Anda di halaman 1dari 18

1

GERAKAN DARUL ISLAM (D.I) S.M KARTOSUWIRJO DI JAWA


BARAT DALAM MEWUJUDKAN NEGARA ISLAM INDONESIA (NII)
TAHUN 1945-1962 M

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Humaniora Program Studi Sejarah Peradaban Islam

Disusun Oleh

Muhamad Badrudin

01.2018.1.2.030

Program Studi Sejarah Peradaban Islam

Sekolah Tinggi Ilmu Adab dan Budaya Islam Riyadlul Ulum

Tasikmalaya

2020
2

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA yang telah menakdirkan penulis untuk
bisa menyelesaikan Tugas Proposal ini. Tak lupa Shalawat dan Salam semoga
tetap tercurah limpahkan kepada junjungan alam, panutan umat manusia dan
tokoh yang paling berpengaruh di Dunia yaitu Nabi Muhammad SAW juga
kepada keluarganya, para sahabatnya dan semoga sampai kepada kita selaku
umatnya.

Dan Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan


proposal penelitian yang berjudul “Gerakan Darul Islam (D.I) S.M
Kartosuwirjo di Jawa Barat dalam mewujudkan Negara Islam Indonesia
(NII) Tahun 1945-1962”. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan proposal
ini ialah untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pada mata
kuliah Metodologi Penelitian Sejarah di Sekolah Tinggi Ilmu Adab dan Budaya
Islam (STIABI) Riyadlul Ulum Tasikmalaya.

Dalam proses penyusuan Proposal ini, penulis menjumpai berbagai macam


hambatan, namun berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik. Maka pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak terkait yang telah membantu
menyelesaikan proposal ini.

Menyadari kekurangan yang dimiliki penulis, bahwa tugas ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan segala saran dan kritik
yang membangun dari semua pihak demi perbaikan tugas selanjutnya. Harapan
penulis semoga tulisan ini memberikan ilmu dan manfaat, khusunya bagi penulis
pribadi umumnya kepada pembaca sekalian. Terima kasih.

Cilacap, 22 April 2020

Penulis
3

DAFTAR ISI

BAB 1....................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................................2
A. Latar Belakang.................................................................................................................................2
B. Batasan Dan Rumusan Masalah.......................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................7
PENDEKATAN DAN KERANGKA TEORI....................................................................................................7
BAB III....................................................................................................................................................8
METODE PENELITIAN..............................................................................................................................8
A. Pengumpulan Sumber (Heuristik)....................................................................................................9
B. Kritik Sumber (Verifikasi).................................................................................................................9
C. Interpretasi (Penafsiran)................................................................................................................10
D. Historiografi ( Penulisan Sejarah)...................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................11
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam membahas cerita masa lampau kita senantiasa di suguhkan dengan
berbagai macam cerita, baik itu dongeng fantasi, cerita rakyat daerah, ataupun
cerita sejarah pemberontakan khususnya Indonesia. Indoenesia yang merupakan
negara dengan berbagai macam faham kebangsaan yang dimiliki rakyatnya,
menjadikannya negara yang memiliki banyak sekali perbedaan dalam hal ketata
negaraan. Tak lepas dari itu banyak sekali buku buku yang menceritakan tentang
perjuangan rakyat demi mencapai dan mempertahankan kemerdekaan indonesia
ini. Penulis pun akhirnya tertarik tuk meneliti salah satu perjuangan salah satu
tokoh yang ingin mendirikan negara indonesia dengan berlandaskan syariat islam
yaitu, Darul Islam. Karena banyaknya cerita yang di dengar sejak kecil dari
kakek buyut penulis ataupun tokoh masyarakat di tempat asal penulis tentang
peristiwa pembrontakannya terhadap masyarakat sipil. Dan juga penulis pun
pernah berkunjung ke salah satu pemakaman yang di anggap merupakan makam
dari anggota darul islam ini.

Meskipun cerita dan peninggalan yang di ketahui penulis merupakan yang


ada di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, namun disinilah rasa
penasaran yang ada di benak penulis tentang dimanakah asal organisasi ini dan
juga mengapa masyarakat sangat tidak suka dengan hadirnya Darul Islam ini. Hal
ini pun dikuatkan dengan adanya pelajaran yang membahas tentang peristiwa
pemberontakan Darul Islam ini dalam buku sejarah yang pernah di pelajari pada
masa sekolah menegah. Khsusnya setelah bangkitnya rasa nasionalisme rakyat
indonesia dan perjuanngan yang tidak lagi besifat kedaerahan.

Sejak bangkitnya nasionalisme Indonesia pada dekade pertama abad ke-20


M, gerakan masyarakat pribumi mulai muncul berjuang menentang kolonial
Belanda dan menuntut kemerdekaan Bangsa. Gerakan Islam pun memainkan
5

peran dalam menyatukan rasa persatuan nasional menentang kolonial


Belanda,1 di antaranya Sarekat Islam (SI) 2 yang bermula dari Sarekat Dagang
Islam (SDI) yang didirikan oleh H. Samanhoedi di Solo pada 1911 M. SI
merupakan politik Islam pertama di Indonesia dibawah pimpinan H.O.S.
Tjokrominoto, Agus Salim dan Abdoel Moeis. 3 Tahun 1927 M Sukarno, anak
didik Tjokrominoto, membentuk partai baru yang sangat berbeda haluan
dengan konsep gurunya yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI). Partai ini lebih
mendasarkan kiprah nasionalisnya kepada paham ideologi kebangsaan
(nasionalisme). Perdebatan tersebut kemudian masuk pada wilayah politik
menjelang kemerdekaan Indonesia. Khususnya awal 40-an, mulai membahas
Hubungan Islam dan Negara yang baru memuncak lima tahun kemudian saat
BadanPenyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) didirikan,
tepatnya pada 9 April 1945 M.4 Kaum Islamis yang diwakili Ki Bagus, Abdul
Kahar Muzakkir dan Abdul Wahid Hasyim menghendaki Islam sebagai dasar
negara. Sebaliknya kelompok nasionalis seperti Sukarno, Hatta dan Supomo
melihat bahwa untuk mempertahankan kesatuan bangsa maka watak negara
harus didekonfesionalisasi (meskipun tidak berarti tidak religius).

Perbedaan ideologi dua kelompok (kelompok nasionalis dan kelompok


Islamis5) mengharuskan Sukarno mempertegas ideologi negara melalui
pidatonya dihadapan Majelis Konstituante dengan meminta untuk kembali kepada
UUD 1945 M. Dekrit Presiden tersebut tentu sangat mengecewakan kelompok
Islam di mana harapan mereka untuk mejadikan Islam sebagai dasar negara tidak

1
Bahtiar Effendy, Islam dan Negara; Transformasi Pemikiran dan Praktek Politik Islam di
Indonesia, (Jakarta, cet. I, Paramadiana: 1998), hlm 62.
2
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia, 1900-1942, (Jakarta: LP3ES,
1994),hlm.114-170
3
Abdul Aziz, Politik Islam Politik; Pergulatan Ideologis PPP Menjadi Partai Islam
(Yogyakarta: Tiara Wacana ,2006), hlm. 24
4
BPUPKI merupakan forum yang demokratis dalam tawar menawar secara bebas antara paksi
nasionalis sekuler dan nasionalis muslim dalam merumuskan asas negara Indonesia. Lihat; Prof.
Dr. Faisal Ismail, Pijar-pijar Islam; Pergumulan Kultur dan Struktur, (Yogyakarta: LESPFI, 2002).
hlm. 38.
5
Kelompok yang menginginkan Islam sebagai dasar negara
6

tercapai. Fakta ini menjadi salah satu latar belakang munculnya gerakan
perjuangan Islam di luar Konstituante seperti Darul Islam (DI).

Gerakan Darul Islam (DI) didirikan oleh Sekarmadji Maridjan


Kartosoewirjo pada tanggal 7 agustus 1949 M6 / 12 Syawal 1368 H di Desa
Cisampang, Kecamatan Cilugar, Jawa Barat.7 Kartosoewirjo (selanjutnya ditulis:
Karto) mulai aktif dalam dunia politik ketika bertemu dengan H.O.S.
Cokrominoto. Pada tahun 1927-1929 M Karto menjadi asisten pribadi H.O.S.
Cokrominoto dan ikut sebagai redaktor Koran “Fajar Asia”. Selain itu, tahun 1931
M Karto menjabat sebagai sekjen Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) dan dia
juga pernah menjadi sekertaris umum Masyumi.

Pemikiran Karto sangat dipengaruhi oleh sang guru, H.O.S


Cokrominoto. Ketika Karto aktif di PSII, ia menggunakan strategi gurunya yaitu
gerakan politik hijrah.8 Strategi Hijrah ini kemudian mendapat respon negatif dari
pengurus PSII yang mengakibatkan pecahnya organisasi tersebut. Karto kemudian
mengambil langkah revolusi setelah cara damai tidak tercapai dalam menegakkan
negara Islam. Langkah revolusi tersebut lebih disebabkan oleh ketidaksetujuan
dan kekecewaan Karto terhadap para pemimpin Republik Indonesia.9 Karto
memproklamasikan negara Islam pada tanggal 14 Agustus 1945 M. Kendati
demikian, Karto tetap mengakui proklamasi kemerdekaan Indonesia yang
digemakan pada 17 Agustus 1945 M.

Diketahui bahwa selama hampir lima tahun setelah proklamasi


kemerdekaan, Indonesia memasuki masa-masa revolusi (1945-1950 M).
Menyusul kekalahan Jepang oleh tentara-tentara sekutu, Belanda bermaksud
kembali menduduki kepulauan Nusantara. Terbukti pada 2 Juli 1947 M, dua tahun
setelah proklamasi, Belanda melanggar keputusan Linggarjati dengan
melancarkan agresi militer pertama. Hal itu kemudian membuat Karto
6
C. Van Dijk, Darul Islam; Sebuah pemberontakan, cet. IV, (Jakarta: PT Anem Kosong Anem,
1995), hlm. 83
7
Kelompok yang menginginkan Islam sebagai dasar negara
8
Irfan Awwas, Jejak Jihad SM. Kartosoewirjo..., hlm. 34
9
K.H. Abdurrahman Wahid (ed),Ilusi Negara Islam;Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di
Indonesia, (Jakarta: The Wahid Institude, 2009), hlm. 12.
7

menyerukan jihad terhadap Belanda dengan menggerakkan laskar Hizbullah dan


Sabilillah.

Perseteruan antara pihak Karto dengan Belanda reda ketika terjadi perjanjian
Renville. Namun, hasil dari perjanjian terebut sangat merugikan pihak rakyat
Indonesia khususnya rakyat Jawa Barat di mana pasukan RI harus ditarik mundur
dari wilayah Jawa Barat dan sekitarnya sebagai daerah yang resmi dikuasai
Belanda. Karto yang pada saat itu menjabat sebagai pimpinan Masyumi dan
menguasai sebagian kekuatan bersenjata di Jawa Barat menolak keras hasil
perundingan tersebut.10 Karto bersama dengan pasukan Hizbullah dan Sabilillah
memilih bertahan di Malangbong serta bergerilya di balik gunung. Melihat
situasi genting tersebut, Karto menyiapkan pemerintahan baru yang telah
dicita-citakan yaitu Negara Islam Indonesia.11

Seiring dengan perjuangan menegakkan Negara Islam oleh kelompok Karto,


TNI bersama dengan pemerintah RI mengadakan upaya penumpasan terhadap
kelompok Karto. Usaha penumpasan dan pengisolasian terhadap perjuangan Darul
Islam dimulai pada pertengahan tahun 1960 M di kabupaten Lebak yang termasuk
wilayah kerja Korem Banten. Dalam keadaan terdesak, para pejuang Darul Islam
mengalami kelelahan, haus dan lapar. Tanggal 2 Januari 1962 M, Panglima
Siliwangi Ibrahim Adjie mengeluarkan perintah harian kepada pasukannya
untuk mengepung wilayah Cakrabuana dan Galunggung yang diyakini menjadi
tempat markas TII dan Karto. Upaya pengepungan tersebut menunjukkan hasilnya

10
Dr. Faisal Ismail, Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama: Wacana
Ketegangan Kreatif Islam dan Pancasila, (Yogyakarta, cet. I, Tiara Wacana:
1999), hlm. 55.
11
Tanggal 10-11 Februari 1948 M sebanyak 160 wakil-wakil organisasi Islam yang masih
bertahan di Jawa Barat mengadakan sebuah konferensi di Desa Pangwedusan, Cisayong,
Tasikmalaya. Keputusan yang penting pada konferensi tersebut adalah pembekuan Masyumi
menjadi Majelis Islam dan Karto dinobatkan sebagai Imam. Keputusan lainnya adalah
pembentukan Tentara Islam Indonesia (TNI) yang merupakan gabungan dari Hizbullah dan
Sabilillah. Pada tanggal 1-5 Mei 1948 M Kartosuwirjo kembali menggelar konferensi sebelum NII
lahir. Tujuan dari Konferensi yang dikenal Konferensi Cijoho tersebut membahas bentuk
ketatanegaraan dan cara memperluas pengaruh negara Islam. Akhirnya disusunlah sebuah
“Undang-Undang Dasar” yang dikenal Qanun Azazi. Di antara isi Qanun Azazi adalah
menegaskan bahwa NII atau Darul Islam adalah suatu negara berbentuk Jumhuriyah (Republik)
dengan memakai hukum-hukum Al-Qur`an sebagai landasannya. Lihat selengkapnya Ruslan,dkk,
Mengapa Mereka Memberontak ,hlm. 32
8

ketika pada 4 Juni anggota pengintai dari pasukan Suhanda menemukan


persembunyian TII yang terdapat di sebuah lembah antara Gunung Sangkar dan
Gunung Geber. Hingga akhirnya, Karto ikut tertangkap dalam kondisi sakit.
Berdasarkan proses penyelidikan terhadap perjuangan Darul Islam, Karto
ditetapkan sebagai terdakwa oleh pengadilan Mahkamah Militer bertanggal 16
Agustus 1962 M. Pengadilan menyatakan bahwa perjuangan Karto dalam
menegakkan Negara Islam Indonesia adalah sebuah “Pemberontakan”, maka
ditetapkanlah hukuman mati kepada terdakwa Karto. Pengeksekusian atas
hukuman mati tersebut dilaksanakan pada tanggal 4 September 1962 M.
Akhirnya, Gerakan Darul Islam yang revolusioner seakan-akan hilang
bersama dengan meninggalnya sang pemimpin, S.M. Kartosoewirjo.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin menguraikan Gerakan Darul Islam


Karto di Indonesia khususnya di Jawa Barat yang mana menjadi pusat
pemerintahan Darul Islam. Penulisan ini dianggap penting karena perjuangan
Karto selama ini menyisihkan keabstrakan tentang misi Darul Islam sehingga
beberapa pandangan melihat bahwa penegakan Negara Islam Indonesia
bukanlah sebuah perjuangan melainkan pemberontakan dengan judul “Gerakan
Darul Islam (D.I) S.M Kartosuwirjo di Jawa Barat dalam mewujudkan
Negara Islam Indonesia (NII) Tahun 1945-1962 M ”

B. Rumusan Masalah
1. Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah penulis uraikan dari latar belakang di atas, maka
objek kajian dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Gerakan S.M Kartosoewirjo
dalam Pembentukan Negara Islam Indonesia di Jawa Barat?”. Agar pembahasan
ini lebih terarah dibagi kedalam beberapa sub masalah yaitu:

a. Apa motif gerakan S. M. Kartosoewirjo dalam mendirikan Negara


Islam Indonesia (NII) di Jawa Barat Tahun 1945-1962 M?
b. Bagaimana gerakan S. M. Kartosoewirjo dalam mewujudkan
Negara Islam Indonesia (NII) di Jawa Barat tahun 1945-1962 M?
9

c. Bagaimana respon pemerintah Indonesia terhhadap gerakan Darul


Islam Kartosoewirjo?

Dari rumusan masalah di atas penulis mencoba mengambil fokus penelitian ini
yaitu: respon yang di berikan rakyat Jawa Barat terhadap hadirnya Darul Islam
Kartosoewirjo. Dari bagian rumusan masalah no. 3

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

1. Tujuan Umum
a. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berfikir logis, kritis,
sistematis, analitis serta objektif sesuai dengan metode sejarah
sehingga bisa memahami suatu nilai yang ada dalam sebuah peristiwa
sejarah.
b. Menerapkan metode sejarah dalam penelitian sejarah.
c. Menambah dan mengembangkan ilmu dan pengetahuan dalam bidang
sejarah
2. Tujuan Khusus
a. Menelaah motif pergerakan Darul Islam Kartosoewirjo di Jawa Barat
sebagai alat untuk menemukan pandangan baru tentang gerakan
Kartosoewirjo
b. Menjelaskan perjuangan gerakan Darul Islam Kartosoewirjo di
Jawa Barat dalam mengupayakan berdirinya Negara Islam Indonesia
c. Mengetahui bagaiman respon pemerintah terhadap gerakan yang di
pimpin oleh Kartosoewirjo.

D. Manfaat Penelitian
Harapan yang ingin dicapai oleh penulis dari hasil penelitian yang berjudul:
“Gerakan Darul Islam (D.I) S.M Kartosuwirjo di Jawa Barat dalam
mewujudkan Negara Islam Indonesia (NII) Tahun 1945-1962 M ” ini nantinya
diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan kontribusi pemikiran tentang gerakan Darul Islam di Jawa


Barat sekaligus menjadi salah satu langkah meningkatkan perhatian
terhadap pentingnya sejarah sosial-politik Islam di Jawa Barat.
10

2. Secara akademis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan


kontribusi keilmuan tentang Darul Islam, khususnya menjelaskan
secara komprehensif terkait sejarah sosial-politik Islam di Jawa Barat.
3. Secara umum, penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang Darul Islam Kartosoewirjo dan manfaat bagi khalayak yang
tertarik terhadap sejarah sosial-politik Islam di Jawa Barat. Penulisan ini
diharapkan dapat menjadi salah satu referensi sejarah di perpustakan
STIABI Riyadlul Ulum Tasikmalaya dan Perpustakaan daerah khususnya
Jawa Barat.
11

BAB II

PENDEKATAN DAN KERANGKA TEORI

Untuk mempermudah penulis dalam memecahkan masalah, maka


dibutuhkan pendekatan ilmu-ilmu sosial. Sebagaimana menurut Sartono
Kartodirjo bahwa penggambaran kita tentang suatu peristiwa sangat tergantung
pada pendekatan, yaitu dari segi mana kita memandangnya, dimensi mana yang
diperhatikan, unsur-unsur mana yang diungkapkan, dan lain sebagainya12. Dalam
hal ini, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan teori pendekatan
historis, yang mana bertujuan untuk mendeskripsikan permasalahan yang terjadi
di masa lampau. Sejarah atau historis merupakan suatu ilmu yang di dalamnya
membahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek,
latar belakang serta pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini segala
peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa
sebabnya, dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.13 Karena data-data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini pada umumnya berasal dari masa lampau.
Sedangkan teknik studi literatur atau kajian kepustakaan dilakukan dengan cara
meneliti dan mempelajari sumber kepustakaan baik berupa buku, jurnal, artikel
maupun literatur lainnya yang relevan dengan kajian. Dengan pendekatan historis
ini, penulis mencoba menjelaskan tentang bagaimana respon masyarakat Jawa
Barat terhadap hadirnya gerakan Darul Islam yang di Pimpin oleh Kartosoewirjo.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori peranan, teori
peran adalah sebuah sudut pandang dalam sosiologi dan psikologi sosial yang
menganggap sebagian besar aktivitas harian diperankan oleh kategori-kategori
yang ditetapkan secara sosial (misalnya ibu, manajer, guru). Setiap peran sosial
adalah serangkaian hak, kewajiban, harapan, norma, dan perilaku seseorang yang
harus dihadapi dan dipenuhi. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa
orang-orang bertindak dengan cara yang dapat diprediksikan, dan bahwa kelakuan
seseorang bergantung pada konteksnya, berdasarkan posisi sosial dan faktor-
faktor lain.14 Menurut teori peran dalam kajiannya terhadap hubungan antar
manusia ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenario atau peran-
peran yang telah disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana
peran setiap orang dalam pergaulannya. Menurut teori ini, jika seorang mematuhi

12
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1992), hal. 4
13
Atang Abdul Hakim, Metodologi Studi Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 64
14
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori peran (diakses pada Rabu, 15 April 2020).
12

skenario, maka hidupnya akan harmonis, tetapi jika menyalahi skenario, maka ia
akan dicemooh oleh ”penonton” dan ditegur oleh ”sutradara”. Seperti halnya
dengan Kartosuwirjo, jika ia mentaati skenarionya sebagai warga negara
Indonesia, maka ia tidak akan mendapatkan hukuman dari pemerintah.

Selain menggunakan teori peran ini penulis juga menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Neil Smenser dengan istilah perilaku kolektif atau yang lebih
dikenal dengan teori Collective Behaviour (Perilaku Kolektif). Perilaku kolektif
adalah Perilaku yang relatif spontan dan tidak terstruktur dari sekelompok orang
yang bereaksi terhadap pengaruh umum dalam situasi yang ambigu. Sosiolog
menentukan perilaku kolektif sebagai perilaku yang relatif spontan dan sementara
yang melibatkan sejumlah besar orang terlibat dalam kegiatan yang melanggar
norma-norma konvensional.15

Neil Smelser mengemukakan bahwa setidaknya ada enam kondisi yang


memunculkan perilaku kolektif16 di antaranya; terjadinya ketegangan secara
struktural dalam masyarakat, adanya peristiwa sebagai fakta pemicu munculnya
perilaku kolektif, dan adanya mobilisasi massa. Berdasarkan teori ini, penulis
memahami bahwa ketegangan yang dimaksudkan adalah upaya karto
melindungi rakyat Jawa Barat dari pengkhianatan pihak Belanda telah
menimbulkan kesenjangan antara pihak RI dengan kelompok Karto. Selain itu,
sikap eksploitasi Belanda dan pihak kooperatif RI terhadap Belanda turut
menjadi pemicu reaksi rakyat. Ketegangan yang didorong oleh sikap tersebut
meledak melalui mobilisasi massa yang diprakarsai kelompok Karto sebagai
reaksi rakyat. Reaksi ini kemudian dinamakan sebuah gerakan sosial atau
lebih dikenal dengan gerakan Darul Islam.

15
 http://books.google.co.id/books?
id=flygtwSzn0oC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q
&f=false Pukul 22.11 WIB (2 Mei 2020)
16
Pertama, struktur sosial yang kondusif memunculkan perilaku kolektif. Kedua, adanya
ketegangan yang secara struktural terjadi dalam masyarakat. Ketiga, adanya keyakinan bersama
yang mendorong melakukan tindakan bersama. Keempat, adanya peristiwa sebagai faktor pemicu
munculnya perilaku kolektif. Kelima, adanya mobilisasi massa. Keenam, adanya kegagalan
kontrol sosial sehingga massa melakukan perilaku melawan aturan-aturan yang sudah baku. Neil
Smelser, Theory Of Collective Behavior, (London : The Free Press Ne York, 1962), hal. 15
13

BAB III

METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat
empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan
kegunaan.17 Metode penelitian sejarah lazim juga disebut metode sejarah. Metode
itu sendiri berarti jalan atau petunjuk. Metode tersebut terdiri dari empat langkah
kegiatan, yaitu heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik sumber),
interpretasi (penafsiran), dan historiografi (penulisan sejarah) 18 dengan penjelasan
sebagai berikut;

A. Pengumpulan Sumber (Heuristik)


Heuristik yaitu teknik mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah
atau data sejarah. Suber tersebut terbagi menjadi 2 yaitu sumber Primer dan
sumber Sekunder. Sumber primer merupakan kesaksian dari seroang pelaku atau
saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan alat indera lain, atau dengan
alat mekanis.19 Sedangkan Sumber sekunder adalah kesaksian daripada siapapun
yang bukan merupakan saksi pandangan mata, yakni dari seorang yang tidak hadir pada
peritiwa yang dikisahkan.20 Karena keterbatasan waktu dan beberapa kejadian yang
terjadi maka penulis hanya mencantumkan sumber sekunder sebagai rujukan dari
penelitian ini. Maka Penelitian ini menggunakan sistem library reasearch
(penelitian kepustakaan), secara definitif kajian pustaka, penelitian terdahulu,
studi pustaka, tinjauan pustaka menurut pemahaman lain, mempertimbangkan
keluasan bahan bacaan, khususnya literatur yang memiliki kaitan langsung dengan
objek yang diteliti.21 Maka penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji dari
beberapa buku dokumentasi yang terkait dengan peran S.M. Kartosuwirjo dalam
mendirikan Negara Islam Indonesia. Adapaun literature yang digunakan oleh
penulis antara lain:

17
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2012),2.
18
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang, 2005), hlm. 100.
19
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah. (Yogyakarta: Yayasan Bandung Budaya. 1997)
hlm 94
20
Ibid. Hal. 96
21
Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
Humaniora pada
Umumnya, (Yogyakarta: Jack, 2010), 275.
14

A. Buku Darul Islam dan Kartosuwiryo karya Holk Dengel,


B. Buku Darul Islam Sebuah Pemberontakan karya C. Van Dijk,
C. Buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI karya Sartono Kartodirdjo,
D. Buku Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo karya Pinardi,
E. Buku Darul Islam Pemberontakan di Jawa Barat karya Budi Santoso,
F. Buku Sejarah Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dan
Penumpasanya karya Artinur Setawati,
G. Buku Kewibawaan Tradisional Islam dan Pemberontakan Darul Islam
Jawa Barat karya Karl D. Jackson
H. Buku Pemikiran Proklamator Negara Islam Indonesia karya Al-
Chaidar

B. Kritik Sumber (Verifikasi)


Langkah selanjutnya adalah kritik sumber, data baik lisan maupun
tulisan yang terkumpul dalam heuristik ditelusuri kembali kebenarannya
melalui kritik guna memperoleh keabsahan sumber. Kritik digunakan
sebagai usaha untuk mempertimbangkan apakah suatu sumber atau data
yang diproses benar-benar diperluakan atau tidak. Tujuan dilakukan kritik
adalah untuk mengetahui kebenaran isi, keaslian dan keutuhan dari sumber-
sumber tersebut. Kritik sumber dilakukan dengan dua cara, yaitu kritik
eksternal dan kritik internal.22
1. Kritik Eksternal
Kritik eksternal dimaksudkan sebagai kritik atas asal usul dari sumber,
suatu pemeriksaan atas catatan-catatan atau peninggalan itu sendiri untuk
mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah
pada suatu waktu sejak mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang
tertentu atau tidak.23
Pada kritik eksternal penulis melihat kondisi sumber yang ditemukan
seperti buku-buku yang berhasil ditemukan seperti melihat bahasa yang
digunakan, jenis kertas, dan tahun terbit dan sebagainya. Seperti buku Darul
Islam dan Kartosuwiryo pada tahun 1995 buku tersebut diterbitkan, sudah
menggunakan ejaan yang di sempurnakan, dan telah diterjemahkan oleh Tim
Pustaka Sinar Harapan.
2. Kritik Internal

22
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang Budaya, 2005),
hlm. 100.
23
Sjamsuddin,Helius.Metodologi Sejarah.(Yogyakarta: Ombak. 2007) hal. 134
15

Pengertian dari kritik internal adalah penilaian keakuratan atau


keautentikan terhadap materi sumber sejarah itu sendiri.24
Pada tahap kritik internal ini peneliti mencoba membandingkan isi buku
karya Holk H. Dengel yang berjudul Darul Islam dan Kartosuwiryo dengan buku
yang karya C. Van Dijk yang berjudul Darul Islam Sebuah Pemberontakandalam
kedua buku tersebut di mengungkapkan hal yang sama yaitu proklamsi
kemerdekaan Negara Islam Indonesia di laksanakan pada bulan Agustus 1949
dengan susunan pemerintahan Kartosowirjo sebagai Imam Besar Negara Islam
Indonesia. Dari sini penulis hanya memaparkan beberapa sumber karena
menyambungkan dengan kegiatan yang dengan adanya proklamasi ini
menandakan bahwa beberapa masyarakat Jawa Barat awalnya setuju dengan
adanya Darul Islam ini.

C. Interpretasi (Penafsiran)
Setelah melakukan kritik atau pertimbangan terhadap data yang ada,
langkah selanjutnya adalah interpretasi atau penafsiran. Dalam tahap ini
penulis melakukan penafsiran terhadap fakta-fakta, dengan cara analisis
(menguraikan) dan sintesis (menyatukan), kemudian disusun menjadi fakta-
fakta sejarah sesuai dengan tema yang dibahas dan juga teori yang di gunakan.
Jika terdapat varian informasi dari beberapa sumber yang berbeda maka
penulis menguraikan semua informasi tersebut dan menunjukkan
kecenderungan kepada salah satunya dengan menyertakan alasan-alasan ilmiah.
Untuk memperkokoh analisa penelitian yang di lakukan penulis, maka penulis
pun mencari dan menyatukan fakta-fakta sejarah yang terkumpul dari beberapa
buku. Misalnya, tulisan Jackson menyatakan bahwa masyarakat Jawa Barat
sangat antusias menyambut DI/TII, masyarakat seperti mendapatkan pahlawan
dan perlindungan, setelah TNI dan pemerintah RI meninggalkan Jawa Barat
menuju ke Jawa Tengah. Sementara pendapat Pinardi masyarakat merasa resah
dan takut dengan berdirinya Darul Islam. Dengan adanya beberapa versi, maka
penulis mencari sumber lain dengan mengutip perkataan Chaidar dalam Bukunya
“ Pemikiran Proklamator Negara Islam Indonesia” bahwa masyarakat Jawa Barat
yang khususnya bergama Islam sangat antusias dan gembira dengan berdirinya
Darul Islam. Dari beberapa sumber di atas dan dihubungkan dengan teori
peran yang membahas tentang seseorag yang mampu mengambil hati rakyat
jawa barat tuk mendukung adanya gerakan darul islam. Penulis menyimpulkan
bahwa kehadiran Darul Islam di Jawa Barat ini awalnya mendapat sambutan
positif dari masyarakat khusunya yang beragama Islam.

D. Historiografi ( Penulisan Sejarah)


Sebagai fase akhir dalam metode sejarah, penulis melakukan langkah
historiografi. Historiografi di sini merupakan cara penulis melakukan
pemaparan atau melaporkan hasil penulisan sejarah yang telah dilakukan

24
Ibid. hal. 143
16

melalui tulisan ilmiah.25 Dalam penelitian ini penulis menghasilkan sebuah


laporan hasil penelitian yang berjudul “Gerakan Darul Islam (D.I) S.M
Kartosuwirjo di Jawa Barat dalam mewujudkan Negara Islam Indonesia
(NII) Tahun 1945-1962 M ”

DAFTAR PUSTAKA
25
Dudung Abdurrahaman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm. 116-117.
17

Al-Chaidar,Pemikiran Politik Plokamator NegaraIslam Indonesia:S.M.


Kartosoewirjo. (Cet, 1; Jakarta: Darul Fallah,1999)
Bahtiar Effendy, Islam dan Negara; Transformasi Pemikiran dan Praktek
Politik Islam di Indonesia, (Jakarta, cet. I, Paramadiana: 1998)
C. Van Dijk, Darul Islam; Sebuah pemberontakan, cet. IV, (Jakarta: PT
Anem Kosong Anem, 1995)

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia, 1900-1942, (Jakarta:


LP3ES, 1994)
Dengel Holk A, Darul Islam dan Kartosoewirjo. Cet, 1; Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan,1995

Dr. Faisal Ismail, Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama: Wacana


Ketegangan Kreatif Islam dan Pancasila, (Yogyakarta, cet. I, Tiara Wacana: 1999

Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah, (Yogyakarta; Arus


Media, 2007),

K.H. Abdurrahman Wahid (ed),Ilusi Negara Islam;Ekspansi Gerakan


Islam Transnasional di Indonesia, (Jakarta: The Wahid Institude, 2009)

Karl Jackson, Kewibaaan Tradisional, Islam dan


Pemberontakan Darul Islam Jawa Barat, (Yogyakarta, Grafiti,
1990).
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003),

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang, 2005)

Neil Smelser, Theory Of Collective Behavior, (London : The Free Press New
York, 1962)

Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Jack, 2010),

Sjamsuddin,Helius.Metodologi Sejarah.(Yogyakarta: Ombak. 2007)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:


Alfabeta,2012)

Pinardi, S. M. Kartosoewirjo, (Jakarta:Aryaguna, 1964)


18

Anda mungkin juga menyukai