Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ILMU PERBANDINGAN AGAMA

“SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PERBANDINGAN AGAMA


DI DUNIA BARAT”
(Dibuat guna memenuhi nilai mata kuliah Ilmu Perbandingan Agama)

Dosen Pengampu: Dr. Sudarman, M.Ag.

Oleh:
Budi Subekti 1831020053
Kelompok 4

JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2020
ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Ilmu Perbandingan Agama dengan judul “Sejarah Perkembangan Ilmu
Perbandingan Agama di Dunia Barat”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Bapak Dr. Sudarman, M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah ini atas
bimbingannya serta teman-teman Studi Agama-Agama kelas A yang membantu
baik semangat maupun material.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandar Lampung, Maret 2020

Penulis,
iii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................. 3


A. Zaman Yunani dan Romawi (HelleniSMe) .......................................... 3
B. Zaman Renaissance atau Pencerahan ................................................... 7
C. Abad Modern ....................................................................................... 9

BAB 3 PENUTUP........................................................................................... 13
A. Kesimpulan .......................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA
1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha memahami agama yang berbeda jauh dari agama kita sendiri memang
cukup sulit. Oleh karena itu ada tingkatan-tingkatan tertentu dalam pemahaman
yang bersifat sebagian (parsial) dan bersifat menyeluruh (integral).
Studi tentang agama dan adat-istiadat serta perkembangan pemikiran manusia
tentang Tuhan sama tuanya dengan studi sosial pada umumnya, sehingga tidak
aneh kalau kita dapat menjumpai banyak buku dan publikasi ilmiah yang
menjelaskan tentang sejarah pertumbuhan Ilmu Pebandingan Agama. Disamping
itu terdapat artikel-artikel baru yang melengkapi artiket-artikel lama tentang
agama.
Kegiatan penulisan ini dimulai sejak adanya keinginan para pakar yang juga
sudah beragama untuk mengetahui agama atau kepercayaan orang atau
masyarakat lain. Sudah banyak teori dikemukakan orang untuk menghubungkan
satu agama dengan agama lainnya, di antaranya adalah teori tentang kodrat agama,
hokum-hukum mengenai pertumbuhan agama dan interpretasi tentang asal-usul
agama.
Perkembangan Ilmu Perbandingan Agama di dunia Barat yang Kristen sangat
berbeda dengan perkembangannya di dunia Timur atau dunia Islam.

B. Rumusan Masalah
Dari tema di atas, maka rumusan masalah yang dapat digali adalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana perkembangan Ilmu Perbandingan Agama pada zaman Yunani
dan Romawi?
2. Bagaimana perkembangan Ilmu Perbandingan Agama pada zaman
Renaissance di dunia Barat?
3. Bagaimana perkembangan Ilmu Perbandingan Agama pada zaman modern
di dunia Barat?
2

C. Tujuan Masalah
Tujuan masalah yang dapat digali adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui perkembangan Ilmu Perbandingan Agama pada zaman
Yunani dan Romawi.
2. Mengetahui perkembangan Ilmu Perbandingan Agama pada zaman
Renaissance di dunia Barat.
3. Mengetahui perkembangan Ilmu Perbandingan Agama pada zaman
modern di dunia Barat.
3

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pada Zaman Yunani dan Romawi (Hellenisme)


Untuk pertama kalinya orang menjumpai dokumen studi tentang agama di
kalangan Yunani Kuno, sejak abad ke-5 SM. Minat terhadap studi agama itu
diutarakan dengan dua cara. Pertama melalui catatan catatan perjalanan yang
mencakup deskripsi pemujaan dalam agama bukan-Yunani dan perbandingannya
dengan praktek keagamaan Yunani. Cara kedua adalah dengan kritik filosofis
terhadap agama tradisional.
Xenophanes dan Colophon merupakan tokoh awal Ilmu Perbandingan Agama
di Yunani. Mereka adalah filusuf yang dalam usahanya telah melakukan studi
kritik terhadap bentuk keagamaan di Yunani. Menurut Xenophanes “tidak
seorang pun mengetahui atau dapat mengetahui tentang hakikat para dewa,
karena semua yang di katakan tentang dewa-dewa tersebut hanya merupakn
pendapat (DOXA) saja”. Studi kritik tersebut dilancarkan pada dua aspek yaitu
pada Antropromis dan Immoral.1
Sejarah pertumbuhan dan perkembangan agama di dunia Barat juga dapat kita
jumpai dalam ringkasan yang ditulis oleh Dr. Lehman dari Universitas Lund.
Ternyata jauh sebelum Kristus sudah banyak sarjana serta ilmuwan agama yang
memberikan sketsa tentang sejarah berbagai agama dan menggambarkan adat-
istiadat bangsa-bangsa lain yang diketahui pada waktu itu. Mereka itu adalah
Herodotus (481 SM), Berosos (250 SM), Cicero (106-8 SM) dan Sallustius (86-34
SM).2
Ada juga penulis-penulis yang sejaman dengan Jesus Kristus seperti Strabo
(63 SM-21 M), Varro (116-27 SM) dan Tacitus (55-117 M).
Herodotus, sejarawan Yunani Kuno ini telah mengunjungi lebih dari 50
bangsa dan suku bangsa yang berbeda-beda. Dari pengembaraannya tersebut dia
banyak mencatat tentang adat dan kebiasaan baik yang bersifat sekuler maupun
yang bersifat agamis. Walaupun Herodotus juga menyebut barbarian orang-orang

1
Djam’annuri, Studi Agama-Agama, Sejarah dan Pemikiran, Pustaka Rihlah, Yogjakarta:
2003, hlm. 2.
2
Mukti Ali, Ilmu Perbandingan Agama, PT Al-Falah, Yogyakarta:1965, hlm. 12.
4

bukan-Yunani, namun dia tidak ingin membuktikan bahwa agama dan


kebudayaannya sendiri lebih baik.
Herodotus tidak merumuskan teori tentang perbandingan agama, tetapi
uraiannya tentang dewa-dewa pada beberapa bangsa menunjukkan bahwa dia
menggunakan apa yang sekarang disebut metode perbandingan agama. Dewa
baptis dikalangan bangsa Mesir Kuno sama seperti Dewa Artunis di kalangan
bangsa Yunani. Dewa Heros sama dengan Dewa Apollo dan Dewa Osiris sama
dengan Dionysus.
Herodotus menggunakan banyak teknik yang hingga sekarang masih dianggap
penting dalam studi agama. Ia bersifat objektif dan mencoba bersifat universal,
disamping datanya bersifat empiris. Uraian Herodotus yang hanya diarahkan
kepada asal-usul dewa-dewa yang berkenan dengan kemanusiaannya telah
dikembangkan lebih jauh oleh Euhomerus, seorang filosof Siciclia. Euhomerus
berkeyakinan bahwa dewa-dewa adalah orang-orang yang berkuasa yang lambat
laun didewakan titik dalam segi ini mite itu adalah memuja menggunakan dan
memuliakan karena perbuatan-perbuatan orang-orang besar dan karena peristiwa-
peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan orang-orang besar, kelahirannya dan
kematiannya.3
Prinsip penafsiran yang dilakukan oleh Euhomerus ini sekarang dikenal
dengan istilah Euhomerusisme. Paham ini telah dimanfaatkan oleh para pemikir
berikutnya. Tokoh-tokoh gereja sangat berhasrat menerapkan paham ini terhadap
gejala keagamaan di luar agama Kristen. Jauh sesudahnya, Herbert Spencer juga
menerapkan paham tersebut untuk menerangkan asal-usul agama.
Menurut Spencer, semua dewa adalah nenek moyang suku, para pendiri suku
dan para hulubalang yang terkenal karena kekuatan dan tenaganya atau karena
keberaniannya, para dukun yang berprestasi tinggi atau para penemu dan pencipta
sesuatu titik orang-orang seperti ini dipandang dengan penuh rasa ta’zim dan takut.
Selama hidupnya mereka ditakuti, bahkan sesudah kematiannya mereka lebih
ditakuti lagi titik oleh karena itu perdamaian dengan para hantu orang-orang yang
sudah meninggal itu sangat diperlakukan dan merupakan sesuatu yang tidak dapat

3
Mujahid Abdul MANAF, Ilmu Perbandingan Agama, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta:
1994, hlm. 39.
5

dielakan lagi. Karena itu, menurut spencer, pemujaan nenek moyang merupakan
agar setiap agama.4
Penulis Yunani berikut yang hidup pada masa pemerintahan Iskandar Yang
Agung ialah Berossus. Dia menulis buku tentang praktek-praktek peribadatan
keagamaan bangsa Assyria dan juga menulis buku tentang astrologi.
Sebelum itu, Plato (429-347 SM) sering membuat perbandingan dengan
agama-agama suku suku Barbar. Aristoteles (384-322 SM) secara sistematik
merumuskan degenerasi keagamaan seseorang. Theoprantus (372-287 SM) telah
menyusun secara agama dalam 6 jilid. Megasthenes (302-297 SM) sebagai duta
besar kerajaan Chandragupta oleh Selenous Nicator telah menerbitkan buku,
indica tentang agama di india dan Hecatasus (365- 275 SM) menulis tentang
teologi Mesir dalam bukunya, Aegyptica.
Di Athena sendiri muncul Epicurus (341-270 SM) dengan tesis atau sastra kan
tanya yang populer tentang dewa-dewa yang menurut pendapatnya, tidak ada.
Strabo, seorang ahli geografi besar, dalam karyanya, The Geography
sebanyak 17 jilid, menulis tentang agama Yunani Kuno dan agama bukan-Yunani.
Ia juga merupakan orang yang pertama menyajikan tipe-tipe sosial. Ia
mengemukakan tiga bentuk dasar masyarakat sebagai berikut: (1) bentuk
masyarakat pedusunan yang nomadik, (2) Masyarakat petani yang menetap, dan
(3) Masyarakat negara kota. Ketiga bentuk itu ia jelaskan sekaligus dengan
seperangkat lembaga keagamaan nya.
Diantara penulis-penulis zaman Romawi yang patut disebut karena karyanya
yang bernilai keagamaan dan bersifat tarikhi adalah Varro (116- 27 SM) dan
rekannya, Marcus Tubius Cicero (106-43 SM).
Karya Varro yang berjudul Roman Antioutius dan terdiri dari 40 jilid
merupakan salah satu sumber utama informasi mengenai agama-agama Kuno.
Cicero adalah ahli hukum yang juga pandai berpidato dan ahli politik ternyata
mempunyai minat cukup besar terhadap agama titik menurut pendapatnya, pada
dasarnya agama ada dua macam hukum yaitu hukum buatan manusia dan hukum
tuhan yang menurutnya hukum tuhan itu bersifat abadi dan universal walaupun
kepercayaan agama dan praktek keagamaan bisa berbeda-beda.

4
Mukti Ali, Op. Cit., hlm. 12-13.
6

Buku-buku Cicero yang cukup terkenal mengenai masalah agama antara lain,
On the Nature Of Gods, On Divination dan On Fate. Dalam bukunya, On
Divination, dia melontarkan kritik terhadap dan bahkan mencemooh praktek-
praktek ketuhanan Romawi.
Tersebarnya kebaktian kebaktian dari Timur, berkembangnya agama agama
misteri di wilayah Kekaisaran Romawi serta munculnya agama sinkretis, yang
merupakan akibatnya terutama di Alexandria, orang senang mempelajari
pengetahuan-pengetahuan agama antik berbagai negara. Selama 2 abad pertama
era agama Kristen muncul penulis-penulis seperti: Heroenius Philon seorang
penganut Euthomereisme menulis Phoenician History, Pausenius menulis
Description Of Greece yang dianggap penting bagi sejarawan agama.
Apabila dibandingkan dengan penulis-penulis Yunani dan Romawi yang jelas
bersikap objektif terhadap agama-agama lain, para penulis Kristen berkeyakinan
bahwa agama yang dipeluknya merupakan agama yang paling besar. Disamping
mereka dengan keras bersandar kepada Euhomerisme untuk membuktikan
kepalsuan agama yang bukan Kristen.
Pada abad ke-6 dan ke-7 tradisi Euhomerisme itu mulai muncul banyak
kehilangan pengaruhnya di dalam polemik. Sebaliknya tradisi Euhomerisme
dipergunakan dalam mengungkapkan masalah lalu termasuk legenda dan mitos
kuno untuk merekonstruksi sejarah Kristen. Seperti insiden dari Seville (560-636)
dalam karyanya Etymologica berusaha menempatkan semua dewa-dewa agama
penyembah berhala pada satu periode dari 6 periode sejarah dunia yaitu:
1) Periode sejak penciptaan sampai banjir;
2) Periode dari banjir sampai Ibrahim;
3) Periode Ibrahim sampai Daud;
4) Periode Daud sampai Babilonia;
5) Periode Pembuangan Babilonia sampai lahirnya Kristus, dan;
6) Periode dari kelahiran Kristus sampai ke depan.

Buku buku yang ditulis oleh orang Barat tentang agama-agama di asia
bertambah banyak dengan munculnya kegiatan dan aktivitas misionaris Kristen
titik antara lain Giovanna di Plano Carpini (1182- 1252) seorang misionaris yang
7

menulis tentang Mongol dalam bukunya Historia Monglorum tahun 1247 yang
berisi informasi tentang kepercayaan kepercayaan tradisional yang didasarkan
kepada magi. Kemudian William de Rubriquis (1215- 1270) dengan karyanyanya
Itenerarium berisi perbandingan antara praktek-praktek keagamaan penyembah
berhala dengan upacara agama Kristen. Ia melihat di dalam agama pagan ada yang
menggunakan untaian manik-manik sama halnya dengan tasbih dalam agama
Kristen.5
Sebelumya telah di jelaskan tentang peradaban Yunani yang mencerminkan
sikap terbuka dan toleran. Hal demikian terbukti dengan munculnya Ilmu
Perbandingan Agama di Yunani berbeda dengan Yahudi yang memiliki sikap
intoleran dan eksklusif. Yahudi memilki kepercayaan dan bertanggung jawab
untuk menjaga kemurnian tehadap Yahweh, sikap tersebut muncul sebagai reaksi
terhadap agama yang ada pada saat itu yaitu agama Kan’an yang memiliki dewa
dewi yang banyak. Maka munculnya ilmu perbandingan agama di Yahudi sangat
sulit karna reaksi yang ada pada kaum Yahudi itu sendiri.
Sikap intoleran yang ada pada agama Yahudi ini tidak berhenti sampai di sini,
bahkan melanjut sampai kepada agama Keristen yang menyatakan bahwasanya
tidak ada keselamatan di luar gereja dan keselamatan hanya dengan mengimani
Yesus Kristus sebagai Tuhan, mereka bahkan sampai menyerang agama lain yang
tidak sesuai dengan ajaran agama mereka. Menurut mereka, ajaran di luar Kristen
merupakan karya setan atau roh jahat lainnya. Hal demikian sebagaman yang
sering dikemukakan oleh para Apologiste Kristen abad ke 2 M seperti Justin
Martyr, Tatian, Minucius, Felix, Tertulian dan Cyprian.

B. Pada Zaman Renaissance atau Pencerahan


Pada tahun 1520 setelah muncul buku pertama tentang sejarah agama secara
umum berjudul The Customs, Laws and Rites of all Peoples karya Jean Boem
cari ordo Teutonik. Buku ini berisi kepercayaan orang-orang Eropa, Asia dan
Afrika.
Pada zaman Renaissance dan Reformasi, walaupun agama-agama non Kristen
masih mendapat perhatian para penulis, tetapi saat itu juga sudah mulai banyak
5
Zakiah Darajat, et. al., Perbandingan Agama II, Proyek Binperta Ditbinperais,
Departemen Agama, Jakarta: 1982. hlm. 13.
8

memuat cerita perjalanan besar untuk eksplorasi bersamaan dengan


diketemukannya daerah atau benua baru abad ke-15 dan ke-16.
Perang Salib yang berlangsung tidak kurang dari 2 abad yaitu 1096-1297
merupakan salah satu faktor yang membantu para ilmuwan dan misi Kristen untuk
mengadakan penyelidikan-penyelidikan ke negeri Timur tentang agama adat-
istiadat dan kebudayaan. Orang-orang Barat dengan mata kepala sendiri baik
sewaktu perang atau sesudahnya, bahwa peradaban dan kebudayaan Dunia Islam
waktu itu lebih maju dibandingkan dengan peradaban dan kebudayaan mereka
sendiri.
Roger Bacon (1214-1294) menulis sebuah buku besar tentang agama agama
kafir dan Islam. Marco Polo (1254-1324) setelah mempelajari Asia Tengah dan
negeri Tiongkok 17 tahun lamanya mempelajari tentang agama-agama Timur.
Giovanni Boccacio (1313-1375) dengan karyanya Genealogy of The Gods
membuat sistematika mitologi klasik dewa-dewa yang dikenal pada zamannya di
daerah Timur.
Lord Harbert (1583-1648) salah seorang tokoh penting sebagai pengritik
agama di zamannya merupakan tokoh rasionalis yang mula-mula menyatakan
secara sistematis bentuk-bentuk prinsip dewa dalam agama. Beliau telah mencoba
membuat lima pokok garis besar.6
1) Bahwa suatu supreme human yang memiliki 11 sifat yaitu memberi
anugerah, ada dengan sendirinya, sebab pertama, tenaga dan tujuan semua
denda, abadi, baik, adil, bijaksana, tak terbatas, berada dimana-mana dan
merdeka.
2) Bahwa adalah kewajiban seorang untuk menyembah dzat yang maha
agung itu.
3) Keutamaan dan kesalehan seorang membentuk bagian yang pokok dari
penyembahan demikian.
4) Dosa terhadap supreme human itu harus di tobati dan harus diperbaiki.
5) Dunia diperintahkan secara moral. Kehidupan yang akan datang, manusia
akan menerima balasan yang semestinya dari perbuatan-perbuatannya.

6
Ibid., hlm. 15.
9

Perlu dicatat disini, dua tokoh asia yaitu Mangu Khan (1207-1259) dan Sultan
Akbar (1542-1605) masing-masing dari Mongolia dan dari india telah
mengundang orang-orang Yahudi, Kristen, Islam dan Buddha untuk menghadiri
kongres-kongres agama yang diantaranya memutuskan bahwa monoteisme adalah
bentuk agama yang besar. Barangkali kongres ini merupakan pembukaan jalan
bagi parlemen agama yang diadakan di Chicago.
Giambattista Vico (1688-1744) dengan bukunya New Science (1725), secara
singkat isi bukunya adalah man sekularisasi kan kehidupan manusia dan sejarah
agama.
David Hume (1711-1776) dalam bukunya natural History of Religion
mengajukan suatu teori yang lengkap mengenai asal-usul agama dari
perkembangan monoteisme. Menurut Hume dewa-dewa itu asalnya dibuat dan
ditimbulkan dalam hubungannya dengan peristiwa-peristiwa kehidupan tertentu,
angin ribut, penyakit, kelahiran, kematian dan sebagainya. Masing-masing
diterangkan dengan sambil menentukan sebab-sebab secara terpisah di dalam
khayalan manusia.
Charles de Broses (1707-1777) salah seorang rekan Hume mengadakan
penelitian di kalangan suku Afrika Barat dan dia menumpahkan bentuk agama
yang paling asli yaitu penyembahan binatang. Istilah binatang itu disebut fetish.
Fetish merupakan bentuk agama yang paling mula-mula dan paling original.
Aguste Comte (1708-1857) yang mengemukakan prinsip pengaturan dari
perkembangan masyarakat dijumpai dalam rumusan terkenal, yaitu hukum tiga
tingkatan kemajuan intelektual dari teologi, metafisika dan positifistik.

C. Pada Abad Modern


Penelitian dan penyelidikan Ilmu Perbandingan Agama di dunia Barat
dilakukan oleh bermacam-macam golongan dan aliran yang masing-masing
mempunyai keistimewaan dan perhatian sendiri.
Nama Ilmu Perbandingan Agama itu sendiri baru muncul pada abad 19 waktu
F. Max Muller tahun (1823-1900) seorang ilmuwan bangsa Jerman yang menulis
dengan tegas istilah Religion Wissenschaft dalam bukunya Chips from a German
Workshop (1867). Dengan istilah Perbandingan Agama tersebut Max Muller ingin
10

menekankan bahwa ilmu baru itu terlepas dari teologi. Oleh karena itu besar
jasanya dalam ilmu baru ini beliau oleh dunia Barat dianggap sebagai Bapak Ilmu
Perbandingan Agama.
Berikutnya muncul tokoh E. B. Tylor (1832-1917) dengan bukunya Primitive
Culture (1871) dan Y. G. Frazer (1854-1941) dengan bukunya the Golden Bough
menjelaskan bahwa dalam kehidupan manusia yaitu melalui tiga tingkatan
intelektual yaitu magi, agama dan sains.
Dalam proses perkembangannya Ilmu Perbandingan Agama ini kemudian
mendapat penghargaan akademik. Untuk pertama kali yang mengadakan jabatan
dosen dalam Ilmu Perbandingan Agama ini adalah Universitas Geneva, Swiss
tahun 1873, waktu itu fakultas Theologia di Universitas Geneva sejak tahun 1868
mulai memberikan kuliah yang pada waktu itu bernama Algemaine
Religiongeschichte. Demikian juga Universitas Zurich membentuk jabatan dosen
dalam mata kuliah History of Religion dan Biblical Geography. Beberapa tahun
kemudian, tempat pengajaran Ilmu Perbandingan Agama terpenting di Swiss
berpusat di Universitas Basel dimana para guru besar terkenal seperti Van Oralli
dan Alfred Bartholet telah bertindak sebagai tuan rumah Kongres Internasional
Sejarah Agama kedua yang diselenggarakan di 1904.7
Tidak beberapa lama setelah Swiss, menyusul Belanda tahun 1877. Waktu itu
Fakultas-fakultas Theologia di Negeri Belanda telah melaksanakan dwifungsi.
Salah satu pihak sebagai tempat pusat studi ilmiah dan di lain pihak sebagai pusat
latihan bagi para pejabat gereja Reformasi Belanda. Pada waktu itu C. P. Tiele
telah mengajar Sejarah Agama dan sejak diundangkannya undang-undang
perguruan tinggi 1 Oktober 1877, maka Fakultas-fakultas Theologia yang waktu
itu berada di wilayah Universitas-universitas negeri seperti Universitas
Amsterdam, Groningen, Leiden dan Utrecht praktis terlepas dari gereja Reformasi
Belanda. Sejak itu sejarah agama dinyatakan sebagai pelajaran yang netral dan
ilmiah. Tiele diangkat menjadi guru besar di Universitas Leiden dan Chantepi de
la Saussaye menjadi Guru Besar pada Universitas Amsterdam, Groningen dan
Utrecht.

7
Ibid., hlm. 31.
11

Sedangkan di Perancis sejak 1879, College de Grance setelah membina


jabatan dosen dalam sejarah agama dan sebagai pencetusnya adalah Albert
Boville. Dalam tahun itu juga di Lyons dibangun Musec Guimot sebuah museum
dan perpustakaan dunia yang mula-mula dipersembahkan bagi sejarah agama.
Tahun 1886 Fakultas Theologia Katolik di Paris membuka seksi ilmu-ilmu
agama. Tahun 1900 atas inisiatif seksi tadi itu untuk pertama kalinya
diselenggarakan Kongres Internasional Sejarah Agama. Bertindak sebagai
presiden Kongres adalah Albert Meville serta mengangkat presiden kehormatan
bagi Max Muller dan C. P. Tiele.8
Di Belgia, Ilmu Perbandingan Agama diawali oleh seorang senator di Aviella,
pangeran Goblet yang memperkenalkan perbincangan agama ke dalam kurikulum
Universitas Kebebasan di Brussel tahun 1884. Kemudian di Italia, Ilmu
Perbandingan Agama dimulai ketika Baldassarre Lublanca tahun 1886 ditunjuk
sebagai dosen Sejarah Agama di Universitas Roma.
Di Swedia diawali dengan dibentuknya jabatan pengajar Sejarah Agama pada
Fakultas Thelogiai Universitas Upsala tahun 1877. Selanjutnya di Jerman, studi
Perbandingan Agama ini dimulai ketika tahun 1901 Adolf von Harnack
menyampaikan pidato pengukuhan sebagai Dekan Fakultas Theologia Universitas
Berlin.
Di Inggris ada dua nama tokoh yaitu: Joseph Estlin Carpenter yang telah
memberi kuliah perbandingan agama di Universitas London dan Andrew Martin
Fairbairn memberi kuliah di Universitas Oxford pada tahun yang sama yaitu
tahun 1876.
Sedangkan di Indonesia sendiri Ilmu Perbandingan Agama mendapat
kedudukan akademik pada tahun 1960. Di mana pada waktu itu status PTAIN
(Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri) yang terdiri dari fakultas Adab, Syariah,
Tarbiyah dan Ushuluddin. Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogjakarta
pada tahun 1960 membuka jurusan Perbandingan Agama di samping tiga jurusan
lainnya, dimana yang ditunjuk pertama-tama sebagai dosen sekaligus ketua
jurusan ialah H. A. Mukti Ali dengan bukunya yang berjudul Ilmu Perbandingan
Agama yang semula merupakan pidato dies, sampai sekarang masih terpakai

8
Zakiah Drajat, Op. Cit., hlm. 32.
12

sebagai buku pegangan bagi jurusan Perbandingan Agama. Walaupun oleh B. J.


Balland buku tersebut disebut Theology of Religion ketimbang Comparative
Religion.
13

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk pertama kalinya orang menjumpai dokumen studi tentang agama di
kalangan Yunani Kuno, sejak abad ke-5 SM. Xenophanes dan Colophon
merupakan tokoh awal ilmu perbandingan agama di Yunani. Mereka adalah
filusuf yang dalam usahanya telah melakukan studi kritik terhadap bentuk
keagamaan di Yunani. Yunani yang mencerminkan sikap terbuka dan toleran. Hal
demikian juga telah terbukti dengan munculnya Ilmu Perbandingan Agama di
Yunani berbeda dengan Yahudi yang memiliki sikap intoleran dan eksklusif.
Pada zaman Renaissance dan Reformasi, walaupun agama-agama non Kristen
masih mendapat perhatian para penulis, tetapi saat itu juga sudah mulai banyak
memuat cerita tentang perjalanan besar untuk eksplorasi bersamaan dengan
diketemukannya daerah atau benua baru abad ke-15 dan ke-16. Aguste Comte
(1708-1857) yang mengemukakan prinsip pengaturan dari perkembangan
masyarakat dijumpai dalam rumusan terkenal, yaitu hukum tiga tingkatan
kemajuan intelektual dari teologi, metafisika dan positifistik.
Nama Ilmu Perbandingan Agama itu sendiri baru muncul pada abad 19 waktu
F. Max Muller tahun (1823-1900) seorang ilmuwan bangsa Jerman yang menulis
dengan tegas istilah Religion Wissenschaft dalam bukunya Chips from a German
Workshop (1867). Untuk pertama kali yang mengadakan jabatan dosen dalam
Ilmu Perbandingan Agama ini adalah Universitas Geneva, Swiss tahun 1873,
waktu itu fakultas Theologia di Universitas Geneva sejak tahun 1868 mulai
memberikan kuliah yang pada waktu itu bernama Algemaine Religiongeschichte.

B. Saran
Sebagai mahasiswa Studi Agama-Agama dengan sepatutnya harus dapat
menjunjung toleransi. Dengan ini diharapkan mahasiswa dapat terjun
kemasyarakat dan menjalin hubungan yang bersinergi anatr lapisan masyarakat
dan antara golongan serta agama. Ilmu Perbandingan Agama menjalin kerukunan
dan toleransi antar agama dan lapisan masyarakat.
14

DAFTAR PUSTAKA

Djam’annuri. 2003. Studi Agama-Agama, Sejarah dan Pemikiran. Pustaka Rihlah:


Yogjakarta.

Ali, Mukti. 1965. Ilmu Perbandingan Agama. PT Al-Falah: Yogyakarta.

MANAF, Mujahid Abdul. Ilmu Perbandingan Agama. PT Raja Grafindo Persada:


Jakarta.

Darajat, Zakiah, et. al. 1982. Perbandingan Agama II. Proyek Binperta
Ditbinperais, Departemen Agama: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai