Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERKEMBANGAN AKHLAK ISLAM BESERTA FAKTOR YANG


MEMENGARUHINYA

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Aqidah Akhlak

Dosen pengampu:
Dr. Ahmad Ridho, Lc., DESA Datuk Rajo Batuah

Disusun Oleh:
Kelompok 10
Muhammad Aliif Dzakwaan 11230340000021
Alisya Kartika Putri 11230340000036
Muhammad Sauqy Al Giffari 11230340000042

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan karunia dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Perkembangan Akhlak Islam Beserta Faktor yang Memengaruhinya” dengan sebaik mungk in.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak Dr.
Ahmad Ridho, Lc., DESA Datuk Rajo Batuah pada mata kuliah Aqidah Akhlak. Kami berharap
semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca
ataupun kami sendiri.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Ahmad Ridho, Lc., DESA Datuk
Rajo Batuah selaku dosen mata kuliah Aqidah Akhlak yang telah memberikan tugas ini
sehingga kami mendapat pengetahuan dan wawasan baru terkait topik materi yang ditugaskan
kepada kami ini.

Kami tentu saja menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kekurangan serta kesalahan di dalamnya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran, masukan dan kritik yang bersifat membangun dari teman-teman ataupun
dosen, agar pada kesempatan berikutnya kami dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi.

Jakarta, 27 September 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 1


DAFTAR ISI............................................................................................................................... 2
BAB I.......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................. 3
D. Metode Penulisan............................................................................................................. 4
BAB II ........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................... 5
A. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Akhlak Islam................................................ 5
1. Akhlak pada Bangsa Yunani........................................................................................ 5
2. Akhlak Agama Nasrani ................................................................................................ 8
3. Akhlak Bangsa Romawi ............................................................................................... 9
4. Akhlak pada Bangsa Arab Pra-Islam........................................................................... 9
5. Akhlak dalam Ajaran Islam....................................................................................... 10
B. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Akhlak .................................................................. 11
1. Adat .....................................................................................................................................12
2. Lingkungan................................................................................................................ 12
3. Agama .................................................................................................................................13
4. Pendidikan ................................................................................................................. 13
BAB III..................................................................................................................................... 14
PENUTUP ................................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 15

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak memiliki peranan penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
manusia manusia. Karena akhlak mencakup tingkah laku, karakter manusia, moral,
kesusilaan dan budi baik dalam jiwa yang memberikan pengaruh langsung kepada
perbuatan. Semua perilaku dan perbuatan manusia dilandasi dengan akhlak, karena baik
dan buruknya seseorang dapat dilihat dari cara mereka berperilaku. Manusia sebagai
makhluk sosial sudah sepatutnya memperhatikan cara bertingkah laku yang baik,
karena bagaimana cara kita bertingkah laku akan sangat mempengaruhi kehidupan.
Oleh karena itu ilmu akhlak diperlukan karena dapat mengarahkan manusia untuk
berakhlak baik.

Kejayaan seseorang terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak yang baik selalu
membuat seseorang menjadi aman, tenang, dan tidak adanya perbuatan yang tercela.
Seseorang yang berakhlak mulia selalu melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Dia
melakukan kewajiban terhadap dirinya sendiri yang menjadi hak dirinya, terhadap
Tuhan yang menjadi hak Tuhannya, terhadap makhluk lain, dan terhadap sesama
manusia. Persoalannya, mulai kapankah munculnya pembicaraan terhadap berbagai
masalah akhlak? Siapakah tokoh-tokoh yang mengemukakan pembicaraan mengena i
masalah akhlak? Dan bagaimana perkembangannya hingga masa sekarang? Maka
dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai sejarah perkembangan Akhlak
Islam, para tokoh didalamnya, dan juga faktor-faktor yang mempenga r uhi
perkembangan akhlak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan Akhlak Islam?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan Akhlak Islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui garis besar sejarah perkembangan Akhlak Islam
2. Mengetahui faktor -faktor yang mempengaruhi perkembangan Akhlak Islam

3
D. Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam penyusunan makalah ini ialah penelitian menggunaka n
kajian literatur perpustakaan (library research) ialah penelitian yang menggunaka n
cara untuk mendapatkan data informasi dengan menempatkan fasilitas yang ada di
perpustakaan. Seperti buku, jurnal penelitian, makalah, dokumen, serta naskah
manuskrip, baik yang masih berbentuk fisik maupun digital.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Akhlak Islam


1. Akhlak pada Bangsa Yunani
Pertumbuhan dan perkembangan Ilmu Akhlak pada bangsa Yunani baru terjadi
setelah munculnya apa yang disebut shopis ticians, yaitu orang-orang yang
bijaksana (500-450 SM). Sedangkan sebelum itu di kalangan bangsa Yunani tidak
dijumpai pembicaraan mengenai akhlak, karena pada masa itu perhatian mereka
tercurah pada penyelidikan mengenai alam.
Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam membangun Ilmu Akhlak
adalah pemikiran filsafat tentang manusia, atau pemikiran tentang manusia. Ini
menunjukkan bahwa Ilmu Akhlak yang mereka bangun lebih bersifat filosofis,
yaitu filsafat yang bertumpu pada kajian secara mendalam terhadap potensi
kejiwaan yang terdapat dalam diri manusia atau bersifat anthroposentris, dan
mengesankan bahwa masalah akhlak adalah sesuatu yang fitri, yang akan ada
dengan adanya manusia sendiri, dan hasil yang didapatnya adalah Ilmu Akhlak
yang berdasar pada logika murni. Hal ini tidak sepenuhnya salah, karena manusia
secara fitrah telah dibekali dengan potensi bertuhan beragama dan cenderung
kepada kebaikan, di samping juga memiliki kecenderungan kepada keburukan, dan
ingkar pada Tuhan. Namun, kecenderungan kepada yang baik, bertuhan dan
beragama jauh lebih besar dibandingkan dengan kecenderungan kepada yang
buruk.
Pandangan dan pemikiran filsafat yang dikemukakan para filsuf Yunani itu
secara redaksional berbeda-beda, tetapi substansi dan tujuannya sama, yaitu
menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar menjadi nasionalis yang baik lagi
merdeka dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya. Pandangan dari
kewajiban-kewajiban ini menimbulkan pandangan mengenai pokok-pokok akhlak,
dan diikuti pula kecaman-kecaman mengenai sebagian adat lama dan pelajaran-
pelajaran yang dilakukan oleh orang orang dahulu yang demikian itu
membangkitkan kemarahan kaum kolot (conservative).1

1
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M .A., Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 236-237.

5
Sejarah mencatat bahwa filsuf Yunani yang pertama kali mengemuka ka n
pemikiran di bidang akhlak adalah sebagai berikut:

a) Socrates (469-399 SM)


Socrates dipandang sebagai perintis ilmu akhlak, karena ia yang pertama
kali bersungguh-sungguh membentuk pola hubungan antar manusia dengan
dasar ilmu pengetahuan. Akhlak dan bentuk pola hubungan itu tidak akan
terjadi kecuali bila didasarkan pada ilmu pengetahuan sehingga ia
berpendapat bahwa keutamaan ialah ilmu. Setelah Socrates maka lahirla h
golongan Cynics dan Cyrenics keduanya ialah pengikut dari Socrates. 2

b) Cynis dibangun oleh Antithenes (444-370 SM)


Menurut golongan ini bahwa ketuhanan itu bersih dari segala kebutuhan
dan sebaik baik manusia ialah orang yang berperangai Ketuhanan. Golongan
ini banyak mengurangi kebutuhan terhadap dunia dengan sedapat mungkin,
rela menerima apa adanya, suka menanggung penderitaan, tidak suka
terhadap kemewahan, menjauhi kelezatan. Tidak peduli dengan cercaan
orang, yang penting ia dapat memelihara akhlak yang mulia. Di antara
pemimpin paham ini yang terkenal ialah Diogenes. Dia memberi pelajaran
kepada kawan-kawannya supaya membuang beban yang ditentukan oleh
ciptaan manusia dan peranannya. Dia memakai pakaian yang sederhana,
makan makanan yang sederhana dan tidur di atas tanah. Hal ini mereka
lakukan karena dengan cara inilah ia selalu ingat pada Tuhan. Sebaliknya
hidup bergelimang dengan kemewahan akan membawa orang lupa pada
Tuhan.3

c) Cyrenics (450-341 SM)


Golongan ini dibangun oleh Aristippus yang lahir di Cyrene (kota Barka
di Utara Afrika). Mereka berpendapat bahwa mencari kelezatan dan
menjauhi kepedihan merupakan satu-satunya tujuan hidup yang benar serta

2 Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M .A., Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 237.
3 Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M .A., Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia....., hlm. 238.

6
perbuatan yang utama adalah perbuatan yang tingkat dan kadar
kelezatannya lebih besar daripada kepedihan

Golongan Cynics Cyrenics ini membicarakan tentang perbuatan yang


baik utama dan mulia. Hanya ukuran yang mereka gunakan berbeda.
Golongan Cynics lebih memusatkan pada Tuhan (teo-centris, sedangkan
golongan Cyrenics lebih memusatkan pada manusia (antropo-centris).

d) Plato (427-347 SM)


Ia membangun akhlak melalui akademi yang ia dirikan. Bukunya yang
terkenal ialah “Republic”. Pandangannya di dalam akhlak berdasarkan
“Teori Contoh”. Jelasnya ia berpendapat bahwa di belakang alam lahir ini
terdapat alam lain yaitu alam rohani. Tiap-tiap kewujudan berbadan, sebagai
gambaran contoh yang tidak berbeda di alam rohani. Dia mencocokan itu
dengan akhlak, maka dia berkata: Diantara contoh ini ialah contoh untuk
kebaikan. Dia juga berpendapat bahwa di dalam jiwa itu ada kekuatan
bermacam-macam, dan keutamaan itu timbul dari perimbangan kekuatan
itu, dan tunduknya pada hukum akal. Menurutnya pokok-pokok keutamaan
itu ada empat, yaitu:
1) Hikmat kebijaksanaan;
2) Keberanian;
3) Keperwiraan;
4) Keadilan.4

e) Aristoteles (394-322 SM)


Ia membangun suatu paham yang khas, pengikutnya dinama i
peripatetics. Karena dia memberikan pelajaran sambil berjalan, atau ia
mengajar di tempat berjalan yang teduh. Dia berpendapat bahwa tujuan
terakhir yang dikehendaki oleh manusia mengenai segala perbuatannya
ialah “bahagia”, jalan untuk mencapai kebahagiaan ini adalah dengan
mempergunakan akan sebaik-baiknya. Menurut Aristoteles tiap-tiap

4 Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M .A., Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 238.

7
keutamaan adalah tengah-tengah di antara kedua keburukan. Sebagai contoh
dermawan adalah tengah-tengah di antara boros dan kikir. Keberanian
adalah tengah-tengah antara membabi buta dan takut, demikian juga dengan
keutamaan yang lainnya.

f) Stoics dan Epicurius (322-240 SM)


Keduanya berbeda pendapat dalam mengemukakan pandangannya
tentang kebaikan. Stoics berpendirian sebagaimana paham Cynics, mereka
berpendapat bahwa Tuhan itu bersih dari segala kebutuhan dan sebaik-
baiknya manusia adalah yang berperangai dengan akhlak ketuhanan.
Pendapatnya ini banyak diikuti oleh ahli filsafat Yunani dan Romawi,
pengikut-pengikutnya yang termasyhur pada permulaan kerajaan Roma
ialah Seneca (6SM-65SM), Epictetus (60-140 M), dan kaisar Macus Orleus
(121-180 M).
Epicurius mendasarkan pemikirannya pada paham Cyrenics. Paham
mereka banyak diikuti di zaman baru ini, seperti Gassendi, seorang ahli
filsafat Prancis (1592-1656). Ia membuka sekolah di Perancis dengan
menghidupkan kembali paham Epicurius. Dari paham ini melahirka n
seorang pemikir bernama Mouliere dan orang-orang Prancis yang
termasyhur lainnya.5

2. Akhlak Agama Nasrani


Pada akhir abad ketiga masehi, agama Nasrani menyebar luas di Eropa. Menurut
agama Nasrani, Tuhan merupakan sumber segala akhlak. Tuhanlah yang
menentukan kriteria atau standar akhlak yang harus dipelihara dan dilaksanaka n
dalam kehidupan sosial. Jika suatu perbuatan disukai Tuhan maka perbuatan
tersebut merupakan perbuatan baik dan dianjurkan melaksanakannya sebaik
mungkin.

Ajaran akhlak pada agama ini bersifat Teo-centris (memusat pada tuhan) dan
sufistik (bersifat batin). Menurut agama Nasrani, pendorong untuk melakukan
kebaikan adalah cinta dan iman kepada Tuhan berdasarkan petunjuk kitab Taurat.

5 Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M .A., Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 239.

8
Agama ini menghendaki manusia untuk bersungguh-sungguh mensucikan roh yang
terdapat di dalam dirinya dari perbuatan dosa, baik dalam bentuk pemikiran dan
perbuatan. Kemudian menjadikan roh tersebut sebagai kekuasaan yang dominan
terhadap diri manusia sehingga dapat mengalahkan nafsu dan syahwat. Akibatnya,
kebanyakan para pengikut agama ini suka menjauhi kemewahan dunia yang bersifat
fana dan mendedikasikan hidupnya untuk beribadah, zuhud serta menyendiri di
gereja.

3. Akhlak Bangsa Romawi


Ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan itu adalah perpaduan
antara ajaran akhlak Yunani dan ajaran Nasrani. Hal ini dikarenakan pada saat itu
gereja meyakini bahwa kenyataan “hakikat” yang diterima wahyu adalah
kebenaran, sehingga penggunaan akal pikiran dianggap tidak berguna untuk
menyelidiki kebenaran itu. Meski begitu gereja tetap mengizinkan pemimp in-
pemimpin agamanya untuk menggunakan pemikiran Plato, Aristoteles dan Stoics
untuk memperkuat ajaran masehi gereja dan mencocokkannya dengan akal.
Sedangkan filsafat yang dianggap menentang agama Nasrani akan dibuang oleh
gereja.6

4. Akhlak pada Bangsa Arab Pra-Islam


Pada masa jahiliah atau zaman kebodohan sebelum lahirnya islam, bangsa Arab
merupakan bangsa yang menyembah berhala dan hanya beberapa saja yang
beragama Yahudi atau Kristen. Keadaan akhlak pada zaman ini sangat
mengkhawatirkan sekali. Mereka menyembah berhala, matahari, bulan dan bintang.
Selain itu banyak juga yang menyembah pecahan batu, kayu dan setumpuk pasir.
Terlebih lagi dalam setiap kota terdapat tuhannya masing-masing yang akan
dihormati dan disembah oleh mereka.
Meskipun pada zaman itu bangsa Arab dikenal mempunyai sifat yang berani,
ulet, kuat dalam mengingat, memiliki perasaan, cinta dan taat kepada pemimp in
suku. Akan tetapi, sifat-sifat baik tersebut kalah dengan sifat buruk dan zalim

6 Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M .A., Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 240.

9
mereka, seperti tidak menganggap wanita sebagai manusia, mengubur anak
perempuan hidup-hidup, berzina, berjudi dan meminum khamr.
Begitu memprihatinkan keadaan akhlak pada zaman ini. Akhlak pada zaman
Jahiliah ini hampir menyerupai binatang, bahkan bisa dibilang akhlak mereka lebih
buruk daripada binatang. Hal ini dikarenakan sebagai manusia mereka memilik i
akal pikiran yang tidak dimiliki oleh binatang. Meski tidak mempunyai akal pikiran,
binatang memiliki perasaan kasih sayang yang tinggi pada anaknya tidak seperti
bangsa Arab pada zaman Jahiliah ini.

5. Akhlak dalam Ajaran Islam


Islam, tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad saw. Adalah guru terbesar
dalam bidang akhlak. Bahkan, keterutusannya ke muka bumi ini adalah untuk
menyempurmakan akhlak. Akan tetapi, tokoh yang pertama kali menggagas atau
menulis ilmu akhlak dalam islam, masih diperbincangkan. Berikut ini akan
dikemukakan beberapa teori.
Pertama, tokoh yang pertama kali menggagas ilmu akhlak adalah Ali bin Abi
Thalib ini berdasarkan sebuah risalah yang ditulisnya untuk putranya, Al-Hasan
setelah kepulangannya dari perang shiffin di dalam risalah tersebut terdapat banyak
pelajar tentang akhlak dan berbagai keutamaan. Kandungan risalah ini tercermin
pula dalam kitab Nahj Al-Balagah yang banyak dikutip oleh ulama sunni, seperti
Abu Ahmad bin Abdillah Al-Asykari dalam kitabnya Az-Zawajir wa Al-Mawa‟izh.
Kedua, tokoh islam yang pertama kali menulis ilmu akhlak adalah Ismail bin
Mahran Abu An-Nasr As-Saukuni, ulama abad kedua H. Ia menulis kitab Al-
Mu‟minwa Al-Fajr, kitab akhlak yang pertama kali dikenal dalam islam. Selain itu
dikenal tokoh-tokoh akhlak walaupun mereka tidak menulis kitab tentangnya,
seperti Abu Dzar Al-Gifhari, Amr bin Yasir , Nauval Al_Bakali, dan Muhammad
bin Abu Bakar.7
Ketiga, pada abad ketiga H, Ja‟far bin Ahmad Al-Qumi Menulis kitab Al-
Mani‟at min Dukhul Al-Jannah. Tokoh lainnya yang secara khusus berbicara dalam
bidang akhlak adalah:

7Nur Trisna “Perkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam”, Satrio Datuak, Mei 30, 2021,
https://satriodatuak.com/perkembangan-pemikiran-dalam-akh lak-islam/

10
a) Ar-Razi (250-313H) walaupun masih ada filusuf lain, seperti Al-Kindi dan
Ibnu Sina. Ar-Razi telah menulis karya dalam bidang akhlak berjudul Ath-
Thibb Ar-Ruhani (kesehatan ruhani). Buku ini menjelaska n
kesehatanmruhani dan penjagaannya. Kitab ini merupsksn filsafat akhlak
terpenting yang bertujuan memperbaiki moral-moral manusia.
b) Pada abad ke empat H, Ali bin ahmad Al-Kufi menulis kitab Al- Adab dan
Makarim Al-akhlak. Pada abad ini dikenal pula tokoh Abu Nasar Al-Farabi
yang melakukan penyelidikan tentang akhlak. Demikian juga ikhwan Ash-
Shafa dalam Rasa‟ilnya, dan Ibnu Sina (370-428H).
c) Pada abad ke lima H, Ibnu Maskawaih (w. 421 H) menulis kitab Tahdzib
Al-Akhlak wa Tath-hir Al-A‟araq dan Adab Al-„Arab wa Al-Furs. Kitab
ini merupakan uraian suatu aliran akhlak yang sebagai materinya berasal
dsari konsep-konsep akhlak dari Plato dan Aristoteles yang diramu dengan
ajaran dan hukum islam serta diperkaya dengan pengalaman hidup penulis
dan situasi zamannya.
d) Pada abad ke enam H, Warram bin Abi Al-Fawaris menulis kitab Tanbih
Al-Khatir wa Nuzhah An-Nazhir.
e) Pada abad ke tujuh H, Syekh Khawajah Natsir Ath-Thusi menulis kitab Al-
Akhlak An-Nashiriyyah wa Awshaf Asy-Asyraf wa Adab Al-Muta‟alimin.
Pada abad-abad sesudahnya dikenal bebera kitab, seperti Irsyad Ad-Dailami
Ashabih Al-Qulub karya Syairazi, Makarim Al-Akhlak karya Hasan bin
Amin Ad-Din Al-Adab, Ad-Dhiniyah karya amin Ad-Din Ath-Thabarsi,
dan Bihar Al-Anwar.6Ahli pikir Islam terkemuka yang giat menyuaraka n
akhlak Islam, menerangkan sebagai berikut. 8

B. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Akhlak


Proses pertumbuhan dan perkembangan akhlak tidak terlepas dari berbagai
faktor yang dapat mempengaruhinya. Oleh karenanya untuk memiliki akhlak yang baik,
kita harus memperhatikan dan mencari tahu apa saja faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan dari suatu akhlak, seperti adat, lingkungan, agama dan
pendidikan.

8Nur Trisna “Perkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam”, Satrio Datuak, Mei 30, 2021,
https://satriodatuak.com/perkembangan-pemikiran-dalam-akh lak-islam/

11
1. Adat
Adat menurut bahasa (etimologi) adalah aturan yang lazim diikuti sejak
dahulu.9 Menurut Nasraen, adat itu ialah suatu pandangan hidup yang mempunya i
ketentuan-ketentuan yang objektif, kokoh dan benar serta mengandung nila i
mendidik yang besar terhadap seseorang dalam masyarakat.10
Dalam segala tempat dan waktu manusia terpengaruh oleh adat istiadat
golongan dan bangsanya, karena mereka hidup dalam lingkungan. Adat merupakan
hukum-hukum yang ditetapkan untuk mengatur hubungan perorangan, hubunga n
masyarakat, dan untuk mewujudkan kemaslahatan dunia.
Nilai-nilai adat berfungsi sebagai pedoman hidup manusia dalam masyarakat,
tetapi sebagai konsep suatu nilai adat itu bersifat sangat umum dan mempunyai ruang
lingkup yang sangat luas, biasanya sulit diterangkan secara rasional dan nyata.
Namun justru karena sifatnya yang umum, luas, dan tidak konkret, maka nilai-nila i
adat dalam suatu kebudayaan berada dalam daerah emosional di alam jiwa para
individu yang menjadi warga dari kebudayaan yang bersangkutan.

2. Lingkungan
Lingkungan merupakan suatu yang melindungi tubuh yang hidup yang
dalam konteks akhlak ini tentunya adalah manusia. Lingkungan manusia yang
merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku umat manus ia.
Lingkungan alam ini dapat mematahkan atau mematangka n bakat yang dibawa
seseorang. Jika kondisi lingkungan tidak baik maka hal itu merupakan perintang
dalam mematangkan seseorang.

Secara umum lingkungan itu dapat dikategorikan menjadi dua macam yaitu
lingkungan geografis/alam dan lingkungan sosial. Lingkungan alam yang
melindungi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentuka n
tingkah laku seseorang. Lingkungan tempat tinggal seseorang akan ikut mencetak
akhlak manusia yang tinggal di lingkungan tersebut.

9 Muhammad Ali, Kamus Legkap Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka Amani, 1997), hlm. 2.
10 Muh. Said, Etika Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1980), hlm.100.

12
Lingkungan rohani/sosial/pergaulan sangat besar pengaruhnya bagi
manusia dalam pembentukan proses akhlaknya. Manusia hidup selalu berhubunga n
dengan manusia lainnya, itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu
dalam pergaulan akan saling mempengaruhi pikiran, sifat, dan tingkah laku.
Lingkungan pergaulan dapat dibagi menjadi beberapa kategori yaitu lingkunga n
dalam rumah tangga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkunga n
organisasi, lingkungan jamaah, lingkungan ekonomi/perdagangan, dan lingkunga n
pergaulan bebas/umum.11

3. Agama
Dalam ajaran islam, akhlak menempati keudukan yang utama. Rasululla h
Saw menempatkan akhlak sebagai misi pokok risalah Islam. Beliau bersabda yang
artinya, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.

Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam. Islam menjadika n
akhlak yang baik sebagai bukti dari ibadah kepada Allah. Dalam sebuah riwayat
dikatakan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah,
apakah agama itu?” Beliau menjawab, “Agama adalah akhlak yang baik”. Akhlak
yang baik akan menitik beratkan timbangan kebaikan seseorang pada hari kiamat.
Menurut keterangan Abdullah Ibnu Umar, orang yang paling dicintai dan paling
dekat dengan Rasulullah Saw pada hari kiamat adalah yang paling bak akhlaknya. 12

4. Pendidikan
Pendidikan memiliki andil yang besar pengaruhnya dalam pembentuka n
akhlak manusia, berbagai ilmu diperkenankan agar seseorang memahaminya dan
dapat melakukan sesuatu perubahan pada dirinya. Pendidikan adalah usaha
mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar
dan kemampuan belajar sehingga terjadilah perubahan di dalam kehidupan
pribadinya.13

11 Arief Wibowo, Berbagai Hal yang Mempengaruhi Akhlak, Suhuf, Vol. 28, No. 1, 2016, hlm. 99-100.
12 Emirita, Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak dan Kedisiplinan Siswa , 2018.
13 Arief Wibowo, Berbagai Hal yang Mempengaruhi Akhlak, Suhuf, Vol. 28, No. 1, 2016, hlm. 99.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejarah pertumbuhan ilmu akhlak merupakan peristiwa perkembangan
pengetahuan tingkah laku seseorang melalui berbagai macam metode yang tersusun
sistematis. Akhlak dalam Islam adalah akhlak manusia yang berdasarkan pada Al-
Qur’an dan Hadis, yang disampaikandari Nabi kepada umatnya. Akhlak dari
zamanke zaman merupakan akhlak dari waktu ke waktu, keadaan akhlak dari zaman
ke zaman sulit untuk ditebak sbab sesuai dengan kenyataan yang ada. Semakin
hebatnya teknologi di zaman modern ini, semakin banyak pula akhlak yang
berbeda-beda. Teknologi yang baik akan mengarah pada akhlak yang baik, namun
sebaliknya teknologi yang diciptakan untuk melakukan kejahatan banyak, maka
akhlak buruk juga akan semakin meningkat. Salah satu faktor menurunnya akhlak
orang orang pasa saat ini adalah karena dia hanya mementingkan kebahagiaan dunia
tanpa diimbangi dengan kebahagiaan kelak di akhirat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatim. (2007). Studi Akhlak dalam Perspektif Alquran. Jakarta: Amzah.
Nata, Abuddin. (2015). Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Rajawali Pers
Arief Wibowo. (2016). Berbagai Hal yang Mempengaruhi Akhlak.
Ali, Muhammad. (1997). Kamus Lengkap Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka Amani.
Said, Muh. (1980). Etika Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita.
Emirita, (2018). Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak dan Kedisiplinan
Siswa, Tesis. Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Nur Trisna “Perkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam”, Satrio Datuak, Mei 30, 2021,
https://satriodatuak.com/perkembangan-pemikiran-dalam-akhlak-islam/

15

Anda mungkin juga menyukai