Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH ILMU AKHLAK


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Aklhak Tasawuf
Dosen Pengampu : Joni Putra, M.Pd.I

KELOMPOK 3;

1. Putri Gustari :2251030232


2. Bela Dwi Adelia :2251030028
3. Vera Nurita :2251030255
4. Melyn Anggraini :2251030076

KELAS C ANGKATAN 2022


PRODI AKUNTANSI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami juga
bersyukur atas berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga
kami dapat menggumpulkan bahan-bahan materi ini dari buku dan jurnal yang ada
diinternet. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, dan kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak dan dosen pengampu mata kuliah kami, Bapak Joni
Putra, M.PD.I yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam membuat
tugas makalah ini sehingga kami mampu untuk menyelesaikan makalah yang
berjudul “SEJARAH ILMU AKHLAK”.

Kami telah berusaha semampu kami untuk mengumpulkan berbagai macam


bahan tentang materi ini. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan,
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan sebelumnya kami ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung,21 Feb 2023

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2


DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
C. Tujuan .......................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 5
A. Ilmu Akhlak di Luar Agama Islam .............................................................................. 5
B. Aklak Di Zaman Islam ................................................................................................. 9
C. Aklak Pada Zaman Baru ............................................................................................. 12
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 14
B. Daftar Pustaka ............................................................................................................ 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melacak sejarah perkembangan akhlak (etika) dalam pendekatan bahasa


sebenarnya sudah dikenal manusia di muka bumi ini. Yaitu, yang dikenal dengan
istilah adat istiadat (al-adalah/ tradisi) yang sangat dihormati oleh setiap individu,
keluarga dan masyarakat.

Selama lebih kurang seribu tahun ahli-ahli fikir Yunani dianggap telah pernah
membangun “kerajaan filsafat“, dengan lahirnya berbagai ahli dan timbulnya
berbagai macam aliran filsafat. Para penyelidik akhlak mengemukakan, bahwa ahli-
ahli semata-semata berdasarkan fikiran dan teori-teori pengetahuan, bukan
berdasarkan agama. Selain itu juga masih terdapat ahli-ahli fikir lain di zaman
sebelum islam, pertengahan, dan di zaman modern. Pada pembahasan ini kami
sebagai pemakalah akan menjelaskan tentang sejarah perkembangan ilmu akhlak
diluar Agama Islam sampai pada zaman Baru.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah Ilmu Akhlak diluar Agama islam ?

2.. Bagaimana sejarah Ilmu Akhlak di zaman Islam ?

3. Bagaimana sejarah Ilmu Akhlak pada zaman Baru ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Sejarah Perkembangan Ilmu Akhlak diluar Agama Islam.

2. Untuk Mengetahui Sejarah Perkembangan Ilmu Akhlak dizaman Islam.

3. Untuk Mengetahui Sejarah Perkembangan Ilmu Akhlak pada Zaman Baru.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ilmu Akhlak di Luar Agama Islam

1. Akhlak pada Bangsa Yunani


Pertumbuhan dan perkembangan ilmu Akhlak pada bangsa Yunani itu
baru terjadi setelah munculnya apa yang disebut Sophisticians, yaitu orang-
orang yang bijaksana (500-450 SM). Sedangkan sebelum itu dikalangan
bangsa Yunani tidak dijumpai pembicaraan mengenai akhlak, karena pada
masa ini perhatian mereka tercurahkan pada penyelidikan mengenai alam.

Sejarah mencatat, bahwa filosof Yunani yang pertama kali


mengemukakan pemikiran di bidang akhlak adalah Socrates (469-399 M).
Socrates dipandang sebagai perintis Ilmu Akhlak, karena ia yang pertama kali
berusaha sungguh-sungguh membentuk pola hubungan antarmanusia dengan
dasar ilmu pengetahuan. Dia berpendapat bahwa akhlak dan bentuk pola
hubungan itu tidak akan menjadi benar, kecuali bila didasarkan pada ilmu
pengetahuan, sehingga ia berpendapat bahwa keutamaan itu adalah ilmu.

Selanjutnya, Golongan terpenting yang lahir setelah Socrates dan


mengaku sebagai pengikutnya ialah Cynics dan Cyrenics. Golongan Cynics
dibangun oleh Antithenes yang hidup pada tahun 444-370 SM. Menurut
golongan ini bahwa ketuhanan itu bersih dari segala kebutuhan, dan sebaik-
baik manusia adalah orang yang berperangai ketuhanan. Sebagai
konsekuensinya,golongan ini banyak mengurangi kebutuhannya terhadap
dunia sedapat mungkin, rela menerima apa adanya, suka menanggung
penderitaan, tidak suka terhadap kemewahan, menjauhi kelezatan, tidak peduli
dengan cercaan orang, yang penting ia dapat memelihara akhlak yang mulia.

5
Adapun golongan Cyrenics dibangun oleh Aristippus yang labu di
Cyrena (kota Barka di utara Afrika). Golongan ini berpendapat bahwa
mencari kelezatan dan menjauhi kepedihan adalah merupakan satu-satunya
tujuan hidup yang benar. Menurutnya perbuatan yang utama adalah perbuatan
yang tingkat kadar kelezatannya lebih besar daripada kepedihan. Dengan
demikian menurutnya kebahagiaan dan keutamaan itu terletak pada
tercapainya kelezatan dan mengutamakannya.

Pada tahap selanjutnya datanglah Plato (427-347 SM). Ia seorang ahli


filsafat Athena dan murid dari Socrates. Dalam pandangan terhadap akhlak,
Plato berupaya memadukan antara unsur yang datang dari diri manusia
sendiri, dan unsur yang datang dari luar. Unsur dari diri manusia berupa akal
pikiran dan potensi rohaniah lainnya, sedangkan unsur dari luar berupa
pancaran nilai-nilai luhur dari yang bersifat mutlak. Perpaduan dari kedua
unsur inilah yang membawa manusia menjadi orang yang utama.

Setelah Plato, datang pula Aristoteles (394-322 SM). Sebagai seorang


murid Plato, Aristoteles berupaya membangun suatu paham yang khas, dan
Aristoteles berpendapat bahwa tujuan akhir yang dikehendaki oleh manusia
dari apa yang dilakukannya adalah bahagia atau kebahagiaan. Jalan untuk
mencapai kebahagiaan ini adalah dengan mempergunakan akal dengan
sebaik-baiknya. Atistoteles juga dikenal sebagai tokoh yang membawa teori
pertengahan. Menurutnya bahwa tiap-tiap keutamaan adalah tengah-tengah di
antara kedua keburukan. Dermawan misalnya adalah tengah-tengah antara
boros dan kikir, keberanian adalah tengah-tengah antara membabi buta dan
takut. Demikian dengan keutamaan lainnya.

Selanjutnya pemikir akhlak dari kalangan pemikir Yunani ini adalah


Stoics dan Epicurus. Keduanya berbeda pendapat dalam hal mengemukakan
pandangannya tentang kebaikan. Stoics berpendirian sebagaimana paham

6
Cynics yang pandangannya telah dikemukakan di atas. Sementara Epicurus
mendasarkan pemikirannya pada paham Cyrenics sebagaimana telah
dikemukakan juga di atas. Paham mereka banyak diikuti di zaman baru.

2. Akhlak pada Agama Nasrani


Pada akhir abad ketiga Masehi tersiarlah agama Nasrani di eropa.
Agama ini telah berhasil mempengaruhi pemikiran manusia dari membawa
pokok-pokok ajaran akhlak yang tersebut dalam kitap taurat dan injil.
Menurut agama ini bahwa tuhan adalah sumber akhlak. Tuhanlah yang
menentukan dan membentuk patokan-patokan ahklak yang harus dipelihara
dan dilaksanakan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Menurut agama ini
bahwa yang disebut baik ialah perbuatan yang disukai tuhan serta berusaha
melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.

Dengan demikian, ajaran akhlak pada agama Nasrani ini tampak


bersifat teo-centri (memusat pada Tuhan) dan sufistik (bercorak batin). Karena
itu tidaklah mengherankan jika ajaran akhlak agama Nasrani yang dibawa
oleh para pendeta berdasarkan ajaran Taurat ini sejalan dengan ajaran ahli-ahli
filsafat Yunani dari aliran Stoics, sebagaimana telah dikemukakan diatas.
Kedua kelompok ini sama-sama mendorong manusia agar memiliki akhlak
yang mulia. Namun keduanya berbeda dalam hal sumber yang mendorong
orang berbuat baik.

3. Aklak pada masa romawi (Abad Pertengahan)

Kehidupan masyarakat Eropa di abad pertengahan dikuasai oleh


gereja. Pada waktu itu, gereja berhasil memerangi filsafat Yunani serta
menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan bahwa
kenyataan “hakikat” telah diterima dari wahyu. Apa yang diperintahkan oleh
wahyu tentu benar adannya. Oleh karena itu, tidak ada artinya lagi
penggunaan akal pikiran untuk kegiatan penelitian. Mempergunakan filsafat

7
boleh saja asalkan tidak bertentangan dengan doktrin yang dikelarkan oleh
gereja, atau memiliki persamaan dan menguatkan pendapat gereja. Di luar
ketentuan seperti itu penggunaan filsafat tidak diperkenankan.

Di antara mereka yang terkenal adalah Abelard, Perancis (1079-1142)


dan Thomas Aquinas, Italy (1226-1274). Corak ajaran akahlak yang sifatnya
perpaduan antara pemikiran filsafat Yunani dan ajaran agama itu, nantinya
akan dapat pula dijumpai dalam ajaran akhlak yang terdapat dalam Islam
sebagaimana terlihat pada pemikiran akhlak yang dikemukakan kaum
Muktazilah.
4. Akhlak pada Bangsa Arab
Bangsa Arab pada masa Jahiliyah tidak memiliki filosof yang
mengajak pada mazhab tertentu, seperti yang terdapat pada bangsa Yunani dan
Romawi sebagaimana tersebut di atas. Hal ini sebagai akibat tidak
berkembangnya kegiatan ilmiah di kalangan masyarakat Arah. Saat itu bangsa
Arab hanya memiliki ulama dan pujangga. Dalam kata- kata bijak dan puisi dapat
ditemukan ajaran yang memerintahkan untuk berbuat baik dan menghindari hal-
hal buruk, mendorong perbuatan utama dan menjauhi perbuatan tercela dan hina.
Hal itu terlihat, misalnya, dalam kata-kata bijak yang disampaikan oleh Luqmanul
Hakim, Aktsam bin Shaifl; dan tentang puisi yang disusun oleh Zuhair bin Abi
Sulma dan Hakim al-Thai.

8
B. Akhlak di Zaman Islam
Ajaran akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama
Islam dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan akal manusia. Agama Islam
pada intinya mengajak manusia agar percaya kepada Tuhan dan mengakuinya
bahwa Dialah pencipta, pemilik, pemelihara. pelindung, pemberi rahmat,
pengasih dan penyayang terhadap segala makhluk-Nya. Segala apa yang ada
di dunia ini, dari gejala-gejala yang bermacam-macam dan segala makhluk
yang beraneka warna, dari biji dan binatang yang melata di bumi sampai
kepada langit yang berlapis semuanya milik Tuhan, dan diatur oleh-Nya.
Semua itu termasuk dalam ajaran Al-Qur'an yang diturunkan Allah dan ajaran
sunnah yang berasal dari Nabi Muhammad SAW.

Al-Qur'an adalah sumber utama dan mata air yang memancarkan


ajaran islam hukum-hukum islam yang mengandung serangkaian pengetahuan
tentang akidah, pokok-pokok akhlak dan perbuatan dapat ditemukan dalam
sumber aslinya di dalam Al-Qur'an Allah SWT.berfirman,

Sungguh, Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus. (QS
Al-Isra’[17]:9).

Kami menurunkan Al-Qur’an kepadamu untuk menjelaskan sesuatu. (QS An-


Nahl [16]:89).

Adalah amat jelas bahwa dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat-ayat


yang mengandung pokok-pokok akidah keagamaan, keutamaan akhlak dan
prinsip-prinsip perbuatan. Perhatian ajaran Islam terhadap pembinaan akhlak
ini lebih lanjut dapat dilihat dari kandungan Al-Qur’an yang banyak sekali

9
berkaitan dengan perintah untuk melakukan kebaikan, berbuat adil, menyuruh
berbuat baik dan mencegah melakukan kejahatan dan kemungkaran.

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,


memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan
keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS An-Nahl [16]:90).

Ayat-ayat tersebut di atas memeberikan petunjuk dengan jelas bahwa


Al-Qur’an sangat memperhatikan akhlak dan macam macam perbuatan
termasuk akhlak yang mulia. Apa yang diperintahakan Allah tersebut,
kemudian dilaksanakan oleh manusia, akibatnya adalah untuk manusia
sendiri. Orang yang melakukan berbagai perbuatan baik yang diperintahkan
Allah itu akan mendapatkan berbagai keberuntungan yang lebih besar baik di
dunia ini maupun di akhirat. Selain berisi perintah Al-Qur’an juga
mengandung larangan.

Hal yang demikian misalnya dinyatakan dalam ayat ayat sebagai berikut yang
artinya;

Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan judi.


Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat
bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya.” (QS Al-
Baqarah [2]:219).

Dan janganlah engkau dekati zina, karena (di dalamnya) terdapat keburukan
dan merupakan jalan yang buruk. (QS Al-Isra’ [17]:32).

10
Ayat-ayat di atas menunjukkan sebagian dari perbuatan buruk yang
dilarang Allah. Perbuatan tersebut diakui mengandung kenikmatan, kelezatan,
tetapi bahaya dan kesengsaraan yang diakibatkannya lebih besar dari manfaat
yang didapat.

Perhatian Islam terhadap pembinaan akhlak dapat dijelaskan pula


dengan menunjukkan universalitas Al-Qur’an mengenai jalan yang harus
ditempuh manusia. Hasil penelitian Thabathabi terhadap kandungan Al-
Qur’an mengenai jalan yang harus ditempuh manusia itu ada tiga macam;
Pertama, menurut petunjuk Al-Qur’an, dalam hidupnya manusia
hanya menuju kepada kebahagiaan, ketenangan dan pencapaian cita-citanya.
Kebahagiaan dan ketenangan merupakan suatu warna khusus di antara warna-
warna kehidupan yang diinginkan manusia, yang di naungannya ia berharap
menemukan kemerdekaan, kesejahteraan, kesentosaan, dan lain-lain.
Kedua, perbuatan-perbuatan yang dilakukan manusia senantiasa
berada dalam suatu kerangka peraturan dan hukum tertentu. Hal ini
merupakan suatu kebenaran suatu kebenaran yang tidak dapat diingkari,
dalam segala keadaan, mengingat begitu jelas dan gamblangnya persoalan.
Hal itu disebabkan karena manusia yang mempunyai akal hanya melakukan
sesuatu setelah ia menghendakinya.
Ketiga, jalan hidup terbaik dan terkuat manusia adalah jalan hidup
berdasarkan fitrah, bukan berdasarkan emosi dan dorongan hawa nafsu.

Al-Qur’an selanjutnya banyak berbicara tentang ibadah seperti sholat,


zakat, haji, sedekah, dan lain sebagainya. Dan perhatian Islam terhadap
pembinaan akhlak dapat pula dijumpai dari perhatian Nabi Muhammad
SAW. sebagaimana terlihat dalam ucapan dan perbuatannya yang
mengandung akhlak. Di dalam hadisnya terdapat pernyataan bahwa di utus ke
muka bumi untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Orang yang paling
berat timbangan amal baiknya di akkhirat adalah orang yang paling mulia

11
akhlaknya. Orang yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling
baik akhlaknya. Ucapan-ucapan Nabi yang berkenaan dengan pembinaan
akhlak yang mulia itu di ikuti pula oleh perbuatannya dan kepribadiaannya.
Beliau dikenal sebagai orang shidiq (benar), amanah (terpercaya), tabligh
(menyampaikan dakwah), fatanah (cerdas). Beliau juga mendapat gelar
sebagai al-Amin (orang yang terpercaya).

C. Akhlak pada Zaman Baru

Pada akhir abad kelima belas masehi, Eropa mulai mengalami


kebangkitan dalam bidang filsfat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Para ahli
bangsa Eropa termasuk Itali mulai meningkatkan kegiatan dalam bidang
filsafat Yunani, ilmu pengetahuan dan tekhnologi tersebut. Kehidupan mereka
yang semula terikat pada dokma kristiani, khayal dan mitos mulai digeser
dengan memberikan peran yang lebih besar kepada kemampuan akal dan
pikiran. Segala sesuatu yang selama ini dianggap mapan mulai diteliti, kritik
dan diperbaharui, hingga akhir mereka menerapkan pola bertindak dan
berpikir secara liberal.

Diantara masalah yang mereka kritik dan dilakukan pembaharuan


adalah masalah akhlak. Penentuan patokan baik buruk yang semula
didasarkan pada dokma gereja diganti dengan penentuan baik buruk
berdasarkan pandangan ilmu pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman
empirik.

Akhlak yang mereka bangun didasarkan pada penyelidikan menurut


kenyataan empirik dan tidak mengikuti gambaran-gambaran khayal atau
keyakinan yang terdapat dalam ajaran agama. Sumber akhlak yang semula
ajaran al-kitab dan dokma kristiani dan khayalan mereka diganti dengan
ajaran akhlak yang bersumber pada logika dan pengalaman empirik.
Pandangan baru terhadap akhlak tersebut pada tahap selanjutnya mampu

12
mengubah konsep-konsep akhlak termasuk dalam menilai sesuatu yang baik
dan mulia.

Selanjutnya pandangan akhlak mereka diarahkan pada perbaikan yang


berkaitan dengan kehidupan para pemuda, wanita dan anak-anak dengan
tujuan agar mereka menjadi anggota masyarakat yang mandiri. Penyelidikan
baru yang mereka lakukan itu berjasa bagi penentuan patokan mengenai hak
hak dan kewajiban yang pada akhirnya melahirkan masyarakat yang bersifat
individualistik, mandiri dan inovatif.

Banyak tokoh pemikiran akhlak yang lahir pada abad baru ini. Mereka
itu diantaranya adalah Descartes, Shafesbury Dan Hastshon, Bentham, John
Stuart Mill Kant dan Bertrand Russel. Pemikiran akhlak telah banyak mereka
kemukakan dan tersebar dalam berbagai literatur mengenai etika, dan
sebagian menjadi pedoman hidup masyarakat Barat dan Eropa hingga saat ini.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Sejarah perkembangan akhlak pada zaman Yunani adalah: tokoh – tokoh
sofistik, Socrates, Cynics dan Cyrenics, Plato, Aristoteles, Stoics dan Epicuris
dan Agama Nasrani.
2. Akhlak pada abad pertgengahan adalah akhlak yang lahir di Eropa dengan
ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran
Nasrani. Diantara mereka yang termashyur adalah Abelard, seorang ahli
filsafat Perancis dan Thomas Aquinas, seorang ahli filsafat agama
berkebangsaan Italia.
3. Sejarah akhlak pada bangsa Arab sebelum islam bahwa akhlak sebelum islam
dalam keadaan jahiliyyah (bodoh), jahiliyyah dapat diartikan pada masa itu
kondisi akhlak dan moral masyarakat mengalami kebobrokan yang begitu
parah.
4. Sejarah akhlak pada bangsa arab setelah islam bahwa setelah islam datang,
islam mengajak pada kepercayaan bahwa Allah SWT dalah sumber segla
sesuatu di seluruh alam. Allah pun telah menetapkan beberapa keutamaan
yang harus diikuti, seperti kebenaran dan keadilan; juga menghindari
beberapa keburukan. Terdapat di Q.S An-Nahl ayat 90
5. Sejarah akhlak pada zaman barat (zaman baru) yaitu Descartes; Shafesbury
Dan Hatshon; Bentham; John Stuart Mill Kant; Dan Betrand Russel.

B. SARAN
Di zaman yang serba modern ini, kita di hadapkan pada perkembangan
teknologi yang begitu canggih yang dapat memberi pengaruh baik maupun
buruk pada akhlak kita, oleh
karena itu kita sebagai generasi muda penerus bangsa harus pandai-pandai
memilah-milah mana hal yang baik dan yang buruk untuk diri kita.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,M.Yatimin.2007. Study Akhlak dalam Perspektif Alquran. Jakarta: Amzah.


Amin, Ahmad. 1995. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang
Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka setia.
Nata, Abuddin. 2014. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Rajawali Press.

15

Anda mungkin juga menyukai