(AKHLAK TASAWUF)
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayangnya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AKHLAK” ini dengan sebaik mungkin.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para
Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. Tidak
lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Ibu, “DR. NIKMAH ROYANI
HARAHAP M.A” Selaku dosen mata kuliah “AKHLAK TASAWUF”.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.
Medan, 10 Maret 23
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
1. Latar Belakang .....................................................................................1
2. Rumusan masalah ................................................................................1
3. Tujuan...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................2
A. Sejarah akhlak .....................................................................................2
B. Perkembangan akhlak ......................................................................... 3
BAB III PENUTUP ..........................................................................................8
Kesimpulan ......................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melacak sejarah perkembangan akhlak (etika) dalam pendekatan
bahasasebenarnya sudah dikenal manusia di muka bumi ini. Yaitu, yang dikenal
denganistilah adat istiadat (al-adalah/ tradisi) yang sangat dihormati oleh setiap
individu,keluarga dan masyarakat. Selama lebih kurang seribu tahun ahli-ahli
fikir Yunani dianggap telah pernah membangun “kerajaan filsafat“, dengan
lahirnya berbagaiahli dan timbulnya berbagai macam aliran filsafat.
Para penyelidik akhlakmengemukakan, bahwa ahli-ahli semata-semata
berdasarkan fikiran dan teori-teori pengetahuan, bukan berdasarkan agama.
Selain itu juga masih terdapat ahli-ahli fikir lain di zaman sebelum islam,
pertengahan, dan di zaman modern.Pada pembahasan akan dijelaskan tentang
sejarah perkembangan akhlak pada zaman Yunani sampai zaman modern.
Juga membagi menjadidua bagianyakni pertumbuhaan dan perkembangan
Ilmu akhlak diluar ajaran Islam (non muslim) dan pertumbuhan dan
perkembangan di dalam ajaran Islam
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah akhlak?
2. Bagaimana perkembangan akhlah?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah akhlak.
2. Untuk mengetahui perkembangan akhlak.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Akhlak
Secara etimologis akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dari pengertian etimologis seperti
ini, akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang
mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur
hubungan antar manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta.
Sedangkan, Ilmu Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas baik dan buruk,
terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.
Jadi ilmu akhlak adalah ilmu yang mempersoalkan baik buruknya amal.
Akhlak dalam arti bahasa, sebenarnya sudah dikenal manusia di atas
permukaan bumi ini yaitu apa yang disebut dengan istilah adat-istiadat (tradisi)
yang dihormati, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Dalam
keadaan terputusnya wahyu maka tradisi itulah yang dijadikan tolak ukur dan
alat penimbangan norma pergaulan kehidupan manusia, terlepas dari segi
apakah itu baik atau buruk menurut setelah datang wahyu. 1
Kalau kita memperhatikan bangsa arab di zaman jahiliyah, misalnya :
mereka sudah memiliki perangai halus dan rela dalam kehidupan baik dan
kemuliaan cukup. Tetapi juga pemarah luar biasa, perampok, perampas, karena
kejahatan mengancam diri atau kabilahnya. Hal ini nampak dalam puisi-puisi
mereka sebagai bangsa yang buta huruf, tetapi daya ingatan dan hafalan mereka
sangat kuat. Misalnya : Zuhair Ibnu Abi Salam mengatakan : “Barangsiapa
menepati janji tidak akan tercela dan barangsiapa membawa hatinya menuju
kebaikan yang menentramkan, tidak akan ragu-ragu”.2
Bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki dalam kadar yang minimal
pemikiran dalam bidang akhlak. Pengetahuan tentang berbagai macam
keutamaan dan mengerjakannya, walaupun nilai yang tercetus lewat syair-
1
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: Pustaka Offset, 2006, 1.
2
Moh. Ardani akhlaq tasawuf (nilai-nilai akhlaq/budi pekerti dalam ibadat dan tasawuf),
jakart a: PT, 2005, 34-35
2
syairnya belum sebanding dengan kata-kata hikmah yang diucapkan oleh
filosofi-filosofi zaman kuno.
Sewaktu islam datang yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, maka
Islam tidak menolak setiap kebiasaan yang terpuji yang terdapat pada bangsa
Arab, Islam datang kepada mereka membawa akhlak yang mulia yang menjadi
dasar kebaikan hidup seseorang, keluarga, umat manusia serta alam seluruhnya.
Setelah Al-Qur’an turun maka lingkaran bangsa Arab dalam segi akhlak dari
segi sempit menjadi luas dan berkembang, jelas arah dan sasarannya.
B. PERKEMBANGAN AKHLAK
1. Akhlak pada bangsa Yunani
Perkembangan ilmu akhlak pada bangsa Yunani baru terjadi setelah
munculnya apa yang disebut Sophisticians, yaitu orang-orang yang bijaksana.
Sedangkan sebelum itu di kalangan bangsa Yunani tidak dijumpai pembicaraan
mengenai akhlak, karena pada masa itu perhatian mereka tercurah pada
penyelidikannya mengenai alam. 3
Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam membangun Ilmu
akhlak adalah pemikiran filsafat tentang manusia. Ini menunjukkan bahwa ilmu
akhlak yang mereka bangun lebih bersifat filosofi, yaitu filsafat yang bertumpu
pada kajian secara mendalam terhadap potensi kejiwaan yang terdapat dalam
diri manusia atau bersifat Antropo-Sentris, dan mengesankan bahwa masalah
akhlak adalah sesuatu yang akan ada dengan adanya manusia sendiri, dan hasil
yang didapatnya adalah ilmu akhlak yang berdasar pada logika murni. 4
Pandangan dan pemikiran filsafat yang dikemukakan para filosofi
Yunani itu secara redaksional berbeda-beda, tetapi substansi dan tujuannya
sama, yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar menjadi
nasionalis yang baik, merdeka, dan mengetahui kewajiban mereka terhadap
tanah airnya.
3
Musthofa, akhalq tasawuf, bandung: CV. Pustaka setia, 1997, 41-42
4
Musthafa, 45
3
Pada akhir abad yang ketiga Masehi tersiarlah kabar Agama Nasrani di
Eropa. Agama itu dapat merubah pikiran manusia dan membawa pokok-pokok
akhlak yang tercantum di dalam kitab Injil. Demikan juga memberi pelajaran
kepada manusia bahwa Tuhan sumber segala akhlak. Tuhan yang memberi
segala patokan yang harus kita pelihara Dalam bentuk perhubungan kita, dan
yang menjelaskan arti baik dan buruk, baik menurut arti yang sebenarnya ialah
kerelaan Tuhan dan melaksanakan perintah-perintah-Nya.
5
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 1997, 65-66
4
Bangsa Arab pada Zaman Jahiliyah tidak ada yang menonjol dalam segi
filsafat sebagaimana Bangsa Yunani (Socrates, Plato dan Aristoteles),
Tiongkok dan lain-lainnya. Disebabkan karena penyelidikan akhlak terjadi
hanya pada Bangsa yang sudah maju pengetahuannya. Sekalipun demikian,
Bangsa Arab waktu itu ada yang mempunyai ahli-ahli hikmah yang
menghidangkan syair-syair yang mengandung nilai-nilai akhlak.
Adapun sebagian syair dari kalangan Bangsa Arab diantaranya: Zuhair
Ibnu Abi Salam yang mengatakan: ”Barangsiapa menepati janji, tidak akan
tercela, barangsiapa yang membawa hatinya menunjukkan kebaikan yang
menentramkan, tidak akan ragu-ragu ”. Contoh lainnya, perkataan Amir Ibnu
Dharb Al-Adwany : ”Pikiran itu tidur dan nafsu bergejolak. Barangsiapa yang
mengumpulkan suatu antara hak dan batil tidak akan mungkin terjadi dan yang
batil itu lebih utama buatnya. Sesungguhnya penyelesaian akibat kebodohan”. 6
Dapat dipahami bahwa bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki kadar
pemikiran yang minimal pada bidang akhlak, pengetahuan tentang berbagai
macam keutamaan dan mengerjakannya, walaupun nilai yang tercetus lewat
syair-syairnya belum sebanding dengan kata-kata hikmah yang diucapkan oleh
filosofi-filosofi Yunani kuno.
Dalam syariat-syariat mereka tersebut saja sudah ada muatan-muatan
akhlak.Memang sebelum Islam, dikalangan bangsa Arab belum diketahui
adanya para ahli filsafat yang mempunyai aliran-aliran tertentu seperti yang kita
ketahui pada bangsa Yunani, seperti Epicurus, Plato, zinon, dan Aristoteles,
karena penyelidikan secara ilmiah tidak ada, kecuali sesudah membesarnya
perhatian orang terhadap ilmu kenegaraan.
6
Zaharuddin AR, dkk, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004)
hal: 25-27
5
ajaran yang menuntun umat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan. Semua ini
terkandung dalam ajaran kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan Allah dan ajaran
sunnah yang didatangkan dari Nabi Muhammad Saw. Firman Allah yang
mengungkap tentang “Akhlak” yaitu Surat An-Nahl ayat 90 :
َع ِن ْالفَحْ شَاءِ َو ْال ُم ْنك َِر َو ْال َب ْغي ِ َي ِعظُكُ ْم لَ َعلَّكُ ْم تَذَ َّك ُرون
َ ان َو ِإيتَاءِ ذِي ْالقُ ْر َب ٰى َو َي ْن َه ٰى
ِ س ِ ْ َّللا َيأ ْ ُم ُر ِب ْال َعدْ ِل َو
َ اْل ْح َ َّ ِإ َّن
Artinya:
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."
7
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, 1971, 415.
6
Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan nyata adanya.
Dan apa yang didasarkan kepada sangkaan dan apa yang tumbuhnya dari
adat kebiasaan saja, wajib di tolak. Di dalam penyelidikan harus kita mulai
dari yang sekecil-kecilnya yang semudah-mudahnya, lalu meningkat
kearah yang lebih banyak susunannya dan lebih dekat pengertiannya,
sehingga tercapai tujuan kita.8
Wajib bagi kita jangan menetapkan sesuatu hokum akan kebenaran
sesuatu soal, sehingga menyatakannya dengan ujian. Descartes dan pengikut-
pengikutnya suka kepada paham Stoics, dan selalu mempertinggi mutu
pelajarannya sedang Gassendi dan Hobbes dan pengikutnya suka kepada
paham Epicurus dan giat menyiarkan aliran pahamnya.
8
Abuddin nata, 80-81
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad pertengahan) Pada abad pertengahan,
Etika bisa dikatakan ‘dianiaya’ oleh Gereja. Pada saat itu, Gereja memerangi
Filsafat Yunani dan Romawi, dan menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan
kuno. Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan hakikat telah diterima dari wahyu.
Dan apa yang terkandung dan diajarkan oleh wahyu adalah benar.
8
DAFTAR PUSTAKA