Anda di halaman 1dari 89

KATA PANGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan modul ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan modul
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di
akhirat nanti.

Pada kesempatan ini kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada ibu kepala madrasah atas motivasinya.Tak lupa kami juga mengucapkan
terima kasih kepada bapak Amir Syarifudin Tanjung M.PD.I yang telah
memberikan arahan dan memberikan masukan-masukannya dalam pembuatan
modul Sejarah Indonesia dan juga kami ucapkan terima kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.

Kami sangat berharap semoga modul ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Kami sebagai penyusun,menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan,baik dari penyusun maupun tata bahasa penyampaian.Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik agar kami dapat
memperbaiki Modul Sejarah Indonesia ini.

Pandeglang, 7 Februari2023

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 ................................................................... iii

PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA .................................................... 1

A. Strategi pergerakan nasional di Indonesia pada.masa awal kebangkitan


nasional,Sumpah Pemuda, dan sesudahnya sampai dengan Proklamasi
Kemerdekaan............................................................................................. 1
B. Tokoh-Tokoh Nasional dan Daerah dalam Perjuangan Menegakkan
Negara Republik Indonesia....................................................................... 14
C. Dampak politik, budaya, sosial-ekonomi dan pendidikan pada masa
penjajahan Barat dalam kehidupan bangsa Indonesia masa
kini............................................................................................................. 29

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 ................................................................... 38

PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA.......................................... 38

A. Peristiwa proklamasi kemerdekaan...........................................................


B. Pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia.........................
C. Tokoh proklamator Indonesia....................................................................

KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 ...................................................................

PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DARI


ANCAMAN SEKUTU DAN BELANDA .........................................................

A. Perubahan dan perkembangan politik masa awal


kemerdekaan.............................................................................................
B. Perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan kemerdekaan
dari ancaman Sekutu, dan Belanda...........................................................
STRATEGI PERGERAKAN NASIONAL DI INDONESIA
PADA MASA AWAL KEBANGKITAN NASIONAL, SUMPAH
PEMUDA, DAN SESUDAHNA SAMPAI DENGAN
PROKLAMASI KEMERDEKAAN

1. Arti Penggerakan Nasional

Pengerakan Nasional merupakan istilah yang diguna-kan untuk


menyebut satu fase dalam sejarah Indonesia yakni masa perjuangan mencapai
kemerdekaan yakni pada kurun 1908-1945. Mengapa 1908 dijadikan sebagai
tahun awal?, alasannya karena pada masa inilah perjuangan yang dilakukan
rakyat termasuk dalam kategori bervisi nasional. Artinya pergerakan yang
dilakukan untuk menentang kaum penjajah sebelum tahun ini,masih bersifat
kedaerahan atau sebatas masing-masing memperjuangkan kelompoknya
masing-masing. Timbulnya kesadaran baru dengan cita-cita nasional disertai
lahirnya organisasi modern sejak 1908, menandai lahirnya satu kebangkitan
dengan semangat yang berbeda.
Dengan demikian, masa awal perjuangan bangsa periode ini
dikenal pula dengan sebutan kebangkitan nasional. Istilah pergerakan
nasional lainnya juga digunakan untuk melukiskan proses perjuangan bangsa
Indonesia dalam fase mempertahankan kemerdekaan (masa revolusi fisik).
Pergerakan masa ini merupakan upaya untuk membendung hasrat kaum
kolonial yang ingin menanamkan kembali kekuasaannya di Indonesia. Istilah
pergerakan identik dengan istilah movement dalam bahasa Inggris. Alasan
mengapa disebut per-gerakan nasional, karena orientasi perjuangan yang
dilakukan melalui wadah organisasi modern menyang-kut arah perbaikan
hajat hidup bangsa Indonesia. Arti-nya, pergerakan tersebut merupakan
refleksi rasa ketidakpuasan dan ketidaksetujuan terhadap keadaan masyarakat
yang sangat memperihatinkan ketika itu. Mencapai kemerdekaan bersama
sebagai bangsa, me-rupakan cita-cita nasional dan usaha terorganisir ini
adalah sebuah pergerakan nasional. Untuk memaknai lebih lanjut, menarik
dikemukakan pandangan Henry A. Lansberger dan Yu.G. Alexandrov tentang
empat dimensi penting dari sebuah gerakan, yakni: (1) tingkat adanya
kesadaran bersama tentang nasib yang dialami, (2) tingkat di mana aksi itu
bersifat kolektif, baik dalam lingkup orang yang terlibat maupun tingkat
koordinasi dan organisasi aksi, (3) lingkup di mana aksi itu bersifat
instrumental yang dirancang untuk mencapai sasaran di luar aksi itu sendiri,
dan (4) tingkat di mana reaksi itu didasarkan secara ekslusif atas kerendahan
status sosial, ekonomi, dan politik. Menurut Sudiyo, faktor luar negeri yang
turut mempercepat proses timbulnya pergerakan nasional, antara lain:
1. Adanya faham baru, yakni liberalisme dan human rights, akibat dari
Perang Kemerdekaan Amerika (1774-1783) dan Revolusi Perancis (1789),
yang sudah mulai dikenal oleh para elit intelektual.
2. Diterapkannya pendidikan sistem Barat dalam pelaksanaan Politik Etis
(1902), yang menimbul-kan wawasan secara luas bagi pelajar Indonesia,
walaupun jumlahnya sangat sedikit.
3. Kemenangan Jepang terhadap Rusia tahun 1905, yang membangkitkan
rasa percaya diri bagi rakyat Asia-Afrika dan bangkit melawan bangsa
penjajah (bangsa berkulit putih).
4. Gerakan Turki Muda (1896-1918), yang bertujuan menanamkan dan
mengembangkan nasionalisme Turki, sehingga terbentuk negara
kebangsaan yang bulat, dengan ikatan satu negara, satu bangsa, satu
bahasa, ialah Turki.
5. Gerakan Pan-Islamisme, yang ditumbuhkan oleh Djamaluddin al-Afgani
bertujuan mematahkan dan melenyapkan imperialisme Barat untuk mem-
bentuk persatuan semua umat Islam di bawah satu pemerintahan Islam
pusat. Gerakan ini menimbulkan nasionalisme di Negara terjajah dan anti-
imperialis.
6. Pergerakan nasional di Asia, seperti gerakan Nasionalisme di India,
Tiongkok, dan Philipina.
 Strategi Pergerakan
1. Menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannnya
2. Perjuangannya sudah bersifat nasional, bukan kedaerahan
3. Tidak menggunakan kekerasan senjata
4. Perjuangannya dipimpin oleh tokoh-tokoh agama, kaum terpelajar, tokoh-
tokoh pemuda, dan tokoh-tokoh masyarakat
5. Asas perjuangannya ada yang bersifat kooperatif (tetapi bukan prinsip) dan
non-kooperatif
 daftar organisasi pergerakan nasional
1. Budi Utomo
2. Sarekat Islam
3. Indische partij
4. Perhimpunan Indonesia
5. Partai nasional indonesia
6. Sumpah Pemuda
7. Organisasi Kepanduan
8. Taman Siswa
Tujuan organisasi pergerakan nasional adalah mencapai
kemerdekaan bangsa Indonesia yang bebas dari belenggu penjajahan dan
pihak kolonial asing yang sangat merugikan bangsa. Organisasi-organisasi
pergerakan nasional ini berupaya untuk menentukan nasib bangsanya sendiri
dan juga demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Organisasi pergerakan
nasional yang berisi sekelompok orang dengan struktur keanggotaan resmi ini
memiliki satu tujuan untuk bersama-sama berjuang untuk kepentingan
bersama di atas nama bangsa Indonesia. Itulah sebabnya tujuan organisasi ini
menjadi lebih lancar dan baik karena menuju tujuan yang sama. Pada jangka
waktu tertentu terbentuklah beberapa organisasi pergerakan nasional. Bahkan
setelah organisasi tersebut lemah atau tumbang kemudian kabangkitan
muncul kembali untuk membuat organisasi pergerakan baru yang lebih kuat.
1. Pengertian sumpah pemuda

Sumpah Pemuda merupakan salah satu kejadian penting dalam


pergerakan kemerdekaan Indonesia. Sumpah atau ikrar dari sejumlah pemuda
inilah yang menjadi penyemangat bangsa demi cita-cita berdirinya negara
Indonesia. Para pemuda di masa itu sadar bahwa pergerakan organisasi yang
bersifat kedaerahan tidak pernah memberikan hasil berarti untuk Sumpah
Pemuda lahir dari Kongres Pemuda Kedua yang diadakan selama dua hari
lamanya, tepatnya di tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 di Jakarta. Kongres ini
diadakan oleh Perhimpunan Pelajar- Pelajar Indonesia (PPPI). Anggota PPPI
terdiri dari pelajar-pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Ada sejumlah
perwakilan dari berbagai organisasi kepemudaan di Indonesia yang
menghadiri kongres ini, yakni :

a. Jong Java
b. Jong Batak
c. Jong Celebes
d. Jong Sumatranen Bond
e. Jong Islamieten Bond
f. Jong Ambon

Kongres yang diadakan di tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 di


Jakarta ini bukanlah pertemuan yang pertama yang diadakan oleh para
pemuda. Pertemuan pertama justru diadakan pada tahun 1926. Hasil dari
pertemuan ini keluar pada tanggal 20 Februari 1927. Di tahun berikutnya,
tepatnya di bulan Mei 1928 pertemuan para pemuda ini kembali diadakan dan
dilanjutkan lagi dengan pertemuan di tanggal 12 Agustus 1928 yang dihadiri
oleh seluruh barisan organisasi pemuda Indonesia. Dari pertemuan tanggal 12
Agustus 1928 inilah yang memutuskan untuk mengadakan kongres di bulan
Oktober 1928. Perihal susunan kepanitiaan diambil dari masing-masing
perwakilan organisasi kepemudaan.
Keputusan inilah yang mengobarkan semangat para pejuang tanah
air untuk memperjuangkan terbentuknya tanah air Indonesia, bangsa
Indonesia dan bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Pada perkumpulan-
perkumpulan yang membahas kemerdekaan Indonesia berikutnya, Sumpah
Pemuda selalu dijadikan asas bersama. Selain itu, Sumpah Pemuda juga
selalu disiarkan di semua surat kabar berbahasa Indonesia dan selalu
dibacakan sebagai pembuka rapat perkumpulan-perkumpulan.

 Nilai-Nilai dalam Sumpah Pemuda

Dari Peristiwa Sumpah Pemuda kita dapat mempelajari nilai-nilai


penting yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai tersebut antara lain :

a. Cinta bangsa dan tanah air :

Nilai dalam Sumpah Pemuda yang pertama adalah cinta bangsa dan
tanah air. Mengapa demikian?, Karena dalam ikrar Sumpah Pemuda yang
disampaikan pada tahun 1928 terdapat makna akan satu tanah, satu bangsa,
dan satu bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Hal ini lah yang menjadi wujud dari
adanya rasa cinta terhadap bangsa dan juga tanah air Indonesia, atau juga
dapat dipahami sebagai adanya suatu rasa nasionalisme. Memiliki rasa cinta
terhadap bangsa dan tanah air Indonesia juga berarti bahwa setiap warga
Indonesia wajib untuk selalu setia dan juga bangga terhadap bangsa dan
negara Indonesia.

b. Persatuan :

Terdapat konsensus atau kesepakatan bersama bersatu menjadi satu


bangsa meskipun terdiri dari beraneka ragam suku, agama, dan budaya. Hal
ini dapat dilihat dari dasar Sumpah Pemuda sendiri yang dirumuskan dan di
ikrarkan oleh seluruh pemuda yang berasal dari berbagai daerah, suku, agama,
hingga golongan yang berbeda-beda. Walaupun datang dari suatu perbedaan,
namun tidak menghalangi para pemuda untuk dapat merasakan persatuan
dalam satu bangsa Indonesia yang ditunjukkan dari perjuangan bersama
mereka dalam melawan penjajah demi merebut kemerdekaan bangsa
Indonesia.

c. Menerima dan Menghargai Perbedaan :

Nilai persatuan juga mengandung arti akan perbedaan yang dapat


diterima oleh satu sama lain. Walaupun berasal dari berbagai macam latar
belakang yang berbeda, namun tidak menyurutkan semangat para pemuda
bangsa Indonesia untuk tetap bersatu dan menjunjung tinggi nilai persatuan
demi mencapai cita-cita bersama. Berbagai macam berbedaan latar belakang
tersebut bukanlah merupakan hal untuk di permasalahkan, namun justru wajib
untuk diterima dan juga dihargai satu sama lain sebagai salah satu kekuatan
bangsa Indonesia. Para pemuda dapat menerima dan menghargai akan adanya
perbedaan demi terciptanya satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.

d. Sikap rela berkorban :

Adanya nilai cinta bangsa dan tanah air juga tidak terlepas dari
adanya nilai sikap rela berkorban dalam Sumpah Pemuda. Rela berkorban
berarti bahwa ikhlas atau rela untuk memberikan apapun yang dimilikinya
demi kepentingan bangsa dan negara, walaupun dapat menimbulkan
penderitaan bagi diri sendiri. Hal ini juga ditunjukkan demi memperkuat
persatuan dan kesatuan para pemuda bangsa Indonesia dalam berjuang
memperebutkan kemerdekaan Indonesia.

e. Mengutamakan kepentingan bangsa :

Nilai pada Sumpah Pemuda yang selanjutnya adalah


mengutamakan kepentingan bangsa diatas kepentingan lainnya. Artinya
bahwa ikrar Sumpah Pemuda dan juga perjuangan para pemuda dalam
usahanya merebut kemerdekaan Indonesia tidak mengutamakan kepentingan
diri sendiri maupun kepentingan golongan masing-masing, mereka selalu
mengutamakan kepentingan bangsa untuk dapat bersatu melawan para
penjajah dan merebut kemerdekaan Indonesia.
f. Semangat Persaudaraan :

Nilai semangat persaudaraan didalam Sumpah Pemuda juga


dilandasi akan adanya semangat kekeluargaan didalamnya. Semangat
kekeluargaan ini dapat dilihat dari adanya sikap saling menyayangi dan
bertanggung jawab atas satu sama lain dalam satu bangsa Indonesia yang juga
menjadi makna dari nilai kekeluargaan. Semangat persaudaraan didalam para
pemuda juga yang mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa dan tanah
air yang satu, yaitu Indonesia. Oleh sebab itu, selalu menjunjung semangat
persaudaraan atas sesama warga Indonesia juga penting adanya untuk selalu
menjunjung tinggi kesatuan bangsa dan terhindar dari adanya perpecahan
didalamnya.

g. Semangat Gotong Royong :

Gotong royong atau bekerja sama demi mencapai satu tujuan yang
sama merupakan suatu kebudayaan yang kuat didalam bangsa Indonesia.
Gotong royong merupakan salah satu usaha atau upaya yang dilakukan
bersama-sama tanpa pamrih atau mengharapkan suatu imbalan, nilai gotong
royong juga menjadi salah satu contoh nilai kemanusiaan. Nilai gotong
royong ini juga terdapat dalam Sumpah Pemuda, dimana para pemuda
berjuang bersama-sama saling membahu satu sama lain demi kemerdekaan
Indonesia. Kemerdekaan Indonesia sendirilah yang akhirnya menjadi bukti
bahwa gotong royong atau kerja sama menjadi suatu nilai yang kuat dalam
upaya mencapai satu tujuan yang sama, yaitu Kemerdekaan Indonesia pada
masa Sumpah Pemuda tersebut.

 Makna Sumpah Pemuda


Sebagaimana dijelaskan dalam buku Makna Sumpah
Pemuda tulisan Sri Sudarmiyatun, makna Sumpah Pemuda adalah untuk
membangkitkan kesadaran segenap rakyat Indonesia sebagai bangsa yang
satu. Melalui Sumpah Pemuda, perjuangan rakyat berarti tak lagi bersifat
kedaerahan, tetapi sudah menjadi sebuah kesatuan kuat. Peristiwa ini
memiliki andil penting dalam mencapai Kemerdekaan Republik Indonesia.
Sebelumnya organisasi pemuda berasal dari daerah yang berbeda-beda,
meskipun tujuannya sama-sama kemerdekaan Indonesia dan bebas segala
perbedaan. Isi Sumpah Pemuda itulah yang kemudian dijadikan pedoman
menumbuhkan cinta Tanah Air, satu bangsa, dan satu bahasa.

Isi dari Sumpah Pemuda jika kalian resapi mengandung makna


yang mendalam bagi seluruh pemuda dan pemudi dalam memberikan
pengakuan dan cinta tanah air Indonesia. Makna dari peristiwa Sumpah
Pemuda itu sendiri bisa diartikan sebagai berikut:

1. Menyatukan perjuangan Indonesia

Kelahiran Sumpah Pemuda menjadi titik awal mulainya perjuangan


bangsa secara kesatuan untuk mendapatkan kemerdekaan dari penjajah. Titik
awal ini adalah langkah yang sangat penting bagi perjuangan bangsa
Indonesia. Pada saat itu para pemuda dan pemudi yang terlibat dalam
peristiwa Sumpah Pemuda dengan tulus merelakan diri untuk berkorban
waktu, tenaga, pikiran, bahkan harta benda untuk menyatukan Indonesia.
Tekad seperti ini tentu saja merupakan sesuatu yang sangat berharga dan
tidak tergantikan. Tanpa makna dari Sumpah Pemuda dan perjuangan dari
para pemuda serta pemudi terpelajar, bisa saja Indonesia pada saat itu tidak
mencapai kesatuan yang diperlukan untuk melawan penjajah.

2. Mendorong semangat juang

Semangat berkobar dari para pemuda dan pemudi yang


mencetuskan Sumpah Pemuda saat itu telah memberikan semangat untuk
para generasi penerusnya. Semangat yang terlihat dalam isi Sumpah Pemuda
bisa menjadi contoh bagi para generasi muda berikutnya untuk mengambil
tindakan dan melakukan sesuatu bagi negaranya. Hal ini terutama penting
diketahui bagi generasi milenial, yang mendapatkan segala kemudahan hidup
tanpa perlu bersusah payah mempertahankan negaranya dan kehidupannya
sehingga cenderung kehilangan semangat berjuang dan kurang rasa
nasionalismenya. Mengetahui makna Sumpah Pemuda dengan mendalam bisa
menumbuhkan semangat berjuang untuk mendapatkan suatu tujuan sekalipun
harus mengalami banyak rintangan sebagaimana yang dilakukan oleh
generasi pendahulun kita.

3. Memaknai rasa cinta tanah air

Kemerdekaan yang didapatkan rakyat Indonesia ini bukanlah hasil


dari pemberian melainkan hasil dari perjuangan selama ratusan tahun yang
melibatkan pengorbanan nyawa serta harta benda rakyat. Latar belakang
Sumpah Pemuda itu sendiri adalah sebuah pengakuan akan rasa cinta tanah
air yang mendorong para pemuda untuk berjuang dalam satu kesatuan.
Mencintai tanah air harus diwujudkan dalam tindakan yang nyata dan tulus,
termasuk mencintai semua keragaman budaya, masyarakat dan agama yang
ada agar tidak menjadi sarana untuk konflik sosial.

4. Menumbuhkan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia

Makna Sumpah Pemuda berikutnya adalah menumbuhkan


kebanggaan sebagai bagian dari bangsa Indonesia di kalangan generasi muda
yang baru saja mengenal sejarah bangsa. Pada saat ikrar Sumpah Pemuda
diucapkan, terlihat jelas kebanggaan tersebut pada diri para pemuda dan
pemudi dalam kalimat-kalimat yang terkandung pada isi ikrar tersebut. Sudah
sewajarnya generasi muda saat ini bangga akan tanah air dan negaranya
sendiri, karena Indonesia adalah negara yang unik dan memiliki keragaman
kekayaan alam dan budaya yang perlu dihargai dan dilestarikan oleh
rakyatnya sendiri.

5. Menekankan kebanggaan akan bahasa Indonesia

Berkembangnya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan adalah


makna Sumpah Pemuda yang lainnya. Sejak itu bangsa Indonesia
mempergunakan bahasa ini sebagai sarana untuk berkomunikasi. Bahasa
Indonesia dapat mempersatukan suku-suku yang berbeda dalam
berkomunikasi, dan ditetapkan sebagai bahasa resmi yang tercantum pada
UUD 1945 pasal 36.

6. Ajakan untuk menjaga keutuhan bangsa

Indonesia menganut asas demokrasi dalam kehidupan berbangsa


dan bertanah airnya. Landasan untuk pelaksanaan demokrasi adalah asas-asas
pokok demokrasi yang berguna untuk menjaga demokrasi tetap berjalan
sebagaimana mestinya. Proses demokrasi juga dilibatkan pada Kongres
Pemuda II dalam pengambilan keputusan hasil kongres, dalam proses
perumusan hasilnya sehingga dapat menghasilkan ikrar Sumpah Pemuda
yang terkenal tersebut dan memunculkan makna Sumpah Pemuda sebagai
ajakan untuk mempersatukan bangsa, dimulai dengan persatuan organisasi
pemuda di Indonesia pada waktu itu. Makna dari Sumpah Pemuda bagi
generasi muda di era milenial ini haruslah ditanamkan kembali secara
mendalam agar dapat kembali menumbuhkan rasa nasionalisme yang dewasa
ini mulai luntur di tengah kemajuan era globalisasi.

2. Sejarah proklamasi

Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia – Pengumuman


kemerdekaan pada suatu negara merupakan impian yang dimiliki oleh setiap
negara terutama bagi negara dan bangsa yang sudah lama dijajah, seperti
Indonesia.

Waktu Indonesia mengumumkan kemerdekaannya pada tanggal 17


Agustus 1945, maka seluruh masyarakat Indonesia sangat senang karena
mereka sudah terlalu lama dijajah oleh beberapa negara seperti Belanda dan
Jepang.Bukan hanya senang, tetapi bangsa Indonesia juga mendapatkan
semangat kemerdekaan yang tinggi yang dilandasi dengan rasa keberanian
untuk mengambil keputusan dan membela kebenaran.

Dengan pengumuman Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada


dunia maka Indonesia telah dinyatakan sebagai negara baru yang memiliki
kedudukan yang sama dengan negara-negara lain yang sudah melakukan
Proklamasi Kemerdekaan. Bagi negara yang belum merdeka maka
pengumuman Proklamasi Kemerdekaan pada dunia adalah suatu impian yang
sangat didamba-dambakan.

Setiap negara punya sejarah sendiri untuk melakukan Proklamasi


Kemerdekaan. Sama halnya negara dan bangsa Indonesia yang di mana
sejarah Proklamasi Kemerdekaannya membutuhkan beberapa hal, seperti
menggunakan rumah Laksamana Muda Maeda, pemilihan naskah Proklamasi,
dan lain-lain.

Namun, sebelum membahas tentang sejarah singkat Proklamasi


Kemerdekaan Indonesia, sebaiknya kita kenali dulu apa arti dari “proklamasi
kemerdekaan”. Dengan mengetahui “proklamasi kemerdekaan” maka kita
bisa merasakan rasa kemerdekaan pada suatu negara. Berikut pengertian
“Proklamasi Kemerdekaan”.

Dengan Proklamasi Kemerdekaan yang sudah diumumkan dan


diberitahukan kepada seluruh warga dunia maka seluruh dunia akan tahu
bahwa ada negara baru yang terbebas dari jajahan negara lain. Proklamasi
Kemerdekaan yang terjadi pada suatu negara sangatlah berarti bagi bangsanya.
Proklamasi Kemerdekaan merupakan sebuah tanda bahwa suatu negara dan
bangsa telah mencapai revolusi, mencatatkan sejarah perjuangan, dan
yang terpenting adalah terbebas dari cengkraman para penjajah.

Namun, untuk mencapai proklamasi kemerdekaan tersebut


perjalanannya tidaklah mudah. Seperti di Indonesia, dimana terdapat berbgai
jejak perjuangan nasionalisme dan salah satunya adalah yang terjadi di
Surabaya yang dirangkum dalam buku Jejak Nasionalisme – Surabaya Akar
Pergerakan Kemerdekaan.

Proklamasi Kemerdekaan bagi suatu bangsa dan negara merupakan


suatu hal yang sangat istimewa dan tak ternilai harganya. Menjadi hal
istimewa karena untuk mencapai dan meraihnya, suatu bangsa dan negara
harus berjuang dengan sungguh-sungguh bahkan sampai titik darah
penghabisan dan harus rela mengorbankan banyak hal.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat,


17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun
Jepang, yang dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Drs.
Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas


kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral
semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi
Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang,
untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan
Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas
Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat
dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya.

 Pengibaran bendera pada 17 Agustus 1945

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman


Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250
km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi.
Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan
akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia,
pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat
radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah
tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk
kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi


di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa
pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia
dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari,
berdasarkan tim PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke


tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera
memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di
Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang telah menyerah kepada
Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang
anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil
pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah
menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan
pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat fatal jika para pejuang
Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak
berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir
menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan
oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).

 Dikibarkannya bendera Indonesia pada 17 Agustus 1945

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah


kepada Sekutu di kapal USS Missouri. Tentara dan Angkatan Laut Jepang
masih berkuasa di Indonesia karena Jepang berjanji akan mengembalikan
kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan
Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar
desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan
tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun
golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya
pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam
bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat
PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan
kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk


memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi
kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor


Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah
Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan
ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum
menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang
dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus
keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala
sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.Sehari
kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan
oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa
golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan
karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta BPUPKI Dalam perjalanan
sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman adalah satu-satunya
orang yang terlibat secara akif dalam kancah perjuangan berbangsa dimulai
dari munculnya Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya di
saat memimpin Budi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi rakyat
disetiap daerah di Indonesia (kesadaran memiliki tentara rakyat) dijawab
Belanda dengan kompensasi membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk
di dalamnya sebagai wakil dari Boedi Utomo.

Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan


apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka? Pertanyaan ini dijawab oleh
Bung Karno dengan Pancasila. Jawaban dan uraian Bung Karno tentang
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini kemudian ditulis oleh Radjiman
selaku ketua BPUPKI dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila
yang pertama tahun 1948 di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten
Ngawi. Terbongkarnya dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan
Widodaren, Kabupaten Ngawi ini menjadi temuan baru dalam sejarah
Indonesia yang memaparkan kembali fakta bahwa Soekarno adalah Bapak
Bangsa pencetus Pancasila.

Pada tanggal 9 Agustus 1945 ia membawa Bung Karno dan Bung


Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk menemui pimpinan tentara Jepang untuk
Asia Timur Raya terkait dengan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang
menyebabkan Jepang berencana menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang
akan menciptakan kekosongan kekuasaan di Indonesia. tidak tahu telah
terjadi peristiwa Rengasdengklok
A. Latihan Soal
1. Faktor internal yang mendorong munculnya pergerakan nasional Indonesia
adalah....
A. kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905
B.munculnya golongan terpelajar
C. berkembangnya paham liberalisme
D.gerakan nasionalisme di India dan Cina
E.adanya semangat juang bangsa indonesia
2. Sumpah pemuda 28 Oktober 1928 merupakan ikrar yang disepakati para
kaum muda dari seluruh Indonesia, yang isi ikrarnya adalah ….
A.Tanah air nusantara, bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia
B. Tanah air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia
C.Tanah air nusantara, bangsa Indonesia, dan bahasa Melayu
D. Tanah air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa Belanda
E. Tanah air indoneisia bangsa indinesia dan bahasa jepang
3. Hal penting dari perubahan nama Sarekat Dagang Islam (SDI) menjadi
Sarekat Islam (SI) oleh H.O.S. Tjokroaminoto pada tahun 1912 adalah
adanya dukungan rakyat yang membludak sejak diubah. Hal tersebut dilatar
belakangi oleh ….
A.Keanggotaan SI terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat Islam
B.Keanggotaannya sangat mendukung kepentingan Islam
C.memfokuskan diri pada perjuangan politik Islam
D.Menjadi organisasi ekonomi Islam terbesar
E. keanggotaannya terbatas
4. Perhatikan keterangan berikut!
1. Kejayaan masa lalu
2. Penderitaan akibat imperialisme
3. Munculnya golongan terpelajar
4. Gerakan nasional di Negara-negara asia
5. Kemajuan dalam bidang politik, sosial, budaya dan ekonomi
Dari keterangan di atas, nomor yang menunjukan faktor dari dalam lahirnya
pergerakan nasioanal di Indonesia adalah ….
A. 1, 2, 3, dan 4
B. 1, 2, 3, dan 5
C. 2, 3, 4, dan 5
D. 2, 3, dan 5
E.1, 3, dan 4
5. Makna Sumpah Pemuda bagi kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini
adalah....
A. menjadi sebuah peristiwa sejarah yang sudah berlalu
B.pengikat dan pemersatu bangsa di tengah perbedaan yang ada
C.momentum yang penting dalam upaya mencapai kemerdekaan
D.sebagai memori kolektif bangsa mengenai peran pemuda
5.Menjadi perjuangan pemuda indonesia
6. Konggres pemuda pertama di laksanakan
A.30 April-2 Mei 1926
B.30 April-1 Mei 1926
C.29 April-2 Mei 1926
D.28 April-1 Mei 1926
E. 27 april 1 mei 1926
7. Tangga 28 Oktober di peringati sebagai hari
A. Sumpah pemuda
B.Persatuan pemuda
C.Kemerdekaan pemuda
D.Kebebasan pemuda
E. Perjuangan pemuda
8. Pada akhir 1929, tersiar kabar bersifat provokasi yang menyebutkanbahwa
PNI akan mengadakan pemberontakan pada awal 1930. Berdasarkan hal
tersebut pemerintah Kolonial Belanda segera mengadakaan penangkapan
terhadap para pemimpin PNI, seperti Ir. Soekarno, Maskun, Gatot
Mangkupraja, dan Supriadinata. Penangkapan ini terjadi pada 24 Desember
1929. Mereka kemudian diajukan kedepan pengadilan Landraat di
Bandung.Dengan demikian pengaruh PNI terhadap upaya kemerdekaan
Indonesia dilakukan dengan cara ….
A.pemberontak
B.pro rakyat
C kooperatif
D. non kooperatif
E. Damai
9. Faktor eksternal pendorong pergerakan nasional di Indonesia adalah....
A. Munculnya golongan terpelajar
B.Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905
C.Kenangan kejayaan masa lalu
D.Persamaan nasib dan sepenanggungan
E. Semangat juang bangsa indonesia
10. Strategi pergerakan nasional di Indonesia dilatarbelakangi oleh sejumlah
fakta, yaitu...
A.Kondisi politik yang berubah sesuai kebijakan pemerintah kolonial
B.Pergantian pemimpin kerajaan Belanda
C.Adanya serangan Jepang di Wilayah Tarakan
D.Pergantian Gubernur Jendral
E. Munculnya golongan terpelajar
DAFTAR PUSTAKA

Com.omahjenius.www, “Strategi Masa Pergerakan NasionalIndonesia”.


Diakses dari https://www.omahjenius.com/2019/06/strategi-masa-pergerakan-
nasional-indonesia.html?m=1 Pada tanggal 06 Februari 2023 pukul 19:00

Com.gramedia.www, “Organisasi Pergerakan Nasional”. Diakses dari


https://www.gramedia.com/literasi/organisasi-pergerakan-nasional/amp/ Pada
tanggal 06 Februari 2023 pukul 19:05

Com.bola.www, “Makna Dan Arti Penting Sumpah Pemuda Yang Perlu


Diketahui”. Diakses dari https://www.bola.com/ragam/read/4694781/makna-
dan-arti-penting-sumpah-pemuda-yang-perlu-diketahui Pada tanggal 06
Februari 2023 pukul 19:08

Id.go.menlhk.pojokiklim://http, “Proklamasi Kemerdekaan Indonesia”


Diakses dari http://pojokiklim.menlhk.go.id/read/proklamasi-kemerdekaan-
indonesia Pada tanggal 06 Februari 2023 pukul
TOKOH-TOKOH NASIONAL DAN DAERAH DALAM PERUJANGAN
MENEGAKKAN INDONESIA

1. Tjut Nyak Dien (Aceh)

Cut Nyak Dhien adalah pahlawan wanita Indonesia inspiratif dari Aceh yang lahir pada
tahun 1848. Dia adalah anak dari keluarga bangsawan yang agamis. Pada tahun 1880 Cut Nyak
Dhien menikah dengan Teuku Umar dan dikaruniai seorang anak bernama Cut Gambang. Cut
Nyak Dhien dan Teuku Umar berjuang bersama melawan penjajah Belkalian, namun pada tahun
1899 Teuku Umar gugur ditembak oleh pasukan Belkalian, karena Belkalian merasa dikhianati
oleh Teuku Umar dengan berpura-pura memihak Belkalian. Teuku Umar pada awalnya
merahasiakan rencana nya untuk menjatuhkan belkalian tetapi seiring berjalannya waktu
akhirnya belkalian mengetahuinya dan membunuhnya. Ketika ayahnya meninggal, Cut Gambang
menangis dan ibunya (Cut Nyak Dhien) berkata ''sebagai perempuan Aceh tidak boleh
menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid'' Namun Cut Nyak Dhien tidak berhenti
berjuang meskipun Teuku Umar meninggal ia tetap melanjutkan perjuangan suami nya dengan
berjuang sendiri memimpin perang di daerah pedalaman Meulaboh bersama dengan pasukannya.
Belkalian selalu berusaha untuk menangkap Cut Nyak Dhien karena merasa bahwa Cut Nyak
Dien sangat berpengaruh pada masyarakatnya dalam berperang, namun sayang Belkalian
seringkali gagal menangkapnya karena taktik yang dimilikinya. Kemudian Cut Nyak Dhien di
khianati oleh seorang yang sangat dipercayai nya yaitu Teuku Leabeh, dia menjadi mata-mata
dan memberi tahu kepada belkalian dimana Cut Nyak Dhien berada dan merencanakan untuk
menangkapnya namun akhinya Cut Nyak Dhien mengetahuinya, akhirnya teuku leabeh bersama
dengan pasukan belkalian terbunuh. Semakin menua kondisi kesehatan Cut Nyak Dhien semakin
memprihatinkan, matanya yang sudah mulai rabun, dan hal ini membuat iba dan akhirnya salah
satu anak buahnya yang bernama Pang Laot memberi tahu lokasi Cut Nyak Dhien kepada
Belkalian dengan syarat mereka harus merawat Cut Nyak Dhien dengan baik kemudian
Belkalian mengasingkan Cut Nyak Dhien di Sumedang dan ia pun meninggal disana pada tahun
1906.
1. Sisingamangaraja Xll (tapanuli sumatra utara)

Sisingamangaraja XII (lahir di Bakara, 18 Februari 1845 – meninggal di Dairi,17 Juni 1907
pada umur 62 tahun) adalah seorang raja di negeri Toba, Sumatra Utara,pejuang yang berperang
melawan Belkalian, kemudian diangkat oleh pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional
Indonesia sejak tanggal 9 November 1961 berdasarkan SK Presiden RI No
590/1961.Sebelumnya ia dimakamkan di Tarutung Tapanuli Utara, lalu dipindahkan ke
Soposurung, Balige pada tahun 1953.Sisingamangaraja XII nama kecilnya adalah Patuan Bosar,
yang kemudian digelari dengan Ompu Pulo Batu. Ia juga dikenal dengan Patuan Bosar Ompu
Pulo Batu, naik takhta pada tahun 1876 menggantikan ayahnya Sisingamangaraja XI yang
bernama Ompu Sohahuaon, selain itu ia juga disebut juga sebagai raja imam. Penobatan
Sisingamangaraja XII sebagai maharaja di negeri Toba bersamaan dengan dimulainya open door
policy (politik pintu terbuka) Belkalian dalam mengamankan modal asing yang beroperasi di
Hindia Belkalian, dan yang tidak mau menkaliantangani Korte Verklaring (perjanjian pendek) di
Sumatra terutama Kesultanan Aceh dan Toba, dimana kerajaan ini membuka hubungan dagang
dengan negara-negara Eropa lainya. Di sisi lain Belkalian sendiri berusaha untuk menanamkan
monopolinya atas kerajaan tersebut. Politik yang berbeda ini mendorong situasi selanjutnya
untuk melahirkan Perang Tapanuli yang berkepanjangan hingga puluhan tahun.Pada 1824
Perjanjian Belkalian Inggris (Anglo-Dutch Treaty of 1824) memberikan seluruh wilayah Inggris
di Sumatra kepada Belkalian. Hal ini membuka peluang bagi Hindia Belkalian untuk meng-
aneksasi seluruh wilayah yang belum dikuasai di Sumatra.Pada tahun 1873 Belkalian melakukan
invasi militer ke Aceh (Perang Aceh, dilanjutkan dengan invasi ke Tanah Batak pada 1878. Raja-
raja huta Kristen Batak menerima masuknya Hindia Belkalian ke Tanah Batak, sementara Raja
Bakkara, Si Singamangaraja yang memiliki hubungan dekat dengan Kerajaan Aceh menolak dan
menyatakan perang. Pada tahun 1877 para misionaris di Silindung dan Bahal Batu meminta
bantuan kepada pemerintah kolonial Belkalian dari ancaman diusir oleh Singamangaraja XII.
Kemudian pemerintah Belkalian dan para penginjil sepakat untuk tidak hanya menyerang markas
Si Singamangaraja XII di Bakara tetapi sekaligus menaklukkan seluruh Toba. Pada tanggal 6
Februari 1878 pasukan Belkalian sampai di Pea aja, tempat kediaman penginjil Ingwer Ludwig
Nommensen. Kemudian beserta penginjil Nommensen dan Simoneit sebagai penerjemah
pasukan Belkalian terus menuju ke Bahal Batu untuk menyusun benteng pertahanan. Namun
kehadiran tentara kolonial ini telah memprovokasi Sisingamangaraja XII, yang kemudian
mengumumkan pulas (perang) pada tanggal 16 Februari 1878 dan penyerangan ke pos Belkalian
di Bahal Batu mulai dilakukan. Pada tanggal 14 Maret 1878 datang Residen Boyle bersama
tambahan pasukan yang dipimpin oleh Kolonel Engels sebanyak 250 orang tentara dari
SibolgaPada tanggal 1 Mei 1878, Bangkara pusat pemerintahan Si Singamangaraja diserang
pasukan kolonial dan pada 3 Mei 1878 seluruh Bangkara dapat ditaklukkan namun
Singamangaraja XII beserta pengikutnya dapat menyelamatkan diri dan terpaksa keluar
mengungsi. Sementara para raja yang tertinggal di Bakara dipaksa Belkalian untuk bersumpah
setia dan kawasan tersebut dinyatakan berada dalam kedaulatan pemerintah Hindia Belkalian.
Walaupun Bakara telah ditaklukkan, Singamangaraja XII terus melakukan perlawanan secara
gerilya, tetapi sampai akhir Desember 1878 beberapa kawasan seperti Butar, Lobu Siregar, Naga
Saribu, Huta Ginjang, Gurgur juga dapat ditaklukkan oleh pasukan kolonial Belkalian. Di antara
tahun 1883-1884, Singamangaraja XII berhasil melakukan konsolidasi pasukannya. Kemudian
bersama pasukan bantuan dari Aceh, secara ofensif menyerang kedudukan Belkalian antaranya
Uluan dan Balige pada Mei 1883 serta Tangga Batu pada tahun 1884.

2. Tuanku Imam Bonjol (Sumatra barat)

Nama asli dari Tuanku Imam Bonjol adalah Muhammad Syahab, yang lahir di Bonjol pada
1 Januari 1772. Dia merupakan putra dari pasangan Bayanuddin Syahab (ayah) dan Hamatun
(ibu). Ayahnya, Khatib Bayanuddin Syahab, merupakan seorang alim ulama yang berasal dari
Sungai Rimbang, Suliki, Lima Puluh Kota. Sebagai ulama dan pemimpin masyarakat setempat,
Muhammad Syahab memperoleh beberapa gelar, yaitu Peto Syarif, Malin Basa, dan Tuanku
Imam. Tuanku nan Renceh dari Kamang, Agam sebagai salah seorang pemimpin dari Harimau
nan Salapan adalah yang menunjuknya sebagai Imam (pemimpin) bagi kaum Padri di Bonjol. Ia
akhirnya lebih dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol. Salah satu Naskah aslinya ada di
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan. Provinsi Sumatra Barat Jalan Diponegoro No.4 Padang
Sumatra Barat. Naskah tersebut dapat dibaca dan dipelajari di Dinas Kearsipan dan Perpustakàan
Provinsi Sumatra Barat. Tak dapat dipungkiri, Perang Padri meninggalkan kenangan heroik
sekaligus traumatis dalam memori bangsa. Selama sekitar 18 tahun pertama perang itu (1803-
1821) praktis yang berperang adalah sesama orang Minang dan Mkalianiling atau Batak
umumnya. Pada awalnya timbulnya peperangan ini didasari keinginan dikalangan pemimpin
ulama di kerajaan Pagaruyun untuk menerapkan dan menjalankan syariat Islam sesuai dengan
Ahlus Sunnah wal Jamaah (Sunni) yang berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunnah-sunnah
Rasullullah shalallahu 'alaihi wasallam. Kemudian pemimpin ulama yang tergabung dalam
Harimau nan Salapan meminta Tuanku Lintau untuk mengajak Yang Dipertuan Pagaruyung
beserta Kaum Adat untuk meninggalkan beberapa kebiasaan yang tidak sesuai dengan Islam
(bid'ah). Dalam beberapa perundingan tidak ada kata sepakat antara Kaum Padri (penamaan bagi
kaum ulama) dengan Kaum Adat. Seiring itu di beberapa nagari dalam kerajaan Pagaruyung
bergejolak, dan sampai akhirnya Kaum Padri di bawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerang
Pagaruyung pada tahun 1815, dan pecah pertempuran di Koto Tangah dekat Batu Sangkar.
Sultan Arifin Muningsyah terpaksa melarikan diri dari ibu kota kerajaan ke Lubukjambi. Pada 21
Februari 1821, kaum Adat secara resmi bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belkalian
berperang melawan kaum Padri dalam perjanjian yang ditkaliantangani di Padang, sebagai
kompensasi Belkalian mendapat hak akses dan penguasaan atas wilayah darek (pedalaman
Minangkabau). Perjanjian itu dihadiri juga oleh sisa keluarga dinasti kerajaan Pagaruyung di
bawah pimpinan Sultan Tangkal Alam Bagagar yang sudah berada di Padang waktu itu. Setelah
melalui penggarapan bangsawan ( susuhunan husin diauddin dan sultan ahmad najamuddin
prabu anom ) dan orang Arab Palembang melalui pekerjaan spionase, dan tempat tempat
pertahanan disepanjang sungai musi sudah diketahui oleh belkalian serta persiapan angkatan
perang yang kuat, Belkalian datang ke Palembang dengan kekuatan yang lebih besar. Tanggal 16
Mei 1821 armada Belkalian sudah memasuki perairan Musi. Kontak senjata pertama terjadi pada
11 Juni 1821 hingga menghebatnya pertempuran pada 20 Juni 1821. Pada pertempuran 20 Juni
ini, sekali lagi, Belkalian mengalami kekalahan. De Kock tidak memutuskan untuk kembali ke
Batavia, melainkan mengatur strategi penyerangan.

3. Radin Inten II (Lampung)

Radin Inten II (Aksara Lampung:lah ir lahir di Kuripan, Lampung, 1 Januari 1834 –


meninggal di Negara Ratu, Lampung, 5 Oktober 1858 pada umur 24 tahun adalah seorang
pahlawan nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai sebuah Bkalianra Radin Inten II dan
perguruan tinggi IAIN Raden Intan di Lampung. Berdasarkan penelitian, Radin Inten II masih
keturunan Fatahillah yang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati dari perkawinannya dengan Putri
Sinar Alam, seorang putri dari Minak Raja Jalan Ratu dari Keratuan Pugung, cikal-bakal
pemegang kekuasaan di keratuan tersebut. Radin Inten II adalah putra tunggal Radin Imba II
(1828-1834). Radin Imba II sendiri putra sulung Radin Inten I gelar Dalam Kesuma Ratu IV
(1751-1828). Dengan demikian, Radin Inten II cucu dari Radin Inten I. Pada saat Radin Inten II
lahir tahun 1834, ayahnya, Radin Imba II, ditangkap oleh Belkalian dan dibuang ke P. Timor,
akibat memimpin perlawanan bersenjata menentang kehadiran Belkalian yang ingin menjajah
Lampung. Istrinya yang sedang hamil tua, Ratu Mas, tidak dibawa ke pengasingannya.
Pemerintahan Keratuan Lampung dijalankan oleh Dewan Perwalian yang dikontrol oleh
Belkalian. Radin Inten II tidak pernah mengenal ayah kandungnya tersebut, tetapi ibunya selalu
menceritakan perjuangan ayahnya sehingga pada saat dinobatkan sebagai Ratu Negara Ratu,
Radin Inten II melanjutkan berjuang memimpin rakyat di daerah Lampung untuk
mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayahnya. Perjuangannya didukung secara luas oleh
rakyat daerah Lampung dan mendapatkan bantuan dari daerah lain, seperti Banten. Salah satunya
dengan H.Wakhia, tokoh Banten yang pernah melakukan perlawanan terhadap Belkalian dan
kemudian menyingkir ke Lampung. Radin Inten II mengangkat H. Wakhia sebagai penasihatnya.
H. Wakhia menggerakkan perlawanan di daerah Semangka dan Sekampung dengan menyerang
pos-pos militer Belkalian. Tokoh lain yang juga menjadi pendukung utama Radin Inten II ialah
Singa Beranta, Kepala Marga Rajabasa.Sementara itu, Radin Inten II memperkuat benteng-
benteng yang sudah ada dan membangun benteng-benteng baru. Benteng-benteng ini
dipersenjatai dengan meriam, lila, dan senjata-senjata tradisional. Bahan makanan seperti beras
dan ternak disiapkan dalam benteng untuk menghadapi perang yang diperkirakan akan
berlangsung lama. Semua benteng tersebut terletak di punggung gunung yang terjal, sehingga
sulit dicapai musuh. Beberapa panglima perang ditugasi memimpin benteng-benteng tersebut.
Singaberanta, misalnya, memimpin benteng Bendulu, sedangkan Radin Inten II sendiri
memimpim benteng Ketimbang. Melihat munculnya kembali perlawanan di daerah Lampung
setelah reda selama enam belas tahun, pada tahun 1851 Belkalian mengirim pasukan dari Batavia.
Pasukan berkekuatan 400 prajurit yang dipimpin oleh Kapten Jucht ini bertugas merebut benteng
Merambung. Akan tetapi, mereka dipukul mundur oleh pasukan Radin Inten II. Karena gagal
merebut Merambung, Belkalian mengubah taktik. Kapten Kohler, Asisten Residen Belkalian di
Teluk Betung, ditugasi untuk mengadakan perundingan dengan Radin Inten II. Setelah berkali –
kali mengadakan perundingan, akhirnya dicapai perjanjian untuk tidak saling menyerang.
Belkalian mengakui eksistensi Negara Ratu. Raden Inten II pun mengakui kekuasaan Belkalian
di tempat – tempat yang sudah mereka duduki. Perjanjian itu digunakan Belkalian hanya sebagai
adem pause menunggu kesempatan untuk melancarkan serangan besar-besaran. Bagi mereka
dengan cara apa pun, Raden Inten II harus ditundukan. Belkalian yakin, selama Radin Inten II
masih berkuasa, kedudukan mereka di Lampung akan tetap terancam. Namun, sebelum memulai
serangan-serangan baru, Belkalian berusaha memecah belah masyarakat Lampung. Kelompok
yang satu diadu dengan kelompok yang lain. Di kalangan masyarakat ditimbulkan suasana saling
mencurigai. Tugas itu dipercayakan kepda Kapten Kohler. Di beberapa tempat usahanya berhasil.
Pemuka – pemuka masyarakat Kalikalian, misalnya, termakan hasutan untuk memusuhi Radin
Inten II, sehingga mereka tidak menghalang – halangi pasukan Belkalian berpatroli di sekitar
Gunung Rajabasa. Pada tanggal 10 Agustus 1856 pasukan Belkalian diberangkatkan dari Batavia
dengan beberapa kapal perang. Pasukan ini dipimpin oleh Kolonel Welson dan terdiri atas
pasukan infanteri, artileri dan zeni disertai sejumlah besar kuli pengangkut barang. Esok harinya
mereka mendarat di Canti. Kekuatan mereka bertambah dengan bergabungnya pasukan Pangeran
Sempurna Jaya Putih, bangsawan Lampung yang sudah memihak Belkalian. Iring – iringan kapal
perang Belkalian yang memasuki perairan Lampung ini dilihat oleh Singaberanta dari Benteng
Bendulu. Ia segera mengirim kurir ke Benteng Ketimbang untuk memberitahukan hal itu kepada
Radin Inten II yang selanjutnya memerintahkan pasukannya di bentengbenteng lain agar
menyiapkan diri. Belkalian mengirim ultimatum kepada Radin Inten II agar paling lambat dalam
waktu lima hari ia dam seluruh pasukannya menyerahkandiri. Bila tidak, Belkalian akan
melancarkan serangan. Singaberanta pun dikirimi surat yang mengajaknya untuk berdamai.
Sambil menunggu jawaban dari Radin Inten II dan Singaberanta, pasukan Belkalian mengadakan
konsolidasi. Radin Inten II pun meningkatkan persiapannya. Benteng-benteng diperkuat.
Beberapa orang kepercayaannya diperintahkan memasuki daerah-daerah yang sudah dikuasai
Belkalian untuk menganjurkan penduduk di tempat tersebut agar mengadakan perlawanan.
Sampai batas waktu ultimatum berakhir, baik Radin Inten II maupun Singaberanta tidak
memberikan jawaban. Maka, pada tanggal 16 Agustus 1856 pasukan Belkalian pun mulai
melancarkan serangan. Sasaran mereka hari itu ialah merebut Benteng Bendulu. Pukul 08.00
mereka sudah tiba di Bendulu setelah menempuh jarak setapak di punggung gunung yang cukup
terjal. Akan tetapi, mereka menemukan benteng itu dalam keadaan kosong. Singaberanta sudah
memindahkan pasukannya ke tempat lain. Ia dengan sengaja menghindari perang terbuka, sebab
yakin bahwa pasukan lawan yang dihadapinya jauh lebih kuat. Pasukannya disebar di tempat-
tempat yang cukup tersembunyi dengan tugas melakukan pencegatan terhadap patroli pasukan
Belkalian yang keluar benteng. Sesudah menduduki Benteng Bendulu, sebagian pasukan
Belkalian bergerak ke benteng Hawi Berak yang dapat mereka kuasai pada tanggal 19 Agustus.
Di Bendulu, pasukan Belkalian berhasil menangkap seorang kemenakan Singaberanta dan 14
orang lainnya. Mereka dipaksa menunjukkan tempat Singaberanta dan menunjukkan jalan
menuju Ketimbang. Semuanya mengatakan tidak tahu. Namun, mereka terpaksa menunjukkan
tempat Singaberanta menyimpan senjata, antara lain 25 tabung mesiu, 1 pucuk meriam, 4 pucuk
lila, dan beberapa pucuk senapan. Sasaran utama Belkalian ialah merebut benteng Ketimbang,
sebab di benteng inilah Radin Inten II bertahan. Untuk merebut benteng ini, kolonel Waleson
membagi tiga pasukannya. Satu pasukan bergerak dari Bendulu ke arah selatan dan timur
Gunung Rajabasa, satu pasukan bergerak menuju Kalikalian dan Way Urang dengan tugas
merebut benteng Merambung dan setelah itu langsung menuju Ketimbang. Pasukan ketiga
bergerak dari Panengahan untuk merebut benteng Salai Tabuhan dan selanjutnya menuju
Ketimbang. Ternyata, pelaksanaannya tidak semudah seperti yang direncanakan. Kesulitan
utama ialah Belkalian belum mengetahui jalan menuju Ketimbang. Penduduk yang tertangkap
tidak menunjukkan jalan tersebut. Oleh karena itu, pasukan yang langsung dipimpin Kolonel
Welson dan sudah menduduki Hawi Berak, terpaksa kembali ke Bendulu. Pasukan lain yang
dipimpin Mayor Van Ostade berhasil mencapai Way Urang yang penduduknya sudah memihak
Belkalian. Walaupun pasukan ini sempat tertahan di Kelau akibat serangan yang dilancarkan
pasukan Radin Inten II, tetapi akhirnya mereka berhasil juga merebut benteng Merambung.
Sebenarnya, letak benteng Ketimbang tidak jauh dari benteng Merambung. Akan tetapi,
Belkalian tidak mengetahuinya. Kesulitan untuk mengetahui jalan menuju Ketimbang baru dapat
mereka atasi pada tanggal 26 Agustus. Pada hari itu Belkalian berhasil menangkap dua orang
anak muda. Seorang diantaranya ditembak mati karena berusaha melarikan diri. Yang seorang
lagi diancam akan dibunuh bila tidak mau menunjukkan jalan ke Ketimbang. Anak muda itupun
terpaksa menuruti kehendak Belkalian. Setelah jalan ke Ketimbang diketahui, Kolonel Welson
segera memerintahkan pasukannya untuk melakukan serbuan. Subuh tanggal 27 Agustus mereka
mulai bergerak. Ketika tiba di Galah Tanah pukul 10.00 mereka dihadang oleh pasukan Radin
Inten II. Pertempuran di tempat ini dimenangi oleh Belkalian. Begitu pula pertempuran
berikutnya di Pematang Sentok. Sebagian pasukan ditinggalkan di Pematang Sentok dan
sebagian lagi meneruskan gerakan ke Ketimbang. Tengah hari pasukan ini sudah tiba di
Ketimbang. Sesudah itu datang pula pasukan lain, termasuk pasukan Pangeran Sempurna Jaya
Putih. Ternyata, benteng Ketimbang sudah ditinggalkan oleh Radin Inten II dan pasukannya.
Dalam benteng ini Belkalian menemukan bahan makanan dalam jumlah yang cukup banyak.
Benteng Ketimbang sudah jatuh ke tangan Belkalian. Akan tetapi, Kolonel Welson kecewa,
sebab Radin Inten II tidak tertangkap atau menyerah. Welson mengirimkan pasukannya ke
berbagai tempat untuk mencari Radin Inten II. Sebaliknya, untuk mengacaukan pendapat
Belkalian, Radin Inten II menyebarkan berita-berita palsu melalui orang-orang kepercayaannya.
Beredar berita bahwa ia sudah menyerah di Way Urang. Welson pun segera menuju Way Urang.
Ternyata, orang yang dicarinya tidak ada di tempat itu. Seorang perempuan melaporkan pula
bahwa Radin Inten II ada di Rindeh dan hanya ditemani oleh beberapa orang pengikutnya. Berita
itu pun ternyata berita bohong. Suatu kali, Belkalian mengetahui tempat persembuyian Radin
Inten II. Tempat itu pun dikepung di bawah pimpinan Kapten Kohler. Akan tetapi, Radin Inten II
berhasil meloloskan diri. Sampai bulan Oktober 1856 sudah dua setengah bulan Belkalian
melancarkan operasi militer. Satu demi satu benteng pertahanan Radin Inten II berhasil mereka
duduki. Namun, Radin Inten II masih belum tertangkap. Sementara itu, Belkalian mendapat
laporan bahwa Radin Inten II sudah pergi ke bagian utara Lampung, menyeberangi Way Seputih.
Berita lain mengabarkan bahwa Singaberanta berada di Pulau Sebesi. Belkalian mengarahkan
pasukan untuk memotong jalan Radin Inten II. Pasukan juga dikirim ke Pulau Sebesi untuk
mencari Singaberanta. Hasilnya nihil. Baik Radin Inten II maupun Singaberanta tidak mereka
temukan. Kolonel Welson hampir putus asa, ia merasa dipermainkan oleh seorang anak muda
berumur 22tahun.Akhirnya, Waleson menemukan cara lain. Ia berhasil memperalat Radin
Ngerapat. Maka pengkhianatan pun terjadi. Radin Ngerapat mengundang Radin Inten II untuk
mengadakan pertemuan. Dikatakannya bahwa ia ingin membicarakan bantuan yang diberikannya
kepada Radin Inten II. Tanpa curiga, Radin Inten II memenuhi undangan itu. Pertemuan
diadakan malam tanggal 5 Oktober 1856 di suatu tempat dekat Kunyanya. Radin Inten II
ditemani oleh satu orang pengikutnya. Radin Ngerapat disertai pula oleh beberapa orang. Akan
tetapi, di tempat yang cukup tersembunyi,beberapa orang serdadu Belkalian sudah disiapkan
untuk bertindak bila diperlukan. Radin Ngerapat mempersilahkan Radin Inten II dan
pengiringnya memakan makanan yang sengaja dibawanya terlebih dahulu. Pada saat Radin Inten
menyantap makanan tersebut, secara tiba-tiba ia diserang oleh Radin Ngerapat dan anak buahnya.
Perkelahian yang tidak seimbang pun terjadi. Serdadu Belkalian keluar dari tempat
persembunyiannya dan ikut mengeroyok Radin Inten II. Radin Inten II wafat dalam perkelahian
itu karena pengkhianatan yang dilakukan oleh orang sebangsanya dalam usia sangat muda, 22
tahun. Malam itu juga mayatnya yang masih berlumuran darah diperlihatkan kepada Kolonel
Welson. Pada tahun 1986 Pemerintah Republik Indonesia menganugerahinya gelar pahlawan
nasional (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 082 Tahun 1986 tanggal 23 Oktober
1986).

4. Sultan Ageng Tirtayasa (Banten)

Sultan Ageng Tirtayasa atau Pangeran Surya (Lahir di Kesultanan Banten, 1631 – meninggal
di Batavia, Hindia Belkalian, 1692 pada umur 60 - 61 tahun) adalah Sultan Banten ke-6. Ia naik
takhta pada usia 20 tahun menggantikan kakeknya, Sultan Abdul Mafakhir yang wafat pada
tanggal 10 Maret 1651, setelah sebelumnya ia diangkat menjadi Sultan Muda dengan gelar
Pangeran Adipati atau Pangeran Dipati,menggantikan ayahnya yang wafat lebih dulu pada tahun
1650. Sultan Ageng Tirtayasa adalah putra dari Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad (Sultan Banten
periode 1640-1650) dan Ratu Martakusuma. Sejak kecil ia bergelar Pangeran Surya, kemudian
ketika ayahnya wafat, ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Dipati. Setelah
kakeknya meninggal dunia pada tanggal 10 Maret 1651, ia diangkat sebagai Sultan Banten ke-6
dengan gelar Sultan Abu al-Fath Abdulfattah. Nama Sultan Ageng Tirtayasa berasal ketika ia
mendirikan keraton baru di dusun Tirtayasa (terletak di Kabupaten Serang). Sultan Ageng
Tirtayasa berkuasa di Kesultanan Banten pada periode 1651 - 1683. Ia memimpin banyak
perlawanan terhadap Belkalian. Masa itu, VOC menerapkan perjanjian monopoli perdagangan
yang merugikan Kesultanan Banten. Kemudian Tirtayasa menolak perjanjian ini dan menjadikan
Banten sebagai pelabuhan terbuka. Saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa ingin mewujudkan Banten
sebagai kerajaan Islam terbesar. Di bidang ekonomi, Tirtayasa berusaha meningkatkan
kesejahteraan rakyat dengan membuka sawah-sawah baru dan mengembangkan irigasi. Di
bidang keagamaan, ia mengangkat Syekh Yusuf sebagai mufti kerajaan dan penasehat sultan.
Ketika terjadi sengketa antara kedua putranya, Sultan Haji dan Pangeran Purbaya, Belkalian ikut
campur dengan cara bersekutu dengan Sultan Haji untuk menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa.
Saat Tirtayasa mengepung pasukan Sultan Haji di Sorosowan (Banten), Belkalian membantu
Sultan Haji dengan mengirim pasukan yang dipimpin oleh Kapten Tack dan Saint-Martin.Pada
masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kesultanan Banten aktif membina hubungan baik
dan kerjasama dengan berbagai kesultanan di sekitarnya, bahkan dengan negara lain di luar
Nusantara. Banten menjalin hubungan dengan Turki, Inggris, Aceh, Makassar, Arab, dan
kerajaan lain Sekitar tahun 1677, Banten mengadakan kerjasama dengan Trunojoyo yang sedang
memberontak terhadap Mataram. Tidak hanya itu, Banten juga menjalin hubungan baik dengan
Makassar, Bangka, Cirebon dan Inderapura. Sultan Ageng Tirtayasa berhasil menjalin hubungan
dagang dan kerja sama dengan pedagang-pedagang Eropa selain Belkalian, seperti Inggris,
Denmark, dan Prancis. Pada tahun 1671, Raja Prancis Louis XIV mengutus François Caron,
pimpinan Kongsi Dagang Prancis di Asia sekaligus pemimpin armada pelayaran ke Nusantara.
Setelah mendarat di pelabuhan Banten, ia diterima oleh Syahbkalianr Kaytsu, seorang Tionghoa
muslim. Pada 16 Juli 1671, raja didampingi oleh beberapa pembesar kerajaan mendatangi
kediaman orang-orang Prancis di kawasan Pecinan. Caron meminta izin untuk membuka kantor
perwakilan di Banten. Hal itu berangkat dari pengalaman Caron yang pernah bekerja pada VOC
dan berambisi membuat kongsi dagang Prancis sebesar VOC. Raja kemudian menanyakan tujuan
kongsi dagang mereka, ke mana tujuan kapalkapal mereka, barang dagangan yang diinginkan,
dan jumlah uang tunai yang mereka miliki. Sesudah itu pihak Prancis berusaha menjual barang
muatan mereka. Barangbarang dagangan apa saja dapat dijual, kecuali candu yang dilarang keras
beredar di Banten. Caron kembali mengunjungi raja dan menghadiahkan getah damar, dua meja
besar (yang dibawa dari Surat, India), dua belas pucuk senapan, dua jenis mortir, beberapa granat,
dan hadiah lain. Caron dan Gubernur Banten kemudian menyetujui perjanjian yang berisi
sepuluh kesepakatan mengenai pemberian kemudahan dan hakhak khusus kepada pihak Prancis,
sama dengan yang diberikan kepada pihak Inggris. Hubungan baik antara Inggris dan Banten
sudah terjalin sejak lama, salah satunya adalah ketika Sultan Abdul Mafakhir mengirimkan surat
ucapan selamat pada tahun 1602 kepada Kerajaan Inggris atas dinobatkannya Charles I sebagai
Raja Inggris. Sultan Abdul Mafakhir juga memberikan izin kepada Inggris untuk membuka
kantor dagang. Bahkan, Banten menjadi pusat kegiatan dagang Inggris sampai akhir masa
penerintahan Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1682, karena saat itu terjadi perang saudara antara
Sultan dengan putranya, Sultan Haji. Sultan Haji meminta bantuan Belkalian, sedangkan Sultan
Ageng Tirtayasa diketahui meminta bantuan dari Kerajaan Inggris untuk melawan kekuatan
anaknya itu. Pada 1681, Sultan Haji mengirim surat kepada Raja Charles II. Dalam suratnya, dia
berminat membeli senapan sebanyak 4000 pucuk dan peluru sebanyak 5000 butir dari Inggris.
Sebagai tkalian persahabatan, Sultan Haji menghadiahkan permata sebanyak 1757 butir. Surat ini
juga merupakan pengantar untuk dua utusan Banten bernama Kiai Ngabehi Naya Wipraya dan
Kiai Ngabehi Jaya Sedana. Tidak lama kemudian, Sultan Ageng Tirtayasa mengirim surat
kepada Raja Charles II meminta bantuan berupa senjata dan mesiu untuk berperang melawan
putranya yang dibantu VOC.
5. Pangeran Diponogoro

sebutan Perang Jawa (Inggris:The Java War, Belkalian: De Java Oorlog) adalah perang
besar dan berlangsung selama lima tahun (1825-1830) di Pulau Jawa, Hindia Belkalian (sekarang
Indonesia). Perang ini merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh
Belkalian selama masa pendudukannya di Nusantara, melibatkan pasukan Belkalian di bawah
pimpinan Jenderal Hendrik Merkus de Kock yang berusaha meredam perlawanan penduduk
Jawa di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro. Akibat perang ini, penduduk Jawa yang tewas
mencapai 200.000 jiwa, sementara korban tewas di pihak Belkalian berjumlah 8.000 tentara
Belkalian dan 7000 serdadu pribumi. Akhir perang menegaskan penguasaan Belkalian atas Pulau
Jawa. Berkebalikan dari perang yang dipimpin oleh Raden Ronggo sekitar 15 tahun sebelumnya,
pasukan Jawa juga menempatkan masyarakat Tionghoa di tanah Jawa sebagai target
penyerangan. Namun, meskipun Pangeran Diponegoro secara tegas melarang pasukannya untuk
bersekutu dengan masyarakat Tionghoa, sebagian pasukan Jawa yang berada di pesisir utara
(sekitar Rembang dan Lasem) menerima bantuan dari penduduk Tionghoa setempat yang rata-
rata beragama Islam. Perseteruan pihak keraton Jawa dengan Belkalian dimulai semenjak
kedatangan Marsekal Herman Willem Daendels di Batavia pada tanggal 5 Januari 1808.
Meskipun ia hanya ditugaskan untuk mempersiapkan Jawa sebagai basis pertahanan Prancis
melawan Inggris (saat itu Belkalian dikuasai oleh Prancis), tetapi Daendels juga mengubah etiket
dan tata upacara yang menyebabkan terjadinya kebencian dari pihak keraton Jawa. Ia memaksa
pihak Keraton Yogyakarta untuk memberinya akses terhadap berbagai sumber daya alam dan
manusia dengan mengerahkan kekuatan militernya, membangun jalur antara Anyer dan
Panarukan, hingga akhirnya terjadi insiden perdagangan kayu jati di daerah mancanegara
(wilayah Jawa di timur Yogyakarta) yang menyebabkan terjadinya pemberontakan Raden
Ronggo. Setelah kegagalan pemberontakan Raden Ronggo (1810), Daendels memaksa Sultan
Hamengkubuwana II membayar kerugian perang serta melakukan berbagai penghinaan lain yang
menyebabkan terjadinya perseteruan antar keluarga keraton (1811). Namun, pada tahun yang
sama, pasukan Inggrismendarat di Jawa dan mengalahkan pasukan Belkalian.[8]Meskipun pada
mulanya Inggris yang dipimpin Thomas Stamford Bingley Raffles memberikan dukungan
kepada Sultan Hamengkubuwana II, pasukan Inggris akhirnya menyerbu Keraton Yogyakarta
(19-20 Juni 1812) yang menyebabkan Sultan Hamengkubuwana II turun tahta secara tidak
hormat dan digantikan putra sulungnya, yaitu Sultan Hamengkubuwana III. Perisitwa ini dikenal
dengan nama Geger Sepehi. Inggris memerintah hingga tahun 1815 dan mengembalikan Jawa
kepada Belkalian sesuai isi Perjanjian Wina (1814) di bawah Gubernur Jenderal Belkalian van
der Capellen. Pada masa pemerintahan Inggris, Hamengkubuwana III wafat dan digantikan
putranya, adik tiri Pangeran Diponegoro,yaitu Hamengkubuwana IV yang berusia 10 tahun
(1814), sementara Paku Alam I menjadi adipati di Puro Kadipaten Pakualaman sekaligus wali
raja, sedangkan Patih Danuredjo III bertindak sebagai wali raja. Pada tanggal 6 Desember 1822,
Hamengkubuwana IV meninggal pada usia 19 tahun. Ratu Ageng (permaisuri Hamengkubuwana
II) dan Gusti Kangjeng Ratu Kencono (permaisuri Hamengkubuwana IV) memohon dengan
sangat kepada pemerintah Belkalian untuk mengukuhkan putra Hamengkubuwana IV yang
masih berusia 2 tahun untuk menjadi Hamengkubuwana V serta tidak lagi menjadikan Paku
Alam sebagai wali. Pangeran Diponegoro selanjutnya diangkat menjadi wali bagi keponakannya
bersama dengan Mangkubumi. Residen baru Yogyakarta pengganti Nahuys, Jonkheer Anthonie
Hendrik Smissaert bertindak keterlaluan dengan terlibat dalam penunjukkan Sultan pada bulan
Juni 1823. Penunjukan itu untuk menggantikan Sultan Hamengku Buwono III yang meninggal
mendadak. Smissaert duduk di atas tahta seraya menerima sembah dan bakti para bupati
mancanagara dalam lima upacara Garebeg selama 31 bulan masa jabatannya sebagai Residen. Di
mata orang Jawa hal ini adalah penghinaan terhadap martabat mereka. (Peter Carey:
2014)Pangeran Diponegoro memang tetap menerima posisi sebagai Wali Sultan bersama
Mangkubumi, Ratu Ageng dan Ratu Kencono (Ibunda Sultan balita). Namun posisi Pangeran
semakin tidak dianggap. Smissaert mengabaikan pendapat Pangeran Diponegoro dalam
persoalan ganti rugi sewa tanah yang dapat membawa Kesultanan pada kebangkrutan.[8]
Menindaklanjuti pengamatan Van der Graaf pada tahun 1821 yang melihat para petani lokal
menderita akibat penyalahgunaan penyewaan tanah oleh warga Belkalian, Inggris, Prancis, dan
Jerman, van der Capellen mengeluarkan dekret pada tanggal 6 Mei 1823 bahwa semua tanah
yang disewa orang Eropa dan Tionghoa wajib dikembalikan kepada pemiliknya per 31 Januari
1824. Namun, pemilik lahan diwajibkan memberikan kompensasi kepada penyewa lahan Eropa.
Keraton Yogyakarta terancam bangkrut karena tanah yang disewa adalah milik keraton sehingga
Pangeran Diponegoro terpaksa meminjam uang kepada Kapitan Tionghoa di Yogyakarta pada
masa itu. Smissaert berhasil menipu kedua wali sultan untuk meluluskan kompensasi yang
diminta oleh Nahuys atas perkebunan di Bedoyo sehingga membuat Diponegoro memutuskan
hubungannya dengan keraton. Putusnya hubungan tersebut terutama disebabkan tindakan Ratu
Ageng (ibu tiri pangeran) dan Patih Danurejo yang pro kepada Belkalian. Pada 29 Oktober 1824,
Pangeran Diponegoro mengadakan pertemuan di rumahnya yang berada diTegalrejo untuk
membahas mengenai kemungkinan pemberontakan pada pertengahan Agustus. Pangeran
Diponegoro membulatkan tekad untuk melakukan perlawanan dengan membatalkan pajak
Puwasa agar para petani di Tegalrejo dapat membeli senjata dan makanan. Pada pertengahan
bulan Mei 1825, Smissaert memutuskan untuk memperbaiki jalan-jalan kecil di sekitar
Yogyakarta. Namun, pembangunan jalan yang awalnya dari Yogyakarta ke Magelang melewati
Muntilan dibelokkan melewati pagar sebelah timur Tegalrejo. Pada salah satu sektor, patok-
patok jalan yang dipasang orangorang kepatihan melintasi makam leluhur Pangeran Diponegoro.
Patih Danurejo tidak memberitahu keputusan Smissaert sehingga Diponegoro baru mengetahui
setelah patok-patok dipasang. Perseteruan terjadi antara para petani penggarap lahan dengan
anak buah Patih Danurejo sehingga memuncak di bulan Juli. Patok-patok yang telah dicabut
kembali dipasang sehingga Pangeran Diponegoro menyuruh mengganti patok-patok dengan
tombak sebagai pernyataan perang. Pada hari Rabu, 20 Juli 1825, pihak istana mengutus dua
bupati keraton senior yang memimpin pasukan Jawa-Belkalian untuk menangkap Pangeran
Diponegoro dan Mangkubumi di Tegalrejo sebelum perang pecah. Meskipun kediaman
Diponegoro jatuh dan dibakar, pangeran dan sebagian besar pengikutnya berhasil lolos karena
lebih mengenal medan di Tegalrejo. Pangeran Diponegoro beserta keluarga dan pasukannya
bergerak ke barat hingga Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, dan meneruskan ke arah selatan
hingga keesokan harinya tiba di Goa Selarong yang terletak lima kilometer arah barat dari Kota
Bantul. Pangeran Diponegoro kemudian menjadikan Goa Selarong, sebuah goa yang terletak di
Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul, sebagai basisnya. Pangeran menempati goa
sebelah barat yang disebut Goa Kakung, yang juga menjadi tempat pertapaannya, sedangkan
Raden Ayu Retnaningsih (selir yang paling setia menemani Pangeran setelah dua istrinya wafat)
dan pengiringnya menempati Goa Putri di sebelah Timur. Penyerangan di Tegalrejo memulai
perang Diponegoro yang berlangsung selama lima tahun. Diponegoro memimpin masyarakat
Jawa, dari kalangan petani hingga golongan priyayi yang menyumbangkan uang dan barang-
barang berharga lainnya sebagai dana perang, dengan semangat "Sadumuk bathuk, sanyari bumi
ditohi tekan pati"; "sejari kepala sejengkal tanah dibela sampai mati". Sebanyak 15 dari 19
pangeran bergabung dengan Diponegoro. Bahkan Diponegoro juga berhasil memobilisasi para
bandit profesional yang sebelumnya ditakuti oleh penduduk pedesaan, meskipun hal ini menjadi
kontroversi tersendiri. Perjuangan Diponegoro dibantu Kyai Mojo yang juga menjadi pemimpin
spiritual pemberontakan. Dalam perang jawa ini Pangeran Diponegoro juga berkoordinasi
dengan I.S.K.S. Pakubowono VI serta Raden Tumenggung Prawirodigdoyo Bupati Gagatan.
Bagi Diponegoro dan para pengikutinya, perang ini merupakan perang jihad melawan Belkalian
dan orang Jawa murtad. Sebagai seorang muslim yang saleh, Diponegoro merasa tidak senang
terhadap religiusitas yang kendur di istana Yogyakarta akibat pengaruh masuknya Belkalian,
disamping kebijakan-kebijakan pro-Belkalian yang dikeluarkan istana. Infiltrasi pihak Belkalian
di istana telah membuat Keraton Yogyakarta seperti rumah bordil. Di lain pihak, Smissaert
menulis bahwa Pangeran Diponegoro semakin lama semakin hanyut dalam fanatisme dan
banyak anggota kerajaan yang menganggapnya kolot dalam beragama. Dalam laporannya,
Letnan Jean Nicolaas de Thierry menggambarkan Pangeran Diponegoro mengenakan busana
bergaya Arab dan serban yang seluruhnya berwarna putih. Busana tersebut juga dikenakan oleh
pasukan Diponegoro dan dianggap lebih penting dibandingkan busana adat Jawa meskipun
perang telah berakhir. Laporan Paulus Daniel Portier, seorang indo, menyebutkan bahwa para
tawanan perang Belkalian memperoleh ancaman nyawa jika tidak bersedia masuk Islam.
Pertempuran terbuka dengan pengerahan pasukan-pasukan infantri, kavaleri dan artileri (yang
sejak perang Napoleon menjadi senjata kalianlan dalam pertempuran frontal) di kedua belah
pihak berlangsung dengan sengit. Front pertempuran terjadi di puluhan kota dan desa di seluruh
Jawa. Pertempuran berlangsung sedemikian sengitnya sehingga bila suatu wilayah dapat dikuasai
pasukan Belkalian pada siang hari, maka malam harinyawilayah itu sudah direbut kembali oleh
pasukan pribumi; begitu pula sebaliknya. Jalurjalur logistik dibangun dari satu wilayah ke
wilayah lain untuk menyokong keperluan perang. Berpuluh-puluh kilang mesiu dibangun di
hutan-hutan dan di dasar jurang. Produksi mesiu dan peluru berlangsung terus sementara
peperangan sedang berkecamuk. Para telik sandi dan kurir bekerja keras mencari dan
menyampaikaninformasi yang diperlukan untuk menyusun strategi perang. Informasi mengenai
kekuatan musuh, jarak tempuh dan waktu, kondisi medan, curah hujan menjadi berita utama,
karena taktik dan strategi yang jitu hanya dapat dibangun melalui penguasaan informasi.
Serangan-serangan besar rakyat pribumi selalu dilaksanakan pada bulanbulan penghujan; para
senopati menyadari sekali untuk bekerja sama dengan alam sebagai "senjata" tak terkalahkan.
Bila musim penghujan tiba, gubernur Belkalian akan melakukan usaha-usaha untuk gencatan
senjata dan berunding, karena hujan tropis yang deras membuat gerakan pasukan mereka
terhambat. Penyakit malaria, disentri, dan sebagainya merupakan "musuh yang tak tampak",
melemahkan moral dan kondisi fisik bahkan merenggut nyawa pasukan mereka. Ketika gencatan
senjata terjadi, Belkalianakan mengonsolidasikan pasukan dan menyebarkan mata-mata dan
provokator mereka bergerak di desa dan kota; menghasut, memecah belah dan bahkan menekan
anggota keluarga para pengeran dan pemimpin perjuangan rakyat yang berjuang di bawah
komando Pangeran Diponegoro. Namun pejuang pribumi tersebut tidak gentar dan tetap
berjuang melawan Belkalian. Pencarian Diponegoro di Magelang,Pada tahun 1827, Belkalian
melakukan penyerangan terhadap Diponegoro dengan menggunakan sistem benteng sehingga
Pasukan Diponegoro terjepit. Pada tahun 1829, Kyai Mojo, pemimpin spiritual pemberontakan,
ditangkap. Menyusul kemudian Pangeran Mangkubumi dan panglima utamanya Alibasah Sentot
Prawirodirjo menyerah kepada Belkalian. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De
Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Di sana, Pangeran Diponegoro
menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Oleh
karena itu, Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan
ke Makassar hingga wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855. Perang Paderi
berlangsung dalam dua babak: babak I antara 1821-1825, dan babak II. Untuk menghadapi
Perang Diponegoro, Belkalian terpaksa menarik pasukan yang dipakai perang di Sumatra Barat
untuk menghadapi Pangeran Diponegoro yang bergerilya dengan gigih. Sebuah gencatan senjata
disepakati pada tahun 1825, dan sebagian besar pasukan dari Sumatra Barat dialihkan ke Jawa.
Namun, setelah Perang Diponegoro berakhir (1830), kertas perjanjian gencatan senjata itu
disobek, dan terjadilah Perang Padri babak kedua. Pada tahun 1837 pemimpin Perang Paderi,
Tuanku Imam Bonjol akhirnya ditangkap. Berakhirlah Perang Padri. Setelah perang Dipenogoro,
pada tahun 1832 seluruh raja dan bupati di Jawa tunduk menyerah kepada Belkalian kecuali
bupati Ponorogo Warok Brotodiningrat III, justru hendak menyerang seluruh kantor belkalian
yang berada di kota-kota karesidenan Madiun dan di jawa tengah seperti Wonogori, karanganyar
yang banyak di huni oleh Warok. Dalam catatan Belkalian, para Warok yang memiliki skill
berperang dan ilmu kebal sangat tangguh bagi pasukan Belkalian.Maka dari itu untuk
menghindari yang merugikan pihak Belkalian, terjadinya sebuah kesepakatan untuk di
buatkanlah kantor Bupati di pusat Kota Ponorogo, serta fasilatas penunjang seperti jalan beraspal,
rel kereta api, kendaran langsung dari Eropa seperti Mobil, motor hingga sepeda angin berbagai
merek, maka tidak heran hingga saat ini kota dengan jumlah sepeda tua terbanyak berada di
ponorogo yang kala itu di gunakan oleh para Warok juga.

7. Pangeran Antasari (Kalimantan)

Pangeran Antasari (lahir di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar, 1797 atau 1809– meninggal
di Bayan Begok, Hindia Belkalian, 11 Oktober 1862 pada umur 53 tahun) adalah seorang
Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah Sultan Banjar. Pada 14 Maret 1862, dia dinobatkan
sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan
menykalianng gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan para kepala suku
Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan yaitu
Tumenggung Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja. Pangeran Antasari merupakan cucu
Pangeran Amir. Semasa muda nama Pangeran Antasari adalah Gusti Inu Kartapati. Ibunda
Pangeran Antasari adalah Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman. Ayah Pangeran Antasari adalah
Pangeran Masohut (Mas'ud) bin Pangeran Amir. Pangeran Amir adalah anak Sultan Muhammad
Aliuddin Aminullah yang gagal naik tahta pada tahun 1785. Ia diusir oleh walinya sendiri,
Pangeran Nata, yang dengan dukungan Belkalian memaklumkan dirinya sebagai Sultan
Tahmidullah II, Pangeran Antasari memiliki 3 putera dan 8 puteri. Pangeran Antasari
mempunyai adik perempuan yang lebih dikenal dengan nama Ratu Sultan Abdul Rahman karena
menikah dengan Sultan Muda Abdurrahman bin Sultan Adam tetapi meninggal lebih dulu
setelah melahirkan calon pewaris kesultanan Banjar yang diberi nama Rakhmatillah, yang juga
meninggal semasa masih bayi. Dia cucu Pangeran Amir yang gagal naik tahta pada tahun 1785.
Pangeran Antasari tidak hanya dianggap sebagaipemimpin Suku Banjar, dia juga merupakan
pemimpin Suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Bakumpai dan beberapa
suku lainya yang berdiam di kawasan dan pedalaman atau sepanjang Sungai Barito, baik yang
beragama Islam maupun Kaharingan. Setelah Sultan Hidayatullah ditipu Belkalian dengan
terlebih dahulu menyandera Ratu Siti (Ibunda Pangeran Hidayatullah) dan kemudian diasingkan
ke Cianjur, maka perjuangan rakyat Banjar dilanjutkan pula oleh Pangeran Antasari. Sebagai
salah satu pemimpin rakyat yang penuh dedikasi maupun sebagai sepupu dari pewaris kesultanan
Banjar. Untuk mengokohkan kedudukannya sebagai pemimpin perjuangan melawan penjajah di
wilayah Banjar bagian utara (Muara Teweh dan sekitarnya), maka pada tanggal 14 Maret 1862,
bertepatan dengan 13 Ramadhan 1278 Hijriah, dimulai dengan seruan: “Hidup untuk Allah dan
Mati untuk Allah” Seluruh rakyat, para panglima Dayak, pejuang-pejuang, para alim ulama dan
bangsawan-bangsawan Banjar; dengan suara bulat mengangkat Pangeran Antasari menjadi
"Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin", yaitu pemimpin pemerintahan, panglima
perang dan pemuka agama tertinggi. Tidak ada alasan lagi bagi Pangeran Antasari untuk berhenti
berjuang, ia harus menerima kedudukan yang dipercayakan oleh Pangeran Hidayatullah
kepadanya dan bertekad melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab sepenuhnya
kepada Allah dan rakyat. Perang Banjar pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya
menyerang tambang batu bara milik Belkalian di Pengaron tanggal 25 April 1859. Selanjutnya
peperangan demi peperangan dikomandoi Pangeran Antasari di seluruh wilayah Kerajaan Banjar.
Dengan dibantu para panglima dan pengikutnya yang setia, Pangeran Antasari menyerang pos-
pos Belkalian di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai
Barito sampai ke Puruk Cahu. Pertempuran yang berkecamuk makin sengit antara pasukan
Pangeran Antasari dengan pasukan Belkalian, berlangsung terus di berbagai medan. Pasukan
Belkalian yang ditopang oleh bala bantuan dari Batavia dan persenjataan modern, akhirnya
berhasil mendesak terus pasukan Pangeran Antasari. Dan akhirnya Pangeran Antasari
memindahkan pusat benteng pertahanannya di Muara Teweh. Berkali-kali Belkalian membujuk
Pangeran Antasari untuk menyerah, namun dia tetap pada pendiriannya. Ini tergambar pada
suratnya yang ditujukan untuk Letnan Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin tertanggal 20
Juli 1861. “...dengan tegas kami terangkan kepada tuan: Kami tidak setuju terhadap usul minta
ampun dan kami berjuang terus menuntut hak pusaka (kemerdekaan)...” Dalam peperangan,
Belkalian pernah menawarkan hadiah kepada siapa pun yang mampu menangkap dan membunuh
Pangeran Antasari dengan imbalan 10.000 gulden. Namun sampai perang selesai tidak
seorangpun mau menerima tawaran ini.Orang-orang yang tidak mendapat pengampunan dari
pemerintah Kolonial Hindia Belkalian:

1. Antasaridengananak-anaknya

2. DemangLehman

3. AminOellah

4. Soero Patty dengan anak-anaknya

5. KiaiDjayaLalana

6. GoestiKassan dengan anak-anaknya

Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat, Pangeran Antasari kemudian wafat di tengah-tengah


pasukannya tanpa pernah menyerah, tertangkap, apalagi tertipu oleh bujuk rayu Belkalian pada
tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung Bayan Begok, Sampirang, dalam usia lebih kurang
75 tahun. Menjelang wafatnya, dia terkena sakit paru-paru dan cacar yang dideritanya setelah
terjadinya pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung, Tundakan. Perjuangannya dilanjutkan
oleh puteranya yang bernama Muhammad Seman. Setelah terkubur selama lebih kurang 91 tahun
di daerah hulu sungai Barito, atas keinginan Banjar dan persetujuan keluarga, pada tanggal 11
November 1958 dilakukan pengangkatan kerangka Pangeran Antasari. Yang masih utuh adalah
tulang tengkorak, tempurung lutut dan beberapa helai rambut. Kemudian kerangka ini
dimakamkan kembali Taman Makam Perang Banjar, Kelurahan Surgi Mufti, Banjarmasin.
Pangeran Antasari telah dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional dan Kemerdekaan oleh
pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK No. 06/TK/1968 di Jakarta, tertanggal 27 Maret
1968.[23] Nama Antasari diabadikan pada Korem 101/Antasari dan julukan untuk Kalimantan
Selatan yaitu Bumi Antasari. Kemudian untuk lebih mengenalkan Pangeran Antasari kepada
masyarakat nasional, Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) telah mencetak dan mengabadikan
nama dan gambar Pangeran Antasari dalam uang kertas nominal Rp 2.000.

B. Dampak politik,budaya,social-ekonomi,dan Pendidikan pada masa penjajahan

barat dalam kehidupan bangsa Indonesia masa ini.

1. Dampak Kolonialisme di Bidang Politik

Pernahkah kamu membayangkan bagaimana kehidupan bangsa Indonesia pada masa


penjajahan? bagaimana mereka harus melawan para penjarah di bumi mereka? Terbayang bukan
bagaimana menderitanya bangsa kita pada saat itu.Pengaruh kekuasaan Belanda semakin kuat
karena intervensi yang intensif dalam masalahmasalah istana, seperti pergantian tahta,
pengangkatan pejabat-pejabat kerajaan, ataupun partisipasinya dalam menentukan kebijaksanaan
pemerintah kerajaan. Dengan demikian, dalam bidang politik penguasa-penguasa pribumi makin
tergantung pada kekuasaan asing, sehingga kebebasan dalam menentukan kebijaksanaan
pemerintah istana makin menipis. Di samping itu, aneksasi wilayah yang dilakukan oleh
penguasa asing mengakibatkan semakin menyempitnya wilayah kekuasaan pribumi. Penghasilan
yang berupa lungguh, upeti atau hasil bumi; semakin berkurang dan bahkan hilang, sebab
kedudukannya telah berganti sebagai alat pemerintah Belanda.

Dalam bidang politik, kolonialisme dan imperialisme bangsa Barat di Indonesia


menyebabkan semakin hilangnya kekuasaan Politik dan para penguasa Indonesia yang beralih ke
tangan Belanda. Hal tersebut dibuktikan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

h. Penerapan sistem indirect rule (sistem pemerintahan tidak langsung) yaitu


dengan memanfaatkan penguasa-penguasa tradisional, seperti bupati danraja yang
memerintah atas nama VOC.
i. Munculnya berbagai perlawanan rakyat Indonesia terhadap pemerintah
Hindia Belanda.
j. Belanda sangat berpengaruh dalam menentukan kebijakan politik kerajaan
karena intervensinya.
k. Bupati menjadi alat kekuasaaan pemerintahan kolonial. Mereka menjadi
pegawai pemerintahan kolonial yang diberi gaji. Padahal menurut adat
penguasa tradisional tersebut mendapat upeti dari rakyat.
l. Semakin merosotnya dan bergantungnya kekuasaan raja kepada kekuasaan
asing. Bahkan sebagian diambil alih atau di bawah kekuasaan kolonial.

Dampak Kolonialisme di bidang politik adalah sebagai berikut :

g. Daendels atau Raffles sudah meletakkan dasar pemerintahan yang modern. Para
Bupati dijadikan pegawai negeri dan digaji, padahal menurut adat istiadat kedudukan
bupati adalah turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat. Bupati dijadikan alat
kekuasaan pemerintah kolonial. Pamong praja yang dahulu berdasarkan garis
keturunan sekarang menjadi sistem kepegawaian.
h. Jawa dijadikan tempat pusat pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah
perfektuf.
i. Belanda dan Inggris melakukan intervensi terhadap persoalan kerajaan, contohnya
tentang pergantian tahta kerajaan sehingga imperialis mendominasi politik di
Indonesia. Yang mengakibatkan peranan elite kerajaan berkurang dalam politik, dan
kekuasaan pribumi bahkan bisa runtuh.
j. Hukum yang dulu menggunakan hukum adat diubah menggunakan sistem hukum
barat modern.
k. Kebijakan yang diambil raja dicampuri Belanda
l. Perubahan dalam politik pemerintahan kembali terjadi akibat kebijakan
politik Pax Nederlanica di akhir abad 19 menuju awal abad 20 Jawa menjadi
pusat pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah perfektuf
m. Selain itu, sistem pemerintahan di Indonesia sekarang merupakan warisan
dari penerapan ajaran Trias Politica yang dijalankan oleh pemerintah kolonial
Belanda. Dalam badan yudikatif di struktur tersebut, pemerintahan kolonial Belanda
membagi badan peradilan menjadi tiga macam berdasarkan golongan masyarakat di
Hindia-Belanda. Badan peradilan tersebut terdiri dari peradilan untuk orang Eropa,
peradilan orang Timur Asing, dan peradilan orang pribumi. Dalam badan legislatif,
pemerintah kolonial Belanda membentuk Volksraad atau Dewan Rakyat pada tahun
1918.

2. Dampak Kolonialisme di Bidang Budaya


Kebiasaan pemerintah Kolonial menggunakan bahasa Belanda, di sisi lain, membawa
pengaruh tersendiri. Sedikit banyak kita punya banyak bahasa serapan yang berasal dari bahasa
Belanda, portugis dan inggris, misalnya :

Handuk = Handdoek

Sepatu= Sepato

Buku= Book

Selain kosa kata ternyata kedatangan Bangsa Eropa juga mengenalkan berbagai hal baru ke
bangsa kita. Misalnya, kita jadi tahu berbagai musik internasional ataupun tarian seperti dansa.
Selain itu, ada juga bangunan-bangunan yang menjadi saksi bisu terhadap segala peristiwa masa
lampau. Semua bangunan tersebut punya ciri khas yang sulit dibuat saat ini. Seperti bangunan
yang bisa kita temui di Kota Tua, Lawang Sewu adalah gedung bersejarah milik PT Kereta Api
Indonesia (Persero) yang awalnya digunakan sebagai Kantor Pusat perusahaan kereta api swasta
Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Lawang sewu cagar budaya yang harus
senantiasa kita jaga dan lestarikan bangunannya dirancang oleh Prof. Jakob F. Klinkhamer dan
B.J. Ouendag, arsitek dari Amsterdam dengan ciri dominan berupa elemen lengkung dan
sederhana. Bangunan di desain menyerupai huruf L serta memiliki jumlah jendela dan pintu yang
banyak sebagai sistem sirkulasi udara. Karena jumlah pintunya yang banyak maka masyarakat
menamainya dengan Lawang Sewu yang berarti seribu pintu.

3. Dampak Kolonialisme di Bidang Sosial

Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia membawa dampak dalam bidang sosial Salah
satu dampak dalam bidang sosial adalah munculnya masyarakat yang menganut agama Katolik,
misionaris Gonzales Veloso, Fernao Vinagra dan Simon Vas serta pengaruh Kristen Protestan.
Kedatangan Portugis yang membawa semangat 3G (Gold, Glory dan Gospel) mempengaruhi
penyebaran agama Kristen dan Katolik di Indonesia. Salah satu penyebar agama Katolik di
Indonesia yang terkenal adalah Fransiscus Xaverius, seorang misionaris dari Portugis, di Maluku
pada tahun 1546-1547. Di samping penyebaran agama Katolik, agama Kristen Protestan juga
turut tersebar di Indonesia. Penyebaran agama Kristen Protestan mulai terjadi pada masa
pemerintahan Gubernur Jendral Raffles. Penyebaran agama ini dilakukan oleh Nederlands
Zendeling Genootschap (NZG), yaitu organisasi yang menyebarkan agama Kristen Protestan
berdasarkan Alkitab. Beberapa tokoh yang tergabung dalam NZG yang terkenal adalah Ludwig
Ingwer Nommensen dan Sebastian Qanckaarts.Namun penjajahan tetaplah penjajahan sehingga
kedatangan penjajahan bangsa barat malah justru memperburuk sosial bangsa kita. Dalam bidang
sosial, praktik kolonialisme dan imperialisme di Indonesia, membawa dampak antara lain
sebagai berikut.
a. Terjadinya perubahan pelapisan sosial dalam masyarakat pada masa kolonial, yaitu sebagai
berikut.

golongan timur asing yang terdiri dari orang Cina dan Timur Jauh
golongan eropa yang terdiri dari orang Belanda dan orang Eropa lainnya
golongan pribumi

b. Terjadinya mobilitas sosial dengan adanya gelombang transmigrasi, terutama untuk memenuhi
tenaga-tenaga di perkebunan-perkebunan yang dibuka Belanda di luar Jawa.

c. Muncul golongan buruh dan golongan majikan yang muncul karena berdirinya pabrik-pabirk
dan perusahaan sehingga pekerjaan masyarakat Indonesia menjadi dinamis.

d. Munculnya elit terdidik karena tuntutan memenuhi pegawai pemerintah sehingga


menyebabkan didirikannya sekolah-sekolah di berbagai kota.Hal ini mendrong lahirnya elit
terdidik (priyai cendikiawan) di perkotaan. Walaupun jumlah mereka sedikit, tetapi sangat
berperan dalam perkembangan pergerakan selanjutnya.

e. Pembentukan status sosial dimana yang tertinggi adalah Eropa lalu Asia dan Timur yang
terakhir kaum Pribumi.

f. Terjadinya penindasan dan pemerasan secara kejam. Tradisi yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia, seperti upacara dan tata cara yang berlaku dalam lingkungan istana menjadi sangat
sederhana, bahkan cenderung dihilangkan. Tradisi tersebut secara perlahan-lahan digantikan oleh
tradisi pemerintah Belanda.

g. Daerah Indonesia terisolasi di laut sehingga kehidupan berkembang ke pedalaman.


Kemunduran perdagangan dilaut secara tak langsung menimbulkan budaya feodalisme di
pedalaman. Dengan feodalisme rakyat pribumi dipaksa untuk tunduk atau patuh pada tuan tanah
Barat atau Timur Asing sehingga kehidupan penduduk Indonesia mengalami kemerosotan.

4. Dampak Kolonialisme di Bidang Ekonomi

Dengan datangnya Bangsa Eropa, masyarakat Indonesia diperkenalkan pada mata uang,
di masa Raffles menjalankan kebijakan Sistem Sewa Tanah.Diperkenalkannya uang kertas dan
logam mendorong munculnya perbankan modern di Hindia-Belanda. Salah satunya adalah de
Javasche Bank, bank modern di HindiaBelanda yang muncul pertama kali dan didirikan di
Batavia pada tahun 1828.

Selanjutnya adalah bangkitnya kehidupan perekonomian akibat pembangunan jalan raya


pos Anyer-Panarukan. Keberadaan infrastruktur jalan didukung oleh jaringan transportasi
khususnya kereta api yang muncul dan berkembang pada masa Sistem Tanam Paksa. Jaringan
kereta api muncul dan berkembang di Hindia-Belanda sebagai sarana pengantaran hasil
perkebunan yang ada di Hindia Belanda serta transportasi masyarakat. Munculnya sistem
transportasi ini merupakan dampak kedatangan Bangsa Eropa bagi Indonesia yang masih bisa
kamu gunakan hingga hari ini.

Karena tujuan Belanda di Indonesia untuk mencari rempah-rempah, mereka harus


membuat infrastruktur untuk mengangkut pasokan bahan makanan. Mereka punya andil dalam
pembuatan pembangunan rel kereta dan jalan raya. Bahkan mereka juga membangun waduk dan
saluran irigasi. Selain itu, mereka juga membangun industri pertambangan dengan membuka
kilang minyak bumi di Tarakan, Kalimantan Timur. Namun bukan berarti dengan pembangunan
infrastuktur yang dilakukan oleh Belanda itu membawa kemakmuran bagi rakyat Indonesia,
namun sebaliknya pembangunan-pembangunan dibidang ekonomi yang dikembangkan oleh
Belanda justru membuat penderitaan rakyat Indonesia semakin dalam. Betapa tidak, mereka
memperlakukan rakyat rakyat Indonesia sangat tidak manusiawi. Kebijakan tanam paksa dan
ekonomi liberal yang mereka bentuk membuat rakyat Indonesia dipaksa menjadi penghasil
bahan mentah . Alhasil, kita tidak punya jiwa “Entrepreneur” Karena kita hanya diperintah dan
diperintah saja, monopoli dagang yang dibuat VOC juga membuat perdagangan Nusantara di
kancah internasional jadi mundur.

Dampak Kolonialisme dan Imperialisme di bidang ekonomi yang dilakukan oleh


pemerintah kolonial bangsa Barat terhadap rakyat di Indonesia membawa dampak, diantaranya
sebagai berikut :

a. Monopoli dan penguasaan suatu daerah (koloni) oleh penjajah menyebabkan terjadinya situasi
yang tidak sehat dalam hal perdagangan.

b. Perekonomian bergeser dari pertanian pangan menjadiindustri perkebunan

c. Praktik monopoli perdagangan yang diterapkan oleh voc mengakibatkan mundurnya


perdagangan di nusantara dari kancah perdagangan internasional

d. Dalam mengeksploitasi tanah jajahan voc memanfaatkan para penguasa tradisional


(menerapkan sistem indirect rule) dalam penyerahan wajib hasil bumi dan pemungutan (pajak
hasil bumi)

e. Penerapan sistem tanam paksa menyebabkan rakyat indonesia mengenal jenis tanaman baru.
Munculnya pedagang-pedagang perantara dalam perdagangan internasional yang dipegang oleh
orang timur asing. sedangkan bangsa indonesia hanya sebagai pengecer

f. Munculnya kota-kota baru di sekitar perusahaan-perusahaan belanda. Dikenalnya sistem


ekonomi uang bagi masyarakat Indonesia. Salah satu dampaknya adalah

g. dikenalnya sistem utang. Sedangkan dalam pengerjaan lahan pertanian, penduduk memulai
mengenal pinjaman modal. Namun mereka harus mengembalikan uang dengan sistem bunga
yang memperparah perekonomian.
5. Dampak Kolonialisme di Bidang Pendidikan

Lain sekarang, lain dulu. Mari kita tengok 75 tahun lalu saat Indonesia belum merdeka
dan masih berada dalam dekapan Belanda. Pernahkah kamu berfikir bagaimanakah asal mula
lahirnya pendidikan di Indonesia, munculnya pendidikan di Indonesia tidak lepas dari dampak
adalanya kolonialisme di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang Pendidikan mulai
dianggap penting saat kebijakan Politik Etis dilakukan oleh pemerintah kolonial. Perhatian
pemerintah kolonial Belanda terhadap pendidikan dikarenakan guna memenuhi kebutuhan
tenaga kerja di sektorsektor swasta dan pemerintahan. Sekolah-sekolah yang didirikan
pemerintah menganut sistem pendidikan barat dan hanya bisa dimasuki oleh kalangan
bangsawan.Usaha – usaha yang dilakukan oleh kolonial Belanda dalam bidang pendidikan tidak
lain adalah untuk keuntungan pemerintahan Belanda, yaitu menghasilkan pegawai administrasi
Belanda yang murah, terampil, dan terdidik. Selain itu Pemerintah Belanda menyusun kurikulum
pendidikannya sendiri, akibatnya perkembangan pendidikan dan pengajaran di Indonesia sampai
abad ke–19 menunjukkan kecenderungan Politik dan Kebudayaan. Tidak semua masyarakat
mendapatkan pendidikan, masyarakat yang mempunyai jabatan lah yang dapat merasakan
pendidikan, seperti keturunan raja, keturunan bangsawan, pengusaha kaya, dan yang lainnya.
Beberapa contoh sekolah yang didirikan pada masa awal pemerintah kolonial Belanda, antara
lain:

Dampak penjajahan bangsa Barat di bidang pendidikan, antara lain

a. Munculnya golongan -golongan terpelajar di Indonesia.

b. Bangsa Indonesia bisa membaca dan menulis sehingga dapat menjadi tenaga –tenaga kerja di
perusahaan Belanda.

c. Bangsa Indonesia menjadi tahu perkembangan yang terjadi di dunia luar


III. Latihan soal

9. Keberanian Adipati Unus dalam menyerang Portugis yang kuat, terdengar beritanya
ke penjuru pulau Jawa. Ia bahkan diberikan gelar....
A. Pangeran Mangkubumi
B. Pangeran Samber Nyowo
C. Pangeran Adipati
D. Pangeran Sabrang Lor
E. Pangeran Ing Ngalogo
10. Ia tetap melanjutkan perjuangan suaminya dengan berjuang sendiri memimpin
perang di daerah pedalaman Meulaboh bersama dengan pasukannya. Belkalian
selalu berusaha untuk menangkapnya karena merasa bahwa Ia sangat berpengaruh
pada masyarakatnya dalam berperang, namun sayang Belkalian seringkali gagal
menangkapnya karena taktik yang dimilikinya.
Tokoh pejuang yang dimaksud adalah…
A. Pangeran Diponegoro
B. Sisingamangaraja XII
C. Raden Intin II
D. Pangeran Antasari
E. Tjut Nyak’ Dien
11. Perang Padri yang terjadi tahun 1803 sampai 1838 merupakan perlawanan rakyat
yang terjadi di…
A. Maluku
B. Sumatera Barat
C. Aceh
D. Sumatera Selatan
E. Jawa Timur
12. Singamangaraja XII adalah tokoh perlawanan rakyat di daerah…
A. Bali
B. Tapanuli
C. Makassar
D. Jakarta
E. Kalimantan

5. Salah satu latar belakang dari perang Diponegoro adalah....

A. rakyat dibelit oleh berbagai bentuk pajak dan pungutan

B. pelanggaran perang atas Traktat London1824


C. dampak dari perang Padri yang pertama

D. balasan Diponegoro atas serangan dari pemerintah colonial

E. perbedaan antara kaum bangsawan dan para ulama

6. Penerapan politik Etis mendorong tumbuhnya kesadaran mengenai pentingnya

pendidikan. Kondisi tersebut dibuktikan dengan munculnya sekolah-sekolah milik

pribimi seperti Taman Siswa dan muhamadiyah. Selain itu muncul pula sekolahsekolah untuk
kaum wanita. Informasi tersebut memberikan dampak besar bagi

kehidupan bangsa Indonesia yaitu ... .

A. menumpas praktik kolonialisme melalui pendidikan

B. munculnya kaum terpelajar yang individualis

C. mengubah tradisi bangsa indonesia menjadi tradisi barat

D. mengenalkan bangsa indonesia pada kehidupan sekuler

E. memunculkan kaum terpelajar yang bersifat nasionalis

7. Gagasan Pax Nerlandica yang dicetuskan oleh Gubernur jenderal J.B Van Heuts pada

awal abad ke XII. Makna dari gagasan tersebut adalah ... .

A. penggabungan kekuasaan Hindia Belanda ke dalam persekutuan negeri

Belanda

B. penyatuan wilayah di bawah kekuasaan kesatuan Republik Indonesia

C. penyatuan wilayah kekuasaan indonesai di bawah kekuasaan hindia belanda

D. penyatuan kerajaan kerajaan lokal yang ada di wilayah kepulauan indonesia

E. Pemerataan kemakmuran untuk semua rakyat Hindia Belanda

8. Dalam bidang politik dari kolonialisme dan imperialisme bangsa Barat di Indonesia

menyebabkan semakin hilangnya kekuasaan politik para penguasa Indonesia yang

beralih ke tangan Belanda, hal tersebut dibuktikan dengan informasi dibawah ini ...

A. Penerapan sistem indirect rule(sistem pemerintahan tidak langsung) yaitu dengan


memanfaatkan penguasa-penguasa tradisional, seperti bupati dan raja yang

memerintah atas nama VOC.

B. Terjadinya mobilitas sosial dengan adanya gelombang transmigrasi,terutama

untuk memenuhi tenaga-tenaga di perkebunan- perkebunan yang dibuka

Belanda di luar Jawa.

C. Muncul golongan buruh dan golongan majikan yang muncul karena berdirinya

pabrik-pabirk dan perusahaan sehingga pekerjaan masyarakat Indonesia

menjadi dinamis.

D. Munculnya elit terdidik karena tuntutan memenuhi pegawai pemerintah sehingga

menyebabkan didirikannya sekolah-sekolah di berbagai kota.Hal ini mendrong

lahirnya elit terdidik (priyai cendikiawan) di perkotaan. Walaupun jumlah

mereka sedikit,tetapi sangat berperan dalam perkembangan pergerakan

selanjutnya.

E. Pembentukan status sosial dimana yang tertingi adalah Eropa lalu Asia dan Timur

yang terakhir kaum Pribumi.

9. Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia membawa dampak dalam bidang sosial.

Salah satu dampak dalam bidang sosial adalah munculnya masyarakat yang

menganut agama Katolik yang di bawa oleh misionaris Gonzales Veloso, Fernao

Vinagra dan Simon Vas, serta berkembangnya Kristen Protestan. Salah satu

misionaris yang menyebarkan agama Katolik di Maluku adalah…

A. Antonio de oamay

B. Franxiscus Xaverius

C. Luwix Nommensen

D. Edwuard Douwes Doker

E. Crawfurd
10. Salah satu dampak pengaruh dari kolonialisme di bidang budaya yang sampai

sekarang masih bisa dirasakan oeh bangsa Indonesia adalah…

A. banyaknya bahasa serapan yang diambil dari kosa kata Belanda,Portugis,dan

Inggris

B. munculnya penggolongan kelas di masyarakat

C. diangkatnya para petinggi kerajaan sebagai pegawai negeri

D. lahirnya golongan cerdik pandai

E. dibangunnya sekolah-sekolah oleh pemerintah


DAFTAR PUSTAKA

https://repositori.kemdikbud.go.id/20229/1/Kelas%20XII Sejarah%20Indon

esia_KD%203.2%20%282%29.pdf

https://sisariyantimedia.com/wp-content/uploads/2021/02/XI SejarahIndonesia_KD-
3.6_Final.pdf

https://repositori.kemdikbud.go.id/20229/1/Kelas%20XII Sejarah%20Indon

esia_KD%203.2%20%282%29.pdf
PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
1. Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 tahun
Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang dibacakan oleh Soekarno
dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta
Pusat.

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang
oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia.
Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau
"Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih
menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus
1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah
kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Pengibaran bendera pada 17 Agustus 1945.

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan
ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk
bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang
kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia,
pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang
telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan
kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam,
mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan
dalam beberapa hari, berdasarkan tim PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat,
Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena
menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang telah
menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang
anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI
saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat fatal jika para
pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak
memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan
proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic). Dikibarkannya
bendera Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal
USS Missouri. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang
berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana,
Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-
desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru.
Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun
dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI
adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha
bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh
konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda
Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut
kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab
ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda,
Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna
membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh


Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada
16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul.Peserta
BPUPKI Dalam perjalanan sejarah menuju kemerdekaanIndonesia, dr. Radjiman adalah satu-
satunya orang yang terlibat secara akif dalam kancah perjuangan berbangsa dimulai dari
munculnya Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya di saat memimpin Budi
Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi rakyat disetiap daerah di Indonesia (kesadaran
memiliki tentara rakyat) dijawab Belanda dengan kompensasi membentuk Volksraad dan dr.
Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari Boedi Utomo.

Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan “apa dasar negara
Indonesia jika kelak merdeka?― Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno dengan Pancasila.
Jawaban dan uraian Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini kemudian
ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila
yang pertama tahun 1948 di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi.
Terbongkarnya dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi
ini menjadi temuan baru dalam sejarah Indonesia yang memaparkan kembali fakta bahwa
Soekarno adalah Bapak Bangsa pencetus Pancasila. Pada tanggal 9 Agustus 1945 ia membawa
Bung Karno dan Bung Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk menemui pimpinan tentara Jepang
untuk Asia Timur Raya terkait dengan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan
Jepang berencana menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang akan menciptakan kekosongan
kekuasaan di Indonesia. Tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

2.Pembentukan pemerintahan republik Indonesia

SIDANG PPKI 1

Pada tanggal 18 Agustus 1945 di Gedung Chou Sang In, Jalan Pejambon, Jakarta Pusat,
PPKI mengadakan dinyatakan merdeka melalui proklamasi. pembukaan sidang PPKI I yang
dimulai pukul 11.30 WIB, Sukarno menegaskan agar panitia berkerja secara cepat, abaikan hal
kecil, dan fokus pada gagasangagasan besar yang mengandung sejarah, seperti penyusunan UUD
dan memilih Presiden serta Wakil Presiden. Sukarno juga memberi arahan mengenai penyusunan
UUD. agar bisa mengikuti rancangan yang telah disusun oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPK) pada sidang ke II, tanggal 10-16 Juli 1945.

Pembahasan mengenai rancangan pembukaan dan UUD 1945 yang melahirkan


kesepakatan bersama, berhasil disahkan dalam tempo kurang dari 2 jam. Sidang diskors pada
pukul 21.50 WIB dan dimulai kembali pada pukul 03.15 WIB. Ketika sidang akan dilanjutkan,
Otto Iskandardinata memberikan pandangan agar dibahas mengenai Pasal 111 dalam aturan
peralihan yang berbunyi “Untuk pertama kali Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan. Otto Iskandardinata juga mengusulkan agar pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden dilakukan secara aklamasi, dengan mengajukan nama Sukarno dan Mohammad
Hatta sebagai calonnya. Semua peserta sidang menerima usulan ini secara aklamasi sambil
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dengan demikian pada Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus
1945, bangsa Indonesia memperoleh landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu UUD
1945, yang mana didalam pembukaan UUD 1945 terkandung dasar Negara Pancasila, serta
kepemimpinan nasional dalam diri Presiden dan Wakil Presiden

SIDANG PPKI II

PPKI I tanggal 18 Agustus 1945, Sukarno sempat membentuk 9 orang yang tergabung
dalam panitia kecil, yang ditugaskan untuk menyusun rancangan berisikan hal-hal mendesak,
yaitu masalah pembagian wilayah Negara, kepolisian, tentara kebangsaan, dan perekonomian.
Pada sidang II PPKI, tanggal 19 Agustus 1945 yang dilaksanakan pukul 10.00 WIB, Sukarno
juga meminta Ahmad Subarjo, Sutarjo Kartohadikusumo, dan Kasman Singodimejo untuk
membentuk tim kecil membahas mengenai bentuk Departemen (Kementrian), tetapi bukan
menyangkut orang-orang yang akan duduk di dalamnya.

Pada kesempatan pertama sidang, Otto Iskandardinata menyampaikan hasil kerja tim
berupa pembagian wilayah Indonesia yang terdiri dari 8 Provinsi beserta para calon Gubernurnya,
dan perlu juga dibentuk Panitia Kebangsaan Daerah (Komite Nasional) untuk membantu tugas-
tugas daerah. Mengenai kepolisian agar susunan di pusat dan daerah segera dipindahkan kedalam
kekuasaan pemerintah Indonesia, dengan ditambah pimpinan dari bekas PETA dan pemimpin
rakyat, serta diberikan petunjukpetunjuk sikap baru terhadap rakyatt. kedelapan provinsi tersebut
akan di jelaskan dibawah ini:

1. Jawa Barat dengan Gubernurnya Sutarjo Kartohadikusumo

2. Jawa Tengah : Raden Panji Suroso

3. Jawa Timur : Raden Mas Suryo

4. Kalimantan : Pangeran Muhammad Nur

5. Sumatra : Teuku Muhammad Hasan

6. Sulawesi : Sam Ratulangi

7. Sunda Kecil : I Gusti Ketut Puja

8. Maluku : Johanes Latuharhary

Setelah selesai pembahasan bagian pertama, agenda sidang dilanjutkan dengan


penyampaian Ahmad Subarjo mengenai usulan pembentukan 13 Departemen, namun setelah
dilakukan pembahasan, forum memutuskan adanya 12 Departemen dan 1 Menteri Negara,
ditambah 2 Ketua lembaga tinggi Negara, 1 Sekretaris Negara, dan 1 Jurubicara Negara. Adapun
susunan Departemen pada awal kemerdekaan yaitu:

Raden Arya Wiranatakusuma : Menteri Dalam Negeri

Ahmad Subarjo : Menteri Luar Negeri

Prof. Supomo : Menteri Kehakiman

Ir. Surachman : Menteri Kemakmuran

Dr. Syamsi : Menteri Keuangan

Dr. Buntaran Martoatmojo : Menteri Kesehatan

Ki Hajar Dewantara : Menteri Pengajaran


Iwa Kusumasumatri : Menteri Sosial

Supriadi : Menteri Pertahanan

Amir Syarifudin : Menteri Penerangan

Abikusno Tjokrosuyoso : Menteri Perhubungan ad. Interim

Dr. Amir : Menteri Negara

KH. Wahid Hasyim : Menteri Negara

Sartono : Menteri Negara

A.A Maramis : Menteri Negara

Otto Iskandardinata : Menteri Negara

Dr. Kusuma Atmaja : Ketua Mahkamah Agung

Abdul Gaffar Pringgodigdo : Sekretaris Negara

R. Sukarjo Wiryopranoto : Jubir Negara

SIDANG PPKI III

Sidang PPKI III dilanjutkan kembali pada tanggal 22 Agustus 1945 dengan melibatkan para
pemuda. Dalam sidang, Chairul Saleh menuntut agar PPKI menghentikan segala bentuk
hubungan dengan Jepang dan berganti nama menjadi Komite Nasional Indonesia. Para pemuda
juga mendesak agar pemerintah segera membentuk tentara nasional. Pada akhirnya akomodasi
berhasil diperoleh melalui pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan PPKI setelah
bubar kemudian berganti wujud perjuangan melalui Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Hasil

3.Tokoh proklamator Indonesia

1. Ir. Soekarno

merupakan tokoh pertama dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pria yang lahir
dan dimakamkan di kota Blitar ini memiliki nama lengkap Koesno Sosrodihardjo. Bung Karno
merupakan putra dari Raden Soekami dan Ida Ayu Nyoman Rai, yang merupakan seorang
bangsawan asal Bali. Di masa mudanya, Bung Karno pernah menempuh pendidikan tinggi di
Technische Hoogeschool te Bandoeng (saat ini Institut Teknologi Bandung) dan berhasil meraih
gelar insinyur teknik sipil pada 25 Mei 1926. Setelah menamatkan kuliah, Bung Karno sering
menuangkan ide salah satunya tentang ‘Nasionalisme, Islam, dan Marxisme’ yang berisi
pentingnya persatuan. Ide tersebut menjadi awal mula perkembangan pemikiran politiknya.
Sesaat setelah Jepang kalah dari Sekutu, Bung Karno diculik ke Rengasdengklok dan didesak
oleh para pemuda untuk memproklamasikan kemerdekaan.

2. Drs. Mohammad Hatta

Tokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia kedua adalah Moh. Hatta (Bung Hatta). Bung Hatta
pernah menuntut ilmu di Sekolah Melayu Fort de Kock, Padang. Ia berperan dalam perumusan
dan penandatanganan teks proklamasi. Hatta yang sering dijuluki sebagai Bapak Koperasi
Indonesia ini turut menyumbangkan ide perumusan naskah proklamasi. Salah satu ide dalam
bentuk kalimat yang dituangkan pada naskah proklamasi adalah, “hal-hal tentang pemindahan
kekuasaan dan lain-lain dilaksanakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-
singkatnya”.

3. Mohammad Ibnu Sayuti (Sayuti Melik)

Tokoh kemerdekaan Indonesia yang ketiga adalah Mohammad Ibnu Sayuti atau Sayuti Melik.
Anak dari pasangan Abdul Mu’in atau Partoprawito dan Sumilah ini memiliki peran sebagai
pengetik naskah proklamasi. Secara tidak langsung, dia juga melaksanakan proses editing
dengan mengubah kalimat “atas nama bangsa Indonesia”, dari yang sebelumnya “wakil-wakil
bangsa Indonesia”.

4. Fatmawati

Tokoh lainnya adalah Fatmawati. Fatmawati merupakan sosok yang berjasa membuat bendera
merah putih saat peristiwa proklamasi kemerdekaan. Bendera tersebut ia jahit sendiri
menggunakan mesin jahit tangan bermerek Singer. Walaupun sedang dalam kondisi hamil, tak
menyurutkan Fatmawati untuk mempersembahkan bendera pusaka Indonesia.

5. Sutan Sjahrir

Sutan Sjahrir adalah salah satu tokoh kemerdekaan Indonesia. Ia dianggap sebagai seseorang
berintelektual tinggi dan revolusioner. Ia juga yang menggagas pembentukan Jong Indonesie,
sebuah himpunan pemuda nasionalis pada 20 Februari 1927. Sutan Sjahrir sempat menempuh
pendidikan di Universitas Amsterdam hingga akhirnya memutuskan kembali ke tanah air pada
tahun 1931.

6. Johannes Latuharhary

Tokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia selanjutnya adalah Johannes Latuharhary. Pria


kelahiran Maluku Tengah ini menjadi pejuang yang mendorong Maluku masuk ke NKRI
(Negara Kesatuan Republik Indonesia). Saat pengumuman kemerdekaan Indonesia di Jakarta,
Latuharhary merupakan orang yang membawa kabar berita tersebut kepada rakyat Maluku.
Berkat peran besarnya, ia diangkat menjadi gubernur pertama di Maluku sampai tahun 1954.

7. Soekarni
Soekarni merupakan salah satu orang yang menginisiasi upaya penculikan Bung Karno dan Bung
Hatta. Soekarni memiliki nama lengkap yakni Soekarni Kartodiwirjo. Ia lahir pada 14 Juli 1916.
Soekarni sempat menamatkan pendidikan di Sekolah Mardisiswo, Blitar. Berkat pendidikannya
tersebut, ia mengenal istilah nasionalisme dari Moh. Anwar. Pada 1967, Soekarni ditunjuk
sebagai angggota DPA (Dewan Pertimbangan Agung).

8. Chaerul Saleh

Bersama Soekarni, Wikana, dan pemuda Menteng 31 lainnya, Chaerul Saleh menuntut Bung
Karno dan Bung Hatta agar segera membacakan proklamasi kemerdekaan. Chaerul Saleh lahir di
Sawahlunto, Sumatera Barat pada 13 September 1916. Dalam catatan sejarah, ia pernah
dipercaya menduduki jabatan penting seperti Menteri, Wakil Perdana Menteri, dan juga Ketua
MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara).

9. Ahmad Subardjo

Ahmad Subardjo lahir pada 23 Maret 1897 di Karawang, Jawa Barat. Ia menjadi perantara yang
meyakinkan pemuda untuk membawa Bung Karno dan Bung Hatta kembali ke Jakarta saat
peristiwa Rengasdengklok. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo merupakan anak bungsu
dari dari Teuku Muhammad Yusuf dan priayi Aceh.

10. Otto Iskandar Dinata

Otto Iskandar Dinata menjadi orang yang mengusulkan Bung Karno dan Bung Hatta sebagai
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Ia dikenal dengan julukan Jalak Harupat
karena sikap beraninya menghadapi kebijakan Belanda. Selain pernah menjabat perwakilan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, ia juga diberi kewenangan untuk menduduki posisi
Menteri Negara kabinet pertama RI tahun 1945.

11. Buntaran Martoatmodjo

Buntaran Martoatmodjo lahir di Purworejo pada 11 Januari 1986. Ia aktif sebagai anggota
Barisan Pelopor. Buntaran merupakan sosok pencetus Palang Merah Indonesia PMI yang
menjadi amanat Bung Karno pada tanggal 5 September 1945. Selain itu, ia juga pernah
mengharumkan nama negara saat memimpin Persatuan Lawan Tenis Indonesia (PELTI).

12. Sam Ratulangi

Tokoh kemerdekaan Indonesia yang tak kalah besar perjuangannya adalah Sam Ratulangi atau
Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi. Ia merupakan aktivis yang berasal dari Tondano,
Sulawesi Utara. Setelah proklamasi, Sam Ratulangi diminta untuk memimpin Sulawesi.
Perannya dalam kemerdekaan RI sangat besar, salah satunya dengan tegas menolak sikap
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang hendak memisahkan Sulawesi dengan NKRI.

13. Laksamana Maeda


Laksamana Maeda merupakan sosok yang memberikan 'tumpangan' kepada pejuang-pejuang
kemerdekaan. Meski bukan orang asli Indonesia, ia pernah mempersilakan para tokoh lain
menggunakan rumah dinasnya sebagai tempat perumusan teks proklamasi. Ia sangat mendukung
para aktivis dari Indonesia yang giat menyuarakan kemerdekaan. Sampai-sampai Maeda
menyiapkan pasukan khusus untuk berjaga-jaga.

14. Latif Hendraningrat

Latif Hendraningrat merupakan pahlawan kemerdekaan Indonesia. Pada mulanya, ia bergabung


dalam organisasi Pembela Tanah Air (PETA). Saat pembacaan teks proklamasi, Latif
mendampingi Bung Karno dan Bung Hatta menuju serambi depan. Bahkan ia menjadi petugas
pengibar bendera pertama kali.

15. Suhud Sastro Kusumo

Bersama dengan Latif Hendraningrat, S. Suhud menjadi orang yang mengibarkan bendera merah
putih saat proklamasi. Saat masih muda, ia pernah terlibat dalam kelompok bentukan Jepang,
Barisan Pelopor. Sejak 14 Agustus menjelang proklamasi, Suhud berperan menjaga keamanan
keluarga Bung Karno . Selanjutnya, ia yang mempersiapkan tiang bendera dari bambu di teras
rumah san proklamator.

16. Surastri Karma Trimurti

Selain Fatmawati, ada satu pahlawan perempuan yang turut berperan besar dalam proklamasi
kemerdekaan Indonesia, yaitu S.K. Trimurti. Ia pernah terjun di dunia jurnalistik dan kerap
menuangkan hasil pemikirannya melalui tulisan. Ia dilahirkan dalam keluarga yang masih
berkerabat dekat dengan Keraton Kasunan Surakarta. Setelah merdeka, Ia pernah menjabat,posisi
Menteri Tenaga Kerja.

17. dr. Moewardi

Moewardi merupakan lulusan dokter spesialis THT (telinga, hidung, dan tenggorokan) dari
Geneeskundig Hooge School (GHS) di Salemba. Saat proses pembacaan teks proklamasi, ia
bertugas mengamankan situasi dari ancaman kerusuhan. Ia sendiri pernah ditunjuk sebagai
pemimpin Barisan Pelopor wilayah Jawa.
3.Latihan soal

1. Pada tanggal 16 Agustus 1945 golongan muda membawa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
ke ....

a.Rumah laksamana Maeda

b. Rengasdengklok

c. Istana merdeka

d. Jalan Pegangsaaan Timur No. 56

2. Proklamasi kemerdekaan di lakukan di ....

A. Rumah laksamana Maeda

B. Rengasdengklok

C. Istana merdeka

D. Jalan Pegangsaaan Timur No. 56

3. Orang yang membacakan teks proklamasi adalah ...

A. Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta

B. Ir. Soekarno dan Mr. Soepomo

C. Ir. Soekarno

D. Drs. Moh. Hatta

4. Pasca kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik, Jepang yang pernah berjanji untuk memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia tidak dapat lagi memenuhi janji tersebut, karena ... .

A. Jepang sadar bahwa janji tersebut akan membahayakan posisi Jepang

B. Sekutu memerintahkan kepada Jepang untuk menjaga status quo di Indonesia

C. Sekutulah yang nantinya akan memberi kemerdekaan kepada Indonesia

D. Jepang mengulur-ngulur janji tersebut sampai Indonesia berhenti berharap


E. Indonesia menjadi sadar arti penting kemedekaan dan menolak diberi kemerdekaan oleh
Jepang

5. Indonesia adalah negara kesatuan yang menganut prinsip demokrasi.Hal ini tercermin dalam
isi Pembukaan UUD 1945 yakni ...

A. Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa.

B. perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampaiah kepada saat yang berbahagia

C. Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur

D. maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya

E. terbentuk suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat

6. Tujuh kata yang dihilangkan dalam Piagam Jakarta, sesuai aspirasi dari Indonesia Timur
adalah ... .

A. Rakyat Inonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia

B. Ketuhanan dengan menjalankan kewajiban syariat Islam bagi para pemeluk-pemeluknya

C. Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa

D. Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa

E. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah

7. Dalam kondisi terjepit akibat kekalahannya dari sekutu, Jepang berusaha mengambil hati
bangsa Indonesia dengan cara....

A. melaksanakan politik dumping

B. membebaskan para tawan

C. mengenodrkan sikapnya terhadap Indonesia

D. memberi janji kemerdekaan kepada Indonesia

E. memberi kebebasan berpendapat bagi Indonesia

8. BPUPKI pada tanggal 7 Agustus 1945 akhirnya dibubarkan dengan alasan....

A. BPUPKI tidak dapat bekerja dengan baik

B. BPUPKI dianggap banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan


C. BPUPKI telah berhasil melaksanakan tugasnya

D. tugas BPUPKI digantikan oleh Panitai Sembilan

E. BPUPKI tidak bermanfaat bagi Jepang

9. Maksud dibentuknya Panitia Sembilan oleh BPUPKI adalah....

A. menambah jumlah anggota BPUPKI

B. untuk membahas hasil sidang I BPUPKI tentang rancangan dasar Negara

C. mempercepat proses kemerdekaan Indonesia

D. mempersiapkan materi sidang BPUPKI

E. sebagai penghubung antra BPUPKI dengan Jepang

10. Salah satu kunci keberhasilan perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah....

A. Persatuan dan kesatuan para pahlawan

B. Semangat mewujudkan harpaan sendiri

C. Rela berkorban demi jabatan

D. Cinta kepada harta benda


DAFTAR PUSTAKA

1. http://pojokiklim.menlhk.go.id/read/proklamasi-kemerdekaan-indonesia

2. https://www.sma-syarifhidayatullah.sch.id/2021/06/pembentukan-awal
pemerintahan.indonesia.html?m=1#:~:text=Pada%20tanggal%2018% 20
Agustus%201945,Pejambon%2C%20Jakarta%20Pusat%2C%20PPKI.

3. https://nasional.tempo.co/read/1623430/17-tokoh-kemerdekaan-indonesia -dari-bung-karno-
hingga-moewardi
Kondisi Kehidupan Indonesia Awal Kemerdekaan
Secara politik, keadaan Indonesia di awal kemerdekaan belum mapan, terjadi
ketegangan,kekacauan dan berbagai insiden. Sebab ada pihak asing yang tidak ingin Indonesia
merdeka.Rakyat Indonesia masih bentrok dengan sisa-sisa kekuatan Jepang yang beralasan
dimintaSekutu tetap menjaga Indonesia dalam keadaan status quo. Indonesia juga menghadapi
tentara Inggris atas nama Sekutu dan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) atas nama
Belanda yang datang kembali ke Indonesia dengan membonceng Sekutu. Pemerintahan negara
Indonesia memang sudah terbentuk beserta alat kelengkapan negara tetapi masih banyak
kekurangan di awal kemerdekaan. Kondisi politik Indonesia pada masa awal kemerdekaan masih
belum stabil. Mengingat ada berbagai perubahan dan perkembangan yang terjadi pada masa itu.
Ketidakstabilan itu disebabkan oleh faktor -faktor sebagai berikut :

1) Faktor Internal (dari dalam), antara lain :

 Adanya persaingan antar partai politik yang berbeda ideologi untuk menjadi partai yang
paling berpengaruh di Indonesia.
 Gangguan keamanan dalam negeri yang mengancam disintegrasi bangsa
 Bangsa Indonesia masih mencari sistem pemerintahan yang cocok sehingga terjadi
 perubahan sistem pemerintahan dari presidensial menjadi Parlementer.

2) Faktor Eksternal

 Kedatangan Sekutu (Inggris) yang di boncengi NICA (Belanda) yang ingin kembali
menjajah Indonesia, menimbulkan pertempuran di berbagai daerah.
 Jepang memiliki status masih mempertahankan status quo pada wilayah Indonesia sampai
Sekutu datang sehingga sering terjadi peperangan antara rakyat Indonesia dan tentara
Jepang.

B. Perkembangan Kehidupan Politik bangsa Indonesia pada Awal Kemerdekaan

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, para pemimpin bangsa Indonesia terus


berjuang membenahi tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Perubahan dan dinamika
perjuangan bergerak sangat cepat. Indonesia memang telah merdeka tetapi untuk dapat
menjalankan organisasi kenegaraan memerlukan perjuangan dan pengorbanan. Dinamika
perkembangan politik bangsa Indonesia pada awal kemerdekaaan dapat kita lihat

a. Terbentuknya Negara Indonesia


Pada tanggal 18 Agustus 1945 Ir. Soekarno memimpin Sidang PPKI untuk pertama
kalinya yang menghasilkan 3 keputusan penting yaitu mengesahkan UUD 1945, Memilih
Presiden dan Wakil Presiden, Membentuk Komite Nasional Indonesia. Dengan demikian
Indonesia telah memenuhi syarat untuk menjadi suatu negara.

b. Pembentukan Alat Kelengkapan Negara dan pemerintahan

1) Pembentukan Lembaga Kementerian (Departemen)


2) Pembentukan Komite Nasional Indonesia dan Daerah
3) Pembentukan Alat Kelengkapan Keamanan Negara
4) Pembentukan Lembaga Pemerintahan di Daerah

c. Pembentukan Provinsi di Seluruh Wilayah Indonesia

Pada awalnya wilayah Indonesia dibagi 8 provinsi dan mengangkat Gubernur sebagai
kepala daerah. Gubernur-gubernur yang diangkat antara lain Provinsi Sumatra, Provinsi Jawa
Barat,Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Sunda Kecil ( Nusa Tenggara),
Provinsi Maluku, Provinsi Sulawesi, Provinsi Kalimantan

d. Perubahan Fungsi KNIP

Dalam Persidangan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) di Jakarta tanggal 16


Oktober 1945, Sutan Sjahrir diminta duduk sebagai Ketua Badan Pekerja KNIP. Sebagian besar
anggota KNIP mengusulkan perubahan fungsi KNIP dari hanya sebagai pembantu presiden
menjadi lembaga legislatif. Hal itu didukung Moh. Hatta yang menerbitkan Maklumat Presiden
tanggal 16 Oktober 1945 tentang pemberian kekuasaan legislatif kepada KNIP. Bersama
Presiden, KNIP juga ditetapkan ikut menetapkan Garis -Garis Besar Hakuan Negara.

e. Perkembangan Keragaman Ideologi dan Partai Politik

Salah satu keputusan sidang PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945 adalah dibentuknya
Partai Nasional Indonesia (PNI) Partai ini diharapkan sebagai wadah persatuan dan pembinaan
berpolitik bagi rakyat Indonesia. Pembentukan partai tunggal dengan menetapkan Partai
Nasional Indonesia (PNI) sebagai satu satunya partai politik di Indonesia, menimbulkan kritikan
dan reaksi keras dari berbagai pihak karena menimbulkan kesan adanya partai tunggal.Dalam hal
pembinaan kehidupan yang demokratis, BP KNIP mengusulkan perlu dibentuknya partai -partai
politik. Setelah pembatalan partai tunggal, pemerintah merealisasikan pembentukan partai -partai
politik di Indonesia dengan dikeluarkannya maklumat No. X yang isinya antara lain pemerintah
memberi kesempatan pendirian partai -partai politik dan ditandatangani oleh wakil presiden Drs.
Moh. Hatta pada tanggal 3 November 1945. Dengan dikeluarkannya maklumat No. X itu
menunjukkan bahwa negara RI yang baru berdiri itu adalah merupakan sebuah negara
Demokrasi. Setelah keluar maklumat pemerintah tersebut, selanjutnya bermunculan partai -partai
dengan berbagai latar belakang dan ideologi. Perlu kalian ketahui bahwa sistem multi partai di
Indonesia diawali dengan maklumat pemerintah tanggal 3 November 1945, setelah
mempertimbangkan usulan dari Badan Pekerja. Pemerintah pada awal pendirian partai-partai
politik menyatakan bahwa pembentukan partaipartai politik dan organisasi politik bertujuan
untuk memperkuat perjuangan revolusi. Maklumat itu kemudian memunculkan partai-partai baru.

f. Perubahan Sistem Presidensial ke Parlementer

Negara Indonesia telah terbentuk, Alat kelengkapan negara dan lembaga pemerintahan
daerahpun telah terbentuk. Namun permasalahan bangsa Indonesia belum selesai. Para pemimpin
bangsa berjuang untuk memilih sistem pemerintahan yang paling cocok untuk bangsa Indonesia.
Sjahrir kemudian mengajukan Maklumat KNIP No. 5 tanggal 11 November 1945 yang isinya
pembentukan kabinet yang bekerja kolektif yang dipimpin perdana menteri .Perdana Menteri
ditunjuk oleh kepala negara. Format itu disetujui oleh Presiden Soekarno.Akhirnya pada tanggal
14 November 1945 terbentuk kabinet RI dengan Sutan Sjahrir sebagai perdana menteri. Dari
sinilah Indonesia mulai mengubah sistem pemerintahan dari Presidensial ke Parlementer yang
diawali dengan Kabinet Syahrir.

g. Perpindahan Ibu Kota Negara

Sampai dengan awal tahun 1946, keadaan ibukota negara sudah semakin kacau,
pemerintahterus didesak dan diteror oleh kekuasaan asing. Oleh karena itu pemerintah
merencanakan untuk memindahkan ibu kota negara ke luar Jakarta. Akhirnya Ibu Kota pindah ke
Yogyakarta pada tanggal 14 Januari 1946 Pemilihan kota Yogyakarta sebagai ibu kota dengan
beberapa alasan sebagai berikut:

1) Terdapat markas besar tentara


2) Di Yogyakarta tidak dijumpai kekuatan sekutu sehingga siapapun leluasa menunjukkan
dan menyebarluaskan pernyataan kemerdekaan.
3) Terdapat lascar Hisbullah Sabilillah dan Laskar Mataram Pimpinan Sri Sultan
Hamengkubuwono IX.
4) Yogyakarta mampu menjamin pelaksanaan perjuangan, baik secara diplomasi maupun
dengan bersenjata.
5) Letak Yogyakarta dekat dengan Semarang dan Surakarta. Jika ada suatu ancaman,
kekuatan kedua kota tersebut dapat digerakkan.Presiden Soekarno dan Moh. Hatta
bersama dengan beberapa menteri pindah ke Yogyakarta,

sementara perdana menteri Sutan Sjahrir masih berkedudukan di Jakarta untuk


mengadakan hubungan dengan dunia internasional.

h. Konflik Indonesia – Belanda hingga Pengakuan Kedaulatan.

Perjuangan bangsa Indonesia setelah Proklamasi kemerdekaan dikumandangkan ternyata


belum selesai. Bangsa Indonesia harus berhadapan dengan bangsa Belanda yang berusaha untuk
kembali ke Wilayah RI. Kedatangan pasukan sekutu yang diboncengi NICA (Belanda)
menimbulkan perlawanan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan. Selama kurang lebih satu
tahun Inggris sebagai bagian dari tentara Sekutu telah berhasil menduduki beberapa kota dan
daerah kemudian diserahkan kepada Belanda berdasarkan kesepakatan dalam Civil Affair
Agreement. Untuk mendapatkan kembali daerah -daerah yang diduduki, Bangsa Indonesia
menempuh jalan peperangan dan perundingan. Upaya yang dilakukan antara lain melalui :

1) Perundingan Linggajati
2) Menghadapi Agresi Miter Belanda 1
3) Perundingan Renville
4) Menghadapi Agresi Militer Belanda II
5) Perundingan Room Roijen
6) Melaksanakan Konferensi Inter Indonesia sebelum mengikuti KMB
7) Mengikuti Konferensi Meja Bundar (KMB)

Konferensi Meja Bundar (KMB) dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus sampai 2


November 1949 di Den Haag (Belanda). KMB digelar setelah Belanda dan Indonesia melewati
beberapa jalur diplomasi sebelumnya. Beberapa jalur diplomasi yang dilakukan oleh Belanda
dan Indonesia diantaranya perundingan Linggajati, perjanjian Renville, juga perjanjian
RoemRoijen. Dalam rangka mempercepat penyerahan kedaulatan, pemerintah Indonesia yang
kala itu diasingkan di Bangka, bersedia mengikuti KMB. Pada tanggal 2 November 1949,
persetujuan KMB berhasil ditandatangani.

Pada akhir Desember 1949, Berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) , Indonesia
berhasil mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Belanda. Naskah pengakuan kedaulatan
ditanda tangani di dua tempat yaitu di negeri Belanda dan di Indonesia. Pada tanggal 27
Desember 1949, diadakanlah penandatanganan pengakuan kedaulatan di negeri Belanda. Pihak
Belanda ditandatangani oleh Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Drees, Menteri Seberang
Lautan Mr. AM . J.A Sassen. Sedangkan delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta.
Pada waktu yang sama di Jakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Tertinggi
Mahkota AH.J. Lovink menandatangani naskah pengakuan kedaulatan. Penandatangan ini
menegaskan kedaulatan Indonesia. Bentuk negara Indonesia pun berubah menjadi negara serikat
yakni Republik Indonesia Serikat (RIS).

i.Berdirinya Republik Indonesia Serikat

Republik Indonesia (RIS) lahir atas hasil konferensi Meja Bundar (KMB) yang dilaksanakan di
Den Haag pada tanggal 2 November 1949. Pada saat itu Republik Indonesia Serikat (RIS)
terbagi ke dalam 7 negara bagian dan 9 satuan kenegaraan yang kemudian memisahkan masing-
masing kekuasaan daerah. Republik Indonesia Serikat (RIS) yang berbentuk negara federal
memecah belah persatuan bangsa. Pembentukan negara-negara bagian yang disebut sebagai
negara-negara boneka sebenarnya hanyalah siasat Belanda untuk menghancurkan kembali
Republik Indonesia, namun negara-negara boneka yang pada awalnya dibentuk untuk
melemahkan kekuatan Republik Indonesia justru berbalik arah dan menginginkan Republik
Indonesia Serikat (RIS) kembali ke NKRI.

7 Negara Bagian RIS :

1.Negara Republik Indonesia (RI)

2. Negara Indonesia Timur (NIT)

3. Negara Pasundan (distrik federal jakarta)

4. Negara Jawa Timur

5. Negara Madura

6. Negara Sumatera Timur ( NST)

7. Negara Sumatera Selatan ( NSS)

9 Satuan Kenegaraan :

1. Jawa Tengah

2. Kalimantan Barat

3. Dayak Barat

4. Daerah Banjar

5. Kalimantan Tenggara

6. Kalimantan Timur
7. Bangka

8. Belitung

9. Riau

j.Pembubaran RIS dan Kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Pada Januari 1950 muncullah gagasan untuk pembubaran RIS dan hal tersebut disikapi positif
oleh negara-negara bagian termasuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Sayangnya untuk kembali
ke NKRI tidak semudah membalikkan telapak tangan, pemerintahan Republik Indonesia Serikat
(RIS) beserta parlemen-parlemen yang ada di dalamnya tidak memiliki hak dan wewenang untuk
membubarkannya karena untuk merubah bentuk sebuah negara memerlukan undang-undang dan
tidak bertentangan dengan bentuk negara sebelumnya yaitu Republik Indonesia Serikat (RIS).
Maka dari itu dibentuklah sebuah Rancangan Undang - Undang (RUU) yang diserahkan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia Serikat (RIS) tentang tata cara perubahan
susunan kenegaraan yang menjadi UU darurat nomor 11 tahun 1950 yang kemudian menjadi
dasar hukum penggabungan negara-negara bagian Republik Indonesia Serikat (RIS).

Setelah terbentuknya UU darurat, hampir semua negara-negara bagian yang dipelopori oleh
Negara Madura dan Negara Jawa Timur telah bergabung ke Republik Indonesia kecuali bagian
barat dan Sumatra timur. Walaupun pada awalnya dua negara tersebut menolak untuk bergabung
kembali ke Republik Indonesia namun pada akhirnya bergabung kembali atas usaha pemerintah
Republik Indonesia Serikat (RIS) mengajak kedua negara bagian tersebut bergabung kembali ke
NKRI dengan pemberian mandatoleh Negara Indonesia Timur dan Negara Sumatra Timur
kepada Moehammad Hatta untuk membentuk NKRI.

Pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS) berlanjut diawalinya konferensi bersama antara
pemerintah Republik Indonesia Serikat, Republik Indonesia dan Negara Indonesia Timur yang
dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 1950 untuk pertama kalinya.

▪ Kemudian konferensi kedua dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 1950 yang menyetujui bahwa
pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS) dan pembentukan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang sesuai dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17
Agustus 1945. Konferensi kedua tersebut tidak hanya menghasilkan keputusan setuju atas
pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tapi juga membentuk panitia
pembentuk Undang – Undang Negara Kesatuan atau kita kenal sebagai Undang -Undang Dasar
Sementara 1950 (UUDS 1950).Kurang dari delapan bulan masa berlakunya, RIS berhasil
dikalahkan oleh semangat persatuan bangsa Indonesia.

k. Politik Luar Negeri

Pada awal kemerdekaan, politik luar negeri Indonesia difokuskan pada bagaimana memperoleh
pengakuan dari negara lain atas kemerdekaannya. Kemudian mencetuskan politik
BEBAS AKTIF.

C. Perkembangan Kehidupan Ekonomi pada Awal Kemerdekaan

a. Kondisi Ekonomi Indonesia Awal Kemerdekaan Keadaan ekonomi Indonesia pada akhir
kekuasaan Jepang dan pada awal berdirinya Republik Indonesia sangat kacau dan sulit. Latar
belakang keadaan yang kacau tersebut disebabkan karena :

▪ Indonesia yang baru saja merdeka belum memiliki pemerintahan yang baik, dimana belum ada
pejabat khusus yang bertugas untuk menangani perekonomian Indonesia.

▪ Sebagai negara baru Indonesia belum mempunyai pola dan cara untuk mengatur ekonomi
keuangan yang mantap.

▪ Kehidupan ekonomi saat pendudukan Jepang memang sudah buruk akibat pengeluaran
pembiayaan perang Jepang membuat pemerintah baru Indonesia agak sulit untuk bangkit dari
keterpurukan.

▪ Kondisi keamanan dalam negeri sendiri tidak stabil akibat sering terjadinya pergantian kabinet,
dimana hal tersebut mendukung ketidak stabilan ekonomi.

▪ Politik keuangan yang berlaku di Indonesia dibuat di negara Belanda guna


menekanpertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan untuk menghancurkan ekonomi nasional.

▪ Belanda masih tetap tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia dan masih terusmelakukan
pergolakan politik yang menghambat langkah kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi.

b. Faktor- faktor penyebab kacaunya perekonomian Indonesia 1945-1950 adalah sebagai berikut .

1. Terjadi Inflasi yang sangat tinggi


Inflasi tersebut dapat terjadi disebabkan karena :

▪ Beredarnya mata uang Jepang di masyarakat dalam jumlah yang tak terkendali (pada bulan
Agustus 1945 mencapai 1,6 Milyar yang beredar di Jawa sedangkan secara umum uang yang
beredar di masyarakat mencapai 4 milyar).

▪ Beredarnya mata uang cadangan yang dikeluarkan oleh pasukan Sekutu dari bank-bank yang
berhasil dikuasainya untuk biaya operasi dan gaji pegawai yang jumlahnya mencapai 2,3 milyar.

▪ Republik Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri sehingga pemerintah tidak dapat
menyatakan bahwa mata uang pendudukan Jepangtidak berlaku. Inflasi terjadi karena di satu sisi
tidak terkendalinya peredaran uang yang dikeluarkan pemerintah Jepang dan beredarnya mata
uang cadangan yang dikeluarkan oleh sekutu sementara RI belum memiliki mata uang sendiri, di
sisi lain ketersediaan barang menipis bahkan langka di beberapa daerah. Kelangkaan ini terjadi
akibat adanya blokade ekonomi oleh Belanda. Uang Jepang yang beredar sangat tinggi
sedangkan kemampuan ekonomi untuk menyerap uang tersebut masih sangat rendah. Karena
inflasi ini kelompok yang paling menderita adalah para petani sebab pada masa pendudukan
Jepang petani merupakan produsen yang paling banyak menyimpan mata uang Jepang. Hasil
pertanian mereka tidak dapat dijual, sementara nilai tukar mata uang yang mereka miliki sangat
rendah. Pemerintah Indonesia yang baru saja berdiri tidak mampu mengendalikan dan
menghentikan peredaran mata uang Jepang tersebut sebab Indonesia belum memiliki mata uang
baru sebagai penggantinya. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk sementara waktu
menyatakan ada 3 mata uang yang berlaku diwilayah RI, yaitu:

▪ Mata uang De Javasche Bank

▪ Mata uang pemerintah Hindia Belanda

▪ Mata uang pendudukan Jepang

Keadaan tersebut diperparah dengan diberlakukannya uang NICA di daerah yang diduduki
sekutu pada tanggal 6 Maret 1946 oleh Panglima AFNEI yang baru (Letnan Jenderal Sir
Montagu Stopford). Uang NICA ini dimaksudkan untuk menggantikan uang Jepang yang
nilainya sudah sangat turun saat itu. Upaya sekutu tersebut merupakan salah satu bentuk
pelanggaran kesepakatan yaitu bahwa selama belum ada penyelesaian politik mengenai status
Indonesia, maka tidak ada mata uang baru. Karena tindakan sekutu tersebut maka pemerintah
Indonesiapun mengeluarkan uang kertas baru yaitu Oeang Republik Indonesia (ORI)sebagai
pengganti uang Jepang.

2. Adanya Blokade ekonomi dari Belanda

Blokade oleh Belanda ini dilakukan dengan menutup (memblokir) pintu keluarmasuk
perdagangan RI terutama melalui jalur laut dan pelabuhan-pelabuhan penting. Blokade ini
dilakukan mulai bulan November 1945. Adapun alasan dari pemerintah Belanda melakukan
blokade ini adalah :

• Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.

• Mencegah keluarnya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya.

• Mencegah / melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh bangsa
lain. Dengan adanya blokade tersebut menyebabkan:

▪ Barang-barang ekspor RI terlambat terkirim.

▪ Barang-barang dagangan milik Indonesia tidak dapat di ekspor bahkan banyak barang-barang
ekspor Indonesia yang dibumi hanguskan.

▪ Indonesia kekurangan barang-barang import yang sangat dibutuhkan.

▪ Inflasi semakin tak terkendali sehingga rakyat menjadi gelisah. Tujuan/harapan Belanda
dengan blokade ini adalah:

▪ Agar ekonomi Indonesia mengalami kekacauan

▪ Agar terjadi kerusuhan sosial karena rakyat tidak percaya kepada pemerintah Indonesia,
sehingga pemerintah Belanda dapat dengan mudah mengembalikan eksistensinya.

▪ Untuk menekan Indonesia dengan harapan bisa dikuasai kembali oleh Belanda.

3. Kekosongan Kas Negara

Kas Negara mengalami kekosongan karena pajak dan bea masuk lainnya belum ada sementara
pengeluaran negara semakin bertambah. Penghasilan pemerintah hanya bergantung kepada
produksi pertanian. Karena dukungan dari bidang pertanian inilah pemerintah Indonesia masih
bertahan, sekalipun keadaan ekonomi sangat buruk.

D. Upaya Pemerintah mengatasi masalah Ekonomi

1. Mengatasi Blokade Ekonomi Belanda (Nica)

Upaya pemerintah untuk keluar dari masalah blokade tersebut adalah sebagai berikut :

a) Usaha bersifat politis, yaitu Diplomasi Beras ke India

Pemerintah Indonesia bersedia untuk membantu pemerintah India yang sedang ditimpa bahaya
kelaparan dengan mengirimkan 500.000 ton beras dengan harga sangat rendah. Pemerintah
melakukan hal ini sebab akibat blokade oleh Belanda maka hasil panen Indonesia yang
melimpah tidak dapat dijual keluar negeri sehingga pemerintah berani memperkirakan bahwa
pada musim panen 1946 akan diperoleh suplai hasil panen sebesar 200.000 sampai 400.000 ton.
Sebagai imbalannya pemerintah India bersedia mengirimkan bahan pakaian yang sangat
dibutuhkan oleh rakyat Indonesia pada saat itu. Saat itu Indonesia tidak memikirkan harga karena
yang penting adalah dukungan dari negara lain yang sangat diperlukan dalam perjuangan
diplomatik dalam forum internasional. Adapun keuntungan politis yang diperoleh Indonesia
dengan adanya kerjasamadengan India ini adalah Indonesia mendapatkan dukungan aktif dari
India secara diplomatik atas perjuangan Indonesia di forum internasional.

b) Mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar negeri

Membuka hubungan dagang langsung ke luar negeri dilakukan oleh pihak pemerintah maupun
pihak swasta. Usaha tersebut antara lain :

Mengadakan kontak dagang dengan perusahaan swasta Amerika (Isbrantsen Inc.). Tujuan dari
kontak ini adalah membuka jalur diplomatis ke berbagai negara. Dimana usaha tersebut dirintis
oleh BTC (Banking and Trading Corporation) atau Perseroan Bank dan Perdagangan, suatu
badan perdagangan semi-pemerintah yang membantu usaha ekonomi pemerintah, dipimpin oleh
Sumitro Djojohadikusumodan Ong Eng Die. Hasil transaksi pertama dari kerjasama tersebut
adalah Amerika bersedia membeli barang-barang ekspor Indonesia seperti gula, karet, teh, dan
lainlain. Tetapi selanjutnya kapal Amerika yang mengangkut barang pesanan RI dan akan
memuat barang ekspor dari RI dicegat dan seluruh muatannya disita oleh kapal Angkatan Laut
Belanda.

Karena blokade Belanda di Jawa terlalu kuat maka usaha diarahkan untuk menembus blokade
ekonomi Belanda di Sumatera dengan tujuan Malaysia dan Singapura. Usaha tersebut dilakukan
sejak 1946 sampai akhir masa perang kemerdekaan. Pelaksanaan ini dibantu oleh Angkatan laut
RI serta pemerintah daerah penghasil barang-barang ekspor. Karena perairan di Sumatra
sangatlah luas, maka pihak Belanda tidak mampu melakukan pengawasan secara ketat. Hasilnya
Indonesia berhasil menyelundupkan karet yang mencapai puluhan ribu ton dari Sumatera ke luar
negeri, terutama ke Singapura. Dan Indonesia berhasil memperoleh senjata, obat-obatan dan
barang-barang lain yang dibutuhkan.

Pemerintah RI pada 1947 membentuk perwakilan resmi di Singapura yang diberi nama
Indonesian Office (Indoff). Secara resmi badan ini merupakan badan yang memperjuangkan
kepentingan politik di luar negeri, namun secara rahasia berusaha menembus blokade ekonomi
Belanda dengan melakukan perdagangan barter. Diharapkan dengan upaya ini mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat Indonesia. Selain itu juga berperan sebagai perantara dengan pedagang
Singapura dan mengusahakan pengadaan kapal-kapal yang diperlukan. Dibentuk perwakilan
kementerian pertahanan di luar negeri yaitu Kementerian Pertahanan Urusan Luar Negeri
(KPULN) yang dipimpin oleh Ali Jayengprawiro. Tugas pokok badan ini adalah membeli senjata
dan perlengkapan angkatan perang.

2. Kebijakan Pemerintahan Menghadapi Buruknya Kondisi Ekonomi Indonesia


Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kondisi ekonominya mulai dilakukan sejak
Februari 1946, adalah sebagai berikut.

a) Konferensi Ekonomi Februari 1946

Konferensi ini dihadiri oleh para cendekiawan, gubernur, dan pejabat lainnya yang
bertanggungjawab langsung mengenai masalah ekonomi di Jawa, yang dipimpin oleh Menteri
Kemakmuran (Darmawan Mangunkusumo). Tujuan Konferensi ini adalah untuk memperoleh
kesepakatan dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, seperti : Masalah
produksi dan distribusi makanan. Tercapai kesepakatan bahwa sistem autarki lokal sebagai
kelanjutan dari sistem ekonomi perang Jepang, secara berangsur-angsur akan dihapuskan dan
diganti dengan sistem desentralisasi.

Masalah sandang : Disepakati bahwa Badan Pengawasan Makanan Rakyat diganti dengan
Badan Persediaan dan Pembagian Makanan (BPPM) yang bertujuan untuk mengatasi
kesengsaraan rakyat Indonesia. Badan ini dipimpin oleh Sudarsono dibawah pengawasan
Kementerian Kemakmuran. BPPM dapat dianggap sebagai awal dari terbentuknya Badan Urusan
Logistik (Bulog). Sementara itu tujuan dibentuk Bulog (Februari 1946) untuk melarang
pengiriman bahan makanan antar karisidenan

Status dan Administrasi perkebunan-perkebunan : Keputusannya adalah semua perkebunan


dikuasai oleh negara dengan sistem sentralisasi di bawah kementrian Kemakmuran. Sehingga
diharapkan pendapatan negara dapat bertambah secara signifikan dengan nasionalisasi pabrik
gula dan perkebunan tebu. Konferensi kedua di Solo, 6 Mei 1946 membahas mengenai masalah
program ekonomi pemerintah, masalah keuangan negara, pengendalian harga, distribusi, dan
alokasi tenaga manusia. Wapres Moh. Hatta mengusulkan mengenai rehabilitasi pabrik gula,
dimana gula merupakan bahan ekspor penting sehingga harus dikuasai oleh negara. Untuk
merealisasikan keinginan tersebut maka pada 6 Juni 1946 dibentuk Perusahaan Perkebunan
Negara (PPN).

b) Pinjaman Nasional

Program ini dilaksanakan oleh Menteri Keuangan (Surachman) dengan persetujuan BPKNIP.
Untuk mendukung program tersebut maka dibuat Bank Tabungan Pos, bank ini berguna untuk
penyaluran pinjaman nasional untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia kepada
pemerintahan. Selain itu, pemerintah juga menunjuk rumah gadai untuk memberikan pinjaman
kepada masyarakat dengan jangka waktu pengembalian selama 40 tahun. Tujuannya untuk
mengumpulkan dana masyarakat bagi kepentingan perjuangan, sekaligus untuk menanamkan
kepercayaan rakyat pada pemerintah RI. Rakyat dapat meminjam jika rakyat mau menyetor uang
ke Bank Tabungan Pos dan rumah-rumah pegadaian. Usaha ini mendapat respon yang besar dari
rakyat terbukti dengan besar pinjaman yang ditawarkan pada bulan Juli 1946 sebesar Rp.
1.000.000.000,00, pada tahun pertama berhasil dikumpulkan uang sejumlah Rp.500.000.000,00.
Kesuksesan yang dicapai menunjukkan besarnya dukungan dan kepercayaan rakyat kepada
Pemerintah RI.

c) Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947.

Badan ini dibentuk atas usul dari menteri kemakmuran AK. Gani. Badan ini merupakan badan
tetap yang bertugas membuat rencana pembangunan ekonomi untuk jangka waktu 2 sampai 3
tahun yang akhirnya disepakati Rencana Pembangunan Sepuluh Tahun.

Inti rencana ini adalah agar Indonesia membuka diri terhadap penanaman modal asing dan
melakukan pinjaman baik ke dalam maupun ke luar negeri. Untuk membiayai rencana
pembangunan ekonomi tersebut pemerintah membuka diri terhadap penanaman modal asing,
mengerahkan dana masyarakat melalui pinjaman nasional, melalui tabungan masyarakat, serta
melibatkan badan-badan swasta dalam pembangunan ekonomi. Dan untuk menampung dana
tersebut dibentuk Bank Pembangunan. Perusahaan patungan (merger) diperkenankan berdiri
sementara itu tanah partikelir dihapuskan.

Perkembangannya April 1947 badan ini diperluas menjadi Panitia Pemikir Siasat Ekonomi yang
bertugas mempelajari, mengumpulkan data, dan memberikan saran kepada pemerintah dalam
merencanakan pembangunan ekonomi dan dalam rangka melakukan perundingan dengan pihak
Belanda. Rencana tersebut belum berhasil dilaksanakan dengan baik karena situasi politik dan
militer yang tidak memungkinkan, yaitu Agresi Militer Belanda I dan Perjanjian Linggarjati
yang menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia yang memiliki potensi ekonomi jatuh ke
tangan Belanda dan yang tersisa sebagian besar tergolong sebagai daerah miskin dan
berpenduduk padat (Sumatera dan Jawa). Hal tersebut ditambah dengan adanya Pemberontakan
PKI dan Agresi militer Belanda II yang mengakibatkan kesulitan ekonomi semakin memuncak.

d) Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948

Program ini bertujuan untuk mengurangi beban negara dalam bidang ekonomi, selain
meningkatkan efisiensi. Rasionalisasi meliputi penyempurnaan administrasi negara, angkatan
perang, dan aparat ekonomi. Sejumlah angkatan perang dikurangi secara drastis untuk
mengurangi beban negara di bidang ekonomi dan meningkatkan effisiensi angkatan perang
dengan menyalurkan para bekas prajurit pada bidang-bidang produktif dan diurus oleh
kementerian Pembangunan dan Pemuda. Rasionalisasi yang diusulkan oleh Mohammad Hatta
diikuti dengan intensifikasi pertanian, penanaman bibit unggul, dan peningkatan peternakan.

e) Rencana Kasimo (Kasimo Plan)

Program ini disusun oleh Menteri Urusan Bahan Makanan I.J.Kasimo. Program ini berupa
Rencana Produksi Tiga tahun (1948-1950) mengenai usaha swasembada pangan dengan
beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Inti dari Kasimo Plan adalah untuk meningkatkan
kehidupan rakyat dengan menigkatkan produksi bahan pangan. Rencana Kasimo ini adalah :
• Menanami tanah kosong (tidak terurus) di Sumatera Timur seluas 281.277 HA

• Melakukan intensifikasi di Jawa dengan menanam bibit unggul

• Pencegahan penyembelihan hewan-hewan yang berperan penting bagi produksi pangan.

• Di setiap desa dibentuk kebun-kebun bibit

• Transmigrasi bagi 20 juta penduduk Pulau Jawa dipindahkan ke Sumatera dalam jangka waktu
10-15 tahun.

f) Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE)

Organisasi yang dipimpin B.R Motik ini bertujuan untuk :

• Menggiatkan kembali partisipasi pengusaha swasta, agar pengusaha swasta memperkuat

persatuan dan mengembangkan perekonomian nasional.

• Menggalang dan Melenyapkan individualisasi di kalangan organisasi pedagang sehingga dapat


memperkokoh ketahanan ekonomi bangsa Indonesia.

Meskipun usaha PTE didukung pemerintah dan melibatkan dukungan dari pemerintah daerah
namun perkembangannya PTE tidak dapat berjalan baik dan hanya mampu didirikan Bank PTE
di Yogyakarta dengan modal awal Rp.5.000.000,00. Kegiatan ini semakin mengalami
kemunduran akibat Agresi Militer Belanda. Selain PTE, perdagangan swasta lainnya juga
membantu usaha ekonomi pemerintah adalah Banking and Trading Corporation (Perseroan Bank
dan Perdagangan). Mengaktifkan kembali Gabungan Perusahaan Perindustrian dan Perusahaan
Penting, Pusat Tembakau Indonesia, Gabungan Saudagar Indonesia Daerah Aceh (GASIDA)
dalam rangka memperbaiki ekonomi Indonesia.

g) Oeang Republik Indonesia (ORI)

Melarang digunakan mata uang NICA dan yang lainnya serta hanya boleh Menggunakan Oeang
Repoeblik Indonesia (ORI) dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan UU No.
17 tahun 1946 yang dikeluarkan pada tanggal 1 Oktober 1946. Mengenai pertukaran uang
Rupiah Jepang diatur berdasarkan UU No. 19 tahun 1946 tanggal 25 Oktober 1946.

Tanggal 25 Oktober selanjutnya dijadikan sebagai hari keuangan. Adapun kebijakan


penyetaraan mata uang adalah sebagai berikut.

a. Di Jawa, Lima puluh rupiah (Rp. 50,00) uang Jepang disamakan dengan satu rupiah (Rp.
100,00) ORI dengan perbandingan 1:5.

b. Di Luar Jawa dan Madura, Seratus rupiah (Rp. 100,00) uang Jepang sama dengan satu
rupiah(Rp. 1,00) ORI dengan perbandingan 1:10.
c. Setiap sepuluh rupiah (Rp. 10,00) ORI bernilai sama dengan emas murni seberat 5 gram.

Mengenai pengaturan nilai tukar uang ORI dengan valuta asing (nilai kurs mata uang ORI di
pasar valuta asing) sebenarnya dipegang oleh Bank Negara yang sebelumnya telah dirintis
bentuk prototipenya yaitu dengan pembentukan Bank Rakyat Indonesia (Shomin Ginko). Namun
tugas tersebut pada akhirnya dijalankan oleh Bank Negara Indonesia (Bank Negara Indonesia
1946) yang dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo. Bank ini merupakan bank umum milik
pemerintah yang tujuan awal didirikannya adalah untuk melaksanakan koordinasi dalam
pengurusan bidang ekonomi dan keuangan. BNI didirikan pada 1 November 1946. Meskipun
begitu usaha pemerintah untuk menjadikan ORI sebagai satu-satunya mata uang nasional tidak
tercapai karena terpecah-pecahnya wilayah RI akibat perundingan IndonesiaBelanda. Sehingga
di beberapa daerah mengeluarkan mata uang sendiri, yang berbeda dengan ORI, seperti URIPS
(Uang Republik Propinsi Sumatera) di Sumatera, URIBA (Uang Republik Indonesia Baru) di
Aceh, URIDAB (Uang Republik Indonesia Banten) di Banten dan Palembang. Upaya-upaya
pemerintah Indonesia tersebut dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
Indonesia meskipun Belanda masih belum pergi dari Indonesia. Kalian sudah memahami kondisi
kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia pada awal kemerdekaan? Semoga apa yang
dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi permasalahan politik dan ekonomi bangsa Indonesia
menginspirasi kalian jika nanti menjadi seorang pemimpin dalam mengambil kebijakan
kebijakan untuk membuat kehidupan Indonesia menjadi lebih baik.
II. Latihan Soal

1. Kondisi kehidupan bangsa Indonesia pada masa awal kemerdekaan belum stabil.

Dibawah ini adalah penyebab ketidakstabilan kehidupan politik pada masa awal

kemerdekaan, kecuali…

A. Pertentangan antar partai

B. Terjadinya bentrokan antar etnis

C. Gangguan dari Belanda yang ingin berkuasa kembali

D. Munculnya kesulitan ekonomi dan keuangan

E. Munculnya gangguan keamanan dalam negeri

2. Pada tanggal 3 November 1945 diterbitkan maklumat pemerintah mengenai pendirian

partai partai politik. Sebelum adanya maklumat pemerintah tanggal 3 November 1945,

Indonesia merencanakan satu partai tunggal yaitu…

A. A. Masyumi D. PKI

B. B. PNI E. NU

C. PSI

3. Terbentuknya Kabinet Sjahrir tanggal 14 November 1945 merupakan suatu bentuk

penyelewengan pertama pemerintah RI terhadap UUD 1945. Sejak tanggal 14

November 1945 Indonesia menganut sistem pemerintahan…

A. Parlementer

B. Presidensial

C. Liberalisme

D. Terpimpin

E. Aristokrasi
4. Berdirinya partai partai politik telah mendorong Sutan Sjahrir yang berasal dari partai

Sosialis untuk menghidupkan bentuk pemerintahan dengan cabinet parlementer. Hal ini

dilakukan dengan alasan…

A. agar perjuangan bangsa Indonesia mendapat dukungan dari negara negara barat

B. sesuai dengan perkembangan ideology di Indonesia

C. sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945

D. mengikuti arus perpolitikan Indonesia yang mulai berkembang

E. permintaan dari Presiden Soekarno.

5. Pada masa awal kemerdekaan, system pemerintahan berubah dari presidensial menjadi

parlementer. Salah satu alasan dan pertimbangan perubahan system pemerintahan dari

presidensial ke parlementer pada awal kemerdekaan adalah…

A. Parlementer sangat cocok untuk bangsa Indonesia

B. Presidensial tidak sesuai dengan Indonesia yang multi etnis.

C. Presidensial terlalu sulit untuk diterapkan dalam pemerintahan

D. Mempermudah perundingan dengan Belanda

E. Demokrasi bisa segera ditegakkan secara benar

6. Sampai dengan awal tahun 1946, keadaan ibu kota Jakarta semakin kacau. Pemerintah

terus didesak dan diteror oleh pemerintah asing.Pada saat ibukota dipindahkan ke

Yogyakarta, Perdana Menteri Sjahrir masih berkedudukan di Jakarta untuk…

A. menghadapi terror Belanda

B. menjalankan roda pemerintahan dari pusat

C. mengadakan hubungan dengan luar negeri

D. menghimpun kekuatan menghadapi Belanda

E. menciptakan pemerintahan tandingan

7. Kondisi kehidupan ekonomi bangsa Indonesia pada awal kemerdekaan tidak stabil.
Keadaan ekonomi pada awal kemerdekaan mengalami kekacauan, salah satu factor

penyebab antara lain…

A. Rakyat Indonesia hanya mengandalkan pendapatan dalam pertanian .

B. Banyaknya investor asing yang mengintervensi perekonomian Indonesia

C. Adanya Blokade ekonomi oleh Belanda

D. Rendahnya sumber daya manusia Indonesia dalam perekonomian

E. Sering terjadi konflik horizontal dalam negeri Indonesia

8. Kondisi kehidupan ekonomi pada masa awal kemerdekaan tidak stabil karena terjadi

inflasi.Terjadinya inflasi pada masa awal kemerdekaan disebabkan oleh…

A. Indonesia belum memiliki mata uang yang sah

B. Peredaran mata uang Jepang yang belum terkendali

C. Tentara Jepang masih menguasai sebagian besar sector ekonomi

D. Terjadinya pertempuran pertempuran diberbagai daerah.

E. Munculnya perusahaan perusahaan asing milik Belanda

9. Indonesia harus dapat mengatasi permasalahan ekonomi yang dihadapi pada masa awal

kemerdekaan. Salah satu upaya bangsa Indonesia dalam melakukan perbaikan ekonomi

pada awal kemerdekaan dilakukan dengan cara …

A. Menaikkan pajak dan bea Cukai

B. Meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan untuk diekspor

C. Mengisi kas pemerintah yang kosong

D. Mengedarkan uang secara besar besaran.

E. Mengeluarkan mata uang sendiri (ORI)

10. Salah satu penyebab kacaunya kondisi perekonomian Indonesia pada masa awal

kemerdekaan karena kas negara kosong. Upaya pemerintah Republik Indonesia

mengisi kas negara yang kosong pada awal Kemerdekaan adalah …


A. Menyelenggarakan pinjaman Nasional

B. Menasionalisasi De Javasche Bank

C. Membuat kebijakan Gunting Syafruddin

D. Mendevaluasi mata uang rupiah

E. Sistim ekonomi Gerakan Benteng


DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/12/183000569/kondisi-awalindonesiamerdeka

https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/indonesia-pada-awal-kemerdekaan-5283/

https://thecrossandthecontroller.com/politik-indonesia-pada-masa-awal-kemerdekaan/

https://thecrossandthecontroller.com/politik-indonesia-pada-masa-awal-kemerdekaan/

https://zakiyan08.wordpress.com/2012/11/06/kondisi-ekonomi-indonesiaawalkemerdekaan/
Sekutu datang ke Indonesia pada 29 September 1945 dianggap relatif terlambat, apabila dilihat
dari penyerahan Jepang, yaitu 14 Agustus 1945. Namun demikian, tidak dinilai terlambat apabila
dilihat dari waktu penandatanganan piagam penyerahan Jepang kepada Sekutu pada 12
September 1945. Ada dua hal yang menyebabkan Sekutu terlambat datang ke Indonesia, pertama,
Sekutu harus melakukan koordinasi di antara negara-negara anggota Sekutu, yang kedua, Sekutu
harus mengirim dan menunggu informasi tentang keadaan di Indonesia dari pasukan.

Sejak memenangkan Perang Dunia II, Sekutu menguasai wilayah yang sangat luas, di
Eropa, Afrika, dan Asia. Pada waktu yang relatif sama, Sekutu dalam hal ini Inggris yang sudah
membentuk satuan komando bernama SEAC mengirim pasukan matamata untuk mengetahui
kondisi di Indonesia sejak diserahkan oleh Jepang. Ternyata Sekutu datang ke Indonesia
diboncengi NICA (Nederlands Indies Civil Administration),yaitu suatu pemerintahan sipil
Belanda yang bertujuan untuk kembali menguasai Indonesia. Inggris sebagai Sekutu yang
ditugaskan ke Indonesia, ternyata telah mengadakan perjanjian rahasia dengan Belanda, yang
disebut Civil Affair Aggreement pada 24 Agustus 1945. Isi perjanjian itu adalah Tentara
Pendudukan Inggris di Indonesia akan memegang kekuasaan atas nama Pemerintah Belanda,
dalam melaksanakan tugas pemerintahan sipil akan dilaksanakan oleh NICA dibawah tanggung
jawab Komando Inggris, kekuasaan itu kemudian akan dikembalikan kepada Pemerintah
Belanda.

1. Pertempuran Surabaya

Kedatangan tentara Inggris di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945, dibawah


pimpinan Brigadir Jenderal Mallaby. Pada tanggal 27 Oktober 1945 tentara Inggris mulai
menduduki gedung pemerintahan, yang dipertahankan oleh rakyat dan pemuda Indonesia
sehingga terjadi pertempuran. Tanggal 29 Oktober 1945 atas permintaan Letnan Jenderal
Christison, Presiden Soekarno terbang ke Surabaya untuk menghentikan pertempuran. Usaha
Bung Karno berhasil dengan tercapainya gencatan senjata. Pada tanggal 31 Oktober 1945
tersiarlah berita bahwa Brigadir Jendral Mallaby hilang kemudian ternyata terbunuh. Karena
tidak dapat menangkap pembunuhnya, maka pada tanggal 9 November 1945 Mayor Jenderal
Manserg dengan surat sebaran menyampaikan ultimatum.

Sampai tangal 10 November 1945, jam 06.00 pagi tidak ada seorang pun dari bangsa
Indonesia yang datang menyerahkan diri. Saat itu jugalah mengguntur dentuman meriam-meriam
Inggris yang dimuntahkan pelurunya di kota Surabaya. Rakyat dan pemuda Surabaya masih juga
mencoba mempertahankan kotanya, namun senjata ringan dan bambu runcing tak berdaya
menghadapi meriam-meriam berat dan tank-tank Inggris sehingga terpaksa pasukan bersenjata
Indonesia mengundurkan diri ke jurusan Mojokerto.

2. Perang Aceh

Pasukan-pasukan Aceh dari Divisi Gajah I ditempatkan satu resimen di Medan Area
(RIMA). Batalyon I dan II menduduki Medan Tengah dan Selatan. Divisi Gajah II akan
menduduki Medan Barat, Panglima Divisi Gajah II Kolonel Simbolon. Divisi Gajah I menduduki
Kota Medan. Batalyon Meriam Kapten Nukum Sanami, berada di Medan Timur, Batalyon NIP
Xarim, Batalyon Bejo dan Batalyon Laskar Rakyat lainnya membantu Divisi Gajah II. Pada hari
H yang telah ditentukan Gajah I dan Gajah II, tidak berhasil menduduki Kota Medan. Kompi
Gajah I berhasil masuk di jalan raya Medan-Belawan, Tandem Hilir.

Namun setelah dua hari mundur kembali, karena Jalan Medan Belawan dapat diduduki
Belanda kembali. Pada Clash ke I, 21 April 1947, Belanda dapat menguasai daerah Medan Area
dan mundur dari Medan Area. Yakin Belanda akan meneruskan serangannya menduduki
Pangkalan Berandan daerah minyak, pasukan RI membumihanguskan Pangkalan Belanda.
Selanjutnya, pasukan mundur ke Tanjung Pura, setelah tiga hari di Tanjung Pura terpaksa
pasukan RI meninggalkannya karena Belanda langsung merebut Tanjung Pura. Pasukan RI
bertahan di tepian Sungai Tanjung Pura, setelah tiga hari, bertahan di tepi sungai, Belanda
menguasai seluruh Sungai Tanjung Pura dan pasukan RI mundur ke Gebang, Gebang perbatasan
daerah Aceh Sumatera Timur. Pasukan baru didatangkan dari daratan Aceh, satu resimen untuk
bertahan di Gebang.

3. Perang Ambarawa

Gerakan maju Tentera Inggris ke Ambarawa dan Magelang pada tanggal 14 Disember
1945 akhirnya dapat dipukul mundur yang dalam peristiwa sejarah dikenal sebagai Palagan
Ambarawa. Pada akhir September 1946, tentera Belanda mengambil alih posisi dan wilayah
pendudukan dari tentara Sekutu (Inggris) sesudah mendatangkan bala bantuan dari negeri
Belanda yang dikenal dengan “Divisi 7 Desember”. Hingga bulan Oktober 1946, Belanda telah
dapat menghimpun kekuatan militernya sebanyak 3 divisi di Jawa dan 3 Brigade di Sumatera.
Tentera Inggris menyerahkan secara resmi tugas pendudukannya kepada Tentera Belanda pada
tanggal 30 November 1946. Dari segi perimbangan kekuatan militer pada masa itu, pihak
Belanda telah merasa cukup kuat untuk menegakkan kembali kekuasaan dan kedaulatannya di
Indonesia, dengan memaksakan keinginannya terhadap rakyat dan pemerintah Republik
Indonesia.

4. Pertempuran Medan Area

Keangkuhan dan provokasi Belanda semakin meningkat sejak pendaratan Sekutu. Di


Medan titip api pergolakan ada di Pension Wilhelmina di seberang Pasar Sentral Jalan Bali, yang
dijadikan asrama dan markas serdadu Ambon bekas KNIL yang dipimpin Westerling. Pada
Sabtu pagi, tanggal 13 Oktober 1945 serombongan orang sudah berkumpul di luar markas
tesbeut, karena tersiar berita bahwa seorang pengawal dari Suku Ambon telah merenggut dan
menginjak-injak lambang/emblem merah putih yang dipakai seorang anak Indonesia. Terjadilah
pergolakan, beberapa orang luka- luka. Di tengah baku hantam itu, dua orang Belanda yang
berada di atas kendaraan melepasakan tembakan-tembakan ke arah rombongan masyarakat, satu
orang tewas. Pasukan Jepang bersama dengan barisan bekas militer BPI pimpinan Ahmad Tahir
yang akan beralih menjadi TKR datang untuk meredakan pertempuran. Akhirnya pihak Sekutu
berjanji untuk memindahkan orang Ambon dari Pension Wilhelmina. Sementara itu, serdadu
Jepang mengambil senjata-senjata dari gedung itu dan menempatkan pengawalnya di pintu pagar.
Masyarakat Medan membubarkan diri pukul 13.30 dengan meninggalkan dua orang Indonesia
dan seorang wanita Ambon yang meninggal dunia.

5. Perang Bandung Lautan Api

Pasukan Sekutu Inggris memasuki kota Bandung sejak pertengahan Oktober 1945.
Menjelang November 1945, pasukan NICA melakukan aksi teror Bandung. Meskipun pihak
Indonesia telah mengosongkan Bandung utara, tapi sekutu menuntut pengosongan sejauh 11 km.
Hal itu menyebabkan rakyat bandung marah. Mereka kemudian melakukan aksi pertempuran
dengan membumi hanguskan segenap penjuru Bandung selatan. Bandung terbakar hebat dari
atas batas timur Cicadas sampai batas barat Andir. Satu juta jiwa penduduknya mengungsi ke
luar kota pada tanggal 23 dan 24 Maret 1946 meninggalkan Bandung yang telah menjadi lautan
api.

B. Perlawanan Rakyat di Wilayah Kekuasaan Belanda

Peringatan hari proklamasi di daerah-daerah juga tidak dilewatkan oleh masyarakat. Di


Bogor rakyat merayakan sesuai dengan suasana dan keadaan. Sang Merah Putih tetap dipasang,
tetapi di dinding-dinding rumah saja. Rakyat yang mempunyai gambar Presiden Sukarno, pada
hari bersejarah itu menggantungkannya pula. Rakyat Bogor mengadakan selamatan dengan
membaca sholawat 1000 kali dan doa selamat, kemudian dhidangkan kue-kue dan bubur merah
putih. Rakyat berziarah juga ke makam-makam pahlawan, namun kunjungan ke Kebun
Kembang tidak dapat dilaksanakan, karena penjagaan yang ketat dari pihak Belanda. Di
Bandung, panitia 17 Agustus yang dipimpin oleh R.P.S Gondokusumo telah diijinkan oleh
Recomba untuk merayakan Hari Proklamasi secara tertutup dalam pertemuan yang dihadiri tidak
lebih dari 50 orang.

1. Agresi Militer Belanda I

Latar belakangnya adalah adanya penolakan pihak Republik Indonesia terhadap tuntutan
Belanda yang berisi tentang keharusan RI untuk mengirim beras dan penyelenggaraan gendarmie
(keamanan dan ketertiban bersama). Serangan ini dilakukan pada tanggal 21 Juli 1947 dengan
sasaran kota besar di Jawa, daerah perkebunan dan pertambangan. Tujuan Belanda melakukan
serangan atas RI ialah penghancuran RI. Untuk melakukan itu Belanda tidak dapat melakukan
sekaligus, oleh karena itu pada fase pertama Belanda harus mencapai sasaran.

Tanggal 30 Juli 1947 pemerintah India dan Australia mengajukan permintaan resmi agar
masalah Indonesia segera dimasukkan dalam daftar agenda Dewan Keamanan PBB. itu diterima
dan dimasukkan sebagai agenda dalam pembicaraan sidang Dewan Keamanan PBB. India
membela RI karena solidaritas Asia terutama sesudah konferensi internasional di New Delhi
pada Maret 1947 di mana Indonesia ikutserta. Lagipula hubungan RI-India baik sekali karena
politik beras Syahrir (antara 1946-1947), yaitu Indonesia membantu India yang sedang dilanda
kelaparan dengan mengirim beras sebanyak 700.000 ton. Dalam laporanya kepada Dewan
Keamanan PBB, Komisi Konsuler menyatakan bahwa 30 Juli 1947-4 Agustus 1947 pasukan
Belanda masih melakukan gerakan militer. Setelah beberapa minggu tidak ada keputusan,
akhirnya pada 25 Agustus 1947 usul AS diterima sebagai keputusan DK PBB. Usul AS adalah
pembentukan Committee of Good Officer (Komisi Jasa- Jasa Baik) untuk membantu kedua belah
pihak menyelesaikan pertikaian. Atas dasar putusan DK PBB tersebut, pada 18 September 1947
Belanda memilih Belgia, RI memilih Australia, dan kedua negara memilih negara ketiga yaitu
AS. Komisi jasajasa baik, selanjutnya disebut KTN (Komisi Tiga Negara), yang beranggotakan
Dr. Frank Graham (AS), Paul Van Zeelan (Belgia), dan Richard Kirby (Australia). Sebelum
KTN terbentuk dan belum datang ke Indonesia, Belanda terus melakukan langkah-langkah yang
merugikan RI. KTN mampu memaksa Belanda untuk mengadakan perundingan dengan
Indonesia, yaitu Perundingan Linggarjati.

2. Agresi Militer II.

Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan serangan keduanya terhadap


Indonesia. Latar belakangnya adalah adanya pengingkaran Belanda atas hasil perjanjian Renville
di mana Belanda tidak mau lagi terikat dengan perjanjian Renville. Serangan diawali penerjunan
pasukan payung di pangkalan udara Maguwo dan menduduki ibu kota Yogyakarta. Presiden
Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta memutuskan tetap tinggal di Ibukota. Namun
Sukarno Hatta beserta sejumlah menteri dan S. Suryadarma ditawan Belanda. Sebelum pihak
Belanda sampai di Istana, Soekarno telah mengirim radiogram yang berisi perintah kepada Mr.
Syafrudin Prawiranegara yang sedang berkunjung ke Sumatra untuk membentuk Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Dalam satu bulan, pasukan TNI telah berhasil melakukan konsolidasi dan melakukan
pukulan-pukulan secara teratur kepada musuh. Serangan umum yang dilaksanakan terhadap
kota-kota yang diduduki Belanda mulai dilaksanakan oleh pasukan TNI dan yang dikenal sebgai
Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta dipimpin oleh Letkol Suharto. Dalam
masa perjuangan itu para pelajar membentuk tentara-tentara pelajar. Para pelajar di Jawa Timur
membentuk Tentara Pelajar Republik Indonesia (TPRI) dan Tentara Genie Pelajar (TGP) yang
terdiri dari pelajar sekolah teknik.
C. Indonesia Menghadapi Agresi Militer Belanda II

1. Langkah Politik/Diplomasi

Pada pukul 23.30 tanggal 18 Desember 1948, Cochran mendapat surat dari delegasi
Belanda di Jakarta untuk disampaikan kepada KTN di Yogyakarta. Isi surat tersebut adalah
Belanda tidak terikat lagi dengan isi perjanjian Reville. Dengan alasan bahwa PM Hatta menolak
intervensi Belanda di wilayah RI dan menganggap penolakan tersebut dari Indonesia melanggar
ketentuan, dan Belanda mantap untuk menyerang Yogyakarta secara mendadak. Mendengar
berita penyerbuan tentara Belanda secara mendadak, Kabinet RI pun bersidang. Sampai tahun
1949, Belanda sudah memasukkan 145.000 pasukan ke Indonesia, namun hanya berhasil
menguasai kota-kota dan jalan raya, sedangkan pemerintahanRItetap berjalan wajar di desa-desa.
TNI secara gerilya tetap melawan Belanda. Rakyat dan pemerinhan sipil melakukan politik non
cooperasi dan ikut bergerilya pula.

2. Langkah Militer/Konfrontasi

Sebelum Belanda melancarkan serangan terhadap Kota Yogyakarta 19 Desember 1948,


Panglima Besar Jenderal Sudirman pada 9 November 1948 telah mengeluarkan perintah
perubahan siasat pertahanan, yang terkenal dengan Perintah Siasat Nomor 1. Dalam perintah
sisaat tersebut intinya merupakan penjabaran dari Pertahanan Rakyat Semesta. Wehrkreise istilah
bahasa Jerman yang berarti lingkaran pertahanan. Sistem wehrkreise artinya pertahanan dalam
lingkaran-lingkaran pertahanan yang dapat berdiri sendiri, namun dapat juga saling membantu
dan mendukung dengan lingkaran pertahanan yang lain. Prajurit yang sudah mundur dari garis
pertahanan pertama dapat menggabungkan diri dengan daerah pertahanan berikutnya. Dengan
demikian, maka gerak musuh dapat dihambat.

D. Reaksi Dunia Terhadap Agresi Militer Belanda II

1. NegaraAsia dan Afrika.

Tanggal 20-23 Januari 1949, atas prakarsa Perdana Menteri India dan Birma,
diselenggarakan Konferensi Asia untuk membahas masalah Indonesia. Konferensi Asia
mengeluarkan tiga resolusi untuk penyelesaian konflik antara Indonesia dan Belanda, yang isinya
antara lain berupa kecaman keras terhadap agresi militer Belanda di Indonesia. Di antara
resolusi-resolusi yang diterima oleh konferensi, sebuah berisi rekomendasi kepada Dewan
Keamanan. Teks resolusi ini telah dikawatkan kepada Dewan Keamanan. Teks resolusi ini
disusun dengan mengakui sepenuhnya wewenang Dewan Kemanan, terutama dalam hasrat
hendak membantu memecahkan masalah Indonesia.

2. Perubahan Sikap Amerika Serikat.

Amerika Serikat sejak Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya selalu mendukung


Belanda. Berdasarkan analisis dari berbagai sumber, Dr. Baskara T. Wardaya (2006),
menyampaikan bahwa Amerika Serikat selalu mendukung Belanda untuk menduduki kembali
Indonesia. Ada sejumlah alasan bagi Amerika Serikat untuk menempatkan pada posisi demikian.
Pertama, ketakutan akan komunisme. Kedua, pentingnya Indonesia bagi kepentingan ekonomi
Belanda. Indonesia yang kaya dengan berbagai sumber daya alam seperti minyak, emas, karet,
bauxite, kopra dan lain-lain telah menjadi sumber utama ekonomi Belanda selama masa
penjajahan. Ketiga, kepentingan ekonomi Amerika.

3. PBB.

Dewan Keamanan PBB segera bersidang pada tanggal 24 Januari 1949 sebagai reaksi
terhadap Agresi Militer Belanda II sekaligus tanggapan terhadap desakan negara-negara Asia
dan Afrika dalam pertemuan di New Delhi (India). Pada tanggal 28 Januari 1949 Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan beberapa resolusi.

4. Palang Merah Internasional (PMI).

Permasalahan antara Indonesia dengan Belanda tidak hanya menarik perhatian dan peran
serta dari Negara-Negara dari berbagai belahan dunia, tetapi juga turut menarik perhatian dan
peran serta dari berbagai organisasi Internasional yang ada. Salah satu Organisasi Internasional
yang tercatat pernah terlibat dalam urusan penyelesaian sengketa antara Indonesia dengan
Belanda ialah Organisasi Palang Merah Internasional. Salah satu upaya yang cukup mendapat
perhatian karena berakhir dengan sangat tragis adalah upaya mengirimkan bantuan melalui jalur
udara dengan menggunakan pesawat ringan bertanda Palang Merah Internasional yang berakhir
dengan kegagalan karena pesawat tersebut ditembak jatuh oleh pesawat tempur Belanda saat
akan mendarat di lapangan udara Magoewo di Yogyakarta.
3. Latihan Soal

I. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih salah satu jawaban yang benar

1.Pertempuran antara Inggris dengan rakyat Surabaya membuat kerugian besar pada pihak
Inggris karena menewaskan salah satu Jenderal Inggris yaitu ….

A. Letnan Jenderal Cristison

B. Brigjen A.W.S. Mallaby

C. Jenderal Douglas Mc Artur

D. Mayjen Manserg

E. Jenderal Richard K. Sutherland

2.KTN (Komisi Tiga Negara) merupakan komite bentukan PBB yang bertujuan menengahi
pertikaian antara Indonesia dengan Belanda. Anggota KTN dari Australia yang menjadi wakil
dari Indonesia adalah ….

A. Dr. Frank Graham

B. Paul Van Zeelan

C. Richard Kirby

D. Mr. Roem

E. Mr. Royen

3.Agresi militer Belanda I terjadi pada tanggal .…

A. 29 September 1945

B. 10 November 1945

C. 14Disember 1945

D. 21 Juli 1947

E. 25 Oktober 1945
4.Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melakukan Agresi Militer II yang membuat ibu kota
jatuh, untuk menyelamatkan RI Soekarno menugaskan pembentukan PDRI (Pemerintah Darurat
Indonesia) kepada ....

A. Mr. Syarifuddin Prawiranegara

B. Amir Syarifudin

C. Muhammad Natsir

D. Juanda

E. Moh. Hatta

5.Selama perjuangan bersenjata menghadapi sekutu dan Belanda TNI dipimpin oleh….

A. Jenderal Soeharto

B. Jenderal A. Yani

C. Jenderal A. H. Nasution

D. Jenderal D.I. Panjaitan

E. Jenderal Soedirman
DAFTAR PUSTAKA

 Imran, Amrin dkk. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah ; Perang dan Revolusi. Jakarta:
PT. Ichtiar Baru Van Hoeve
 Iskandar, Amrin Imran Mohammad dkk. 2012 Indonesia dalam Arus Sejarah Perang dan
Revolusi Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hove
 Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme dan Revolusi Indonesia. Depok:
Komunitas Bambu
 Kartodirjo, Sartono, dkk. 1977. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta. Depdikbud Balai
Pustaka
 Notosusanto,Nugroho. 1971. Ichtisar Sedjarah Republik Indonesia (1945-Sekarang).
Jakarta. Pusat Sejarah ABRI Dephankam
 Notosusanto, Nugroho, dkk. 1992. Sejarah Nasional Indonesia 3. Jakarta. Depdikbud
 Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, 1993. Sejarah Nasional
Indonesia VI, Jakarta: Balai Pustaka
 Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai