Anda di halaman 1dari 13

SEMINAR AGAMA ISLAM

MAKALAH
ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK

DOSEN PENGAMPU
Rudi Iskandar, M.Pd

DISUSUN OLEH
Abdul Rasyid Asrory 1920-2-26-0026
Rahmadania Putri Mahilda 1920-2-09-0009
Ulfah Juliana 1920-2-32-0032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
SINAR CENDEKIA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberi taufik dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Etika, Moral, dan Akhlak & Konsep Tasawuf dan Akhlak dalam Islam” tepat pada waktu
yang telah ditentukan.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabiyullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam, para sahabat dan sahabiyah yang senantiasa istiqamah dalam menjalankan syariah-
Nya. Dan semoga kita juga dimasukkan Allah SWT. dalam golongan ini, Amin.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah seminar agama
islam, yang telah memberikan bimbingan terkait tugas makalah ini. Tanpa bimbingan dari
beliau mungkin, penyusun tidak akan dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format
yang telah di tentukan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan kami telah
berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh sebab itu, kami
sangat mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik demi perbaikan tugas makalah ini
kedepannya.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ni dapat berguna dan
bemanfaat untuk kita semua.

Tangerang, 9 Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................
4
A. Latar Belakang ..............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................................ 5

BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................................... 6
A. Etika ..............................................................................................................................
6
B. Moral ............................................................................................................................ 7
C. Akhlak .......................................................................................................................... 8
D. Hubungan tasawuf dengan akhlak ............................................................................... 9
E. Indikator Manusia Berakhlak ......................................................................................10

BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN .......................................................................................................... 12
B. SARAN ...................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................


13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan
menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik.
Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang
dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan
yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk
tercapainya kebahagiaan tersebut.
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan binaan etika, moral, dan akhlak
mulia secara komprehensif baik segi materi, metode, pendekatan dan pelaksanaannya.
Ajaran Islam tentang iman, islam, dan ihsan misalnya, dinilai belum sempurna jika tidak
menimbulkan dampak pembinaan akhlak dan karakter mulia.
Di era global yang semakin maju ini, perilaku seorang muslim semakin beraneka
ragam. Umat muslim cenderung mengikuti pola hidup yang mewah dan bergaya, yang
tidak mencerminkan bahwa mereka umat muslim yang pada hakikat nya tidak boleh
berlebih-lebihan. Bahkan lupa dengan adanya etika, moral dan akhlak yang seharusnya
dijunjung tinggi sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Karena pada kenyataannya
manusia sekarang kurang pengetahuan tentang etika, moral, dan akhlak.
Selama ini pelajaran etika, moral, dan akhlak sudah diperkenalkan sejak kita berada
di Sekolah Dasar, bahkan pengenalan ertika, moral, dan akhlak sudah di ajarkan dalam
lingkup keluarga. Namun ternyata pelajaran etika, moral dan akhlak itu hanya dibiarkan
saja tanpa di aplikasikan ke dalam perilaku kehidupan sehari-hari, sehingga pelajaran
yang telah disampaikan menjadi sia-sia dan tidak berguna.
Sebagai generasi penerus bangsa Indonesia, sangatlah tidak terpuji jika kita para
generasi penerus bangsa tidak memiliki etika, moral dan akhlak. Oleh karena itu kami
menyusun makalah ini agar setidaknya dapat menjadi acuan dalam perbaikan etika,
moral, dan akhlak masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari etika, moral dan akhlak ?
2. Apakah hubungan tasawuf dengan akhlak ?
3. Apakah indikator manusia berakhlak ?
4. Bagaimanakah pengaruh era globalisasi dan modernisasi bagi etika, moral dan
akhlak manusia?
5. Bagaimana cara membentuk manusia berakhlak ?

4
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh Bapak Rudi Iskandar, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing dari Mata Kuliah Seminar
Agama Islam.

D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan yaitu insya allah para pembaca dan juga penulis dapat
lebih bisa memahami perihal etika, moral, dan akhlak yang benar sesuai syariat Islam.
Serta dapat menerapkan etika, moral, dan akhlak yang telah dipelajari dan dipahami
dikehidupan sehari-hari.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. ETIKA
1. Pengertian
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi
ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan
keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan
Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethikos, berarti "timbul dari
kebiasaan" adalah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian
moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik,
buruk, dan tanggung jawab. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan
ilmu pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak (moral).Dari pengertian kebahasaan ini
terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan
yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama’ etika
adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya
diperbuat.
Etika berhubungan dengan 4 hal yaitu, Pertama dilihat dari segi obyek
pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
Kedua dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.
Sebagai hasil pemikiran maka etika tidak bersifat mutlak, absolut dan tidak pula
universal. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu
dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah
perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya.
Keempat dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah
sesuai dengan tuntutan zaman.
Agar kita lebih memahami apa arti etika, maka kita dapat merujuk pada pendapat para
ahli. Berikut ini adalah pengertian etika menurut para ahli:
1) Soergarda Poerbakawatja, pengertian etika adalah suatu ilmu yang memberikan
arahan, acuan, serta pijakan kepada suatu tindakan manusia.
2) H. A. Mustafa, pengertian etika adalah ilmu yang menyelidiki terhadap suatu
perilaku yang baik dan yang buruk dengan memerhatikan perbuatan manusia
sejauh apa yang diketahui oleh akan serta pikiran manusia.
3) K. Bertens, definisi etika adalah nilai dan norma moral yang menjadi suatu acuan
bagi umat manusia secara baik secara individual atau kelompok dalam mengatur
semua tingkah lakunya.
4) DR. James J. Spillane SJ, etika adalah memperhatikan suatu tingkah laku
manusia di dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan moral. Etika
lebih mengarah ke penggunaan akal budi dengan objektivitas guna menentukan
benar atau salahnya serta tingkah laku seseorang terhadap lainnya.

6
5) Drs. H. Burhanudin Salam, etika adalah sebuah cabang ilmu filsafat yang
membicarakan perihal suatu nilai-nilai serta norma yang dapat menentukan suatu
perilaku manusia ke dalam kehidupannya.
6) W. J. S. Poerwadarminto, etika adalah ilmu pengetahuan tentang suatu perilaku
atau perbuatan manusia yang dilihat dari sisi baik dan buruknya yang sejauh mana
dapat ditentukan oleh akal manusia.

2. Macam-Macam Etika
1) Etika deskriptif
Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola
perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam
kehidupan masyarakat.
2) Etika Normatif
Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang
bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku. Mengenai norma norma
yang menuntun tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari hari.
Etika dalam keseharian sering dipandang sama denga etiket, padahal
sebenarnya etika dan etiket merupakan dua hal yang berbeda. Dimana etiket adalah
suatu perbuatan yang harus dilakukan.Sementa etika sendiri menegaskan bahwa
suatu perbuatan boleh atau tidak. Etiket juga terbatas pada pergaulan. Di sisi yang
lain etika tidak bergantung pada hadir tidaknya orang lain. Etiket itu sendiri
bernilairelative atau tidak sama antara satu orang dengan orang lain. Sementa itu
etika bernilai absolute atau tidak tergantung dengan apapun. Etiket memandang
manusia dipandang dari segi lahiriah.Sementara itu etika manusia secara utuh.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain etika adalah
aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.

B. MORAL
1. Pengertian
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak
dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia
dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang
secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan
tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal
mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang
berhubungan dengan proses sosialisasi individu, tanpa moral manusia tidak bisa
melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit
karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang

7
yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia
harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya.
Moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang berlaku di
suatu masyarakat. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat
setempat. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku
di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga
sebaliknya.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita
dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu
sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya
apakah baik atau buruk. Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral
memiliki perbedaan.Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai
perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio,
sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh
dan berkembang dan berlangsung di masyarakat.

C. AKHLAK
1. Pengertian
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu
pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim
mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan
(wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-
thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-
maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya
kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak.
Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara
linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak
memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya.
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk
kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini.Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030
M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu
misalnya secara singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal
sebagai hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam
dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn
Miskawaih, mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

8
Betapa penting kedudukan akhlak dan Islam. Al-Qur’an memuat ayat-ayat
yang secara spesifik berbicara masalah akhlak,malah setiap ayat yang berbicara
hukum sekalipun, dapat dipastikan bahwa ujung ayat tersebut selalu dikaitkan dengan
akhlak atau ajaran moral. Ayat-ayat yang pangkalnya menjelaskan ketentuan
hukum,biasanya ujung ayat mengutarakan masalah akhlak. Sebagai contoh terdapat
dalam Q.S Al-Baqarah ayat 183 Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah:
183).
Bertaqwa artinya menjauhi perbuatan perbuatan buruk dan melakukan
perbuatan perbuatan baik.

D. HUBUNGAN TASAWUF DENGAN AKHLAK DALAM ISLAM


Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Tuhan (Allah) dengan cara
mensucikan hati (tashfiyat al-qalbi). Hati yang suci tidak hanya bisa dekat dengan Tuhan
tetapi juga dapat melihat Tuhan (al-Ma’rifah). Dalam tasawuf disebutkan bahwa Tuhan
Yang Maha Suci tidak dapat didekati kecuali oleh hati yang suci. Menurut Dzun Nun al-
Misri, ada tiga macam pengetahuan tentang Allah Swt., yaitu :
a. Pengetahuan Awam : Allah Swt. dengan perantaraan kalimat syahadat.
b. Pengetahuan Ulama : Allah Swt. menurut logika akal.
c. Pengetahuan Kaum Sufi : Allah Swt. dengan perantaraan hati sanubari.

Pengetahuan yang hakiki tentang Allah Swt. adalah pengetahuan yang disertai
dengan kesucian hati. Telah dijelaskan bahwa akhlak adalah sifat hati yang mendasari
perilaku manusia dan tasawuf adalah cara untuk membersihkan dan mensucikan hati,
agar setelah hatinya suci yang muncul dari perilakunya adalah akhlak al-karimah.
Perbaikan akhlak, menurut ilmu tasawuf, harus berawal dari penyucian hati. Berikut
metode penyucian hati (tashfiyat al-qalbi) dalam ilmu tasawuf :
1) Ijtinabul Manhiyat, ialah menjauhi larangan-larangan Allah Swt.
2) Ada’ul Wajibat, ialah melaksanakan kewajiban-kewajiban Allah Swt.
3) Ada’un Nafilat, ialah melaksanakan hal-hal yang disunahkan Allah Swt.
4) Ar-Riyadloh, ialah latihan spiritual agar dapat istiqomah dalam menjalankan
seluruh ajaran Islam dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Di dalam Al-Qur’an banyak ditemukan ciri-ciri manusia yang beriman dan memiliki
akhlak mulia.
 Istiqomah atau konsekuen dalam pendirian (QS. Al Ahqof : 13).
 Suka berbuat kebaikan (QS. Al Baqarah : 112).
 Memenuhi amanah dan berbuat adil (QS. An Nisa’ : 58).
 Kreatif dan tawakkal (QS. Ali Imron : 160)
 Disiplin waktu dan produktif (QS. Al Ashr : 1-4).
 Melakukan sesuatu secara proporsional dan harmonis (QS. Al Araf : 31).

9
Dalam kacamata akhlak, tidaklah cukup iman seseorang hanya dalam bentuk
pengakuan, apalagi kalau hanya dalam bentuk pengetahuan. Yang “kaffah” adalah
iman,ilmu dan amal. Amal itulah yang dimaksud akhlak . Tujuan yang hendak dicapai
dengan ilmu akhlak adalah kesejahteraan hidup manusia di dunia dan kebahagian hidup
di akhirat.

E. INDIKATOR MANUSIA BERAKHLAK


Indikator manusia berakhlak (husn al-khulug) adalah tertanamnya iman dalam hati
dan teraplikasikannya takwa dalam perilaku. Sebaliknya, manusia yang tidak
berakhlak (su’al-khulug)adalah manusia yang ada nifaq (kemunafikan) di dalam hatinya.
Nifak adalah sikap mendua terhadap allah. Tidak ada kesesuain antara hati dan
perbuatan.
Taat akan perintah Allah dan tidak mengikuti keinginan hawa nafsu dapat
menyilaukan hati. Sebaliknya, melakukan dosa dan maksiat dapat menghitamkan hati.
Barang siapa melakukan dosa kemudian menghapusnya dengan kebaikan tidak akan
gelap hatinya, hanya saja cahaya itu berkurang.
Ahli tasawuf mengemukakan bahwa indikator manusia berakhlak, antara lain adalah
memiliki budaya malu dalam interaksi dengan sesamanya, tidak menyakiti orang lain,
banyak kebaikannya, benar dan jujur dalam ucapannya, tidak banyak bicara tapi banyak
berbuat, penyabar, tenang hatinya selalu bersama allah, bijaksana, hati-hati dalam
bertindak, disenangi teman dan lawan, tidak pendendam, tidak suka mengadu domba,
sedikit makan dan tidur, tidak pelit dan hasad, cinta karena allah dan benci karena allah.
Kalau akhlak dipahami sebagai pandangan hidup, manusia berakhlak adalah manusia
yang menjaga keseimbangan antara hak dan kewajibannya dalam hubungannya dengan
allah, sesama makhluk dan alam semesta.
Didalam al-quran banyak ditemukan ciri-ciri manusia yang beriman dan memiliki
akhlak mulia.
 Istiqamah atau konsekwan dalam pendirian (QS. Al Ahqof:13),
 Suka berbuat kebaikan (QS. Al Baqarah:112),
 Memenuhi amanah dan berbuat adil (QS. An Nisa’:58),
 Kreatif dan tawakkal (QS. Ali Imron:160),
 Disiplin waktu dan produktif (QS.Al Ashr:1-4),
 Melakukan sesuatu secara profesional dan harmonis (QS. Al’Araf:31).
 Akhlak dan Aktualisasinya dalam Kehidupan
Dalam ilmu akhlak dijelaskan bahwa kebiasaan yang baik harus dipertahankan dan
disempurnakan, serta kebiasaan yang buruk harus di hilangkan , karena kebiasaan
merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk karakter manusia berakhlak.
Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat mengimplementasikan iman
yang dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran islam dalam setiap tingkah laku
sehari- hari. Dan akhlak seharusnya diaktualisasikan dalam kehidupan seorang muslim
seperti di bawah ini.

10
1. Akhlak terhadap Allah
 Mentauhidkan Allah (QS. Al-Ihlas: 1-4)
 Tidak berbuat musyrik pada Allah (QS. Luqman: 13)
 Bertaqwa pada allah (QS. An Nisa’: 1)
 Banyak berdzikir pada Allah (QS. Al-Ahzab: 41-44)
 Bertawakkal hanya pada Allah (QS. Ali Imron: 159)

2. Akhlak terhadap diri sendiri


 Sikap sabar (QS. Al Baqarah: 153)
 Sikap syukur (QS. Ibrahim: 7)
 Sikap amanah atau jujur (QS. Al Ahzab: 72)
 Sikap tawadlu’ (rendah hati) (QS. Luqman: 18)
 Cepat bertobat jika berbuat khilaf (QS. Ali Imron: 135)

3. Akhlak terhadap sesama manusia


 Merajut ukhuwah atau persaudaraan (QS. Al Hujurat: 10)
 Ta’awun atau saling tolong menolong (QS. Al Maidah: 2)
 Suka memaafkan kesalahan orang lain (QS. Ali Imron: 134 & 159)
 Menepati janji (QS. At Taubah: 111).

Al-Ghozali menjelaskan bahwa mencapai akhlak yang baik ada tiga cara.
1. Akhlak merupakan anugrah dan rahmat allah, yakni orang, memiliki akhlak baik
secara almiah.
2. Mujahadah, selalu berusaha keras untuk merubah diri menjadi baik dan tetap dalam
kebaikan, serta menahan diri dari sikap putus asa.
3. Riyadloh, ialah melatih diri secara spritual untuk senantiasa dzikir (ingat) kepada
allah dengandawam al-dzikir.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi
ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan
keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan
Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethikos, berarti "timbul dari
kebiasaan" adalah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian
moral.

 Moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos
yang berarti adat kebiasaan. Moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya
adalah tradisi yang berlaku di suatu masyarakat.

 Etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang
perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk. Namun
demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan.Pertama,
kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau
buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak
ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan
berlangsung di masyarakat.

 Akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitive) dari kata
al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu
if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar),
al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-
din (agama). Akhlak dalam kebahasaan berarti budi pekerti, perangai atau disebut
juga sikap hidup yang berbicara tentang baik dan buruk yang yang ukurannya adalah
wahyu tuhan.

 Dari satu segi akhlak adalah buah dari tasawuf (proses pendekatan diri kepada
Tuhan), dan istiqamah dalam hati pun bagian dari bahasan ilmu tasawuf. Indikator
manusia berakhlak (husn al-khulug ) adalah tertanamnya iman dalam hati dan
teraplikasikannya takwa dalam perilaku.

B. SARAN
Kami sebagai penyusun makalah ini mengharapkan, agar generasi muda penerus
bangsa memiliki pengetahuan yang luas mengenai etika, moral, dan akhlak yang baik
sesuai dengan ajaran Islam, selain itu juga dapat menerapkan nya dalam kehidupan
sehari-hari.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-etika.html

https://www.academia.edu/33554560/MAKALAH_ETIKA_MORAL_dan_AKHLAK_Di_aj
ukan_untuk_memenuhi_tugas_pendidikan_agama_islam

https://id.wikipedia.org/wiki/Etika

https://www.researchgate.net/publication/335867889_MAKALAH_ETIKA_MORAL_D
AN_AKHLAK

Nata, Abuddin. 1996. Akhlak Tasawuf. Jakarta : RajaGrafindo Persada

13

Anda mungkin juga menyukai