‫ض ۗاِنَّ هّٰللا َ اَل ُيحِبُّ ْال ُم ْفسِ ِدي َْن‬


ِ ْ‫َواَل َتب ِْغ ْال َف َسادَ فِى ااْل َر‬

Artinya: Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak


menyukai orang yang berbuat kerusakan.

Dalam Islam, tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah guru
terbesar dalam bidang akhlak. Bahkan kutukannya atas bumi ini adalah untuk
menyempurnakan akhlak. Namun, siapa yang pertama kali memprakarsai atau
menulis ilmu akhlak dalam Islam masih diperdebatkan, dan beberapa teori telah
dikemukakan.

Pertama, Ali bin Abi Thalib adalah orang pertama yang mencetuskan ilmu
akhlak. Ini didasarkan pada risalah yang dia tulis untuk putranya. Al-Hasan
kembali dari Perang Shiffin. Pamflet memiliki banyak pelajaran moral dan berbagai
kebajikan. Isi risalah ini juga tercermin dalam kitab Nahj Al-Balagha, yang sering
dikutip oleh ulama Sunni seperti: Abu Ahmad bin ‘Al-‘Askari dalam kitabnya
zawajir wa Al-Mawaizh.

Kedua, tokoh Islam pertama yang menulis tentang akhlak adalah Ismail bin
Maharan Abu Abu Nashr al-Sauqani, ulama abad ke 2 M, yang menulis Al-Mu’min
wa Al-Fajir, buku pertama tentang akhlak dalam Islam. Setelah itu, tokoh moral
terkenal seperti Abu Dar al-Gifari, Ammar bin Yasser, Nawal al-Bakkali dan
Muhammad bin Abu Bakar tidak menulis tentang mereka.

Ketiga, pada abad ke-3 Hijriah, Ja’far bin Ahmad Al-Qummi menulis buku
berjudul Al-mani’at min dukhul Al-Jannah. Tokoh-tokoh lain yang berbicara khusus
dalam bidang akhlak antara lain:

1. Ar-Razi (250-313 H). Namun, ada filosof lain seperti A-Kindi dan Ibnu Sina.
Ar-Razi telah menulis sebuah karya di bidang akhlak berjudul Ath-Thibb Ar-Ruhani
(Kesehatan Rohani). Buku ini menjelaskan tentang kesehatan mental dan cara
menjaganya. Buku ini adalah filsafat moral utama yang bertujuan untuk
meningkatkan moralitas manusia.

2. Pada abad ke-4 H, Ali bin Ahmad al-Kufi menulis Kitab Al-Adab dan Makarim
al-Aflaq. Di abad ini juga dikenal sosok Abu Nasr al-Farabi yang melakukan kajian
akhlak. Demikian juga Ikhwan Ash-Shafa (370-428 H) dari Rasa’il dan Ibn Sina .-
nya

3. Pada abad ke-5 H, Ibnu Maskawih (w. 421 H) menulis kitab Tahdzib Al-
Akhlaq wa Tath-hit Al-A’araq dan Al-‘Arab wa Al-Furs. Buku ini berasal dari
konsep akhlak Plato dan Aristoteles, memadukan ajaran Islam dengan hukum,
dan merupakan kisah akhlak yang diperkaya dengan pengalaman hidup penulis
dan keadaan pada masanya.

4. Pada abad ke-6, H Warram bin Abi Al-Fawaris menulis kitab Tanbih Al-
Khathir wa Nuzhah An-Nazhir.

5. Pada abad ke-7 H, Syaikh Khawajah Nashir Ath-Thusi menulis kitab Al-
Akhlaq An-Nashiriyah wa Awshaf Asy-Asyraf wa Adab Al-Muta`allimin.

Berabad-abad setelahnya, Irsyad Ad-Dailami, Mashabih Al-Qulub dari Ash-


Syairazi, Makarim Al-Akhlaq dari Hasan bin Amin Ad-Din, Al-Adab Ad-diniyyah
dari Amin Ad-Din Ath-Thabarsi dan Bihar Al-Anwar menjadi beberapa buku
dikenal. 4

2.5 Akhlak Pada Zaman Barat ( ZamanBaru )

Pada pertengahan akhir abad ke-15, eropa mulai mengalami kemajuan dalam
bidang filsafat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Kehidupan mereka yang semula
mengikuti ajaran gereja kemudian diubah menjadi akal pikiran dengan
memberikan peran yang besar. Akal sebagi ajaran klasik dikritik sehingga
tegaklah kemerdekaan akal. ajaran yang dikritik dan sekaligus diselidiki adalah
ajaran akhlak yang dibawa bangsa Yunani dan bangsa-bangsa setelahnya.
Pergeseran cara pandang pada zaman ini terjadi hingga beberapa masa ke masa
yang akhirnya melahirkan para tokoh dan pemikir hebat pada masanya masing-
masing. Banyak tokoh-tokoh akhlak yang lahir pada abad ini, diantaranya sebagai
berikut :

1. Descartes (1596-1650)

Descartes adalah salah satu dari tokoh barat yang memperhatikan kajian
akhlak dan mendasarkan filsafatnya pada rasionalisme. descartes juga
merupakan filsuf yang berasal dari prancis. Ia telah menciptakan dasar-dasar baru
bagi ilmu pengetahuan dan filsafat, diantaranya sebagai berikut :

a. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan belum
dipastikan nyata adanya. Sesuatu yang didasarkan pada sangkaan semata dan
tumbuh dari kebiasaan wajib di tolak

b. Penyeledikan terhadap sesuatu harus dimulai dari yang terkecil dan yang
termudah, kemudian mengarah pada yang lebih kompleks

c. Tidak boleh menetapkan kebenaran sebelum dinyatakan benar terlebih


dahulu.

4 Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, Akhlak Tasawuf, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal. 57-60
Descartes dan para pengikutnya cenderung kepada ajaran stoics. Sedangkan
tokoh- tokoh filosof setelah Descartes lebih cenderung kepada paham Epicurus.

2. John Of Salisbury (1120-1180)

John Of Salisbury merupakan filsuf yang berasal dari inggris. John Of Salisbury
terkenal dengan uraiannya yang menjelaskan tentang kekuatan spiritual yang
berada diatas kekuatan duniawi.

Pendapat-pendapat yang disampaikan oleh John Of Salisbury diabadikan pada


buku-bukunya. Salah satu bukunya yang paling terkenal yaitu berjudul
Stateman’s Book. Pada bukunya ini, ia berbicara tentang dua pedang
(kekuasaan), yang dimana dimaksud itu adalah pedang fisik dan pedang spiritual.
Kedua pedangnya itu bersumber dari gereja, dan gereja dapat menarik Kembali
pedang raja tersebut jika ia keluar dari hukum ilahi. Sebab orang yang mempunyai
kekuasaan untuk memberi berarti juga mempunyai kekuasaan pula untuk
mengambil pemberian tersebut.

3. Bentham (1748-1832) Dan Stuart Mill (1806-1873)

Betham adalah pendiri filsafat Utilitarisme yang berasal dari london, inggris.
Betham juga merupaka salah satu seorang filsuf Empirisme yang berpengaruh
dalam pembaharuan bidang moral dan politik

Miil adalah putra James Miil yang berasal dari London. Ia banyak dipengaruhi
oleh ayahnya dan Jereny Bentham. Miil banyak membaca literatur Yunani dan
latin. Ia mempelajari logika secara mandiri dan kemudian mendiskusikannya
dengan ayahnya. ia juga mempelajari ekonomi dan mempelajari Demonthenes
dan plato, perhatian khususnya pada kajian metode dan argumentasi.

Bentham dan Miil memindahkan paham yang awalnya Epicurus menjadi paham
Utilitarianisme. Keduanya juga memindahkan paham Epicurus dari paham Egoitic
Hedonisme menjadi paham Universalistik Hedonisme. Paham keduanya dapat
memberikan peran besar dalam pembentukan hukum dan politik.

4. Thomas Hill Green (1836-1882) Dan Herbert Spencer (1820-1903)

Thomas Hill Green adalah salah satu ilmuwan terkenal yang berasal dari
inggris. Sedangkan Herbert Spencer berasal dari inggris dan dikenal sebagai
tokoh pemikir teori liberal klasik terkemuka. Green dan Spencer mengaitkan
tentang paham evolusi dengan akhlak. Ada beberapa pemikiran akhlak Green, di
antara sebagai berikut :

a. Manusia dapat memahami dan menghendaki suatu keadaan yang lebih


baik, Karena manusia adalah pelaku moral

b. Manusia dapat melakukan proses realisasi diri karena manusia adalah


subjek yang sadar diri
c. Cita-cita keadaan yang lebih baik adalah cita-cita yang ideal

d. Dalam bermoral Ide menjadi pelaku dalam kehidupan manusia. Kebaikan


moral itu adalah kebaikan yang memuaskan hasrat pelaku moral. Kebaikan yang
sesungguhnya adalah kebaikan yang mempunyai tujuan untuk memiliki nilai yang
mutlak.

5. Spinoza (1632-1677), Hegel (1770-1831), Dan Kant (1724-1831)

Spinoza, Hegel, dan Kant adalah ilmuwan barat yang mempunyai pengaruh
besar dalam bidang akhlak.

Spinoza adalah seseorang yang berasal dari keturunan yahudi yang


melepaskan diri dari segala sesuatu yang berhubungan dengan agama dan
mendasarkan filsafat pada rasionalisme. Karena menurut spinoza manusia harus
berdasarkan kepada rasio (akal). Dan pada karyanya yang berjudul Ethica Ordine
Geometrico Demonstrata ini ditulis dengan maksud untuk membantu mengurangi
penderitaan orang-orang yang menganut suatu keyakinan. Dengan demikian, Ia
pun harus bersikap mandiri dan bebas dari seluruh fanatisme. Argumen-argumen
yang ia sampaikan selalu bersifat tenang, selalu dipertimbangkan dengan baik
dan matang, dan masuk akal. Ia juga tidak membiarkan dirinya terprovokasi.

Hegel adalah seorang filsuf yang berasal dari jerman. Hegel juga dikenal
sebagai orang yang pertama kali memperkenalkan filsafat, gagasan bahwa
sejarah dan hal yang konkret adalah penting untuk bisa keluar dari lingkaran
philosophia perennis, yaitu masalah-masalah abadi dalam filsafat.

Sementara itu, Kant dikenal sebagai ahli pikir jerman yang terpandang dalam
bidang akhlak (etika). Ia juga menyakini adanya kesusilaan. Titik terberat etika nya
adalah rasa kewajiban atau panggilan hati nurani untuk melakukan sesuatu. Dan
juga rasa kewajiban melakukan sesuatu yang didasarkan pada budi.

6. Victor Counsin (1792-1867) Dan August Comte (1798-1857)

Victor Counsin adalah seorang filsuf yang berasal dari prancis yang
bertanggung jawab untuk mengubah filsafat prancis yang awalnya dari
sensasionalisme menjadi spiritualis menurut pemikirannya sendiri. Ia juga
mengajarkan bahwa dasar dari metafisika adalah pengamatan yang hati-hati dan
analisis atas fakta-fakta tentang kehidupan yang sadar.

August Comte adalah seorang ilmuwan yang berasal dari Prancis, ia


dijuluki sebagai “ bapak sosiologi”. Ia juga dikenal sebagai orang pertama yang
menggunakan metode ilmiah dalam ilmu sosial.

7. Pasca Mill Dan Spencer

Sejak masa Mill dan Spencer hingga pada masa sekarang, penelitian tentang
akhlak hanya menjelaskan tentang teori-teori saja, seperti yang telah diutarakan

4 Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, Akhlak Tasawuf, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal. 57-60
oleh beberapa tokoh di atas. Dapat disimpulkan bahwa belum ada teori-teori lain
yang ditemukan.

Pada masa baru atau lebih dikenal sebagai zaman barat ini bermunculan
berbagai macam etika, ada yang menggunakan pemikiran lama dan ada juga
yang menggunakan pemikiran baru untuk melaksanakan perubahan pemikiran.
Akan tetapi tidak banyak pula yang masih mempertahankan etika yang
berdasarkan ketuhanan.

Bab III

Penutup

3.1 kesimpulan

1. Sejarah perkembangan akhlak pada zaman Yunani dibagi menjadi 7 yakni : tokoh-
tokoh sofistik, Scorates, Cynics dan Cyrenics, Plato, Aristoteles, Stoics dan
Epicurics, dan yang terakhir adalah agama Nasrani.
2. Akhlak pada pertengahan abad merupakan akhlak yang lahir di Eropa yang
dibangun dengan pepaduan antara ajaran Nasrani dan Yunani.
3. Sejarah akhlak pada zaman sebelum kemunculan Islam dalam keadaan bodoh.
4. Sejarah akhlak pada zaman setelah kemunculan Islam mulai berangsur membaik,
dikarenakan yang menjadi dasar perilaku akhlak adalah kepercayaan dalam
mengimani Allah.
5. Sejarah akhlak pada zaman baru muncul banyak pemikiran baru
diantaranya ;Descartes, Jhon of Salisburry, Bentham, Thomas Hill Green,
Spinoza, Victor Cousin, Pasca mill dan Spencer.

3.2 Daftar Pustaka

Nata, Abbudin.2010. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Rajawali Press.

Anwar, Rosihon. 2010 Akhlak Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia.


4 Prof. Dr.Rosihon Anwar, M.Ag, Akhlak Tasawuf, Bandung : Pustaka setia, 2010, Hal. 57-60

Anda mungkin juga menyukai