DISUSUN OLEH:
FEPRIAN SARI (12060120562)
HAFIZAH RIDATUL AISYI (12060122748)
SALSABILA OSCHIKA PUTRI (12060124434)
DOSEN PENGAMPU:
BAMBANG SUPRIADI, M. Pd. I.
Segala puji bagi Allah atas setiap kenikmatan yang Dia berikan tanpa terkecuali bagi
setiap makhluk di muka bumi ini baik bagi mereka yang dengan teguh menjalankan perintah-
Nya ataupun yang masih nyaman dengan kemaksiaatan yang dijalankannya karena sifat Allah
yang Maha Rahman. Dan dengan hidayah serta kasih sayang-Nya juga tidak lupa dibarengi
dengan usaha dan doa, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat dan salam
kami sampaikan untuk Rasulullah Muhammad SAW, sang pembawa kebenaran serta suri
tauladan bagi seluruh umat manusia untuk berhijrah dari zaman kegelapan menuju zaman
yang terang benderang.
Selanjutnya, kepada Bapak Dosen yang kami hormati dan rekan-rekan seperjuangan yang
kami sayangi. Kami mengucapkan terima kasih karena telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk menyusun makalah ini. Selain untuk memenuhi tugas yang diberikan Dosen,
penyusunan makalah ini juga adalah sebagai bentuk kerja sama kami dengan rekan-rekan
semua khususnya Fakultas Psikologi dalam usaha mempelajari mata kuliah Akhlak agar lebih
mudah difahami sehingga kita semua nantinya mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Demikian kata pengantar dari kami, namun dalam penyusunan makalah ini kami sadar
bahwa kami hanyalah makhluk Allah yang penuh dengan kekurangan. Untuk itu apabila
dalam penulisan makalah ini apabila terdapat kata-kata baik dari segi isinya, bahasa, analisis
dan lain sebagainya terdapat banyak kekurangan kami mohon maaf serta kami mengharap
saran dan kritik dari pembaca semua diiringi ucapan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..……… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………… ii
BAB I : PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………. 1
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………...……… 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….. 13
B. Saran………………………………………………………………………………… 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Karena akhlak sudah ada sejak manusia pertama kali diciptakan, tentu akhlak
memiliki sejarah yang luar biasa, mulai dari akhlak sebelum islam dan setelah
datangnya islam serta akhlak di luar islam. Untuk itu pada kesempatan ini kami akan
membahasnya dalam makalah kami yang berjudul “Sejarah Pertumbuhan Dan
Perkembangan Ilmu Akhlak”. Semoga apa yang kami sajikan sedikit bisa membantu
menambah pemahaman rekan-rekan semua dalam memahami Ilmu Akhlak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pertumbuhan Dan Perkembangan Akhlak Pada Zaman Yunani?
2. Bagaimana Pertumbuhan Dan Perkembangan Akhlak Pada Abad Pertengahan?
3. Bagaimana Pertumbuhan Dan Perkembangan Akhlak Pada Bangsa Arab
Sebelum Islam ?
4. Bagaimana Kajian Akhlak Di Kalangan Kaum Muslimin ?
5. Bagaimana Kajian Akhlak Di Kalangan Pesantren ?
6. Bagaimana Kajian Akhlak Di Kalangan Bangsa Barat ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pertumbuhan Dan Perkembangan Akhlak Pada Zaman Yunani.
2. Mengetahui Pertumbuhan Dan Perkembangan Akhlak Pada Abad
Pertengahan.
3. Mengetahui Pertumbuhan Dan Perkembangan Akhlak Pada Bangsa Arab
Sebelum Islam.
1
4. Mengetahui Kajian Akhlak Di Kalangan Kaum Muslimin.
5. Mengetahui Kajian Akhlak Di Kalangan Pesantren.
6. Mengetahui Kajian Akhlak Di Kalangan Bangsa Barat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam membangun ilmu akhlak adalah
pemikiran filsafat tentang manusia, atau pemikiran tentang manusia. Akhlak yang
mereka bangun lebih brsifat filosofis, yaitu filsafat yang bertumpu pada kajian secara
mendalam terhadap potensi kejiwaan yang terdapat dalam diri manusia atau bersifat
antroposentris, dan mengesankan bahwa masalah akhlak adalah sesuatu yang fitri,
yang akan ada dengan adanya manusia itu sendiri, dan hasil yang didapat adalah ilmu
akhlak yang berdasar pada logika murni. Karena manusia secara fitrah telah dibekali
dengan potensi bertuhan, beragama dan cenderung pada kebaikan, disamping juga
memiliki kecenderungan pada keburukan.
Namun demikian, ia tidak mengemukakan tentang tujuan akhir akhlak, atau ukuran
yang dipergunakan untuk menilai suatu perbuatan apakah baik atau buruk. Akibatnya,
maka bermunculan berbagai golongan yang menyatakan tentang akhlak, walaupun
sama-sama disandarkan pada Socrates.
3
Cynics dan Cyrenics
Cynics dan Cyrenics adalah pengikut Socrates, tetapi ajaran keduanya bertolak
belakang. Kelompok Cynics dibangun oleh Antisthenes yang hidup pada tahun 444-
370 SM yang menyatakan bahwa Tuhan dibersihkan dari segala kebutuhan, dan
sebaik-baik manusia adalah yang memiliki perangai ketuhanan. Dengan akhlak
ketuhanan ini, seseorang berusaha meminimalisasi kebutuhan terhadap dunia, rela
menerima apa adanya, suka menanggung penderitaan, tidak suka akan kemewahan,
dan tidak peduli dengan cercaan orang lain, yang penting dia dapat memelihara
akhlak yang mulia. Pemimpin golongan Cynics yang terkenal adalah Diogenes (323
SM).
4
3. Sebagaimana Plato, Aristoteles juga dikenal sebagai pembawa teori
pertengahan. Menurutnya, keutamaan itu terletak ditengah-tengah antara dua
keburukan. Misalnya, dermawan adalah tengah-tengah antara boros dan kikir,
keberanian adalah tengah-tengah antara membabi buta dan takut serta lain
sebagainya.
Stoics dan Epicurics
Keduanya berbeda pendapat dalam mengemukakan pandangannya tentang
kebaikan. Stoics berpendirian sebagaimana paham Synics, dimana ajaranya diberi
nama Stoisisme yang menyatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah menjalani
segala sesuatu yang bisa dijalani secara rasional dimana kesengsaraan dan
kebahagiaan datang dan pergi sehingga kita tidak perlu melekat pada salah satu
diantaranya. Ajaran ini banyak diikuti ahli filsafat Yunani dan Romawi kuno, dan
diantara para pengikutnya yang termasyhur diantaranya adalah Seneca (6-65 M),
Epictetus (60-140 M) dan Kaisar Marcus Aerelius (121-180 M).
1. Manusia tidak akan tenang karena takut pada dewa-dewa, dan takut pada
kematian dan nasib.
2. Manusia tidak perlu takut karena dewa-dewa yang menikmati kebahagiaan
yang kekal tidak mengganggu.
3. Mati juga tidak perlu ditakuti karena mati berarti tidak menderita.
4. Nasib manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri. Kalau manusia itu
mempunyai ketenagan batin, maka dapat mencapai tujuan hidupnya.
5. Tujuan hidup manusia adalah hedone (kenikmatan, kepuasan). Ketenangan
batin diperoleh dengan memuaskan keinginan, semakin sedikit keinginan
maka akan semakin tenang. Sehingga manusia harus bisa memilih keinginan
yang dapat memberikan kepuasan mendalam.
5
Yunani tersebut bersifat antropocentris (memusat pada manusia) dan yang demikian
itu dapat diikuti selama tidak bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunah.
Agama Nasrani
Pada akhir abad ketiga Masehi, tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Agama itu telah
berhasil mempengaruhi pemikiran manusia dan membawa pokok-pokok ajaran akhlak
yang tercantum dalam kitab Taurat dan Injil. Agama itu memberi pelajaran kepada
manusia bahwa Tuhan merupakan sumber segala akhlak. Tuhan yang memberi dan
menentukan segala bentuk patokan-patokan akhlak yang harus dipelihara dan
dilaksanakan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Tuhanlah yang menjelaskan
arti baik dan buruk. Baik dalam arti sebenarnya adalah kerelaan Tuhan dan
melaksanakan perintah-perintah-Nya.
Ajaran akhlak pada agama Nasrani ini bersifat Teo-centri (memusat pada Tuhan)
dan sufistik (bercorak batin). Ajaran akhlak agama Nasrani yang dibawa oleh para
pendeta sejalan dengan ajaran Yunani dari aliran Stoics dalam persoalan baik dan
buruk, sehingga kedudukan para pendeta sama dengan kedudukan para ahli filsafat di
Yunani. Menurut ahli filsafat Yunani pendorong untuk melakukan perbuatan baik
ialah pengetahuan dan kebijaksanaan, sedangkan menurut agama Nasrani pendorong
berbuat kebaikan adalah cinta dan iman kepada Tuhan berdasarkan petunjuk kitab
Taurat.
6
ajaran gereja dan mencocokkannya dengan akal. Adapun filsafat yang menentang
ajaran Nasrani dibuang jauh-jauh.
Dengan demikian ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan adalah
ajaran ahlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan Nasrani.
Diantaranya yang termasyhur adalah Abelard (1079-1142) seorang ahli filsafat
Perancis, dan Thomas Aquinas (1226-1274) seorang ahli filsafat agama
berkebangsaan Italia.
Dapat dipahami bahwa bangsa Arab sebelum islam telah memiliki kadar pemikiran
yang minimal pada bidang akhlak, pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan
dan mengerjakannya, walaupun nilai yang tercetus lewat syair-syairnya belum
sebanding dengan kata-kata hikmah yang diucapkan para filsafat Yunani Kuno.
Ajaran Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan
memuat ajaran yang menuntun umat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan yang
kesemuanya itu terkandung dalam Al-Quran yang diturunkan Allah dan ajaran Sunnah
yang didatangkan dari Nabi Muhammad SAW. Al-Quran merupakan sumber utama
dan mata air yang memancarkan ajaran Isalm. Hukum-hukum Islam yang mengandung
7
serangkaian pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok akhlak dan perbuatan dapat
dijumpai sumber yang aslinya di dalam Al-Quran. Allah SWT berfirman :
Dalam Islam tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah guru
terbesar dalam bidang akhlak. Bahkan, keterutusannya di muka bumi adalah untuk
8
menyempurnakan akhlak. Akan tetapi tokoh yang pertama kali menggagas ilmu
akhlak dalam Islam masih terus diperbincangkan. Berikut ini akan dikemukakan
beberapa teori:
a. Tokoh yang pertama kali menggagas ilmu akhlak adalah Ali bin Abi Thalib.
Berdasarkan sebuah risalah yang ditulisnya untuk putranya Al-Hasan, setelah
kepulangannya dari perang Shiffin.
b. Tokoh Islam yang pertama kali menulis ilmu akhlak adalah Isma’il bin Mahram Abu
An-Nashr As-Saukani, ulama abad ke-2 H. Ia menulis kitab Al Mu’min wa Al-Fajir,
kitab akhlak yang pertama kali dikenal dalam Islam. Selain itu, dikenal tokoh-tokoh
akhlak walaupun mereka tidak menulis tentangnya, seperti Abu Dzar Al-Ghifari,
‘Ammar bin Yasir, Nauval Al-Bakkali dan Muhammad bin Abu Bakr.
c. Pada abad ke-3 H, Ja’far bin Ahmad Al-Qummi menulis kitab Al-Mani’at min
Dukhul Al-Jannah.
Tokoh lainnya yang secara khusus berbicara tentang akhlak adalah:
Ar-Razi (250-313 H) walaupun masih ada filsuf lain, Al-Kindi dan Ibnu Sina. Ar-Razi
telah menulis karya dalam bidang akhlak berjudul Ath-Thibb Ar-Ruhani (kesehatan
rohani). Buku ini menjelaskan kesehatan rohani dan penjagaannya. Kitab ini
merupakan filsafat akhlak terpenting yang bertujuan memperbaiki moral manusia.
Pada abad ke-4 H, Ali bin Ahmad Al-Kufi menulis kitab Al-Adab dan Makarim Al-
Akhlaq. Pada abad ini dikenal pula tokoh Abu Nashr Al-Farabi yang melakukan
penyelidikan tentang akhlak. Demikian juga Ikhwan Ash-Shafa dalam Rasa’il-nya,
dan Ibnu Sina (370-428 H).
Pada abad ke-5 H, Ibnu Maskawaih (421 H) menulis kitab Tahdzib Al-Akhlaq wa
Thath-hir Al-A’araq dan Adab Al-‘Arab wa AL-Furs. Kitab ini merupakan uraian
suatu aliran akhlak yang sebagian materinya berasal dari konsep-konsep akhlak dari
Plato dan Aristoteles yang diramu dengan ajaran serta hukum Islam serta diperkaya
dengan pengalaman hidup penulis dan situasi zamannya.
Pada abad ke-6 H, Warram bin Abi Al-Fawaris menulis kitab Tanbih Al-Khathir wa
Nuzhah An-Nazhir.
Pada abad ke-7 H, Syekh Khawajah Nashir At-Thusi menulis kitabAl-Akhlaq An-
Nashiriyyah wa Awshaf Asy-Asyraf wa Adab Al-Muta’allimin.
9
Pada abad-abad sesudahnya dikenal beberapa kitab, seperti Irsyad Ad-Dailami,
Mashabih Al-Qulub karya Asy-Syairazi, Makarim Al-Akhlaq karya Hasan bin Amin Ad-
Din, Al-Adab Ad-Diniyyah karya Amin Ad-Din Ath-Thabarsi, dan Bihar Al-Anwar.
Diantara pembaharuan yang dilakuakan adalah dalam bidang akhlak, yang semula
menentukan kadar baik buruk berdasarkan dogma gereja diganti dengan berdasarkan
ilmu pengetahuan dan pengalaman empirik. Akhlak dibangun berdasarkan
penyelidikan menurut kenyataan empirik, dan tidak berdasarkan gambaran khayal atau
keyakinan yang terdapat dalam agama. Hal ini yang akhirnya melahirkan apa yang
disebut etika dan moral yang berbasis pada pemikiran akal pikiran. Tokoh-tokoh
pemikir akhlak yang lahir pada abad baru ini diantaranya adalah :
10
Rene Descartes (1596-1650 M)
Pandangannya mengenai akhlak bersifat rasionalistik dan empirik. Ia tidak menerima
sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan penelitian empirik. Dalam melakukan
penelitian hendaknya dimulai dari yang sekecil-kecilnya dan semudah-mudahnya, lalu
meningkat kearah yang lebih kompleks dan rumit agar lebih mudah dipecahkan. Segala
sesuatu dapat diterima apabila telah lulus dari ujian dan penyelidikan tersebut. Segala
sesuatu yang didasarkan pada sangkaan dan apa yang ditumbuhkan dari adat istiadat
wajib ditolak.
11
masalah yang berbeda. Dimulai dengan metafisika, kemudian psikologi hasrat dan
kehendak, dan akhirnya membangun sebuah etika berdasarkan metafisika dan
psikologi sebelumnya.
Immanuel Kant (1724-1804 M)
Ia merupakan seorang filsuf dari Jerman. Titik berat pemikiran etikanya
adalah rasa kewajiban (panggilan hati nurani). Immanuel Kant berpendapat bahwa
manusia mempunyai perasaan moral yang tertanam dalam jiwa dan hati nuraninya.
Perasaan moral ini, tidak diperoleh dari pengalaman dalam hidupnya di dunia, tetapi
merupakan pembawaanya sejak lahir. Sementara itu, perasaan berkewajiban
melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk tersebut, tidak tergantung
pada akibat-akibat yang akan timbul dari perbuatan itu. Perintah dari dalam hati ini,
bersifat absolut dan universal (categorical imperative). Perbuatan baik dilakukan
karena perintahnya memang demikian. Sementara perbuatan jahat dijauhi karena
perintah juga mengatkan demikian.
Hegel (1770-1831)
Hegel merupakan filsuf Jerman. Dalam doktrin etikanya, Hegel berpendapat
bahwa nilai itu terletak pada keseluruhan, bukan pada bagian-bagiannya. Pokok-
pokok pemikiran filsafat Hegel tentang etika, terdapat dalam karya-karyanya yaitu
lain Phenomenology of Mind, The Philosophy of History, dan The Philosophy of Law.
Victor Cousin (1792-1867) dan Auguste Comte (1798-1857)
Victor Cousin adalah seorang yang bertanggung jawab menggeser filsafat
Prancis. Cousin mengajarkan bahwa dasar metafisika adalah pengamatan yang hati-
hati, dan analisis atas fakta-fakta tentang kehidupan yang sadar.
Aguste Comte adalah seorang ilmuwan Prancis yang dijuluki sebagai Bapak
Sosiologi. Ia dikenal sebagai orang pertama yang mengaplikasikan metode ilmiah
dalam ilmu sosiak. Ia pun juga membahas tentang akhlak.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkemabangan ilmu akhlak pada zaman yunani, bahwasanya
dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam membangun ilmu akhlak adalah
pemikiran filsafat manusia atau pemikiran tentang manusia.
Ajaran akhlak yang lahir di eropa pada pertumbuhan dak perkembangan pada
abad pertengahan adalaah ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran
Yunani dan Nasrani.
Pada pertumbuhan dan perkembangan bangsa arab sebelum islam dapat dipahami
bahwa kadar pemikiran yang minimal pada akhlak, pengetahuan tentang berbagai
macam keutamaan dan mengerjakannya, walaupun nilai yang tercetus lewat syair-
syairnya belum sebanding dengan kata-kata hikmah yang diucapkan para filsafat
Yunani Kuno.
Lalu pada kajian akhlak di kalangan muslimin, ajaran akhlak ini menemukan
bentuknya yang sempurna pada agama Islam dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan
manusia. Intinya islam mengajak manusia agar percaya kepada Tuhan dan mengakui
bahwa Dialah Pencipta, Pemilik, Pemelihara, Pelindung, Pemberi Rahmat, Pengasih,
dan Penyayang terhadap segala makhluk.
Kajian akhlak di kalangan pesantren ini banyak dibahas melalui karya-karya para
ulama yang dijadikan literatur untuk dipelajari di kalangan pesantren.
B. Saran
Karena begitu luasnya pembahasan makalah ini dan sangat terbatasnya ilmu serta
wawasan penulis, penulis menyadari dan memahami bahwa makalah ini masih jauh
13
dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis dengan segala kerendahan hati dan dengan
tangan terbuka mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak.
Dengan selesainya kesimpulan dan saran di atas, maka selesai pula penulisan
makalah ini. Semoga Allah memberikan rahmatnya kepada kita semua dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Terutama kepada penulis sendiri.
Aamiin ya rabbal ‘alamin.
14
DAFTAR PUSTAKA