Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dan Tasawuf

FILSAFAT ISLAM DAN PENDIDIKAN SAINS


Dosen Pengampu :
Prof. Zainun Kamal, MA
Dr. Siti Uswatun Khasanah, MA. Hum

Disusun oleh :
Syaibatul Aslamiyah (5122011)
Mawaddah (5122026)
Resmi Astuti (5122023)

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

‫الرحِ ي ِْم‬
َّ ‫من‬
ِ ْ‫الرح‬
َّ ِ‫س ِم هللا‬
ْ ‫ِب‬

Dengan mengucap syukur ke hadirat Allah SWT, atas lindungan dan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis alhamadulillah bisa melaksanakan untuk
penulisan makalah dengan judul ’’Filsafat Islam dan Pendidikan Sains’’

Akhirnya penulis sadari, bahwa makalah ini masih banyak kekurangan


penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih sempurnanya
dalam penulisan selanjutnya. Dengan harapan semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis umumnya yang membaca makalah ini.

Semoga Allah swt senantiasa memberikan perlindungan, hidayah dan


taufiq-Nya kepada kita semua. Amin

Jakarta, 23 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3


A. Filsafat Islam ............................................................................... 3
1. Pengertian Filsafat Islam ...................................................... 3
2. Ruang Lingkup Filsafat Islam .............................................. 3
3. Sejarah adanya Filsafat Islam ............................................... 4
4. Tokoh Filsafat Islam ............................................................. 5
B. Pendidikan Sains ........................................................................ 7
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan (Sains) .................................. 7
2. Karakteristik Ilmu Pengetahuan ........................................... 7
3. Landasan Ilmu Pengetahuan ................................................. 8
C. Hubungan Filsafat Islam dengan Ilmu Pendidikan Sains ........... 9
D. Sumbangsih Filsafat Islam pada Ilmu Pengetahuan ................. 13
E. Sumbangsih Ilmu Pengetahuan terhadap Filsafat Islam .......... 14

BAB III PENUTUP ................................................................................. 16


A. Kesimpulan .............................................................................. 16
B. Saran ......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 18

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak orang berasumsi bahkan berkesimpulan bahwa sains hanya
untuk sains. Sains itu netral dan tak pernah ada sains yang ditunggangi
ideologi, kepercayaan atau agama tertentu. Maka banyak orang yang
berpendapat bahwa istilah "sains Islam" itu hanya isapan jempol dan ilusi
belaka. Bahkan, upaya-upaya islamisasi ilmu pengetahuan yang dilakukan
oleh beberapa kalangan selama ini hanya khayalan belaka dan lebih ke arah
justifikasi sains dengan dalil-dalil agama.
Itulah beberapa kecurigaan umum yang terjadi di kalangan beberapa
sarjana belakangan. Namun, sebelum kita terburu-buru berkesimpulan
seperti di atas, ada baiknya kita mencoba kroscek lagi, apa betul sains itu
netral, apa memang dalam Islam tidak ada sains?
Hubungan antara sains dan agama kini menjadi pertimbangan
penting dikalangan pemikir, dan pembentukan kuliah-kuliah akademik
tentang sains dan Islam merupakan petunjuk kuat tentang hal tersebut.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk mengkaji hubungan sains dan
Islam, yakni dari sisi pandangan filsafat Islam dan Ilmu Pengetahuan masa
kini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Filsafat Islam dan bagimana ruang lingkup, sejarah dan
tokoh dalam Filsafat Islam ?
2. Bagaimana hubungan filsafat islam dan ilmu pengetahuan?
3. Bagaimana sumbangsih filsafat islam pada ilmu pengetahuan?
4. Bagaimana sumbangsih ilmu pengetahuan terhadap filsafat islam?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:

1
1. Mengetahui pengertian Filsafat Islam, ruang lingkup, sejarah, dan tokoh
dalam Filsafat Islam
2. Mengetahui hubungan filsafat islam dan ilmu pengetahuan.
3. Mengetahui sumbangsih filsafat islam pada ilmu pengetahuan.
4. Mengetahui sumbangsih ilmu pengetahuan terhadap filsafat islam.

2
BAB II
FILSAFAT ISLAM & ILMU PENDIDIKAN SAINS

A. Filsafat Islam
1. Pengertian Filsafat Islam
Filsafat islam adalah perkembangan pemikiran umat Islam dalam
masalah ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semesta yang disinari ajaran
Islam. Adapun definisinya secara khusus seperti apa yang dituliskan oleh
penulis Islam sebagai berikut1
a. Ibrahim Madkur, filsafat islam adalah pemikiran yang lahir dalam dunia
Islam untuk menjawab tantangan zaman, yang meliputi Allah dan alam
semesta, wahyu dan akal, agama dan filsafat.
b. Ahmad Fuad Al-Ahwany, filsafat Islam adalah pembahasan tentang alam
dan manusia yang disinari ajaran Islam.
c. Muhammad Atif Al-ËIraqy, filsafat Islam secara umum di dalamnya
tercakup ilmu kalam, ilmu ushul fiqh, ilmu tasawuf, dan ilmu pengetahuan
lainnya yang diciptakan oleh intelektual Islam. Pengertiannya secara khusus
adalah pokok-pokok atau dasar-dasar pemikiran filosofis yang
dikemukakan para filosof muslim.

2. Ruang Lingkup Filsafat Islam


Ruang Lingkup Filsafat Agama. Menurut Harun Nasution ada dua
bentuk kajian filsafat agama pertama, membahas dasar-dasar agama secara
analitis dan kritis dengan maksud untuk menyatakan kebenaran suatau ajaran
agama atau minimal untuk menjelaskan bahwa ajaran agama bukanlah sesuatu
yang mustahil dan bertentangan dengan logika. Kedua, memikirkan dasar-dasar
agama secara analitis dan kritis tanpa terikat pada ajaran agama tertentu dan
tanpa terikat pula untuk membenarkan ajaran agama tertentu. Menurut Aslam
Hadi juga mengidentifikasi ada dua bentuk kajian filsafat tentang agama.
Pertama, filsafat agama membicarakan kepercayaan atau kebenaran agama. Hal
ini terjadi terutama pada abad pertengahan dan pada filsafat Islam serta filsafat

1
Munawwaroh, Djunaidatul dan Tanenji, Filsafat Pendidikan (Perspektif Islam Dan
Umum), (Jakarta: UIN Jakarta Press. 2003), h. 8

3
India tetapi tidak lagi dibicarakan pada filsafat saat ini. Kedua, filsafat agama
merupakan kajian terthadap hal-hal fundamental dari agama, inilah yang dikaji
dalam filsafat agama dewasa ini. Filsafat agama pada pokoknya adalah
pemikaran filsafat tentang agama, sama halnya filsafat seni adalah pemikiran
filsafat tentang seni
3. Sejarah Filsafat Islam
Ketika datang ke Timur Tengah pada abad IV SM. Aleksander
Agung membawa bukan hanya kaum militer tetapi juga kaum sipil.Tujuannya
bukanlah hanya meluaskan daerah kekuasaannya ke luar Macedonia, tapi juga
menanamkan kebudayaan Yunani di daerah-daerah yang dimasukinya. Untuk
itu ia adakan pembauran antara orang-orang Yunani yang dibawanya, dengan
penduduk setempat. Dengan jalan demikian berkembanglah falsafat dan ilmu
pengetahuan Yunani di Timur Tengah, dan timbullah pusat-pusat peradaban
Yunani seperti Iskandariah (dari nama Aleksander) di Mesir.2
Ketika para Sahabat Nabi Muhammad menyampaikan dakwah
Islam ke daerah-daerah tersebut terjadi peperangan antara kekuatan Islam dan
kekuatan Kerajaan Bizantium di Mesir, Suria serta Irak, dan kekuatan Kerajaan
Persia di Iran. Daerah-daerah ini, dengan menangnya kekuatan Islam dalam
peperangan tersebut, jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Tetapi penduduknya,
sesuai dengan ajaran al-Qur'an, bahwa tidak ada paksaan dalam agama dan
bahwa kewajiban orang Islam hanya menyampaikan ajaran-ajaran yang dibawa
Nabi, tidak dipaksa para sahabat untuk masuk-Islam. Mereka tetap memeluk
agama mereka semula.
Dari warga negara non Islam ini timbul satu golongan yang tidak
senang dengan kekuasaan Islam dan oleh karena itu ingin menjatuhkan Islam.
Mereka pun menyerang agama Islam dengan memajukan argumen-argumen
berdasarkan falsafat yang mereka peroleh dari Yunani.

Dari pihak umat Islam timbul satu golongan yang melihat bahwa
serangan itu tidak dapat ditangkis kecuali dengan memakai argumen-argumen
filosofis pula. Untuk itu mereka pelajari filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani.
Kedudukan akal yang tinggi dalam pemikiran Yunani mereka jumpai sejalan
dengan kedudukan akal yang tinggi dalam al-Qur'an dan Sunnah Nabi. Dengan

2
Ibid. h. 18

4
demikian timbullah di panggung sejarah pemikiran Islam teologi rasional yang
dipelopori kaum Mu'tazilah.

Teologi rasional Mu'tazilah inilah, dengan keyakinan akan kedudukan


akal yang tinggi, kebebasan manusia dalam berfikir serta berbuat dan adanya
hukum alam ciptaan Tuhan, yang membawa pada perkembangan Islam, bukan
hanya filsafat, tetapi juga sains, pada masa antara abad ke VIII dank e XIII M.

Filsafat dibagi 3 periode. Periode pertama berasal dari Yunani, Tokoh-


tokoh seperti Socrates, Plato dan Aristoteles. Periode kedua yang merupakan
masa pertengahan adalah Filsafat Islam. Filsafat Islam klasik mulai berkembang
pada masa Al-Kindi.3

Al-Kindi merupakan seorang Aristotelian, ia mengartikan filsafat


sebagai pola pikir manusia untuk lebih mengetahui dirinya, dari pengertian
tersebut al-kindi berusaha lebih “mengetahui dirinya sendiri” yang kemudian ia
jadikan sebagai cara atau alat untuk lebih mengetahui hal-hal yang sifatnya
lebih besar. Filsafat al-Kindi juga mengarah kepada al-Ilmu al-Insani wa Ilum
al-Ilahi.

4. Tokoh Filsafat Islam


Dalam ilmu filsafat islam ada beberapa tokoh yang dianggap
membawa pengaruh dan karya-karyanya dikenal oleh sebagian umat
muslim saat ini. Beberapa tokoh tersebut antara lain4

a. Al-Kindi
Al-Kindi atau Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak bin Ash-Shabah bin
Imran bin Ismail bin Al-Asy’ats bin Qays Al-Kindi dikenal sebagai
sosok muslim pertama yang memunculkan gagasan tentang filsafat dan
ia jugalah yang berpendapat bahwa ajaran agama islam sebenarnya tidak
berbeda jauh dengan ilmu filsafat atau falsafah sehingga keduanya
bukanlah dua hal yang bertentangan. Tidak hanya cerdas sebagai filsuf
atau pemikir islam yang diakui oleh bangsa barat, Al kindi juga

3
Hadariansyah, Pengantar Filsafat Islam: Mengenal Filusuf-filusuf Muslim dan Filsafat
Mereka, (Banjarmasin: Kafusari Press, 2012), h. 4
4
Ibid. h. 5 – 6

5
menghasilkan banyak karya dalam bidang ilmu pengetahuan lainnya
seperti aritmatika dan musik

b. Al-Farabi
Al Farabi atau Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi‘
adalah seorang tokoh ilmuwan sekaligus filsuf muslim yang berusaha
memadukan beberapa aliran filsafat antara lain aliran falsafah al
taufiqhiyah yang berkembang sebelumnya dari hasil pemikiran filsuf
Yunani seperti Plato, Aristoteles, Plotinus.

Al farabi juga berpendapat bahwa pada hakikatnya filsafat itu


memiliki satu tujuan yakni untuk mencari kebenaran dari suatu hal.

c. Ibnu Rusyd
Abu Walid Muhammad bin Rusyd atau yang dikenal dengan
nama ibnu rusyid adalah salah satu tokoh ilmuwan muslim yang cukup
dikenal. Ia juga merupakan salah seorang filsuf yang dikenal dnegan
aliran rasionalnya. Sebagai seorang filsuf dan pemikir, Ibnu Rusyid
menjunjung tinggi akal dan peranananya dalam kehidupan. Ibnu rusyid
juga berpendapat bahwa akal fikiran bekerja dengan didasari oleh
pengertian umum atau maj’ani kulliyah dan didalamnya tercakup hal-
hal yang bersifat partial atau disebut juz’iyah.

d. Ibnu Sina
Ibnu sina yang terkenal sebagai ilmuwan dalam bidnag
kedokteran juga dikenal sebagai seorang sosok filsuf muslim. Ia
berpendapat bahwa semua intelenji atau akal berasal dari Tuhan dan
segala hal yang menyangkut dasar semua ilmu juga berasal dari Tuhan.
Ibnu sina jugalah yang menyatakan bahwa esensi berada dalam akal
dan wujud berada diluar akal. Ia juga banyak membahas
mengenai metafisika dan filsafah tentang jiwa.

e. Al-Ghazali
Muhammad bin Ahmad, Al-Imamul Jalil, Abu Hamid Ath Thusi
Al-Ghazali atau yang lebih dikenal sebagai Al Ghazali adalah salah
seorang filsuf ternama yang berasal dari daerah Thusi yang merupakan

6
bagian dari Negara Persia. Al ghazali banyak menghasilkan karya
dibidang filsafat dan ia pada mulanya berpendapat bahwa ilmu
pengetahuan sebenarnya tidak bisa ditangkan dengan menggunakan
panca indera manusia. Al ghazali lebih cenderung percaya terhadap akal
daripada kelima panca indera. Dizamannya, ia pernah menjadi guru
besar di Nidzamiyah, Baghdad selama empat tahun.beberapa kitab
karangan Al ghazali yang terkenal antara lain Ihya Ulum Ad-
Din, Tahafut al-Falasifah dan Al-Munqidz min adh-Dhalal

B. Pendidikan Sains
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Pengertian ilmu berasal dari kata bahasa Arab ‘ilm, Inggris science,
Belanda watenchap, dan Jerman wissenchaf. Ilmu merupakan hal yang urgen
dalam kehidupan manusia di dunia agar manusia meningkat kualitas dan
kemampuan diri serta mengangkat eksistensinya. Definisi ilmu menurut Harre
adalah kumpulan teori-teori yang sudah diuji coba yang menjelaskan pola
teratur ataupun tidak teratur diantara fenomena yang dipelajari secara hati-hati.
Definisi pemikir Marxis bangsa Rusia bernama Alfensyef menjelaskan ilmu
pengetahuan: Science is the society and thought, if reflect the word corecctness,
categories and laus the recivied by proctical experince. Ilmu pengetahuan
adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran.
Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori-kategori, dan
kebenarannya diuji dengan praktis. Definisi ilmu pengetahuan secara umum
adalah suatu pengetahuan tentang objek tertentu yang disusun secara sistematis
objektif rasional dan empiris sebagai hasil.
2. Karakteristik Ilmu Pengetahuan.
Tidak semua pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan, namun
mempunyai karakteristik khusus. Adapun karakteristik khusus ilmu
pengetahuan adalah sebagai berikut:
1) Disusun secara metodis, sistematis, dan kohern (bertalian) tentang suatu
bidang tertentu dan kenyataan (realitas).
2) Dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) tersebut. Unsur penting ilmu pengetahuan adalah penataan
secara terperinci dan mampu memperjelas sebuah bidang pengetahuan.

7
Semakin dalam ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang
khusus dari kenyataan (realitas) semakin nyatalah tuntutan untuk mencari
tahu tentang seluruh kenyataan. Semakin dalam pencarian kebenaran suatu
fenomena semakin cermat pula ilmu itu. Prinsip-prinsip metodis dan
kejelasan ilmu merupakan rangkaian berpikir filsafat.
3. Landasan Ilmu Pengetahuam
Landasan Ilmu Pengetahuan.
1) Landasan Ontologis.
Dari landasan pembahasan ontologis, kita diharap memiliki
gambaran yang benar dan menyeluruh tentang ilmu pengetahuan; dapat
menemukan ciri-ciri khas ilmu pengetahuan bila dibandingkan dengan
berbagai macam kegiatan yang kita lakukan., misalnya filsafat, agama
dan seni. Kita diharapkan menyadari bahwa ilmu pengatahuan
merupakan kegiatan akal budi manusia yang tentu saja juga memiliki
arah dan tujuan (bersifat teleologis). Filsafat Ilmu Pengetahuan
diharapkan dapat menunjukkan arah-tujuan dari kegiatan ilmu
pengetahuan yang dilakukannya, yaitu memperoleh pengetahuan ilmiah,
yang kebenarannya memang cukup dapat dipertanggungjawabkan, di
samping perlu disadari adanya tingkatan target yang perlu diusahakan
dalam kegiatan ilmiah. Beberapa target yang secara berjenjang menjadi
sasaran kegiatan ilmiah, yaitu: pengetahuan deskriptik, pengetahuan
kausatif, pengetahuan prediktif, dan pengetahuan operatif. Dengan
demikian Filsafat Ilmu Pengetahuan akan mampu menunjukkan
orientasi yang tepat dari kegiatan ilmu pengetahuan.
2) Landasan Epistimologis.
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan
yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan
logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti
pikiran, kata atau teori. Dengan demikian epistimologi dapat diartikan
sebagai pengetahuan sistematik mengenahi pengetahuan. Epistimologi
dapat juga diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar (teori of
knowledges). Landasan Epistimologis diharapkan memberikan
penjelasan tentang metodemetode dan langkah-langkah yang relevan
demi tercapainya tujuan kegiatan ilmu pengetahuan yang dilakukannya.

8
Ada beberapa pola prosedural yang perlu dipahami dalam rangka dapat
menemukan data-data serta menyusun hasil ilmu pengetahuan yang
diharapkan, misalnya: wawancara, observasi, eksperimen. Dengan
pembahasan epistemologis ini, diharap Filsafat Ilmu Pengetahuan
mampu menuntun langkah-langkah mahasiswa untuk melakukan
kegiatan ilmiah agar sampai pada tujuan yang sebenarnya.
3) Landasan Aksiologis.
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu:
axios yang berarti nilai. Sedangkan logos berarti teori/ ilmu. Aksiologi
merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana
manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai.
Aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh. Landasan pemahaman secara aksiologis.
diharap mampu menunjukkan pada mahasiswa tentang nilai-nilai yang
sekiranya layak diperjuangkan dalam kegiatan ilmu pengetahuan. Di
samping memiliki nilai kebenaran yang bersifat teoritis, ilmu
pengetahuan pada gilirannya memiliki nilai praktis pragmatis, karena
mampu memberikan dasar yang cukup dapat dipertanggungjawabkan
bagi penyelenggaraan kehidupan manusia.
Dengan demikian Filsafat Ilmu Pengetahuan diharapkan mampu
menunjukkan arah kegiatan ilmiah, tidak hanya sekedar secara teoritis
menunjukkan kebenaran ilmiah, tetapi lebih jauh menunjukkan arah
kegiatan ilmiah yang bersifat pragmatis, yaitu mewujudkan
kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia. Dengan demikian ilmu
pengetahuan tidak dipandang sebagai yang membebani pemikiran
manusia, melainkan dirasakan sebagai kegiatan yang dapat
mempertajam pemikiran manusia dalam rangka menghadapi berbagai
kehidupan untuk memberkan pemecahan yang dapat bermanfaat bagi
kehidupan manusia.
C. Hubungan Filsafat Islam dan Ilmu Pengetahuan
Suatu bidang ilmu memang memiliki serangkaian proposisi dan
persoalan masing-masing. Walaupun masing-masing ilmu memiliki subjek,
tujuan dan metode sendiri-sendiri yang kemudian memisahkan antara satu

9
ilmu dengan lainnya, namun pada saat yang sama tetap ada hubungan di
antara bidang-bidang ilmu tersebut. Bahkan antar satu pengetahuan dengan
pengetahuan lainnya bisa saling membantu dalam menyelesaikan persoalan
dengan batasan tertentu. Sebagai contoh : ilmu eksperimentasi dengan
filsafat islam sedikit banyaknya satu sama lain saling berhubungan, realnya
argument yang digunakan untuk membuktikan sebagian persoalan
filsafat islam dapat menggunakan postulat yang telah dibuktikan oleh
eksperimentasi. Dapat kita ketahui bahwa filsafat Islam tidak butuh pada
ilmu pengetahuan lain, termasuk dalam prinsip-prinsip asertifnya, melainkan
filsafat islam memberikan sumbangsih pada pengetahuan lainnya dan
kebutuhan dasarnya diselesaikan oleh filsafat.5
Islam memiliki kepedulian dan perhatian penuh kepada umatnya
agar terus berproses untuk menggali potensi-potensi alam dan lingkungan
menjadi sentrum peradaban yang gemilang. Dalam konteks ini, tidak ada
pertentangan antara sains dan Islam, dimana keduanya berjalan seimbang
dan selaras untuk menciptakan khazanah keilmuan dan peradaban manusia
yang lebih baik dari sebelumnya.
Pandangan Islam terhadap sains dan teknologi adalah bahwa Islam
tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam
sangat mendukung umatnya untuk melakukan penelitian dan bereksperimen
dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam, sains dan
teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari
keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini
merupakan anugerah bagi manusia sebagai khalifatullah di bumi untuk
diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Pandangan Islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui
prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi
Muhammad SAW dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-5:
َ ‫) الَّذِي‬٣( ‫)ا ْق َرأْ َو َربُّكَ األ ْك َر ُم‬٢( ‫ق‬
‫علَّ َم ِب ْالقَلَ ِم‬ ٍ َ‫عل‬ َ ‫) َخلَقَ اإل ْن‬١( َ‫ا ْق َرأْ ِباس ِْم َر ِبِّكَ الَّذِي َخلَق‬
َ َ‫سان‬
)٥( ‫سانَ َما َل ْم َي ْع َل ْم‬َ ‫ع َّل َم اإل ْن‬
َ )٤(

5
Gharawiyan, M. (2012). Pengantar Memahamu Buku Daras Filsafat Islam. Jakarta: Pustaka
Pelajar.

10
Artinya:"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.
Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (Q.S al-Isra’: 1-5)
Ayat lain yang mendukung pengembangan sains adalah firman
Allah Swt. yang berbunyi bahwa:
َ‫)الَّذِينَ يَ ْذ ُك ُرون‬١٩٠( ‫ب‬ ْ ‫ت ألولِي‬
ِ ‫األلبَا‬ ٍ ‫ار آليَا‬ ِ ‫اختِالفِ اللَّ ْي ِل َوالنَّ َه‬
ْ ‫ض َو‬ ِ ‫األر‬
ْ ‫ت َو‬ ِ ‫اوا‬َ ‫س َم‬ ِ ‫إِ َّن فِي خ َْل‬
َّ ‫ق ال‬
‫ض َربَّنَا َما َخلَ ْقتَ َهذَا بَاطِ ال‬ِ ‫األر‬
ْ ‫ت َو‬
ِ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬
َّ ‫ق ال‬ ِ ‫علَى ُجنُوبِ ِه ْم َويَتَفَ َّك ُرونَ فِي خ َْل‬
َ ‫َّللاَ قِيَا ًما َوقُعُودًا َو‬
َّ
)١٩١( ِ َّ‫الن‬
‫ار‬ َ َ ‫عذ‬
‫اب‬ َ ‫فَ ِقنَا‬ َ‫س ْب َحانَك‬
ُ
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan Ini dengan sia-si. Maha Suci Engkau, Maka
peliharalah kami dari siksa neraka. QS. Ali-Imran: 190-191).
Ayat-ayat di atas adalah sebuah support yang Allah berikan kepada
hambanya untuk terus menggali dan memperhatikan apa-apa yang ada di
alam semesta ini. Sebuah anjuran yang tidak boleh kita abaikan untuk
bersama-sama melakukan penggalian keilmuan yang lebih progresif
sehingga mencapai puncak keilmuan yang dikehendaki Tuhan. Tak heran,
kalau seorang ahli sains Barat, Maurice Bucaile, setelah ia melakukan
penelitian terhadap Alquran dan Bibel dari sudut pandang sains modern,
menyatakan bahwa:
"Saya menyelidiki keserasian teks Qur'an dengan sains modern secara
objektif dan tanpa prasangka. Mula-mula saya mengerti, dengan membaca
terjemahan, bahwa Qur'an menyebutkan bermacam-macam fenomena
alamiah, tetapi dengan membaca terjemahan itu saya hanya memperoleh
pengetahuan yang ringkas. Dengan membaca teks arab secara teliti sekali
saya dapat menemukan catatan yang membuktikan bahwa Alquran tidak

11
mengandung sesuatu pernyataan yang dapat dikritik dari segi pandangan
ilmiah di zaman modern". 6
Selain banyak memuat tentang pentingnya pengembangan sains,
Alquran juga dapat dijadikan sebagai inspirasi ilmu dan pengembangan
wawasan berpikir sehingga mampu menciptakan sesuatu yang baru dalam
kehidupan. Hanya saja, untuk menemukan hal tersebut, dibutuhkan
kemampuan untuk menggalinya secara lebih mendalam agar potensi
alamiah yang diberikan Tuhan dapat memberikan kemaslahatan
sepenuhnya bagi keselarasan alam dan manusia.7
Lebih jauh Osman Bakar mengungkapkan bahwa dalam Islam,
kesadaran religius terhadap tauhid merupakan sumber dari semangat Ilmiah
dalam sluruh wilayah pengetahuan. Oleh karena itu, tradisi intelektual Islam
tidak menerima gagasan bahwa hanya ilmu alam yang ilmiah atau lebih
ilmiah dari ilmu-ilmu lainnya. Demikian pula, gagasan objektivitas dalam
kegiatan ilmiah menurutnya tidak dapat dipisahkan dari kesadaran religius
dan spiritual.8
Kendati demikian, Alquran bukanlah kitab sains dan terlebih lagi
pada pendekatan Bucaillisme melekat bahaya besar. Yaitu meletakkan sains
ke dalam bidang suci dan membuat wahyu Ilahi menjadi objek pembuktian
sains Barat. Jika suatu teori tertentu yang "dibenarkan" Alquran dan
diterima luas saat ini, kemudian satu ketika teori ini digugurkan, apakah itu
berarti bahwa Alquran itu sah hari ini dan tidak sah hari esok? Yang tepat
dilakukan ilmuwan muslim adalah memposisikan Alquran sebagai petunjuk
dan motivasi untuk menemukan dan mengembangkan sains dan teknologi
dengan ilmiah, benar dan baik.9

6
Buccaile, M. (1999). Bible, Qur'an dan Sains Modern, terj; H.M. Rasjidi. Jakarta: Bulan Bintang.
7
Mulkhan, A. M. (2005). Kesalehan Multikultural: Ber-Islam Secara Autentik-Kontekstual di Aras
Peradaban Global. Jakarta: PSAP.
8
Bakar, O. (1995). Tauhid dan Sains, Esai-Esain Tentang Sejarahdan Filsafat Sains Islam,
Penerjamah: Yuliani Liputo. Bandung: Pustaka Hidayah.
9
Masruri, H & Rossidy, I. (2007). Filsafat Sains dalam Alquran: Melacak Kerangka Dasar
Integrasi Ilmu dan Agama. Malang: UIN-Malang Press.

12
D. Sumbangsih filsafat Islam pada Ilmu Pengetahuan
Sumbangsih filsafat islam terhadap ilmu pengetahuan adalah dalam
menjelaskan prinsip-prinsip asertifnya, yaitu dalam membuktikan subjek-
subjeknya yang tidak badhihi dan membuktikan kaidah-kaidah universal
apriorinya.
1. Membuktikan subjek-subjek ilmu pengetahuan, sebagaimana yang kita
ketahui bersama bahwa setiap bidang ilmu pengetahuan memiliki subjek
pembahasan sendiri. Jika subjenya tidak badhihi maka subjek tersebut
perlu dibuktikan. Di dalam membuktikan setiap subjek ilmu pengetahuan
wilayahnya bukan dalam persoalan bidang ilmu pengetahuan itu sendiri
dan karenanya membutuhkan metode lain. Misalnya dalam
membuktikan wujud hakiki subjek ilmu alam butuh metode akal. Hal-hal
seperti ini hanya metafisik yang dapat membantu bidang ilmu
pengetahuan lainnya, yang dapat membuktikan subjek-subjek ilmu
pengetahuan dengan argumentasi akal.
2. Membuktikan kaidah-kaidah universal apriori, prinsip universal yang
paling penting yang dibutuhkan seluruh bidang ilmu pengetahuan adalah
prinsip kausalitas dan hukum-hukum turunannya. Pusat perhatian
seluruh usaha ilmiah adalah bagaimana menemukan hubungan kausal di
antara fenomena-fenomena yang ada.Seorang ilmuan yang sibuk di
laboratorium untuk menemukan virus pada sebuah penyakit atau
menemukan obatnya, pada hakikanya melacak sebab-sebab penyakit dan
sebab-sebab penyembuhannya.
Oleh karena itu, sebelum memulai usaha-usaha ilmiah atau
penelitian, para ilmuwanmenyakini bahwa setiap fenomena pasti ada
sebabnya.Bahkan, Newton menemukan hukum gravitasi ketika melihat
apel jatuh dari pohon.Penemuan hukum gravitasi karena berkah
kenyakinan tersebut. Jika Newton berkenyakinan bahwa fenomena-
fenomena yang muncul adalah kebetulan dan tanpa sebab, tenunya dia
tidak akan mendapatkan hukum gravitasi tersebut. Di sis lain,
pembuktian hukum kausalitas sebagai hukum akal yang universal yang
tidak akan pernah terselesaikan kecuali dalam filsafat.
Demikian halnya hukum-hukum partikular kausalitas seperti
‘keidentikan’ dan keniscayaan antara sebab dan akibat merupakan

13
kaidah-kaidah universal ilmu pengetahuan yang bersifat general dan
berlaku pada seluruh ilmu pengetahuan.Segala yang diungkapkan di atas
dijelaskan dalam filsafat pada seluruh ilmu pengetahuan.10
E. Sumbangsih Ilmu Pengetahuan terhadap filsafat Islam
Sumbangsih yang paling penting ilmu pengetahuan terhadap filsafat
tejadi dalam dua bentuk :
1. Membuktikan postulat yang menjadi bagian dari argumentasi filosofis.
Sebagaimana yang telah kami jelaskan bahwa terkadang untuk
membuktikan sebagian persoalan filsafat kita dapat menggunakan hasil-
hsail temuan ilmu eksperimental. Seperti yang dibuktikan dalam sains
bahwa walaupin dalam kondisi materi telah memadai namun persepsi
kita belum tentu terjadi. Hal ini bisa menyimpulkan bahwa persepsi
bukan cuma proses material.
Saat ini sains membuktikan kepada kita bahwa sel-sel tubuh manusia
dan hewan secara perlahan mati dan kemudian digantikan dengan sel
lainnya.Pada jangka beberapa tahun, seluruh sel manusia sudah berubah
terkecuali sel-sel otak.Kemudian sel-sel tulang otak juga secara
perlahan-lahan berubah.Semua ini membuktikan keberadaan ruh.Oleh
karena ketunggalan identitas diri dan kekekalan jiwa merupakan prinsip
yang jelas, bersifat intuitif dan tidak dapat diingkari, lantaran tubuh
senantiasa berubah-ubah.Dari hal ini jelaslah bahwa ruh berbeda dengan
tubuh, dimana ruh adalah realitas yang tetap dan tidak berubah.
Dari sini juga kita dapat membagi wujud pada dua pembagianbesar
yaitu wujud materi dan wujud non-materi, dan bisa juga kita menarik
kesimpulan bahwa materi bukanlah cirri sejati wujud.
Tentunya hubungan antara ilmu-ilmu alam dan filsafat tidak
menafikan apa yang telah kami jelaskan bahwa filsafat tidak butuh pada
pengetahuan lainnya. Oleh karena metode dalam membuktikan persoalan
filsafat – seperti yang telah kami ungkapkan di atas – hanya terbatas pada
metode sepeti di atas, sementara semua persoalan lain bisa dibuktikan

10
Gharawiyan, M. (2012). Pengantar Memahamu Buku Daras Filsafat Islam. Jakarta: Pustaka
Pelajar.

14
dengan akal murni tanpa memakai postulat yang telah dibuktikan oleh
eksperimentasi, dengan hanya bersandar pada prinsip badhihi primer dan
intuitif. Membangun argumentasi dengan memakai pendahuluan
ekperimentasi hanya cocok dan sesuai bagi mereka yang belum terbiasa
dengan pendekatan akal murni.
2. Menyediakan sarana-sarana baru untuk analisis-analisis filsafat. Setiap
ilmu dimulai dengan beberapa prinsip dasar dan universal, kemudian
diperluas bersamaan dengan munculnya fenomena-fenomena baru yang
menjelaskan kasus-kasus tertentu partikular. Fenomena-fenomena ini
terkadang muncul dengan bantuan ilmu pengetahuan lain. Filsafat pun
tidak terkecuali dalam hal ini. Persoalan dasar filsafat sebenarnya
terbatas, namun meluas berkat munculnya fenomena-fenomena baru
dalam sains. Fenomena-fenomena ini terkadang merupakan hasil
eksplorasian mental dan bersentuhan dengan pemikiran lain, terkadang
merujuk pada petunjuk wahyu atau visi mistik (mukasyafah irfani) dan
terkadang juga dengan tema-tema tertentu yang telah dibuktikan dalam
ilmu pengetahuan lain. Melalui fenomena-fenomena tersebut diatas
timbul kebutuhan untuk meninjaunya melalui prinsip filsafat dan analisis
akal.
Misalnya, ketika teori perubahan materi ke energi dan pembentukan
atom-atom materi dari energy terungkap, muncul persoalan baru bagi
para filosof: apakah mungkin sesuatu mengaktual di alam materi yang
sama sekali tidak memiliki sifat-sifat materi, seperti massa? Apakah
mungkin sesuatu yang memiliki massa berubah menjadi sesuatu yang
tidak memiliki massa? Jika jawabannya negative, maka kita akan
mendapatkan kesimpulan bahwa energi pasti memiliki massa, sebab jika
tidak maka tidak bisa dibuktikan dan diobservasi dengan eksperimentasi
indrawi.11

11
Gharawiyan, M. (2012). Pengantar Memahamu Buku Daras Filsafat Islam. Jakarta: Pustaka
Pelajar.

15
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Filsafat Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang
pandangan filosofis dari sistem dan aliran filsafat dalam Islam terhadap
masalah-masalah kependidikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan manusia Muslim dan Umat Islam.
Dalam ajaran Islam, motivasi, dorongan dan anjura agar
berfikir mendalam serta mengkaji berbagai hal yang berkaitan dengan
alam semesta, kehidupan manusia, bahkan dengan Tuhan pun banyak
dikemukakan di al-Qur’an serta dalam Hadits.
Salah satu ayat yang menjelaskan manusia agar berfilsafat
tercantum dalam Surah Al-Imran yang artinya Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat
tanda-tanda )kebesaran Allah( bagi orang yang berakal”Ayat di atas, selain
sebagai landasan dasar untuk umat Islam yang berfilsafat dan menerjunkan
diri dalam pergulatan filsafat, juga mengisyaratkan betapa luasnya
persoalan yang harus dikaji melalui penggunaan akal fikiran, berkaitan
dengan seluruh aspek yang ada dimalam semesta.
Lebih lanjut mengenai konsep Filsafat Islam berkaitan dengan
Pendidikan Sain dapat diringkas menjadi beberapa poin, diantarnya
sebagai berikut:
1. Hubungan antara filsafat Islam dan Ilmu pengetahuan bahwa bidang
ilmu memang memiliki serangkaian proposisi dan persoalan masing-
masing antar satu pengetahuan dengan pengetahuan lainnya, namun bisa
saling membantu dalam menyelesaikan persoalan dengan batasan
tertentu.
2. Sumbangsih filsafat islam terhadap ilmu pengetahuan adalah dalam
menjelaskan prinsip-prinsip asertifnya, yaitu dalam membuktikan
subjek-subjeknya yang tidak badhihi dan membuktikan kaidah-kaidah
universal apriorinya.
3. Sumbangsih yang paling penting ilmu pengetahuan terhadap filsafat
tejadi dalam dua bentuk postulat yang menjadi bagian dari argumentasi

16
filosofis dan menyediakan sarana-sarana baru untuk analisis-analisis
filsafat.
B. Saran
Berdasarkan simpulan tentang makalah filsafat Islam dan Ilmu
Pendidikan Sains, disarankan sebagai berikut:
1. Makalah ini memiliki banyak kekurangan dalam hal referensi dan
sumber rujukan yang digunakan, sehingga diharapkan lebih banyak lagi
referensi penunjang untuk memperjelas isi makalah.
2. Makalah ini belum terdapat contoh-contoh relevan yang dikaitkan
dalam kehidupan sehari-hari sehingga sebaiknya diperbaiki dan
diberikan contoh yang jelas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. (2011). Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Bakar, O. (1995). Tauhid dan Sains, Esai-Esain Tentang Sejarahdan Filsafat Sains
Islam, Penerjamah: Yuliani Liputo. Bandung: Pustaka Hidayah.

Buccaile, M. (1999). Bible, Qur'an dan Sains Modern, terj; H.M. Rasjidi. Jakarta:
Bulan Bintang.

Gharawiyan, M. (2012). Pengantar Memahamu Buku Daras Filsafat Islam.


Jakarta: Pustaka Pelajar.

Hadariansyah. (2012). Pengantar Filsafat Islam: Mengenal Filusuf-filusuf


Muslim dan Filsafat Mereka. Banjarmasin: Kafusari Press

Masruri, H & Rossidy, I. (2007). Filsafat Sains dalam Alquran: Melacak


Kerangka Dasar Integrasi Ilmu dan Agama. Malang: UIN-Malang Press.

Mulkhan, A. M. (2005). Kesalehan Multikultural: Ber-Islam Secara Autentik-


Kontekstual di Aras Peradaban Global. Jakarta: PSAP.

Munawwaroh, Djunaidatul dan Tanenji. (2003). Filsafat


Pendidikan (Perspektif Islam Dan Umum). Jakarta: UIN Jakarta Press

18

Anda mungkin juga menyukai