Anda di halaman 1dari 18

MASALAH SOSIAL BESERTA SOLUSI YANG BERKAITAN DENGAN

LINGKUNGAN, SOSIAL, BUDAYA DAN TEKNOLOGI

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Pendidikan Lingkungan
Sosial Budaya dan Teknologi (PLSBT) yang Dibina oleh Yenny Yuanita, M.Sn.

Disusun oleh:

Annisa Rakhmawati (200416008)

Melani Putrianti (200416054)

Rosa Aulia (200416139)

Ulfah Dhiya’musyary (200416107)

Wina Nur Komaryati (200416112)

FAKULTAS ILMU KEISLAMAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah Swt Tuhan seluruh alam. Kami
panjatkan syukur kehadirat Allah Swt atas izin dan kehendak-Nya yang telah memberikan
Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya. Shalawat dan salam kita curah limpahkan kepada baginda
alam yakni kepada Nabi Muhammad Saw. yang menjadi suri tauladan bagi kita semua.
Alhamdulillah dengan dibarengi usaha dan do’a penulis bisa menyelesaikan makalah yang
sederhana ini.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pendidikan
Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi (PLSBT)”. Adapun masalah yang di bahas dalam
makalah ini yaitu tentang “Masalah Sosial Beserta Solusi Yang Berkaitan Dengan
Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi”.

Atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara moral maupun material,
maka segala hambatan dan kesulitan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah ini dapat
teratasi. Maka dari itu saya menyampaikan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua yang selalu memberikan do’a, nasihat, perhatian, semangat dan
dukungannya dalam penyelesaikan makalah ini. Baik secara moral maupun materil.
2. Ibu Yenny Yuanita, M.Sn. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial
Budaya dan Teknologi yang senantiasa membimbing dan memberikan arahan untuk
kelancaran penyusunan makalah ini.

Akhiru kalam, penulis menyadari bahwa didalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan baik dalam bahasan materi maupun tatabasa
yang disampaikan. Maka dari itu penulis memohon maaf dan sangat meminta kritik dan saran
dari pembaca agar dapat menulis makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi pembaca. Aamiin

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandung, 01 April 2021

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah perkembangan pemikiran akhlak Islam pada Fase Yunani?
2. Bagaimana sejarah perkembangan akhlak Islam pada bangsa Romawi (Abad
Pertengahan)?
3. Bagaimana sejarah perkembangan akhlak Islam bangsa Arab sebelum Islam?
4. Bagaimana sejarah perkembangan akhlak Islam bangsa Arab setelah Islam?
5. Bagaimana sejarah perkembangan kondisi pemikiran akhlak Islam pada zaman
baru (fase modern)?
3. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui bahwa sejarah dan perkembangan pemikiran dalam akhlak
Islam pada Fase Yunani
2. Untuk mengetahui perkembangan akhlak Islam pada Fase Abad Pertengahan
3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan akhlak Islam pada Fase Arab Pra-Islam
4. Untuk mengetahui sejarah perkembangan akhlak Islam pada Fase Islam
5. Untuk mengetahui sejarah perkembangan kondisi pemikiran akhlak Islam pada
Fase Modern

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ilmu Akhlak Di Luar Agama Islam


1. Sejarah Perkembangan Akhlak Pada Zaman Yunani
Pertumbuhan dan perkembangan Ilmu Akhlak pada bangsa Yunani terjadi
setelah munculnya tokoh-tokoh Sophisticias/Sofistik (500-450 SM).1 Mereka
adalah ahli filsafat dan menjadi guru di beberapa negeri. Walaupun secara
1
Arti dari sofistik adalah orang-orang yang bijaksana.
redaksional berbeda-beda, tetapi pikiran dan pendapat mereka memiliki tujuan
yang sama, yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani untuk menjadi
nasionalis yang baik, merdeka dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah
airnya.2
Pandangan para tokoh Sofistik mengenai kewajiban-kewajiban ini
menimbulkan pandangan mengenai pokok-pokok akhlak, yang disertai dengan
kritik dan kecaman terhadap sebagian tradisi lama dan pelajaran-pelajaran yang
diberikan generasi sebelumnya yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu
(Conservative). Akibatnya, timbullah kemarahan dari kalangan konservatif itu,
hingga datangnya Plato yang dengan tegas menentang dan mengecam mereka,
dengan menuduhnya sebagai “Sophistry” yang berarti “orang yang memutar lidah
dalam penyelidikan dan perdebatan”.
Sebelum itu, bangsa Yunani tidak di jumpai pembicaraan mengenai akhlak,
karena pada saat itu perhatian mereka terpusat pada penyelidikannya mengenai
Islam. Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam membangun Ilmu
Akhlak adalah pemikiran filsafat tentang manusia atau pemikiran tentang
manusia. Ini menunjukkan bahwa Ilmu Akhlak yang mereka bangun lebih bersifat
filosofis.3
a. Socrates (469-399 SM)

Socrates (469-399 SM)4, merupakan filosof Yunani pertama yang


mengemukakan pemikiran di bidang akhlak, karena ia yang pertama kali
berusaha sungguh-sungguh membentuk pola hubungan antarmanusia
dengan dasar ilmu pengetahun. Ia tidak menaruh minat terhadap alam dan
benda-benda langit yang menjadi objek penyelidikan para filsuf Yunani
sebelumnya. Ia menganggap bahwa menyelidiki objek-objek tersebut tidak
berguna dan seharusnya yang dipikirkan adalah tindakan-tindakan
mengenai kehidupan. Atas dasar pemikirannya itu, sehingga terkenal
dengan ungkapan “Socrates menurunkan filsafat dari langit ke bumi”.

2
Ahmad Amin, 1975, Ilmu Akhlak (terj.) K.H. Farid Ma’ruf dari judul asli al-Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang), cet.
I, hlm. 141.
3
Yaitu, filsafat yang bersifat anthroposentris (kajian terhadap potensi kejiwaan dalam diri manusia) bahwa
masalah akhlak merupakan sesuatu yang fitri, ada dengan adanya manusia sendiri dan hasil yang didapatnya
adalah ilmu akhlak yang berdasar pada logika murni.
4
Socrates adalah filsuf dari Athena, Yunani, dan merupakan salah satu figur paling penting dalam tradisi
filosofis Barat.
Dia berpendapat bahwa akhlak dan bentuk pola hubungan itu tidak
menjadi benar, kecuali bila didasarkan pada ilmu pengetahuan, sehingga
ia berpendapat bahwa keutamaan itu adalah ilmu.

b. Cynics dan Cyrenics


Cynics5 dan Cyrenics6 adalah para pengikut Socrates, tetapi ajaran
keduanya bertolak belakang. Kelompok Cynics yang hidup pada tahun
444-370 SM. Menurut golongan ini, bahwa ketuhanan itu bersih dari
segala kebutuhan , dan sebaik-baik manusia adalah orang yang berperangai
ketuhanan. Dengan akhlak ketuhanan ini, seseorang dapat mungkin
meminimalisasi kebutuhan dan terbiasa dengan hidup menderita, tidak
suka kemewahan, menjauhi kelezatan, tidak peduli cercaan orang, yang
penting ia dapat memelihara akhlak yang mulia.7
Di antara tokoh kelompok Cynics yang terkenal adalah Diogenes yang
meninggal pada tahun 323 SM. Ia memberi pelajaran kepada kawan-
kawannya agar menjatuhkan beban yang dijatuhkan orang lain. Ia terbiasa
memakai pakaian yang kusam, makan-makanan yang sederhana dan tidur
di atas tanah. Hal ini mereka lakukan karena dengan cara inilah ia selalu
ingat pada Tuhan.
Adapun kelompok Cyrenics dipimpin oleh Aristippus (435-356 SM)
yang lahir di Cyrena (Kota Barkah di utara Afrika). Kelompok ini
berpendapat bahwa mencari kelezatan dan menjauhi kepedihan merupakan
satu-satunya tujuan hidup yang benar.
Jika Cynics berpendapat bahwa kebahagiaan itu terletak pada upaya
menghindari kelezatan, Cyrenics berpendapat bahwa kebahagiaan itu
justru terletak pada upaya mencari kelezatan
c. Plato (427-347 SM)
Plato adalah seorang ahli filsafat Athena yang merupakan murid dari
Socrates. Diantara karyanya yang terkenal berjudul Republic.
Pandangannya dalam bidang akhlak berdasarkan pada teori contoh. Ia

5
Sekelompok filsuf Yunani dari sekolah Cynicisme. Ajaran filsuf mereka bahwa tujuan hidup adalah hidup
dengan prinsip nilai untuk menyesuaikan dengan alam. Diantara tokohnya adalah Antisthenes yang menjadi
murid Socrates.
6
Sekelompok filsuf Yunani dari sekolah ultrahedonis yang hidup pada abad ke-4 SM. Diantara tokohnya adalah
Aristippus of Cyrene (lahir 435 SM).
7
Ahmad Amin, 1975, Ilmu Akhlak (Jakarta: Bulan Bintang) hlm. 143.
mengatakan bahwa tiap-tiap keberadaan yang berbentuk adalah sebagai
gambaran (contoh) yang tidak berbeda dengan yang ada di dalam rohani.
Teori contoh ini selanjutnya digunakan Plato untuk menjelaskan
masalah akhlak. Di antara contoh ini adalah contoh untuk kebaikan. Yaitu,
arti yang mutlak, azali, kekal dan amat sempurna. Untuk memahamkan
contoh ini menghajatkan kepada latihan jiwa dan akal. Oleh sebab itu,
seseorang tidak akan mengetahui keutamaan kecuali orang itu berpikir
atau sebagai ahli pikir.
Plato berpendapat bahwa dalam jiwa manusia terdapat kekuatan yang
bermacam-macam. Berdasarkan pada teorinya ini, ia berpendapat bahwa
pokok-pokok keutamaan ada empat, yaitu:
1.) Hikmah (kebijaksanaan)
2.) Keberanian
3.) Keperwiraan, dan
4.) Keadilan
d. Aristoteles (394-322 SM)
Ia adalah murid Plato yang membangun suatu paham khas.
Pengikutnya diberi nama “Paripatetics” karena Socrates memberikan
pelajaran sambil berjalan, atau karena ia memberikan pelajaran di tempat-
tempat terbuka yang teduh. Diantara beberapa pendapatnya tentang akhlak
adalah sebagai berikut:
1.) Tujuan akhir yang dikehendaki oleh manusia adalah bahagia atau
kebahagiaan.
2.) Jalan untuk mencapai kebahagiaan ini adalah dengan
mempergunakan akal dengan sebaik-baiknya
3.) Keutamaan itu terletak di tengah-tengah di antara kedua
keburukan. Dermawan misalnya adalah tengah-tengah antara boros
dan kikir, keberanian adalah tengah-tengah antara membabi buta
dan takut.
e. Stoics dan Epicurics
Stoics8 dan Epicurics, keduanya berbeda pendapat dalam hal
mengemukakan pandangannya tentang kebaikan. Kelompok pertama

8
Kaum Stoics adalah kelompok yang menganut Stoicsm yang tumbuh di Yunani, tetapi kemudian berkembang
dan maju pesat di Roma.
mengikuti paham kelompok Cynics.9 Pendapatnya ini diikuti oleh banyak
ahli filsafat di Yunani dan Romawi. Diantara mereka, yang termasyhur
pada permulaan Kerajaan Roma adalah Seneca (4 SM-65 M), 10 Epictetus
(60-110 M),11 dan Kaisar Marcus Aerelius (121-180 M).12
Stoisisme mengatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah menjalani
segala sesuatu yang bisa dijalani secara rasional. Segala ide tentang
kesengsaraan dan kebahagiaan berasal dari pikiran manusia belaka. Pikiran
peace of mind akan kita alami jika kita mau berpikir rasional.
Adapun kelompok Epicurics mendasarkan pemikirannya pada paham
Cyrenics. Pendiri kelompok Epicurics ini adalah Epicurus.13 Diantara
pengikutnya adalah Gassendi (1592-1656),14 ia seorang filsuf Perancis. Dia
membuka sekolahnya di Perancis dengan menghidupkan kembali paham
Epicurus. Sekolah ini telah melahirkan seorang pemikir bernama Mouliere
dan orang-orang Perancis yang termasyhur lainnya.
Keseluruhan ajaran akhlak yang dikemukakan para pemikir Yunani
tersebut tampak bersifat rasionalistik. Penentuan baik dan buruk
didasarkan pada pendapat akal pikiran yang sehat dari manusia. Karena
itu, ajaran akhlak yang dikemukakan para pemikir Yunani ini bersifat
anthropocentris (memusat pada manusia). Pendapat akal yang demikian
itu dapat saja diikuti sepanjang tidak bertentangan dengan Al-Quran dan
al-Sunnah.
2. Sejarah Perkembangan Akhlak Pada Zaman Nasrani

9
Cynics berpendapat bahwa kebahagiaan itu terletak pada upaya menghindari kelezatan.
10
Lucius Annaeus Seneca adalah filsuf Romawi. Ia adalah ahli politik, penyair dan guru dari Kaisar Nero. Ia yang
mendidik Kaisar Nero dan atas perintah Kaisar Nero, Pada akhirnya ia bunuh diri. Ia menekankan pembedaan
antara jiwa dengan badan dan mengembangkan unsur-unsur etis dalam Stoisisme.
(Ali Mudofir, 2001, Kamus Filsafat Barat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 478.)
11
Epictetus adalah filsuf dan moralis Stoisisme. Pertama-tama ia mengajar filsafat di Roma, kemudian di
Nicopolis di Epirus. Karya-karyanya ditulis oleh muridnya, yaitu Flavius Arrianus yang berisi pengamatan yang
tajam tentang tingkah laku manusia dan ucapan-ucapan yang penuh makna tentang masalah-masalah etis
(Ibid.,hlm. 152)
12
Marcus Aurelius adalah seorang raja dan seorang filsuf. Sejak umur 11 tahun, ia memutuskan untuk menjadi
filsuf. Pada umur 18 tahun, ia diangkat anak oleh pamannya, Kaisar Pius Antonius dari Roma dan di persiapkan
menjadi raja. Guru-guru dalam retorika dan sejarah terbaik memberi pelajaran padanya. Ia menjadi raja
setelah Pius wafat dan menikah dengan Faustion, saudara sepupunya (Ibid., hlm. 152).
13
Epicurus dilahirkan di Samos dan memperoleh pendidikan di Athena. Ia sangat dipengaruhi Demokritus
(Ibid., hlm. 152).
14
Piere Gassendi dilahirkan di Provence. Ia menjadi Profesor di Aix (1617) dan pada tahun 1645 menjadi
profesor matematika di College Royal, Paris. Ia merupakan penentang utama Cartesianisme dan
Aristotelianisme Skolastik dalam bidang fisika (Ibid., hlm. 191-192).
Pada akhir abad ke-3 Masehi, tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Agama ini
telah berhasi mempengaruhi pemikiran manusia dan membawa pokok-pokok
ajaran akhlak yang tercantum dalam kitab Taurat dan Injil. Agama ini memberi
pelajaran kepada manusia bahwa Tuhan adalah sumber akhlak. Tuhan yang
memberi dan membentuk patokan-patokan akhlak yang harus dipelihara dan
dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian ajaran akhlak pada agama Nasrani ini tampak bersifat teo-
centri (memusat pada Tuhan) dan sufistik (bercorak batin). Karena itu tidaklah
mengherankan jika ajaran akhlak agama Nasrani yang dibawa oleh para pendeta
berdasarkan ajaran Taurat ini sejalan dengan ajaran ahli-ahli filsafat Yunani dari
aliran Stoics.
Agama Nasrani mendorong manusia agar bersungguh-sungguh mensucikan
diri, baik dalam bentuk pemikiran maupun perbuatan. Dengan demikian agama ini
menjadikan roh yang mengendalikan diri manusia dan dapat mengalahkan hawa
nafsu syahwat. Oleh karena itu, sebagian pengikut agama ini suka menelantarkan
dirinya, menjauhi dunia, suka hidup zuhud dan ibadah dalam kesendirian.
3. Sejarah Perkembangan Akhlak Pada Bangsa Romawi (Abad Pertengahan)
Kehidupan masyarakat Eropa pada abad pertengahan dikuasi oleh gereja. Pada
waktu itu, gereja berusaha memerangi filsafat Yunani serta menentang penyiaran
ilmu dan kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan “hakikat” telah
diterima dari wahyu. Apa yang telah diperintahkan oleh wahyu tentu benar. Oleh
karena itu, tidak ada artinya lagi penggunaan akal dan pikiran untuk kegiatan
penelitian. Dalam mempergunakan filsafat boleh saja asalkan tidak bertentangan
dengan doktrin yang dikeluarkan oleh gereja. Di luar ketentuan seperti itu,
penggunaan filsafat tidak diperkenankan.
Sekalipun demikian, sebagian dari kalangan gereja mempergunakan pemikiran
Plato, Aristoteles, dan Stoics untuk memperkuat ajaran gereja, dan
mencocokannya dengan akal. Sehingga, filsafat yang menentang agama Nasrani
dibuang jauh-jauh.
Dengan demikian, ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan
adalah ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan
ajaran Nasrani. Diantara mereka yang termasyhur adalah Abelard (1079-1142), 15

15
Pierre Abelard dilahirkan di Pallet, Perancis. Ia adalah seorang ahli logika dan teologi. Pertama-tama menjadi
murid Roscellinus, kemudian William dari Champeaux.
seorang ahli filsafat Perancis dan Thomas Aquinas (1226-1274),16 seorang ahli
filsafat agama berkebangsaan Italia.
B. Akhlak Pada Agama Islam
Ajaran akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama Islam
dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan akal manusia. Agama Islam pada intinya
mengajak manusia agar percaya kepada Tuhan dan mengakuinya bahwa Dia-lah
Pencipta, Pemilik, Pemelihara, Pelindung, Pemberi Rahmat, Pengasih dan Penyayang
terhadap segala makhluk-Nya.
Selain itu, agama Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling
sempurna dan memuat ajaran yang menuntun umat menuju kebahagiaan dan
kesejahteraan. Semua ini terkandung dalam ajaran Al-Quran yang diturunkan Allah
dan ajaran sunnah yang didatangkan dari Nabi Muhammad Saw.
Al-Quran adalah sumber utama dan mata air yang memancarkan ajaran Islam.
Hukum-hukum Islam yang mengandung serangkaian pengetahuan tentang aqidah,
pokok-pokok akhlak dan perbuatan dapat dijumpai sumber yang aslinya di dalam Al-
Quran.17 Allah Swt. berfirman,

Amat jelas bahwa dalam Al-Quran terdapat banyak ayat-ayat yang


mengandung pokok-pokok akidah keagamaan, keutamaan akhlak dan prinsip-prinsip
perbuatan. Perhatian ajaran Islam terhadap pembinaan akhlak ini lebih lanjut di lihat
dari kandungan Al-Quran yang banyak sekali berkaitan dengan perintah untuk
melakukan kebaikan, berbuat adil, menyuruh berbuat baik dan mencegah melakukan
kejahatan dan kemungkaran. Perhatikanlah ayat-ayat di bawah ini:

16
Thomas Aquinas adalah seorang filsuf dan teolog skolastik yang memadukannya dengan ajaran Kristen. Ia
hidup antara tahun (1225-1274). Karya terbesarnya berjudul Summa Theologia dan Summa Contra Gentilles.
17
Allamah M.H Thabathaba’i, 1987, Mengungkap Rahasia Al-Quran, (Bandung: Mizan).
Ayat-ayat tersebut di atas memberikan petunjuk dengan jelas bahwa Al-Quran
sangat memperhatikan masalah pembinaan akhlak, dan sekaligus menunjukkan
macam-macam perbuatan yang termasuk akhlak mulia. Perhatian Islam terhadap
pembinaan akhlak lebih lanjut dapat dijelaskan dengan menunjukkan universalitas Al-
Quran mengenai jalan yang harus ditempuh manusia. Serta ucapan-ucapan Nabi yang
berkenan dengan pembinaan akhlak yang mulia itu diikuti pula oleh perbuatannya dan
kepribdiannya. Beliau dikenal sebagai orang shiddiq (benar), amanah (terpercaya),
tabligh (menyampaikan dakwah), fatanah (cerdas). Sehingga beliau pernah mendapat
gelar al-Amin (orang yang terpercaya). Semua ini menjadi daya tarik dan
menyebabkan beliau berhasil dalam melaksanakan dakwahnya dengan baik. Adanya
akhlak Rasulullah yang demikian itu dinyatakan dalam ayat-ayat sebagai berikut:

Sejalan dengan masuknya pemikiran fisafat Yunani kedalam Islam, para


mutakallimin dari kalangan Muktazilah misalnya banyak menggunakan akal pikiran
sebagaimana terlihat dalam ajaran pokok yang lima, yaitu al-Tauhid (mengesakan
Allah), al-‘Adl (keadilan), al-Wa’ad wa al-Wa’id (janji baik dan ancaman buruk), al-
Manzilah bain al-Manzilatain (posisi diantara dua posisi) dan al-amr al-Ma’ruf wa
al-Nahy al-Munkar (perintah mengerjakan yang baik dan mencegah perbuatan yang
buruk).
Kelima macam ajaran Muktazilah yang diketahui banyak dipengaruhi
pemikiran filsafat Yunani itu sangat erat kaitannya dengat akhlak. Pada hakikatnya,
Allah memiliki nama (sifat) yang banyak, dari segi akhlak hal ini hendaknya dapat
mengunggah dan menolong pada orang yang mengetahui untuk merumuskan akhlak,
tetapi sifat adil menempati posisi yang tinggi pada madzhab akhlak dan merupakan
induk akhlak.18

Dengan demikian akhlak dalam Islam memiliki dua corak. Pertama akhlak
yang bercorak normatif, yang bersumber pada Al-Quran dan al-Sunnah. Akhlak
model pertama ini bersifat universal, mutlak, dan absolut. Kedua akhlak yang
bercorak rasional dan kultural yang didasarkan pada hasil pemikiran yang sehat serta
adat istiadat dan kebudayaan yang berkembang. Akhlak model kedua ini bersifat
relatif, nisbi, dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

1. Sejarah Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam


Bangsa Arab pada zaman Jahiliyah tidak menonjol dalam segi filsafat
sebagaimana bangsa Yunani (Zeno, Plato, dan Aristoteles). Hal ini karena
penyelidikan terhadap ilmu terjadi hanya pada bangsa yang sudah maju
pengetahuannya. Sekalipun demikian, bangsa Arab pada waktu itu mempunyai
ahli-ahli hikmah dan syair-syair yang hikmah dan syairnya mengandug nilai-nilai
akhlak, seperti Luqman Al-Hakim,19 Aktsam bi Shaifi, Zuhair bin Abi Sulma
(530-627),20 dan Hatim Ath-Tha’i.
Dapat dipahami bahwa bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki kadar
pemikiran yang minimal pada bidang akhlak, pengetahuan tentang berbagai
macam keutamaan dan mengerjakannya, walaupun nilai yang tercetus lewat syair-
syairnya belum sebanding dengan kata-kata hikmah yang diucapkan oleh filsuf-

18
Ahmad Mahmud Shubhi, al-Falasafah al-Akhlakiyah fi al-Firk al-Islamy, (Mesir: Dar al-Ma’arif,tt.), cet. II, hlm.
48.
19
Luqman Al-Hakim, Luqman Ahli Hikmah adalah orang yang dsebut dalam Al-Quran surat Luqman (32): 12-19
yang terkenal karena nasihat-nasihatnya kepada anaknya. Ibnu Katsir berpendapat bahwa nama panjang
Luqman adalah Luqman bin Unaqa’ bin Sadun. Mengenai asal-usul Luqman, sebagaimana ulama berbeda
pendapat. Ibnu Abbas menyatakan bahwa Luqman adalah seorang tukang kayu dari Hasby. Riwayat lain
menyebutkan ia bertubuh pendek dan berhidung mancung dari Nubah, dan ada yang berpendapat, dia berasal
dari Sudan. Ada pula yang berpendapat Luqman adalah seorang hakim pada zaman Nabi Daud (Di unduh dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Luqman_Al-Hakim).
20
Zuhair bin Abi Sulma merupakan salah seorang penyair terkemuka pada masa pra-Islam. Salah satu qasidah
Zuhair ini, bagian awalnya adalah “A min ummi Aufa dimnatun lam takallami-bi hawmaanatid darraji fal
mustastallami” termasuk dalam tujuh puisi emas yang diberikan penghargaan untuk digantungkan di Kabah
dan terkenal dengan sebutan Al-Mu’allaqat atau dalam terjemahan ke bahasa Inggris yang dilakukan oleh
dosen American University diberi judul The Golden of Odes.
filsuf Yunani Kuno. Dalam syariat-syariat mereka tersebut sudah ada muatan-
muatan akhlak.
2. Sejarah Akhlak Pada Bangsa Arab Setelah Islam
Sebagaimana halnya Allah Swt. telah menetapkan beberapa aturan yang harus
diikuti manusia, Allah Swt. pun telah menetapkan beberapa keutamaan yang harus
diikuti, seperti kebenaran dan keadilan, juga menetapkan beberapa keburukan
yang harus dihindari manusia, seperti dusta dan kedzaliman. Allah Swt.
berfirman:

Dalam Islam, tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah guru
terbesar dalam bidang akhlak. Bahkan, keterutusannya ke muka bumi ini adalah
untuk menyempurnakan akhlak. Seperti ada dalam Al-Quran Surat Al-Quran:

Ayat di atas sudah jelas bahwa Nabi Muhammad Saw. di utus ke bumi ini
adalah untuk menyempurnakan akhlak. Akan tetapi, tokoh yang pertama kali
menggagas atau menulis ilmu akhlak dalam Islam, masih terus diperbincangkan.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa teori:
Pertama, tokoh yang pertama kali menggagas ilmu akhlak adalah Ali bin Abi
Thalib. Ini berdasarkan sebuah risalah yang ditulisnya untuk putranya, Al-Hasan,
setelah kepulangannya dari Perang Shiffin. Di dalam risalah tersebut terdapat
banyak pelajaran akhlak dan berbagai keutamaan. Kandungan risalah ini tercermin
pula dalam kitab Nahj Al-Balaghah yang banyak di kutip oleh ulama Sunni,
seperti Abu Ahmad bin ‘Abdillah Al-‘Askari dalam kitabnya Az-Zawajir wa Al-
Mawa’izh.
Kedua, tokoh Islam yang pertama kali menulis ilmu akhlak adalah Isma’il bin
Mahran Abu An-Nashr As-Saukani, ulama abad ke-2 H. Ia menulis kitab Al-
Mu’min wa Al-Fajir, kitab akhlak yang pertama kali dikenal dalam Islam. Setelah
itu, di kenal tokoh-tokoh akhlak walaupun mereka tidak menulis kitab tentangnya,
seperti Abu Dzar Al-Ghifari, ‘Ammar bin Yasir, Nauval Al-Bakkali, dan
Muhammad bin Abu Bakr.
Ketiga, pada abad ke-3 H, Ja’far bin Ahmad Al-Qummi menulis kitab Al-
Mani’at min Dukhul Al-Jannah. Tokoh lainnya yang secara khusus berbicara
dalam bidang akhlak adalah:
1. Ar-Razi (250-313 H) walaupun masih ada filsuf lain, seperti Al-Kindi dan
Ibnu Sina. Ar-Razi telah menulis karya dalam bidang akhlak berjudul Ath-
Thibb Ar-Ruhani (Kesehatan Rohani). Buku ini menjelaskan kesehatan
rohani dan penjagaannya. Kitab ini juga merupakan filsafat akhlak
terpenting yang bertujuan memperbaiki moral manusia.
2. Pada abad ke-4 H, Ali bin Ahmad Al-Kufi menulis kitab Al-Adab dan
Makarim Al-Akhlaq. Tokoh yang terkenal adalah Abu Nashr Al-Farabi
yang melakukan penyelidikan tentang akhlak. Demikian juga, Ikhwan
Ash-Shafa dalam Rasa’ilnya, dan Ibnu Sina (370-428 H).
3. Pada abad ke-5 H, Ibnu Maskawih (w. 421 H) menulis kitab Tahdzib Al-
Akhlaq wa Tath-hir Al-A’araq dan Adab Al-‘Arab wa Al-Furs. Kitab ini
merupakan uraian suatu aliran akhlak yang sebagian materinya berasal dari
konsep-konsep akhlak dari Plato dan Aristoteles yang diramu dengan
ajaran dan hukum Islam serta diperkaya dengan pengalaman hidup penulis
dan situasi zamannya.21
4. Pada abad ke-6 H, Warram bin Abi Al-Fawaris menulis kitab Tanbih Al-
Khathir wa Nuzhah An-Nazhir.
5. Pada abad ke-7 H, Syekh Khawajah Nashir Ath-Thusi menulis kitab Al-
Akhlaq An-Nashiriyyah wa Awshaf Asy-Asyraf wa Adab Al-Muta’allimin.

Pada abad-abad sesudahnya dikenal beberapa kitab, seperti Irsya, Ad-Dailami,


Mashabih Al-Qulub karya Asy-Syairazi, Makarim Al-Akhlak karya Hasan bin Amin
Ad-Din Ath-Thabarsi, dan Bihar Al-Anwar.

C. Akhlak Pada Zaman Baru (Modern)

21
Zainun Kamal, Pengantar, dalam Ibnu Maskawih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, 1935, Terj. Helmi Hidayat,
(Bandung: Mizan), hlm. 14.
Pada pertengahan akhir abad ke-15, Eropa mulai bangkit. Para ilmuwan mulai
menghidup-suburkan filsafat Yunani Kuno. Akal mulai dibangunkan dari tidurnya.
Sebagian ajaran klasik dikritik sehingga tegaklah kemerdekaan akal. Di antara ajaran
yang dikritik sekaligus diselidiki adalah ajaran akhlak yang dibawa bangsa Yunani
dan bangsa-bangsa setelahnya.
1. Descartes (1596-1650)

Di antara sekian tokoh Barat yang memerhatikan kajian akhlak adalah Descartes,
filsuf dari Perancis. Ia telah meletakan dasar-dasar baru bagi ilmu pengetahuan dan
filsafat, diantaranya:

a) Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa akal dan sebelum


dipastikan nyata. Apa yang didasarkan pada sangkaan semata dan tumbuh
dari kebiasaan wajib ditolak;
b) Penyelidikan terhadap sesuatu harus dimulai dari yang terkecil dan yang
termudah lalu mengarah pada yang lebih kompleks;
c) Tidak boleh menetapkan kebenaran sebelum diuji terlebih dahulu.

Descartes dan para pengikutnya cenderung pada ajaran Stoics. Sementara itu,
Gassendi (1638-1709) dan Hobbes (1588-1679),22 filosof setelah Descartes,
cenderung pada paham Epicurus.

2. John of Salisbury (1120-1180 M)


John of Salisbury merupakan contoh paling baik yang mewakili pandangan-
pandangan lembaga kepausan. Ia adalah filsuf Inggris yang hidup antara tahun
1120-1180 M. Ia menghabiskan sekitar 12 tahun dari umur pertamanya di Paris
yang pada waktu itu merupakan pusat studi filsafat, teologi, dan sastra. Ia pun
pernah tinggal di Chartres sebagai pusat studi-studi tentang manusia. Oleh karena
itu, ia mendapatkan pengetahuan yang luas dan wawasan yang sempurna tentang
persoalan-persoalan umumdan politik. Hal ini bukanlah sesuatu yang aneh karena
merupakan ciri khas kebanyakan filsuf Inggris.
Jhon of Salisbury terkenal dengan uraiannya yang menjelaskan bahwa
kekuatan spiritual berada di atas kekuatan duniawi. Oleh karena itu, ia menjadi
pendukung gereja., berbicara mewakili gereja, membela gereja, dan menyerang
kekuasaan dunia dan menggambarkannya sebagai pengikut kekuasaan spiritual.
22
Thomas Hobbes adalah seorang filsuf Inggris yang hidup antara tahun 1588-1679 M. Diantara karyanya yang
paling masyhur adalah Leviathan.
Pendapat-pendapatnya diabadikan pada buku-bukunya. Bukunya yang paling
masyhur berjudul Stateman’s Book. Pada buku ini, ia berbicara tentang dua
pedang (kekuasaan), yaitu pedang fisik dan pedang spiritual. Keduanya bersumber
dari gereja dan harus kembali padanya. Raja menerima pedang (kekuasaan) dari
gereja. Dengan demikian, gereja dapat menarik kembali pedang raja tersebut jika
ia keluar dari hukum Ilahi. Sebab, orang yang mempunyai kekuasaan untuk
memberi berarti mempunyai kekuasaan pula untuk mencabut pemberian
tersebut.23
3. Bentham (1748-1832) dan Stuart Mill (1806-1873)
Bentham24 dan Mill25 memindahkan paham Epicurus ke dalam paham
Utilitarianisme. Keduanya memindahkan paham Epicurus dari paham Egoitic
Hedonisme kedalam paham Universalistik Hedonisme. Paham keduanya tersiar
luas di Eropa dan memberikan peran besar dalam pembentukan hukum dan
politik.
4. Thomas Hill Green (1836-1882) dan Herbert Spencer (1820-1903)
Green26 dan Spencer27 mengaitkan paham evolusi28 dengan akhlak. Diantara
pemikiran akhlak Green adalah:

23
Ali Abdul Mu’ti Muhammad, 1998, Filsafah As-Siyasah Bain Al-Fikrayn Al-Islami wa Al-Gharbi, (Iskandariyah:
Darul Ma’rifatul Al-Jam’iyah.
24
Dilahirkan di London, Inggris, sebagai pendiri filsafat Utilitarisme. Belajar hukum dan mengembangkan sikap
kritis atas dasar-dasarnya. Ia adalah penganjur yang berpengaruh dalam bidang pembaruan politik, hukum,
sosial, pendidikan, dan dikenal sebagai filsuf atas bukunya Introduction to the Principles of Morals and
Legislations.
25
Putra James Mill yang lahir di London. Ia banyak dipengaruhi ayahnya dan Jereny Bentham. Mill banyak
membaca literatur Yunani dan Latin. Ia mempelajari logika secara mandiri, kemudian mendiskusikannya
dengan ayahnya. Selanjutnya, ia mempelajari ekonomi dan mempelajari Demontheses dan Plato. Perhatian
khususnya pada kajian metode dan argumentasi.
26
Dilahirkan di Birkin, Yorkshife, Inggris. Di didik di Rigby dan Balliol College, Oxford. Ia menjadi profesor
filsafat moral pada tahun 1878. Di samping kerja dalam bidang akademik, ia mengabdikan dirinya dalam
bidang pendidikan, sosial, dan politik.
27
Seorang filsuf Inggris dan seorang pemikir teori liberal klasik terkemuka. Meskipun kebanyakan karya yang
ditulisnya berisi tentang teori politik dan menekankan pada “keuntungan akan kemurahan hati”, dia lebih di
kenal sebagai bapak Darwinisme sosial. Spencer sering menganalisis masyarakat sebagai sistem evolusi, ia juga
menjelaskan definisi tentang “hukum rimba” dalam ilmu sosial. Dia berkontribusi terhadap berbagai macam
subjek, termasuk etnis, metafisika, agama, politik, retorik, biologi, dan psikologi. Spencer saat ini di kritik
sebagai contoh sempurna untuk scientism atau paham ilmiah, tetapi banyak orang yang kagum padanya saat
ia masih hidup. (Di unduh dari http://id.wikipedia.org./wiki/Herbert_Spencer).
28
Paham ini berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini selalu (selalu berangsur-angsur)
mengalami perubahan, yaitu berkembang menuju ke arah kesempurnaan. Dengan mengadopsi teori Darwin
(ingat konsep selection of nature, struggle for life, dan survival for the fittest) Alexander mengungkapkan
bahwa nilai moral harus selalu berkompetisi dengan nilai lainnya. Bahkan, dengan segala yang ada di alam ini,
nilai moral yang bertahanlah (tetap) yang di katakan dengan baik, sedangkan nilai-nilai yang tidak bertahan
(kalah dengan perjuangan antarnilai) dipandang sebagai buruk.
a. Manusia dapat memahami suatu keadaan yang lebih baik dan dapat
menghendaki sebab ia adalah pelaku moral.
b. Manusia dapat melakukan realisi diri karena ia adalah subjek yang sadar
diri, suatu reproduksi dari kesadaran diri yang abadi.
c. Cita-cita keadaan yang lebih baik adalah yang ideal, tujuan yang terakhir.
d. Ide menjadi pelaku bermoral dalam kehidupan manusia. Kebaikan moral
adalah yang memuaskan hasrat pelaku moral. Kebaikan yang
sesungguhnya adalah tujuan yang memiliki nilai yang mutlak. Ideal dari
kehidupan yang sempurna adalah kesempurnaan manusia dalam alam, di
tentukan oleh kehendak yang selaras, kehendak yang mendorong tindakan
yang utama.
5. Spinoza (1632-1677), Hegel (1770-1831), dan Kant (1724-1831)
Diantara ilmuan Barat yang mempunyai pengaruh besar dalam bidang akhlak
adalah Spinoza29, Hegel30, dan Kant31.
Ethica (judul lengkapnya Ethica Ordine Geometrico Demonstrata) yang
merupakan karya utama Spinoza, ditulis dengan maksud untuk membantu
mengurangi penderitaan orang-orang yang menganut suatu keyakinan. Karya ini
bukan semata-mata karya filosofi, melainkan memiliki tujuan praktis, yaitu untuk
mengajari pembacanya bahwa Tuhan merupakan bagian dari Penciptaan, bahwa
semua hal yang eksis merupakan manifestasi dari Tuhan termasuk manusia. Agar
seorang mampu memahami hal ini, ia harus bersikap mandiri dan bebas dari
seluruh fanatisme yang membelenggu. Spinoz membuktikan keyakinan tersebut
dalam kehidupannya: argumen-argumennya selalu disampaikan dengan tenang,

29
Baruch de Spinoza (24 November 1632- 21 Februari 1677) adalah filsuf keturunan Yahudi dari keluarga yang
bermigrasi ke Belanda. Pikiran-pikirannya berakar dalam tradisi filsafat Yahudi yang di rintis sejak Philo yang
menggabungkan agama Yahudi dengan filsafat Yunani. Ciri pokok pemikiran Yahudi adalah usaha memadukan
ilmu pengetahuan dan mistik. (Diperoleh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Baruch_de_Spinoza).
30
Geoege Wilhelm Friedrich Hegel (lahir 27 Agustus 1770- meninggal 14 November 1831 pada umur 61 tahun)
adalah seorang filsuf idealis Jerman yang lahir di Stuttgart, Wurttemberg, kini Jerman Barat Daya. Pengaruhnya
sangat luas terhadap para penulis dari berbagai posisi, termasuk para pengagumnya. (F.H. Bradley, Sartre,
Hans Kung, Bruno Bauer, Max Stirner, Karl Max), dan mereka yang menentangnya (Kierkegaard,
Schopenhauer, Nietzsche, Heidegger, Schelling). Dapat dikatakan bahwa dialah yang pertama kali
memperkenalkan dalam filsafat, gagasan bahwa sejarah dan hal yang konkret adalah penting untuk bisa keluar
dari lingkaran philosophia perennis, yaitu masalah-masalah abadi dalam filsafat. Ia juga menekankan
pentingnya hal lain dalam proses pencapaian kesadaran diri.
31
Immanuel Kant (Konigsberg, 22 April 1724 – Konigsberg, 12 Februari 1804) adalah seorang filsuf jerman.
Karya Kant yang terpenting adalah Kritik der Reinen Vernunft, 1781. Dalam bukunya, ia “membatasi
pengetahuan manusia” atau dengan kata lain, “apa yang bisa diketahui manusia”.
dipertimbangkan dengan matang, dan masuk akal. Ia bahkan tidak membiarkan
dirinya terprovokasi.
Buku Ethica tampaknya mempunyai struktur seperti sebuah sistem geometris.
Spinoza mempergunakan berbagai definisi, aksioma dan preposisi. Melalui cara
ini, ia mencoba membahas masalahnya secara objektif terlepas dari situasi yang
tengah memana. Sepanjang sejarah, banyak pembaca buku ini yang mengeluh
bahwa pendekatan tersebut membuat buku Eticha terlalu sulit untuk dibaca. Akan
tetapi, Spinoza mempunyai alasan sebagaimana kalimat terakhir dalam buku
Eticha: “Semua hal yang mulia adalah sulit karena sangat langka.”32
Sementara itu, Kant meyakini adanya kesusilaan. Titik berat etikanya adalah
rasa kewajiban (panggilan hati nurani) untuk melakukan sesuatu. Rasa kewajiban
melakukan sesuatu berpangkat pada budi.
6. Victor Cousin (1792-1867) dan August Comte (1798-1857)

Cousin adalah salah seorang yang bertanggung jawab menggeser filsafat Perancis dari
sensasionalisme ke arah spiritualisme menurut pemikirannya sendiri. Ia mengajarkan
bahwa dasar metafisika adalah pengamatan yang hati-hati dan analisis atas fakta-fakta
tentang kehidupan yang sadar.33

August Comte atau Auguste Comte (nama panjang Isidore Marie Auguste Francois
Xavier Comte lahir di Montpellie, Perancis, 17 Januari 1798 – meninggal di Paris,
Perancis, 5 September 1857 pada umur 59 tahun) adalah seorang ilmuwan Perancis
yang dijuluki sebagai “bapak sosiologi”. Dia dikenal sebagai orang pertama yang
mengaplikasikan metode ilmiah dalam ilmu sosial.34

7. Pasca Mill dan Spencer

Sejak Mill dan Spencerhingga sekarang, penelitian tentang akhlak hanya menjelaskan
teori-teori sebagaimana diutarakan di atas. Dengan kata lain, belum ditemukan teori-
teori lain.

32
Diunduh dari http://entoen.nu/spinoza/id.
33
Mudhofir, op.cit.,hlm.107.
34
Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/August_Comte.

Anda mungkin juga menyukai