Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

(Akhlak)

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Perkuliahan

(Dosen Pengampu : Nurhasanah, M.Pd.I )

Disusun Oleh:
Iga Danuarta :202200420001 Nopi Yuliana :202200420028

Wahyu Khalik Efendi :202200420002 Fahmi Arifandi :202200420055

Mita Febriana :202200420003 Hamidatul Aini :202200420054

Muhammad Fahmi :202200420026 Juliana :202200420063

Intan Rahayu K. :202200420027 Taqdir Ilham :20220042041

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberi
kesempatan, taufik dan hidayah, serta inayahnya sehingga tugas makalah Pendidikan Agama
Islam dengan judul “Etika, Moral, dan Akhlak” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW. keluarganya berserta para sahabatnya yang telah membimbing kita dari jalan yang gelap
gulita menuju jalan yang terang benderang yang diridhoi oleh allah SWT.

Tak lupa pula kami mengucapkan banyak terimah kasih kepada teman-teman kami yang
telah memberikan petunjuk dalam terselesaikannya tugas makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan kami telah
berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah yang sangat sederhana ini. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik demi perbaikan tugas
makalah ini kedepannya. Semoga makalah ni dapat berguna dan bemanfaat untuk kita semua.
Amin

Keruak, 3 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................................................................1
C. Rumusan Masalah...............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
A. Pengertian Etika, Moral, dan Akhlak...................................................................................................2
B. Perbedaan dan Persamaan Etika, Moral, dan Moral............................................................................3
C. Landasan dan Kedudukan Akhlak.......................................................................................................5
D. Tujuan Aklhak dan Maanfaat Mempelajarinya...................................................................................9
E. Pembagian Akhlak............................................................................................................................10
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................11
A Kesimpulan........................................................................................................................................11
B. Saran..................................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era global yang semakin maju ini perilaku seorang muslim semakin beraneka ragam.
Manusia cenderung mengikuti pola hidup yang mewah dan bergaya, mereka bahkan lupa dengan
adanya etika, moral dan akhlak yang yanitu tidak terlalu dihiraukan dan dijadikan pedoman
dalam hidup. Karena pada kenyataannya manusia sekarang kurang pengetahuan tentang etika,
moral, dan akhlak.

Selama ini pelajaran etika, moral, dan akhlak sudah diperkenalkan sejak kita berada di
sekolah dasar, yaitu pada pelajaran agama islam dan kewarganegaraan. Namun ternyata
pelajaran etika, moral dan akhlak itu hanya dibiarkan saja tanpa di aplikasikan ke dalam perilaku
kehidupan sehari-hari, sehingga pelajaran yang telah disampaikan menjadi sia-sia.

Sebagai generasi penerus Indonesia, sangatlah tidak terpuji jika kita para generasi penerus
tidak memiliki etika, moral dan akhlak. Oleh karena itu penulis menyusun makalah ini agar
menjadi acuan dalam perbaikan etika, moral, dan akhlak masyarakat.

B. Tujuan

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang Dibimbing Oleh
Nurhasanah, M.Pd.I.

C. Rumusan Masalah

1. Pengertian Akhlak, Etika dan Moral


2. Perbedaan dan persamaan Akhlak, Etika dan Moral
3. Landasan dan kedudukan Aklah
4. Tujuan akhlak dan manfaat mempelajarinya
5. Pembagian Akhlak

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak, Etika dan Moral

1. Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa arab “akhlaq” yang merupakan bentuk jamak dari “khuluq”.
Secara bahasa “akhlak” mempunyai arti budi pekerti , tabiat, dan watak. Dalam kebahasaan
akhlak berarti budi pekerti, perangai atau disebut juga sikap hidup adalah ajaran yang berbicara
tentang baik dan buruk yang yang ukurannya adalah wahyu tuhan.

Secara etimologis , akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. Kata tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan kata khaliq yang berarti “pencipta” dan, mahluq yang
berarti “yang diciptakan”. Dan menurut istilah akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa melakukan pemikiran dan
pertimbangan.

Sedangkan menurut imam Al-Ghazali (1015-1111 M) mengatakan bahwa akhlak sifat


yang tentram dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan mudah tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan
akal dan agama, tindakan tersebut di namakan akhlak yang baik (akhlakul karimah/ akhlakul
mahmudah). Sebaliknya, jika tindakan spontan itu jelek, di sebut akhlakul madzmumah.

Tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi pekerti, bertingkah laku,
berperangi atau beradat-istiadat yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Kalau diperhatikan,
ibadah-ibadah inti dalam islam memiliki tujuan pembinaan akhlak mulia. Shalat bertujuan
mencegah seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela; zakat disamping bertujuan
menyucikan harta juga bertujuan menyucikan diri dengan memupuk keperibadian mulia dengan
cara membantu sesama; puasa bertujuan mendidik diri untuk menahan diri dari berbagai
syahwat; haji bertujuan diantaranya memunculkan tenggang rasa dan kebersamaan dengan
sesama.

2. Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari kata  “ethikos“, berarti “timbul
dari kebiasaan” adalah segala sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika
mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.

Dengan demikian Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk dan yang
menjadi ukuran baik dan buruknya adalah akal karena memang etika adalah bagian dari filsafat.

2
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat
spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita
tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk
mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

3. Pengertian Moral

Kata Moral berasal dari Bahasa Latin Moralitas, adalah istilah manusia menyebut ke
manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak
memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata
manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral
secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu, tanpa moral
manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai
implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang
sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki
moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya.

Moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang berlaku di suatu
masyarakat. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Apabila
yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan
dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki
moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan agama. Setiap
budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan
telah terbangun sejak lama.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan
perilaku manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk.

B. Perbedaan Dan Persamaan Akhlak, Etika, dan Moral


Pengertian etika dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak.(Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Adapun etika secara istilah telah dikemukakan oleh para ahli salah satunya yaitu Ki
Hajar Dewantara menurutnya etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan
di dalam hidup manusia semuanya, terutama yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang
merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang merupakan perbuatan.
Sedangkan kata “moral” secara etimologi berasal dari bahasa latin, “mores” yaitu jamak
dari kata “mos” yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan
bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya moral
secara terminologi adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat,
perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dikatakan benar, salah, baik atau
buruk.
Pengertian moral, juga kita dapat menjumpainya dalam buku The Advanced Leaner’s
Dictionary of Current English. Secara singkat buku inimengemukakan beberapa pengertian
moral sebagai berikut:

3
1) Prinsip-parinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
2) Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.

3) Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa moral merupakan istilah yang digunakan untuk
memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar
atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka
yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik.

Akhlak Moral Etika

Perangai, Nilai atau ketentuan baik Ilmu tentang baik dan


perbuatan kita dan buruk buruk
Makna

Al-Quran dan Adat istiadat dan hasil Adat istiadat dan hasil
As-Sunah kesepakatan bersama kesepakatan bersama
Sumber atau Dasar

Universal abadi Lokal dan temporer Lokal dan temporer

Sifat atau Nilai

Persamaan Akhlak, Etika dan Moral Ada beberapa persamaan antara akhlak, etika, dan
moral yang dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Akhlak, etika, dan moral membahas tentang ide/ tujuan/ alasan/ hujjah/ motif perilaku

b. Akhlak, etika, dan moral merupakan ilmu yang normatif, artinya berpegang teguh pada norma
atau kaidah yang berlaku.
c. Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa akhlak, etika, dan moral sama,
yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk
ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama sama menghendaki terciptanya
keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan
lahiriahnya.
d. Objek dari akhlak, etika, dan moral yaitu perbuatan manusia, ukurannya yaitu baik dan buruk.

4
C. Landasan dan Kedudukan Akhlak

a. Landasan akhlak

Dalam Islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakan bahwa sifat seseorang itu baik
atau buruk adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Segala sesuatu yang baik menurut Al-Qur’an dan
As-Sunnah (Al Hadits), itulah yang baik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebaliknya, segala sesuatu yang buruk menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, berarti tidak baik dan
harus dijauhi. Berikut penjelasan yang lebih lanjut

a. Al – Qur’an

‫يم‬ ٍ ُ‫َوِإنَّكَ لَ َعلَ ٰى ُخل‬


ٍ ‫ق ع َِظ‬

Artinya : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S Al-Qalam: 4)

Maksud dari ‘sesungguhnya kamu’ yaitu pujian Allah bersifat individual dan khusus
hanya diberikan kepada Nabi Muhammad Saw. karena kemuliaan akhlaknya dan berbudi pekerti
yang agung. Penggunaan istilah khulukin’adhim menunjukkan keagungan dan keanggunan
moralitas rasul, yang dalam hal ini adalah Muhammad saw. Banyak nabi dan rasul yang
disebut-sebut dalam Al- Qur’an, tetapi hanya Muhammad saw yang mendapat pujian sedahsyat
itu. Dengan lebih tegas, Allah pun memberikan penjelasan secara transparan bahwa akhlak
Rasulullah sangat layak untuk dijadikan standar modal bagi umatnya, sehingga layak untuk
dijadikan idola yang diteladani sebagai uswah hasanah, melalui firman Allah dalam Al- Qur’an
surat Al-Ahzab 33:21 berikut ini :

‫سنَةٌ لِ َمنْ َكانَ يَ ْر ُجو هَّللا َ َوا ْليَ ْو َم‬ ْ ‫سو ِل هَّللا ِ ُأ‬
َ ‫س َوةٌ َح‬ ُ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َر‬

‫اآْل ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِي ًرا‬

Artinya: : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab 33:21)

Kepentingan akhlak dalam kehidupan manusia sudah jelas dinyatakan dalam Al-
Qur’an. Al-Qur’an menerangkan berbagai pendekatan yang meletakkan Al-Quran sebagai
sumber pengetahuan mengenai nilai dan akhlak yang paling jelas. Pendekatan Al-Qur’an dalam
menerangkan akhlak yang mulia, bukan pendekatan teoritikal, melainkan dalam bentuk
konseptual dan penghayatan. Akhlak mulia dan akhlak buruk digambarkan dalam perwatakan
manusia, dalam sejarah dan dalam realitas kehidupan manusia semasa Al-Qur’an diturunkan.

5
Al- Qur’an menggambarkan aqidah orang-orang beriman, kelakuan mereka yang mulia dan
gambaran mereka yang tertib, adil, luhur, dan mulia. Berbanding terbalik dengan perwatakan
orang-orang kafir dan munafik yang jelek, zalim, dan rendah hati. Gambaran akhlak mulia dan
akhlak keji begitu jelas dalam perilaku manusia disepanjang sejarah. Al- Qur’an juga
menggambarkan perjuangan para rasul untuk menegakkan nilai-nilai mulia dan murni di dalam
kehidupan dan ketika mereka ditentang oleh kefasikan, kekufuran, dan kemunafikan yang
menggagalkan tegaknya akhlak yang mulia sebagai teras kehidupan yang luhur dan murni itu.

b. Al-Hadist

Dalam ayat Al - Qur’an telah diberikan penegasan bahwa Rasulullah merupakan contoh
yang layak ditiru dalam segala sisi kehidupannya. Disamping itu, ayat tersebut juga
mengisyaratkan bahwa tidak ada satu “sisi-gelap” pun yang ada pada diri Rasulullah, karena
semua isi kehidupannya dapat ditiru dan diteladani. Ayat diatas juga mengisyaratkan bahwa
Rasulullah sengaja diproyeksikan oleh Allah untuk menjadi “lokomotif” akhlak umat manusia
secara universal, karena Rasulullah diutus sebagai rahmatan lil’alamin. Hal ini didukung pula
dengan hadist yang berbunyi :

َ ‫ِإنَّ َما بُ ِع ْثتُ ُِألتَ ِّم َم‬


ِ‫صالِ َح ْاَأل ْخالَق‬

Artinya : Sesungguhnya saya ini diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
( HR.Muslim).

Hadist tersebut menunjukkan, karena akhlak menempati posisi kunci dalam kehidupan
umat manusia, maka substansi misi Rasulullah itu sendiri adalah untuk menyempurnakan akhlak
seluruh umat manusia agar dapat mencapai akhlak yang mulia. Yang menjadi persoalan disini
adalah bagaimana substansi akhlak Rasulullah itu. Dalam hal ini, para sahabat pernah bertanya
kepada istri Rasulullah, yakni Aisyah r.a. yang dipandang lebih mengetahui akhlak rasul dalam
kehidupan sehari-hari, maka Aisyah menjawab :

“Akhlak Rasulullah adalah Al – Qur’an.”

Maksud perkataan Aisyah adalah segala tingkah laku dan tindakan Rasulullah SAW.,
baik zahir maupun yang batin senantiasa mengikuti petunjuk dari Al-Qur’an. Al-Qur’an selalu
mengajarkan umat Islam untuk berbuat baik dan menjauhi segala perbuatan yang buruk. Ukuran
yang baik dan buruk ini ditentukan oleh Al-Qur’an.

Allah SWT. Berfirman:

ٌ ‫ب َويَ ْعفُو عَنْ َكثِي ٍر ۚ قَ ْد َجا َء ُك ْم ِمنَ هَّللا ِ نُو ٌر َو ِكت‬


ٌ‫َاب ُمبِين‬ ِ ‫َيا َأ ْه َل ا ْل ِكتَا‬
ُ ‫ب قَ ْد َجا َء ُك ْم َر‬
ِ ‫سولُنَا يُبَيِّنُ لَ ُك ْم َكثِي ًرا ِم َّما ُك ْنتُ ْم ت ُْخفُونَ ِمنَ ا ْل ِكتَا‬

ٍ ِ‫ستَق‬
‫يم‬ ْ ‫اط ُم‬ ِ ‫ت ِإلَى النُّو ِر بِِإ ْذنِ ِه َويَ ْه ِدي ِه ْم ِإلَ ٰى‬
ٍ ‫ص َر‬ ُّ ‫ساَل ِم َويُ ْخ ِر ُج ُه ْم ِمنَ ال‬
ِ ‫ظلُ َما‬ َّ ‫سبُ َل ال‬ ْ ‫يَ ْه ِدي ِب ِه هَّللا ُ َم ِن اتَّبَ َع ِر‬
ُ ُ‫ض َوانَه‬

Artinya:

6
“Wahai ahli kitab! Sungguh, Rasul kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyak
hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sungguh,
telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menjelaskan. Dengan kitab itulah
Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridaan-Nya kejalan keselamatan, dan
(dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan
izin-Nya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus. (Q.S Al-Maidah/5: 15-16)

Pribadi Rasulullah SAW., adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan teladan dalam
membentuk pribadi yang akhlakul kharimah.

Islam memiliki hubungan yang sangat erat dengan akhlak. Ini karena Islam diturunkan
oleh Allah Swt. Sebabnya akhlak Islam dapat dikatakan sebagai akhlak yang Islami karena
akhlak yang bersumber pada ajaran Allah dan Rasul-Nya, seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Untuk membangun dan mendidik manusia agar bermoral atau berakhlak baik. Nabi
Muhammad SAW. pun menegaskan tugas utamanya, yaitu membangun moralitas manusia.
Sabda Nabi:

“Tidaklah aku diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlak manusia.”

Akhlak Islami merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga dapat
menjadi indikator seseorang apakah seorang muslim yang baik atau buruk. Sehingga, akhlak
merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar. Secara mendasar, akhlak ini erat kaitannya
dengan kejadian manusia yaitu Khaliq (pencipta) dan makhluq (yang diciptakan).

Dalam ajaran agama, akhlak adalah buah dari iman dan ibadah. Menurut Al-Ghazali,
dapat dibentuk dan diarahkan melalui proses pelatihan (mujahadah) dan proses pembiasaan
(riyadhah). Sebagai contoh, siapa yang berkeinginan menjadi orang dermawan, maka ia harus
berlatih dan membiasakan diri berinfak dan membelanjakan hartanya di jalan Allah. Ia harus
melakukan secara terus menerus sampai kegiatan berinfak itu menjadi suatu kenikmatan baginya.

Dalam berbagai literatur tentang Ilmu Akhlak Islami, dijumpai uraian tentang akhlak
yang secara garis besar dapat dibagi dua bagian, yaitu akhlak yang baik (al-akhlaq al-karimah),
dan akhlak yang buruk (al-akhlaq al-mazmumah). Berbuat adil, jujur, sabar, pemaaf, dermawan
dan amanah misalnya termasuk ke dalam akhlak yang baik. Sedangkan berbuat zalim, berdusta,
pemarah, pendendam, kikir dan curang termasuk ke dalam akhlak yang buruk. Bagaimanakah
terjadinya berbagai akhlak yang mulia dan tercela ini? Uraian berikut ini akan mencoba
menjawabnya.

Secara teoritis macam-macam akhlak tersebut berinduk kepada tiga perbuatan yang
utama, yaitu hikmah (bijaksana), syaja’ah (perwira atau ksatria), dan iffah (menjaga diri dari
perbuatan dosa dan maksiat). Ketiga macam induk akhlak ini muncul dari sikap adil, yaitu sikap
pertengahan atau seimbang dalam mempergunakan ketiga potensi rohaniah yang terdapat dalam
diri manusia, yaitu ‘aql (pemikiran) yang berpusat di kepala, ghadab (amarah) yang berpusat di
dada, dan nafsu syahwat (dorongan seksual) yang berpusat di perut. Akal yang digunakan secara
adil akan menimbulkan hikmah, sedangkan amarah yang digunakan secara adil akan
menimbulkan sikap perwira dan nafsu syahwat yang digunakan secara adil akan menimbulkan

7
iffah yaitu dapat memelihara diri dari perbuatan maksiat. Dengan demikian, inti akhlak pada
akhirnya bermuara pada sikap adil dalam mempergunakan potensi rohaniah yang dimiliki
manusia.

b. Kedudukan Akhlak

Dalam Islam, akhlak memiliki posisi yang sangat penting, yaitu sebagai salah satu
rukun agama Islam. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW. pernah ditanya, “Beragama itu apa?”
beliau menjawab, “Berakhlak yang baik” (H.R Muslim). Pentingnya kedudukan akhlak dapat
dilihat ketika melihat bahwa salah satu sumber akhlak adalah wahyu.

Dan Akhlak terpuji sangatlah tinggi kedudukannya dimata Allah swt, bahkan meskipun
seseorang lemah dalam beribadah, namun akhlaknya mulia maka kedudukannya lebih tinggi dari
pada orang yang pandai beribadah tapi akhlaknya buruk. Dari Anas, Rasulullah pernah
bersabda : “Sesungguhnya seorang hamba mencapai derajat yang tinggi di akhirat dan
kedudukan yang mulia karna akhlaknya yang baik walaupun ia lemah dalam ibadah.” (HR.Al-
Tabhrani, Al-Tabhrig 3:404).

Akhlak memberikan peran penting bagi kehidupan, baik yang bersifat individual
maupun kolektif. Tak heran jika kemudian Al-Qur’an memberi penekanan terhadapnya. Al-
Qur’an meletakkan dasar-dasar akhlak mulia. Demikian pula Al-Hadist telah memberikan porsi
cukup banyak dalam bidang akhlak. Menurut satu penelitian, dari 60.000 hadist, 20.000
diantaranya berkenaan dengan aqidah, sementara sisanya (40.000) berkenaan dengan akhlak dan
muamalah. Ini dapat dijadikan sebagai bukti bahwa Al-Hadist, sebagaimana Al-Qur’an, sangat
memerhatikan urusan akhlak.

Diantara hadist yang menekankan pentingnya akhlak adalah sabda Rasulullah SAW:

َ ‫َأ ْك َم ُل ا ْل ُمْؤ ِمنِيْنَ ِإ ْي َمانًا َأ ْح‬


‫سنُ ُه ْم ُخلُقًا‬

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling bagus akhlaknya.” (H.R At
Tirmidzi)

“Sesungguhnya, seorang mukmin akan bisa mencapai derajat sholat malam dan orang yang
puasa dengan akhlaknya yang mulia.” (H.R Ahmad)

Dalam hadist yang lain, Rasulullah SAW. pernah menegaskan:

َ ‫سالَ ِم ا ْل‬
‫ـحيَا ُء‬ ُ ُ‫ِإنَّ لِ ُك ِّل ِد ْي ٍن ُخلُقًا َو َخل‬
ْ ‫ق ْاِإل‬

“Setiap agama memiliki akhlak dan akhlak agama Islam adalah rasa malu.” (H.R Imam Malik)

8
Islam menuntut setiap pemeluknya untuk menjadikan Rasulullah SAW. sebagai contoh
dalam segala aspek kehidupan. Khusus dalam akhlak, Allah SWT. Memuji beliau dengan
diiringi sumpah :

‫يم‬ ٍ ُ‫َوِإنَّكَ لَ َعلَ ٰى ُخل‬


ٍ ‫ق ع َِظ‬

“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (Q.S Al-Qalam/68: 4)

Nabi Muhammad SAW. pun mengabarkan bahwa orang yang paling sempurna
keimanannya diantara umatnya adalah yang paling baik akhlaknya. Dengan demikian,
seyogianya seorang muslim berusaha dan bersemangat untuk memiliki akhlak yang baik dan
merujuk kepada Rasulullah SAW. dalam berakhlak.

Dalam kaitan dengan kedudukan akhlak, Ibnu Maskawaih menerangkan,

“Islam pada hakikatnya adalah suatu aliran etika. Islam memperbaiki budi pekerti manusia
sedemikian rupa sehingga manusia sanggup menjadi anggota masyarakat pergaulan bersama.
Islam menanamkan bibit cinta kasih sayang di dalam jiwa manusia.”

Paparan ini, dengan jelas bahwa Risalah Islam memperjuangkan kesempurnaan,


kebaikan, dan keutamaan akhlak. Dengan demikian, umat Islam merupakan model terbaik bagi
implementasi akhlak mulia ini, sebagaimana diperlihatkan dengan baik oleh Rasulullah SAW.
dan para pengikutnya.

Nabi Muhammad SAW. pun mengabarkan bahwa orang yang paling sempurna
keimanannya diantara umatnya adalah yang paling baik akhlaknya. Dengan demikian,
seyogianya seorang muslim berusaha dan bersemangat untuk memiliki akhlak yang baik dan
merujuk kepada Rasulullah SAW. dalam berakhlak.

Dalam kaitan dengan kedudukan akhlak, Ibnu Maskawaih menerangkan,

“Islam pada hakikatnya adalah suatu aliran etika. Islam memperbaiki budi pekerti manusia
sedemikian rupa sehingga manusia sanggup menjadi anggota masyarakat pergaulan bersama.
Islam menanamkan bibit cinta kasih sayang di dalam jiwa manusia.”

Paparan ini, dengan jelas bahwa Risalah Islam memperjuangkan kesempurnaan,


kebaikan, dan keutamaan akhlak. Dengan demikian, umat Islam merupakan model terbaik bagi
implementasi akhlak mulia ini, sebagaimana diperlihatkan dengan baik oleh Rasulullah SAW.
dan para pengikutnya.

D.  Tujuan Akhlak dan Manfaat Mempelajarinya

Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat


menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang baik dan sebagian perbuatan lainnya

9
sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan
buruk, membayar utang kepada pemilik nya termasuk perbuatan baik, sedangkan mengingkari
utang termasuk perbuatan buruk.

Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu ialah untuk
membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehinggahati menjadi suci
bersih bagaikan cermin yang dapat menerima Nur cahaya Tuhan. Keterangan tersebut
memberikan panduan kepada manusia agar mampu menilai dan menentukan suatu perbuatan
untuk selanjutnya menetapkan bahwa perbuatan tersebut termasuk perbuatan baik atau buruk

Selanjutnya ilmu akhlak juga menentukan kriteria perbuatan yang baik dan yang buruk,
serta perbuatan apa saja yang termasuk perbuatan baik, dan perbuatan yang buruk itu, dan
selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan baik dan perbuatan yang buruk. Selain itu ilmu
akhlak berguna secara efektif dalam upaya membersihkan diri manusia dalam perbuatan dosa
dan maksiat.

Jika tujuan ilmu akhlak tersebut tercapai, maka manusia akan memiliki kebersihan
batin yang yang pada gilirannya melahirkan perbuatan terpuji. Dengan perbuatan terpuji ini, akan
lahirlah keadaan masyarakat yang damai, sejahtera, harmoni lahir dan batin, yang
memungkinkan ia dapat beraktifitas guna mencapai kebahagiaan hidup didunia dan juga di
akhirat.

E. Pembagian Akhlak
Dalam kaitan pembagian akhlak ini, Ulil Amri Syafri mengutip pendapat Nashiruddin
Abdullahyang menyatakan bahwa : secara garis besar dikenal dua jenis akhlak; yaitu akhlaq al
karimah (akhlak terpuji), akhlak yang baik dan benar menurut syariat Islam, dan akhlaq al
mazmumah (akhlak tercela), akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurut syariat Islam.
Akhlak yang baik dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik pula, demikian sebaliknya akhlak yang
buruk terlahir dari sifat yang buruk. Sedangkan yang dimaksud dengan akhlaq al mazmumah
adalah perbuatan atau perkataan yang mungkar, serta sikap dan perbuatan yang tidak sesuai
dengan syariat Allah, baik itu perintah maupun larangan_Nya, dan tidak sesuai dengan akal dan
fitrah yang sehat.

Memahami jenis akhlak seperti yang disebutkan di atas, maka dapat difahami, bahwa
akhlak yang terpuji adalah merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang berupa ketaatan
pada aturan dan ajaran syariat Islam yang diwujudkan dalam tingkah laku untuk beramal baik
dalam bentuk amalan batin seperti zikir dan doa, maupun dalam bentuk amalan lahir seperti
ibadah dan berinteraksi dalam pergaulan hidup ditengah-tengah masyarakat. Sedangkan akhlak
yang tercela adalah merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang, berupa kebiasaan
melanggar ketentuan syariat ajaran Islam yang diujudkan dalam tingkah laku tercela, baik dalam
bentuk perbuatan batin seperti hasad, dengki, sombong, takabur, dan riya, maupun perbuatan
lahir seperti berzina, menzholimi orang lain, korupsi dan perbuatanperbuatan buruk lainnya.
Sedangkan menurut Aminuddin akhlak terbagi pada dua macam yaitu akhlak terpuji
(akhlakul mahmudah) dan akhlak tercela (akhlakul madzmumah).

a. Akhlak Terpuji

10
Akhlak terpuji adalah sikap sederhana yang lurus sikap sedang tidak berlebih-lebihan,
baik perilaku, rendah hati, berilmu, beramal, jujur, tepat janji, istiqamah, berkemaan, berani,
sabar, syukur, lemah lembut dan lain-lain.

b. Akhlak Tercela
Akhlak tercela yaitu semua apa-apa yang telah jelas dilarang dan dibenci oleh Allah swt
yang merupakan segala perbuatan yang bertentangan dengan akhlak terpuji.

Dari pemaparan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa akhlak terbagi atas
dua bagian yang mana akhlak terpuji yaitu semua perbuatan-perbuatan baik yang diperintahkan
dan disenangi Allah begitu sebaliknya terhadap akhlak tercela yaitu perbuatanperbuatan yang
dilarang dan dibenci Allah Swt. Dengan demikian akhlak yang baik akan memberikan pengaruh
pada pelakunya begitu juga sebaliknya dengan akhlak tercela.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup
segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk
dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk.

Moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral
biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan
perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk,layak atau tidak layak,patut maupun tidak patut.

11
Sedangkan Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana
yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang
dapat diketahui oleh akal pikiran.

Ketiga hal tersebut (Akhlak, moral dan Etika) merupakan hal yang paling penting
dalam pembentukan Akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi
pekertinya adalah Rasulullah ‫ﷺ‬. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia
menyatakan: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi
pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim).

Hubungan Akhlak dengan Iman dan Ihsan dapat dilihat dari pelaksanaan rukun Iman
dan rukun Islam, tetapi juga harus diikuti dengan mencontoh sifat-sifat Allah menurut kadar
kesanggupan manusia. Jika Allah bersifat sayang, maka manusia juga harus mengikutinya,
dengan cara demikian akan timbul Ihsan yaitu akhlak yang terpuji.Dengan memahami rukun
iman yang demikian itulah seseorang akan mendapatkan sikap ihsan dalam dirinya, jadi bukan
hanya sekedar hafal terhadap sejumlah rukun iman tetapi harus pula disertai dengan
mengamalkan rukun iman dalam kehidupan sehari-hari, inilah cara menghasilkan Ihsan.

Kami selaku penyusun menyadari masih jauh dari sempurna dan tentunya banyak sekali
kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya
kemampuan kami. Kami juga mengharapkan makalah ini sangat bermanfaat untuk kami
khususnya dan pembaca pada umumnya

B. Saran

Kami selaku penyusun menyadari masih jauh dari sempurna dan tentunya banyak
sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya
kemampuan kami. Kami juga mengharapkan makalah ini sangat bermanfaat untuk kami
khususnya dan pembaca pada umumnya

DAFTAR PUSTAKA

http://depeberbagiilmu.blogspot.com/2013/12/makalah-agama-islam-akhlak-etika-dan.html

http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/5_5.png

16 Hasin Yadi, Ayat-ayat Akhlak dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Jakarta)

http://deskripsimakalah.blogspot.com/2017/01/landasan-dan-kedudukan-akhlak_4.html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai