Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah yang berjudul "Penguatan Jati Diri Ke Indonesiaan” ini dapat diselesaikan dengan
baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata pelajaran Sejarah Indonesia. Kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami
juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta
bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai
manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Keruak, 10 Oktober 2022

Penyusun

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………..……..I
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..……………………….…..II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………….…...1
B. Rumusan Masalah………….…………………………………………………………………….….2
C. Tujuan……………………………………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
A. Penguatan Jati Diri Ke Indonesiaan……………………………………………………...….……..3
1. Politik untuk Kesejahteraan dan Kejayaan………………………………………….….….….3
2. Pemuda yang Berpolitik……………………………………………...….................................4
3. Nasionalisme yang Revolusioner……………………………………………..…………….....5
4. Volksraad sebagai Wahana Perjuangan………………………………..............................…...5
5. Tamatnya Kemaharajaan Belanda……………………………………………………………..6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………….7
B. Saran…………………………………………………………………………………………....……7
DAFTAR PUSTAKA

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasrat untuk meraih kemajuan bangsa Indonesia muncul ketika banyak pemuda telah mengecap
bangku sekolah, baik dalam maupun luar negeri. Selain itu, munculnya surat kabar telah memupuk kesadaran
berbangsa dari seluruh lapisan masyarakat bumiputra. Kesadaran ini makin tampak dengan banyaknya
organisasi kaum muda, yang mengarahkan tujuannya untuk membentuk suatu bangsa dan negara yang
merdeka.

Kaum muda terpelajar mempunyai peranan yang cukup penting bagi kesadaran untuk mencapai
kemajuan dalam kehidupan berbangsa. Dalam catatan sejarah dapat diingat bagaimana peran para pemuda dan
kaum terpelajar. Hal ini tampak jelas terutama setelah dilaksanakan Politik Etis di Indonesia. Dibukanya
program edukasi telah membuka jalan lahirnya kaum muda terpelajar yang kemudian menggerakkan kesadaran
kebangsaan sehingga melahirkan gerakan kebangkitan nasional di Indonesia. Puncaknya adalah terjadinya
peristiwa Sumpah Pemuda yang telah meneguhkan tiga pilar jati diri keindonesiaan: tanah air, bangsa, dan
bahasa Indonesia.

Setelah berhasil menggelorakan Sumpah Pemuda, hampir setiap momen perubahan dan pembaharuan
di Indonesia tidak pernah lepas dari peran pemuda. Sebut saja peristiwa Proklamasi Indonesia,
penumpasan G30S/PKI dan lahirnya Orde Baru serta gerakan reformasi tahun 1998, kaum muda tampil
sebagai penggerak dan pelopor. Peranan mereka dapat menentukan kelangsungan kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Tetapi sayang dalam kehidupan dewasa ini nilai-nilai kepeloporan kaum muda terpelajar itu tidak
sepenuhnya dapat dipahami dan diteladani oleh para remaja, pemuda, dan juga kaum terpelajar, kecuali
sebagian kecil. Marilah kita perhatikan gejala dan kehidupan yang nampak pada remaja dan masyarakat kita di
berbagai daerah dewasa ini. Munculnya perilaku anarkis di kalangan remaja, tawuran antar pelajar,
penyalahgunaan narkoba, dan rapuhnya rasa nasionalisme.

Tidak sedikit di antara remaja kita yang lebih gandrung dengan budaya dan produk luar negeri
ketimbang mencintai budaya dan produk negeri sendiri, juga munculnya rasa etnosentrisme hampir dapat kita
jumpai di berbagai daerah.

1
Penggunaan Bahasa Indonesia yang mulai rusak-rusakan. Penolakan terhadap seorang pemimpin
karena tidak berasal dari suku bangsa yang sama, atau karena perbedaan keyakinan, masih merupakan hal yang
sering kali dapat kita lihat dari berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Hal ini sebagai indikator
rendahnya semangat nasionalisme dan jati diri keindonesiaan di lingkungan masyarakat kita.

Sehubungan dengan problem kehidupan remaja dan masyarakat yang mulai melemah semangat
keindonesiaannya, penting untuk merevitalisasi nilai-nilai kepeloporan para pemuda yang telah menggelorakan
nasionalisme serta prinsip persatuan dan kesatuan bangsa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini
adalah:
1. Bagaimana proses penguatan jati diri ke Indonesiaan?
C. Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana proses penguatan jati diri ke Indonesiaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penguatan Jati Diri Ke Indonesiaan

1. Politik untuk Kesejahteraan dan Kejayaan


Perlu dipahami bahwa dengan berkembangnya organisasi di kalangan pemuda juga diikuti oleh
berkembangnya organisasi wanita atau perempuan di Indonesia. Pada tahun 1912 berdiri organisasi
perempuan yang pertama yakni Putri Mardika di Jakarta. Organisasi itu bertujuan untuk membantu
bimbingan dan penerangan pada gadis bumiputera dalam menuntut pelajaran dan mengemukakan pendapat
di muka umum, serta memperbaiki hidup wanita sebagai manusia yang mulia. Berbagai aktivitas dilakukan
oleh organisasi itu, terutama memberikan beasiswa untuk menunjang pendidikan dan menerbitkan majalah
wanita Putri Mardika.

Beberapa tokoh yang pernah duduk dalam kepengurusan Putri Mardika, yaitu Sabaruddin, R.A.
Sutinah, Joyo Pranoto, Rr. Rukmini, dan Sadikun Tondokusumo. Kartini Fonds, didirikan atas usaha Ny. C.
Th. Van Deventer, seorang penasihat Politik Etis. Perkumpulan itu didirikan pada 1912 dengan tujuan untuk
mendirikan sekolah Kartini. Setelah itu, muncul dan berkembang organisasi perempuan di berbagai daerah,
juga organisasi-organisasi perempuan sebagai bagian dari organisasi yang sudah ada, seperti organisasi
wanita di Muhammadiyah, organisasi wanita di Taman Siswa, organisasi perempuan di BU, dan begitu
seterusnya.

Berkembangnya berbagai organisasi wanita tersebut mendorong pergerakan wanita untuk lebih
berperan untuk meningkatkan kesejahteraan kaum perempuan. Wanita yang mengenyam pendidikan juga
semakin banyak. Dengan demikian, wawasan mereka juga semakin berkembang untuk memberi dukungan
terhadap organisasi-organisasi pergerakan pada umumnya.

Diadakannya Kongres Pemuda II yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda tersebut nampaknya
ikut menyemangati perjuangan organisasi pergerakan perempuan di Indonesia. Seide dengan pelaksanaan
Kongres Pemuda II itu kemudian organisasi-organisasi wanita yang telah berkembang di berbagai daerah di
Indonesia itu mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928, di Pendopo
Joyodipuro, yang dipimpin oleh Ny. R.A. Sukanto. Kongres itu diprakarsai oleh Ny. Sukoto, Nyi Hajar
Dewantara, dan Nn. Suyatin. Kongres itu bertujuan untuk menjalin persatuan di antara perkumpulan wanita,
dan memajukan wanita. Dalam Kongres Perempuan Indonesia I itu dihadiri oleh 30 organisasi wanita.
Kongres Perempuan Indonesia I itu merupakan bagian penting bagi Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia.
Untuk mengenang sejarah kongres perempuan maka setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari
Ibu di Indonesia.

3
Pada perkembangan selanjutnya organisasi itu berubah nama sebagai Perserikatan Perhimpunan
Istri Indonesia (PPPI). Perjuangan organisasi itu semakin kuat dengan didirikannya Isteri Sedar dan Isteri
Indonesia. Isteri Sedar didirikan oleh Suwarni Pringgodigdo (1930), di Bandung. Organisasi itu bertujuan
meningkatkan kesadaran wanita Indonesia untuk memperkukuh cita-cita Indonesia Merdeka. Organisasi ini
sejalan dengan PNI, yang menolak poligami. Selanjutnya Istri Indonesia didirikan 1932. Organisasi itu
didirikan berdasarkan nasionalisme dan demokrasi.

Tujuan Istri Indonesia adalah mencapai Indonesia Raya dan bersikap kooperatif terhadap
pemerintah Belanda. Tokoh-tokoh organisasi itu adalah Ny. Sunaryo Mangunpuspito dan Maria Ulfah
Santoso. Kongres Perempuan I dan juga semakin meningkatnya gerakan organisasi wanita telah ikut
mendorong bagi kemajuan perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kejayaan. Kejayaan ini dalam
rangka menuju cita-cita kemerdekaan.

2. Pemuda yang Berpolitik


Pada mulanya perkumpulan Indonesia Muda tidak diperbolehkan terlibat dalam politik. Tekanan
pemerintah terhadap larangan berpolitik mendorong anggota Indonesia Muda untuk mendirikan
perkumpulan lain, bahkan tersebar di berbagai organisasi politik atau golongan yang ada. Pada 1931, orang-
orang PNI Baru di Malang mendirikan Suluh Pemuda Indonesia yang bercorak Marhaen. Partindo di
Yogyakarta mendirikan Persatuan Pemuda Rakyat Indonesia (Perpri).

Dari perkumpulan Islam misalnya, berdiri JIB bagian keputrian, Pemuda Muslim Indonesia,
Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Perserikatan Ulama, Pemuda Persatuan Islam, dan Anshor NU. Dari
pemuda Kristen misalnya, lahir Persatuan Pergerakan Pemuda Kristen, sementara pemuda Katolik
melahirkan Mudo Katholik dari partai politik Suluh Pemuda Indonesia, barisan Pemuda Gerindo, Jajasan
Obor Pasundan. Perkumpulan lainnya seperti, Taman Siswa, Persatuan Pemuda Teknik, Persatuan Putri
Cirebon, Kebangunan Sulawesi, dan Minangkabau. Di dalam organisasi ini para pemuda dapat bersentuhan
dengan kegiatan politik sesuai dengan dinamika organisasi induknya.

Dalam gerakannya para pemuda juga melakukan kegiatan kepanduan. Kepanduan itu berasal dari
kepanduan Jong Java, Pemuda Sumatera, dan organisasi pemuda lainnya. Di samping itu juga berdiri
kepanduan berdasarkan kebangsaan dan keagamaan, seperti Natipy, Hizbul Wathon, Siap, dan Kepanduan
Rakyat Indonesia.

Kepanduan itu mengambil asas dari kepanduan dunia, yang berisi tentang memberikan pelajaran
dalam bentuk segala permainan dan kecakapan pandu, untuk meningkatkan kesehatan para pemuda. Dalam
kegiatan kepanduan ini para pemuda dengan payung kegiatan kesehatan bisa dikaitkan dengan pembinaan
disiplin seperti baris-berbaris. Dari kegiatan ini dapat ditumbuhkan semangat termasuk kemudian semangat
patriotisme dan nasionalisme, atau cinta tanah air seperti yang dikembangkan di lingkungan Hizbul
Wathon.
4
3. Nasionalisme yang Revolusioner
Sebagai seorang terpelajar Sukarno, muncul sebagai seorang pemuda cerdas yang memimpin
pergerakan nasional baru. Ia mendirikan partai dengan nama Partai Nasional Indonesia (4 Juli 1927). Partai
itu bersifat revolusioner, sebelumnya partai itu bernama Algeemene Studie Club. Sukarno memimpin partai
itu hingga Desember 1929. Jumlah anggotanya hingga saat itu mencapai 1.000 orang.

5
Sukarno juga turut serta memprakarsai berdirinya Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan
Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada 1927. Pada 28 Oktober 1928 organisasi ini ikut menyatakan
ikrar tentang tanah air yang satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, yaitu Indonesia. Pernyataan Sumpah
Pemuda itu membawa dampak luas pada masyarakat untuk menumbuhkan nasionalisme yang kuat. Di
daerah-daerah munculnya nasionalisme yang digerakkan oleh tradisi dan agama. Mereka terinspirasi oleh
para pemimpin pergerakan nasional yang ada di Jakarta.

4. Volksraad sebagai Wahana Perjuangan


Pada akhir tahun 1929, pimpinan PNI ditangkap. Untuk melanjutkan perjuangan maka dibentuklah
fraksi baru dalam volksraad yang bernama Fraksi Nasional, pada Januari 1930 di Jakarta. Fraksi itu diketuai
oleh Muhammad Husni Thamrin yang beranggotakan sepuluh orang yang berasal dari Jawa, Sumatera, dan
Kalimantan. Tujuan organisasi itu adalah menjamin kemerdekaan Indonesia dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.
Penangkapan pimpinan PNI menjadi pembicaraan di kalangan Fraksi Nasional. Mereka mengecam
tindakan pemerintah terhadap ketidakadilan yang diterapkan terhadap gerakan yang dilakukan oleh
pemerintah kolonial. Atas usulan Fraksi Nasional itu volksraad meninjau ulang kebijakan pemerintah
kolonial. Pemerintah kemudian mengusulkan perkara yang dituduhkan kepada para pemimpin
ke pengadilan tinggi, bukan pengadilan negeri. Akan tetapi permintaan itu ditolak, karena masalah itu
menyangkut masalah perbuatan pidana, bukan masalah pelanggaran politik. Jelaslah bahwa gerakan yang
dilakukan oleh kaum pergerakan dianggap sebagai kejahatan yang mengganggu keamanan bukan sebagai
gerakan politik.

Fraksi Nasional juga menolak usulan pemerintah untuk memperkuat pertahanan yang dapat
menghabiskan biaya yang besar. Ini berarti menambah kesengsaraan rakyat karena situasi ekonomi saat itu
sedang mengalami depresi. Menurut Fraksi Nasional lebih baik biaya itu digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Sementara pengawasan dalam bidang politik semakin diperketat dengan adanya
bermacam-macam larangan, seperti larangan berkumpul, pembredelan surat kabar, dan propaganda. Fraksi
Nasional juga mendorong anggotanya untuk lebih berperan dalam Volksraad. Para nasionalis di Volksraad
diminta untuk bersikap non-kooperasi.

5
5. Tamatnya Kemaharajaan Belanda
Ratusan tahun sudah Belanda membangun kemaharajaan di Kepulauan Indonesia, di tanah Hindia
Belanda. Secara interen pejuang dan para pemuda yang kemudian berpolitik untuk mewujudkan persatuan
guna melawan penjajahan. Roda kebangsaan digerakkan untuk melawan ganasnya roda kolonialisme dan
imperialisme. Tetapi tampaknya roda kolonialisme dan imperialisme itu masih cukup kokoh. Tetapi para
pejuang dan intelek muda kita tidak pernah putus asa. Roda kebangsaan terus digerakkan di berbagai
penjuru yang dipandang memungkinkan untuk mendapatkan kebebasan termasuk melalui Volksraad.

Kebijakan politik etis telah diterapkan sebagai pengaman dari sebuah pertanggungjawaban
pemerintah kolonial terhadap negeri jajahan yang rakyatnya sudah lama dibuat menderita. Pintu pendidikan
dan politik bagi kaum bumiputera, dibuka untuk memberi kesempatan para pejuang kita untuk
mengekspresikan strategi perjuangannya secara lebih demokratis, berbeda dari perjuangan masa-masa
sebelumnya. Tetapi semua ini tidak dapat berjalan cepat sebagaimana harapan para pejuang pergerakan
kebangsaan.

Kekuatan kolonialisme dan imperialisme Belanda tampak masih mampu mengontrol para pejuang
kita. Masuknya bumiputera sebagai anggota Volksraad bukan berarti kaum bumiputera diberi hak penuh
untuk menyuarakan pendapatnya. Namun setidaknya Volksraad sudah memberikan peluang para wakil
Hindia, yang membukakan wawasan mereka perlunya persatuan untuk melakukan gerakan nasional dalam
melawan dominasi kolonialisme dan imperialisme Belanda.

Di tengah-tengah roda pergerakan kebangsaan bergesekan dan beradu dengan roda kolonialisme
dan imperialisme, Tuhan Yang Maha Kuasa, telah membuat skenario baru, yakni berkobarnya Perang
Dunia II. Perang itu pun dengan cepat menjalar ke Indonesia yang ditandai dengan datangnya tentara
Jepang yang kemudian ikut menyudahi kemaharajaan Belanda di Indonesia.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pada perkembangan fase kebangkitan nasional, mulai berkembang berbagai organisasi pergerakan
yang mengusung ideologi kemajuan dan kebangsaan bahkan juga politik untuk pembebasan rakyat dari
penjajahan. Berbagai organisasi yang berkembang di era kebangkitan nasional baik yang bercorak
keagamaan atau yang sekuler, bercorak kedaerahan ataupun yang bersifat nasional, yang kooperatif ataupun
yang non-kooperatif, yang pemuda maupun yang wanita, tampaknya belum mampu menciptakan persatuan
yang kokoh untuk sama-sama melawan penjajah. Mereka masih memikirkan bagaimana organisasinya
berkembang. Hal ini menjadi pemikiran serius dari kalangan pemuda untuk mewujudkan gerakan persatuan
dan kesatuan di antara berbagai organisasi.
Sumpah Pemuda sebagai klimaks agenda dalam Kongres Pemuda II, 28-10-1928 dengan ikrarnya
satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa, merupakan peristiwa dan sangat penting yang historis-monumental
dalam dinamika perjuangan bangsa menuju cita-cita persatuan Indonesia. Sumpah Pemuda memiliki nilai-
nilai yang sangat bermakna dalam menuju cita-cita Indonesia Merdeka. Nilai-nilai persatuan, jati
diri/semangat kebangsaan dan demokrasi merupakan nilai-nilai yang sangat penting artinya bagi
perjuangan rakyat Indonesia pada masa-masa berikutnya, yang secara nyata menunjukkan identitas
keindonesiaan. Indonesia Raya, Indonesia Merdeka sebagai tujuan utama.

B. Saran

Kita sebagai generasi muda harus mempunyai semangat yang tinggi seperti pemuda-pemuda pada
zaman Belanda, yaitu semangat dalam belajar. Kita juga tidak boleh melupakan perjuangan mereka, kita
bisa memperingati peristiwa sumpah pemuda setiap tanggal 28 oktober untuk menghormati perjuangan para
pemuda pada zaman dulu, sehingga kita dapat membangun jati diri bangsa Indonesia.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik dan A.B. Lapian. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 5 (Masa Pergerakan
Kebangsaan). Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.

Adam, Ahmat. 2003. Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan. Jakarta: Hasta
Mitra.

Adam, Cindy. 1984. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.

Kahin, George Mc. Turnan. 2013. Nasionalisme & Revolusi Indonesia. Depok: Komunitas Bambu.

Kartodirdjo, Sartono. 2005. Sejak Indische sampai Indonesia. Jakarta: Kompas.

Komandoko, Gamal. 2008. Boedi Oetomo: Awal Bangkitnya Kesadaran Bangsa. Yogyakarta: Medpress.

Miert, Hans van. 2003. Dengan Semangat Berkobar: Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di Indonesia
(1918-1930). Jakarta: Hasta Mitra.

Nagazumi, Akira. 1989. Bangkitnya Nasionalisme Indonesia: Budi Utomo (1908-1918). Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti.

Nasution. 1995. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Noer, Deliar. 1985. Gerakan Modern Islam di Indonesia (1900-1942). Jakarta: LP3ES.

Simbolon, Parakiti T. 2007. Menjadi Indonesia. Jakarta: Kompas.

Suhartono. 1994. Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi (1908-1945).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Swantoro, P. 2002. Dari Buku ke Buku Sambung Menyambung Menjadi Satu. Jakarta: KPG.

8
PENGUATAN JATI DIRI
KE INDONESIAAN

Oleh Kelompok :
1. DITHA MAITAVIA ANDANI
2. ZAKIAH SUSANTI
3. YOPA HILMI SAPUTRA
4. L. SAHRIL IZA SAPUTRA

SMAN 1 KERUAK
TAHUN AJARAN 2022/2023

Anda mungkin juga menyukai