Anda di halaman 1dari 13

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN DALAM AKHLAK ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen Pembimbing Muhammad Junaidi, S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusun Oleh

1. Edifa Meriani NIM T20194057


2. Fitriya Amaliya NIM T20194059
3. Rifka Amalia NIM T20194066
4. Umi Qoimatul Husna NIM T20194070

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
MARET 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat taufik, dan
hidayah-Nya sehinggat menyelesaikan makalah ini. Salawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sebagai pembawa kabar gembira bagi umat yang
bertakwa.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu menyelesaika makalah dengan
judul Perkembangan Pemikiran Dalam Akhlak Islam.

Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE.,MM. selaku Rektor IAIN Jember.
2. Ibu. Hj. Mukni’ah, M.pd,I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Jember.
3. Bapak Rif’an Humaidi, M.pd,I. selaku Ketua Progam Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah IAIN Jember.
4. Bapak Muhammad Junaidi, S,Pd.I., M.Pd.I. selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam penyusunan makalah ini.
Dan
5. Bapak/Ibu Dosen IAIN Jember yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada saya.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum sempurna
dan masih ada kekurangannya. Oleh karena itu, saya mengharap saran dan
kritikannya. Dengan adanya makalah ini, saya beharap dapat mempermudah semua
pihak dalam membahas perkembangan pemikiran dalam akhlak islam dan dapat
bermanfaat.

Jember, 19 Maret 2020

ii
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan...........................................................................................................5
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................................6

2.1 Perkembangan Pemikiran Fase Yunani.....................................................6


2.2 Perkembangan Pemikiran Fase Arab Pra-Islam.......................................8
2.3 Perkembangan Pemikiran Fase Islam.......................................................9
2.4 Perkembangan Pemikiran Fase Abad Pertengahan...............................11
2.5 Pekembangan Pemikiran Fase Modern...................................................12
BAB III : PENUTUP.................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kata akhlak berasal dari bahasa arab yangyang secara bahasa berarti pembuatan atau
penciptaan, dalam agama akhlak bermakna perangai, tabiat, adab atau tingkah laku.
Menurut Imam Ghozali akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang
melahirkan perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun
pertimbangan.
Akhlak merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk lain. Karena manusia
tanpa akhlak, akan kehilangan derajatnya sebagai makhluk Allah yang paling mulia.
Akhlak sudah ada sejak Nabi Adam as, tentu akhlak memiliki sejarah yang luar biasa.
Baik buruknya akhlak seseorang terlihat dari bagaimana prilaku mereka. Pada
pembahasan ini kami sebagai pemakalah akan menjelaskan tentang sejarah
perkembangan ilmu akhlak pada zama yunani sampai modern.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.1 Bagaimana sejarah perkembangan pemikiran akhlak islam pada Fase Yunani?
1.2 Bagaimana sejarah perkembangan pemikiran akhlak islam pada Fase Arab Pra-
Islam?
1.3 Bagaimana sejarah perkembangan pemikiran akhlak islam pada Fase Islam?
1.4 Bagaimana sejarah perkembangan pemikiran akhlak islam pada Fase Abad
Pertengahan?
1.5 Bagaimana sejarah perkembangan pemikiran akhlak islam pada Fase Modern?
1.3 Tujuan
1.1 Untuk mengetahui sejarah perkembangan pemikiran akhlak islam pada Fase Yunani.
1.2 Untuk mengatahui sejarah perkembangan pemikiran akhlak islam pada Fase Arab
Pra-Islam.
1.3 Untuk mengetahui sejarah perkembangan pemikiran akhlak islam pada Fase Islam.
1.4 Untuk mengetahui sejarah perkembangan pemikiran akhlak islam pada Fase Abad
Pertengahan.
1.5 Untuk mengetahui sejarah perkembangan pemikiran akhlak islam pada Fase Modern.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fase Yunani


Pertumbuhan pemikiran akhlak islam pada fase ini terjadi setelah munculnya
orang-orang yang bijaksana (500-450 SM). Sedangkan sebelum itu di kalangan
bangsa yunani tidak dijumpai pembicaraan mengenai akhlak islam karena pada masa
itu perhatian mereka tercurah pada penyelidikannya mengenai alam.
Dasar yang digunakan para pemikir yunani adalah pemikiran filsafat tentang
manusia, ilmu akhlak yang mereka bangun lebih bersifat filosofis. Pendapat dan

5
pemikiran filosofis yunani berbeda-beda, tetapi substansi dan tujuannya sama, yaitu
agar menjadi nasionalis yang baik, merdeka, dan mengetahui kewajiban mereka
terhadap tanah airnya. Tokoh filosofis yunani yang mengemukakan tentang akhlak
islam di antaranya:1
A. Socrates (469-399)
Socrates didaulat sebagai perintis ilmu akhlak yunani yang pertama.,
karena ia adalah tokoh pertama yang bersungguh-sungguh mengaitkan
manusia dengan prinsip ilmu pengetahuan. Beliau mengatakan bahwa
“keutamaan berawal dari ilmu”, dan ia juga berpendapat bahwa akhlak
dalam kaitannya dengan hubungan antar manusia harus didasarkan pada
ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, muncullah berbagai pendapat tentang
tujuan akhlak walaupun sama-ama didasarkan pada socretes.
B. Cynisc dan Cyrenics
Golongan Cynics, dibangun oleh Antistenes (414-370 SM). Golongan
ini memusat pada Tuhan dengan cara manusia berupaya mengidentifikasi
sifat Tuhan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Di
antara pemimpin golongan ini yag terkenal dalah Diagenes.
Golongan Cyrenics, dibangun oleh Aristippus lahir di Cyrna (kota barka di
utara Afrika). Golongan ini memusat pada manusia dengan cara manusia
mengoptimalkan perjuangan dirinya dan memenuhi kelezatan hidupnya.
C. Plato (427-347)
Seorang ahli Filsafat Athena dan murid dari socrates. Pandangannya
dalam bidang akhlak berdasarkan pada teori model. Teori model ini
digunakan untuk menjelaskan masalah akhlak. Diantara model ini adalah
model untuk kebaikan, azali, kekal dan amat sempurna. Dalam
pandangannya ia memadukan antara unsur yang datang dari diri sendiri
dan unsur dari luar. Unsur dari diri manusia berupa akal pikiran dan
potensi rohaniahsedangkan unsur dari luar berupa pancaran nilai-nilai
luhur dari yang bersifat mutlak. Beliau berpendapat bahwa pokok-pokok
keutamaan ada empat yaitu:
a. Hikmah atau Kebijaksanaan
b. Keberanian

1
Abuddin Nata, Akhlak Taswuf, (jakarta:Raja Grafindo Persada,2000), hal. 59

6
c. Keperwiraan
d. Keadilan.
D. Aristoteles (394-322)
Ia adalah murid Plato yang membangun paham yang khas, dan
pengikutnya diberi nama peripatetics karena mereka memberikan pelajaran
sambil berjalan, atau karena ia mengajar ditempat berjalan yang teduh. Ia
berpendapat bahwa tujuan terahir yang dikehendaki manusia mengenai
perbuatannya adalah bahagia, dan jalan mencapai kebahagiaan adalah
mempergunakan akal pekiran sebaik-baiknya. Dan ia menyelidiki dalam
akhlak dan mengarangnya.
E. Stoics dan Epicurics
Stoics berpendirian sebagai paham Cynics, dan paham ini diikuti oleh
banyak ahli filsafat diyunani dan romawi, seperti Epicetetus (60-110 M),
Kaisar Marcus Orleus (121-180). Golongan ini mengatakan bahwa tujuan
hidup manusia adalah menjalani segala sesuatu yang bisa dijalani secara
rasional. Pikiran The mind adalah kunci dari Stoics. Kedamaian batin atau
peace of mind akan kita alami kalau mau berfikir rasional. Filsafat
Epicurics bertujuan menjamin kebahagiaan manusia. filsafatnya dititik
beratkan pada etika yang akan memberikan ketenangan batin.
F. Agama Nasrani
Ajaran akhlak pada Agama Nasrani bersifat memusat pada Tuhan dan
bercorak batin. Ajaran akhlak yang dibawa oleh para pendeta sejalan
dengan ajaran yunani dari aliran Stoics dalam persoalan baik dan buruk,
sehingga kedudukan pendeta sama dengan kedudukan ahli filsafat yunani.
Menurut ahli filsafat yunani pendorong untuk melakukan perbuatan baik
ialah pengetahuan dan kebijaksanaan, sedangkan menurut agama nasrani
pendorong perbuatan kebaikan adalah cinta dan iman kepada Tuhan
berdasarkan petunjuk kitab Taurat.
2.2 Fase Arab Pra-Islam
Bangsa arab pada masa jahiliyah tidak menonjol dalam segi filsafat
sebagaimana bangsa Yunani (Zeno, Plato dan Aristoteles). Hal ini karena
penyelidikan terhadap ilmu terjadi hanya pada bangsa yang sudah maju
pengetahuannya, walaupun demikian bangsa Arab pada waktu itu mempunyai ahli

7
hikmah dan syair yang didalamnya mengandung nilai-nilai akhlak seperti Lukman Al-
Hakim, Aktsan bin Shaifi, Zuhai bin Abi Sulman dan Hatim Ath-Tha’i.2
Pada zaman jahiliyah bangsa Arab memiliki perangai halus dan rela dalam
saat, contohnya syair Zuhair ibnu Abi Salam yang mengatakan “ siapa yang
menempati janji tidak akan tercela, dan siapa yang membawa hatinya menuju
kebaikan yang mentramkan, tidak akan ragu-ragu”.
Aktsam ibnu Shaify juga mengatakan “jujur adalah pangkal keselamatan,
dusta adalah kerusakan, kejahatan adalah kekerasan, ketelitian adalah sarana
menghadapi kesulitan, kelemahan adalah penyebab kehinaan, penyakit pikiran adalah
nafsu, dan sebaik-baik perkara adalah sabar”.3
Dapat dikatakan bangsa Arab sebelum islam telah memiliki pemikiran yang
minimal dalam bidang akhlak, tapi belum sebanding dengan kata hikmah dan filosof
yunani kuno. Memang pada saat itu dari kalangan bangsa arab belum diketahui
adanya para ahli filsafat dan aliran-alirannya, hanya ada orang arif bijaksana dan ahli-
ahli syair yang menganjurkan untuk berbuat kebaikan dan melarang berbuat
keburukan. Dan setelah agama islam datang muncullah keyakinan bahwa Allah
adalah sumber dari segala sesuatu yang ada didunia ini.
Masyarakat arab pada masa pra-islam lebih banyak dalam proses mendapatkan
ekonominya dari kehidupan alam maupun perdagangan. Perjalanan mereka yang
memperjualkan makanan kebeberapa kota termasuk barang-barang patung maupun
lsinnya. 4
2.3 Fase Islam
Dalam islam, tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad saw. Adalah guru
terbesar dalam bidang akhlak. Bahkan, keterutusannya ke muka bumi ini adalah untuk
menyempurnakan akhlak. Akan tetapi, tokoh yang pertama kali menggagas atau
menulis ilmu akhlak dalam islam, masih diperbincangkan. Berikut ini akan
dikemukakan beberapa teori.
A. Tokoh yang pertama kali menggagas ilmu akhlak adalah Ali bin Abi
Thalib ini berdasarkan sebuah risalah yang ditulisnya untuk putranya, Al-
Hasan setelah kepulangannya dari perang shiffin didalam risalah tersebut
terdapat banyak pelajar tentang akhlak dan berbagi keutamaan. Kandungan
2
Ali Mufrodi, Islam DI Kawasan Kebudayaan Arab, (jakarta: Logos, 1997), hlm.5
3
A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hal 27-28
4
Al Habib Alwi bin Thahir al Haddad, Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh, terj. S. Dhiya Shahab, (jakarta:
Lentera Sasritama, `995), hal. 25

8
risalah ini tercermin pula dalam kitab Nahj Al-Balagh yang banyak dikutip
oleh ulama sunni, seperti Abu Ahmad Bin Abdillah Al-‘Asykari dalam
kitabnya Az-Zawajir wa Al-Mawa’izh.
B. Tokoh islam yang pertama kali menulis ilmu akhlak adalah ismail Bin
Mahran Abu An-Nasr As-Saukuni, ulama abad kedua hijriah. Ia menulis
kitab Al-Mu’min wa Al-Fajr, kitab akhlak yang pertama kali dikenal
dalam islam. Selain itu dikenal tokoh-tokoh akhlak walaupun mereka tidak
menulis kitab tentanganya, seperti Abu Dzar Al-Bakali, dan Muhammad
bin Abu Bakar.
C. Pada abad ketiga, Ja’far bin Ahmad Al-Qumi menulis kitab Al-Mani’at
min Dukhul Al-Jannah. Tokoh lainnya yang secara khusus berbicara dalam
bidang akhlak adalah:
1. Ar-Razi (250-313H) walaupun masih ada filusuf lain, seperti Al-Kindi
dan Ibnu Sina. Ar-Razi telah menulis karya dalam bidang akhlak
berjudul Ath-Thabb Ar-Ruhani (kesehatan ruhani). Buku ini
menjelaskan kesehatan ruhani dan penjagaanaya. Kitab ini merupakan
filsafat akhlak terpenting yang bertujuan memperbaiki moral-moral
manusia.
2. Pada abad ke empat H, Ali Bin ahmad Al-Kufi menulis kitab Al-Adab
dan Makarim Al-Akhlak. Pada abad ini dikenal pula tokoh Abu Nasar
Al-Farabi yang melakukan penyelidikan tentang akhlak. Demikian
juga ikhwan Ash-Shafa dalam Rasa’ilnya, dan Ibnu Sina (370-428H).
3. Pada abad ke lima hijriah, ibnu Maskawaih (w. 421 H) menulis kitab
Tahdzib Al-Akhlak wa Tath-hir Al-A’araq dan adab Al-‘Arab wa Al-
Furs. Kitab ini merupakan uraian suatu aliran akhlak yang sebagai
materinya berasal dari konsep-konsep akhlak dari Plato dan Aristoteles
yang diramu dengan ajaran dan hukum islam serta diperkaya dengan
pengalaman hidup penulis dan situasi zamannya.
4. Pada abad ke enam H, Warram bin Abi Al-Fawaris menulis kitab
Tanbih Al-Fawaris menulis kitab Tanbih Al-Khatir wa Nuzhah An-
Nazhir.
5. Pada abad ke tujuh H, Syekh Khawajah Natsir Ath-Thusi menulis kitab
Al-Akhlak An-Nashiriyyah wa Awshaf Asy-Asyraf wa Adab Al-
Muta’alimin.

9
Pada abad-abad sesudahnya dikenal beberapa kitab, seperti
Irsyad Ad-Dailami Ashabih Al-Qulub karya Syairazi, Mkarim Al-
Akhlak karya Hasan bin Amin Ad-Din Al-Adab, Ad-Dhaniyah karya
amin Ad-Din Ath-Thabarsi, dan Bihar Al-Anwar.5
2.4 Fase Abad Pertengahan
Pada fase abad pertengahan,kehidupan masyarakat Eropa dikuasai oleh
gereja. Pada saat itu, gereja berusaha memerangi filsafat Yunani serta menentang
penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno, gereja berkeyakinan bahwa kenyataan
“hakikat” telah diterima oleh wahyu. Dan apa yang telah diperintahkan oleh wahyu
pasti benar. Oleh karena itu, tidak ada artinya lagi penggunaan akal dan penelitian.
Boleh saja mempergunakan filsafat asal tidak bertentangan dengan doktrin yang
dikeluarkan oleh gereja atau memiliki perasaan dan menguatkan pendapat gereja. Jika
diluar ketentuan seperti itu maka tidak diperkenankan.
Ilmu filsafat termasuk didalamnya ilmu akhlak, waktu di Eropa pada abad
pertengahan sangatlah tertekan, karena gereja memusuhi filsafat yunani dan Romawi
dan menentang penyebaran ilmu dan kenegaraan. Gereja percaya bahwa hakikat
kebenaran itu wahyu yang tidak mungkin salah, wahyu hanya memperbolehkan orang
berfilsafat dalam batas tertentu, sekedar memperkuat kepercayaan keagamaan. Dan
pada saat itu gereja berkeyakinan kenyataan hakikat telah diterima dari wahyu.
Namun, di antara golongan gereja ada juga yang menerima filsafat selama tidak
bertentangan dengan ajaran gereja.
Maka dari itu terciptalah suasana dimana filsafat akhlak pada masa itu,
merupakan perpaduan antara ajaran Yunani dengan ajaran Nasrani. Pemuka-pemuka
termasyhur adalah Abelard (1079-1142) dan Thomas Aquinas (1226-1274).
Kemudian datang Shakespeare dan Hetzenner menyatakan adanya perasaan naluri
pada manusia dapat digunakan untuk membedakan baik atau buruk.6
2.5 Fase Modern
Periode modern dimulai pada tahun 1800 sampai sekarang. Merupakan zaman
kebangkitan umat Islam. Di tandai dengan jatuhnya mesir ke tangan barat sehingga
menyadarkan islam akan kelemahannya dan juga menyadarkan islam bahwa di barat
telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi.

5
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal. 57-60
6
Fadhil S, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, (Malang: Sukses Offset, 2008), hal. 62

10
Sejak Abad Pertengahan, dipindahkannya paham Epicurus ke paham
Utilitarisme. Paham ini memandang bahwa ukuran baik burukya sesuatu ditentukan
oleh kegunaannya. Herbert Spencer mengemukakan paham pertumbuhan secara
bertahap dala akhlak manusia. Descartes juga mengatakan bahwa segala persangkaan
yang berasal dari adat kebiasaan harus ditolak.
Dari penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa pada era modern itu
bermunculan berbagai madzhab etika yaitu:
1. Ada yang mempertahankan paham corak lama.
2. Ada yang secara radikal melakukan revolusi pemikiran.
3. Tidak sedikit yang masih konsisten mempertahankan etika teologis, yaitu
ajaran akhlak yang berdasarkan ketuhanan.7

BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Pada Fase Yunani, Socrates dipandang sebagai perintis ilmu akhlak.
Dia berpendapat bahwa akhlak berhubungan dengan manusia itu harus
didasarkan ilmu pengetahuan. Setelah itu, muncullah Golongan Cynics dan
Cyrenics, keduanya sama-sama membahas tentang perbuatan baik, utama
dan mulia.Tapi perbedaannya disini, jika Golongan Cynics bersikap
memusat pada Tuhan dan jika Golongan Cyrenics bersikap memusat pada
manusia.
Selanjutnya adalah Plato, ia adalah murid dari Socrate. Ia
berpandangan bahawa dalam bidang akhlak itu berdasarkan pada teori
model. Kemudian Aristoteles. Ia adalam murid Plato, ia berpendapat
bahwa akhir yang dikendaki manusia mengenai segala perbuatannya ialah

7
Hasbi, Pendidikan Agama Islam Era Modern, (Yogyakarta: Leutikaprio, 2019), hal. 160

11
bahagia. Dan kemudian adalah Stoics dan Epicurics, Stoics berpendirian
sebagai paham Cynics dan paham iini mengatakan tujuan manusia adalah
menjalani segala sesuatu dengan rasional, sedangkan Epicurics bertujuan
menjamin kebahagiaan manusia. kemudian muncullah Agama Nasrani,
dan disini munculah pengaruh terhadap pemikiran manusia an pokok-
pokok ajaran akhlak dalam kitab Taurat dan Injil.
Pada Fase Arab Pra-Islam, bangsa Arab sudah memiliki sedikit
pengetahuan tentang akhlak, yaitu dengan adanya ahli hikmah dan syair
yang didalamnya mengandung nilai-nilai akhlak. Kemudian pada Fase
Islam lahirlah guru besar yaitu Nabi Muhammad saw, beliau turun kemuka
bumi ini diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia’, namun yang
pertama kali menggagas atau menulisnya masih terus diperbincangkan.
Seiring berjalannya waktu, bangsa Eropa pun bangkit dan mulai
mengkaji ilmu tentang akhlak dengan mengkritik sebagai ajaran klasik dan
menyelidiki ajaran akhlak tersebut. Begitu banyak pendapat-pendapat
tentang ajaran akhlak namun masih itemui kekurangan yang
menjadikannya kurang sempurna. Hanya satu yang kebenarannya mutlak
yaitu akhlak yang diajarkan Nabi Muhammad saw.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alwi. Al-Habib bin Thahir Al-Haddad. 1995. Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh, terj. S.
Dhiya Shahab. Jakarta: Lentera Sastritama.

Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Hasbi. 2019. Pendidikan Agama Islam Era Modern. Yogyakarta: Leutakaprio.

Hasjmy, A. 1973. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Nata, Abuddin. 2010. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Press

Mutrodi, Ali. 1997. Islam dikawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos.

Sj. Fadhil. 2008. Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. Malang: Sukses
Offset.

13

Anda mungkin juga menyukai