Proposal Penelitian :
Dosen Pembimbing:
H. Ali Muhdi, M. Si
NIP 197206262007101005
Disusun Oleh :
2023
DAFTAR ISI
Halaman Sampul .....................................................................................................i
Daftar Isi .................................................................................................................ii
Abstrak ...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................................2-3
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................3-5
1.5 Penelitian Terdahulu ......................................................................................5-6
1.6 Kerangka Teori .................................................................................................7
1.7 Metode Penelitian ..........................................................................................8-9
1.8 Sistematika Pembahasan..................................................................................10
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan..........................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................36-37
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 ............................................................................................................38
Lampiran 2........................................................................................................39-40
ii
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Peran Syekh Ali Asghor Dalam Melahirkan Tokoh
Pejuang Indonesia”. Adapun rumusan masalah ialah: 1) Bagaimana biografi
Syekh Ali Asghor sebagai Pemimpin Agama dan Pejuang Kemerdekaan RI?. 2)
Bagaimana Konsep Pemikiran Nasionalisme Syekh Ali Asghor dan Perannya
dalam Melahirkan Tokoh Pejuang Kemerdekaan RI?. 3) Siapa Saja Murid Syekh
Ali Asghor yang Menjadi Tokoh Nasional Pejuang Kemerdekaan RI dan Apa Saja
Peran Mereka?.
Penelitian ini menggunakan pendekatan historis-biografis dengan teori peran dari
teori Levinson. Menurut Levinson, teori peran adalah teori yang menggambarkan
perubahan dan perkembangan peran yang dialami oleh individu sepanjang hidup
mereka. Teori ini menekankan peran individu dalam membentuk sejarah dan
peristiwa yang signifikan. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian
sejarah yang memiliki empat tahap yaitu heuristik yang meliputi; observasi,
wawancara, dokumentasi, dan data dari kitab Al-Barokatu wa An-Namaa’,
verifikasi, interpretasi, dan historiografi.
Penilitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, antara lain: 1) Syekh Ali
Asghor adalah seorang ulama Sidosermo dan seorang tokoh yang memiliki
pengaruh penting dalam perjuangan kemerdekaan RI dan memiliki pengaruh kuat
di masyarakat pada masa itu. Syekh Ali Asghor merupakan anak terakhir dari
empat bersaudara. Ia penerus perjuangan dakwah ayahnya, Sayyid Ali Akbar yang
merupakan keturunan Rasulullah ke-28 dari jalur Yaman. Adapun dari arah ibu,
maka kakeknya, Sayyid Sulaiman putra Syarifah Khodijah putri Syarif
Hidayatullah, Sunan Gunung Jati Cirebon adalah keturunan Rasulullah ke-24. Istri
dari Sayyid Ali Ashghor adalah Syarifah Muthi’ah putri Sayyid Hasan, dari
pernikahan ini mereka dikaruniai sepuluh anak. Maka dari itu, keturunanya
dinamakan atau dipanggil dengan “MAS”. Penyebutan tersebut adalah gabungan
dari “Maulana” untuk Adzomat Khan dan Sayyid untuk Basyaiban. 2) Pemikiran
Syekh Ali Asghor sebagai tokoh agama adalah Ahlussunah wal Jamaah yang
diartikan sebagai golongan pengikut ajaran sunnah Nabi Muhammad dan para
sahabatnya. Pemikiran nasionalisme Syekh Ali Asghor adalah menggabungkan
nilai-nilai agama Islam dengan semangat cinta tanah air. Ia mengajarkan bahwa
sebagai seorang muslim harus memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi pada
kemajuan bangsa dan memperjuangkan keadilan sosial. 3) Tokoh Pejuang
nasionalisme Indonesia yang merupakan murid Syekh Ali Asghar antara lain
ialah: KH. Mas Mansoer, KH. Sholeh Darat, dan KH. Mas Alwi Abdul Aziz.
Kata Kunci: Syekh Ali Asghor, Pemikiran dan Peranan, Tokoh Pejuang
Indonesia.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal masa kolonialisme, Belanda datang dengan tujuan
berdagang rempah-rempah, setelah berhasil menemukan daerah penghasil
rempah-rempah dan keuntungan yang sangat besar, Belanda berusaha untuk
mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah dan penjajahan.
Belanda pada saat itu memanfaatkan kelemahan masyarakat Indonesia,
baik itu kelemahan akan sifat pemimpin kerajaan dan intelektual masyarakat
pribumi, karena pada saat itu pendidikan hanya untuk memenuhi kebutuhan
bangsa Belanda di Indonesia dengan mencetak tenaga kerja murah atau
pegawai rendahan yang sangat diperlukan untuk perusahaan-perusaan milik
Belanda. Kelemahan inilah yang membuat Belanda pada saat itu mampu
menjajah Indonesia dengan sangat lama.
Lemahnya intelektual masyarakat Indonesia dan diperparah dengan
belum sadarnya masyarakat Indonesia akan penjajahan bangsa Belanda,
membuat Syekh Ali Asghor dengan inisiatifnya sendiri ingin merubah akan
sifat mental masyarakat Indonesia dan intelektual masyarakat Indonesia lewat
pemikiran-pemikirannya.
Syekh Ali Asghor merupakan seorang ulama atau pemimpin agama
yang memiliki pengaruh kuat di masyarakat pada masa itu. Sebagai seorang
yang mendalami ilmu agama dan memiliki pengetahuan luas, ulama seperti
Syekh Ali Asghor seringkali memiliki peran penting dalam membentuk
pemikiran dan tindakan masyarakat.
Penelitian ini berhubungan dengan konteks sejarah Indonesia pada
masa perjuangan kemerdekaan dari penjajahan kolonial. Pada periode
tersebut, banyak tokoh pejuang yang muncul dan berperan dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui berbagai cara, baik secara
politik, militer, maupun sosial. Melalui pemikiran dan aksi-aksinya, Syekh Ali
Asghor memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemikiran dan
tindakan para tokoh pejuang Indonesia.
1
Syekh Ali Asghor terkenal karena dukungannya terhadap perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Dia dapat berkontribusi dalam berbagai aspek, seperti
memberikan pemahaman agama yang mendukung perjuangan nasional,
menyebarkan semangat perlawanan terhadap penjajah, serta mengorganisir
dan memobilisasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam gerakan
kemerdekaan, mendorong semangat nasionalisme, kecintaan pada tanah air,
dan perjuangan melawan penjajah di kalangan para muridnya dan tokoh-tokoh
pergerakan lainnya.
Penelitian ini juga ingin mengungkap bagaimana pengaruh Syekh Ali
Asghor dapat melahirkan tokoh pejuang Indonesia. Di mana pengaruhnya
meliputi memberikan arahan ideologis, dorongan moral, dukungan finansial,
serta penyebaran gagasan dan nilai-nilai keberanian, keadilan, dan
nasionalisme kepada para tokoh pejuang. Inti dari penelitian ini begitu penting
untuk menghargai peran ulama dan melihat mereka sebagai bagian penting
dari sejarah perjuangan bangsa. Pemikiran dan nilai-nilai yang diajarkan oleh
Syekh Ali Asghor menjadi landasan kuat bagi perjuangan tokoh pejuang
dalam meraih kemerdekaan RI.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Syekh Ali Asghor sebagai Pemimpin Agama dan
Pejuang Kemerdekaan RI?
2. Bagaimana Konsep Pemikiran Nasionalisme Syekh Ali Asghor dan
Perannya dalam Melahirkan Tokoh Pejuang Kemerdekaan RI?
3. Siapa Saja Murid Syekh Ali Asghor yang Menjadi Tokoh Nasional
Pejuang Kemerdekaan RI dan Apa Saja Peran Mereka?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui biografi Syekh Ali Asghor sebagai pemimpin agama
dan pejuang kemerdekaan RI: Penelitian ini akan membahas latar
belakang, kehidupan, dan peran Syekh Ali Asghor sebagai seorang
pemimpin agama dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ini termasuk
mempelajari perjalanan hidupnya, pendidikan agama yang diperolehnya
(minimal guru-gurunya), pengalaman politik dan perlawanan terhadap
2
penjajahan Belanda, serta peran pentingnya dalam memimpin gerakan
kemerdekaan.
2. Untuk menganalisis konsep pemikiran nasionalisme Syekh Ali Asghor:
Penelitian ini akan mempelajari pemikiran nasionalisme yang diusung oleh
Syekh Ali Asghor. Hal ini meliputi pandangannya tentang identitas
nasional, perjuangan kemerdekaan, dan cita-cita Indonesia sebagai negara
merdeka. Analisis ini akan membantu memahami pengaruhnya dalam
membentuk semangat nasionalisme dan perjuangan bagi para tokoh
pejuang Indonesia.
3. Untuk menganalisis peran dan kontribusi tokoh-tokoh pejuang
kemerdekaan RI yang terpengaruh oleh Syekh Ali Asghor: Penelitian ini
akan membahas peran dan kontribusi tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan
RI yang berasal dari kalangan murid/ santri atau terpengaruh oleh Syekh
Ali Asghor. Hal ini melibatkan identifikasi tokoh-tokoh tersebut dan
analisis peran mereka dalam perjuangan kemerdekaan RI.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan wawasan baru dan
pemahaman yang lebih mendalam tentang peran dan kontribusi Syekh
Ali Asghor dalam melahirkan tokoh pejuang Indonesia. Di mana kita
mengidentifikasi elemen-elemen ideologis yang menjadi landasan bagi
gerakan perjuangan pada masa itu. Hal ini dapat melengkapi dan
memperkaya narasi sejarah yang ada serta memberikan sudut pandang
baru tentang dinamika perjuangan kemerdekaan RI.
b. Hasil dari penelitian ini dapat mengidentifikasi faktor-faktor kunci
yang berkontribusi pada kepemimpinan dan inspirasi dalam konteks
perjuangan nasional. Dan dapat mengembangkan pemahaman yang
lebih komprehensif tentang faktor-faktor sosial, politik, dan budaya
yang membentuk perjuangan kemerdekaan RI.
c. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan pada kajian
sejarah keagamaan di Indonesia. Dengan mempelajari peran Syekh Ali
Asghor, kita dapat memahami perkembangan dan pengaruh tokoh-
3
tokoh agama dalam membentuk peradaban dan perjuangan di
Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Peneliti:
- Melalui penelitian ini, peneliti dapat mengungkap fakta-fakta baru,
mengklarifikasi atau memperluas pemahaman terhadap peran
Syekh Ali Asghor, dan memperkaya narasi sejarah yang ada.
Melalui analisis peran Syekh Ali Asghor, peneliti dapat
menghasilkan pemahaman teoritis yang lebih dalam tentang
dinamika perjuangan nasional dan faktor-faktor yang berkontribusi
pada pemikiran, inspirasi, dan kepemimpinan dalam konteks
tersebut.
- Penelitian ini dapat membantu peneliti mengembangkan keahlian
penelitian, seperti kemampuan dalam pengumpulan dan analisis
data, kritis berpikir, dan penulisan akademik. Peneliti dapat
memperoleh pengalaman dalam merumuskan pertanyaan penelitian
yang relevan, merancang metodologi penelitian yang tepat, serta
melakukan interpretasi dan penafsiran data dengan baik.
- Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi untuk penelitian
lebih lanjut yang terkait dengan topik atau aspek yang sama atau
terkait. Peneliti lain dapat membangun penelitian mereka sendiri
berdasarkan temuan dan temuan yang dihasilkan, memperluas
pemahaman kita tentang peran agama, tokoh pejuang, atau
dinamika perjuangan nasional/ kemerdekaan RI.
4
tokoh-tokoh agama dalam memperjuangkan kemerdekaan dan
keadilan.
- Dapat membangkitkan semangat nasionalisme, kecintaan terhadap
tanah air, dan keinginan untuk melakukan perubahan positif di
masyarakat. Kemudian masyarakat dapat lebih menghargai
keberagaman agama dan nilai-nilai yang dipromosikan oleh
masing-masing agama. Hal ini dapat membantu menciptakan
lingkungan sosial yang inklusif dan harmonis.
E. Penelitian Terdahulu
Pembahasan mengenai wilayah Ndresmo sudah dikaji oleh banyak
orang. Akan tetapi pembahasan mengenai Syekh Ali Asghor sangat jarang
atau bahkan tidak ada sama sekali yang membahasnya. Maka dari itu, peneliti
menjadikan penelitian terdahulu terkait topik wilayah Ndresmo sebagai
5
tambahan kajian yang relevan dengan penelitian yang sedang dijalankan, tapi
dengan konsep dan inti permasalahan yang berbeda. Peninjauan penelitian
terdahulu juga dilaksanakan sebagai bentuk perbandingan temuan yang telah
dikaji agar tidak lagi menjumpai persamaan. Berikut beberapa penelitian yang
terkait dengan penelitian yang akan dikaji di antaranya yaitu:
1) Penelitian skripsi yang ditulis oleh Linda Ainur Rohmah dengan judul
“Perjuangan Kiai Mas Cholil untuk memperoleh status tanah perdikan
dari pemerintah kolonial Belanda di Sidoresmo Surabaya (1934-
1948)“. Secara keseluruhan skripsi ini berpusat pada sejarah kampung
Ndresmo dan perjuangan Kiai Mas Cholil untuk memperjuangkan
status tanah perdikan melalui pengajuan pembebasan pajak atas nama
Kiai Mas Cholil untuk mewakili warga Ndresmo untuk menemui
walikota Van Helsdingen. Penelitian ini berusaha mengungkap
perjuangan Kiai Mas Cholil, sedangkan penelitian yang kami lakukan
lebih berpusat kepada tokoh Syekh Ali Asghor. Persamaan dari
penelitian ini adalah kedua tokoh berasal dari daerah yang sama yakni
Ndresmo.
2) Penelitian skripsi yang ditulis oleh Thesar Reza Pahlevi dengan judul
“Kiprah Dakwah KH.Mas Muhajir Mansur (1912-1989)“. Secara
keseluruhan skripsi ini berpusat membahas tentang kondisi sosial
budaya dan keagamaan di daerah Ndresmo semasa hidup KH. Mas
Muhajir Mansur dan kiprah dakwah dari KH. Mas Muhajir. Penelitian
ini berusaha mengungkap kiprah dakwah dari KH. Mas Muhajir di
wilayah Ndresmo. Sedangkan penelitian yang kami lakukan lebih
berpusat kepada tokoh Syekh Ali Asghor. Persamaan dari penelitian
ini adalah kedua tokoh berasal dari daerah sama yakni Ndresmo.
6
F. Pendekatan dan Kerangka Teori
Pendekatan Penelitian
Kerangka Teori
7
G. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya adalah suatu prosedur kerja yang
sistematis, teratur, dan tertib yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
untuk memecahkan masalah guna mendapatkan kewenangan yang objektif.1
a. Tahap-Tahap Penelitian
1) Heuristik (Pengumpulan Data/ Sumber): Metode ini melibatkan
penggunaan wawancara, observasi, dan pengamatan lapangan
untuk mengumpulkan data. Pada tahap ini, peneliti dapat
melakukan pencarian literatur, dokumen, dan sumber daya lainnya
yang relevan dengan Syekh Ali Asghor dan tokoh pejuang
Indonesia yang terkait dengannya. Peneliti juga dapat
mengumpulkan informasi tentang latar belakang, ajaran,
pendidikan (minimal guru-gurunya), dan pengaruh Syekh Ali
Asghor terhadap tokoh pejuang tersebut.
2) Verifikasi (Kritik Sumber): Metode ini melibatkan evaluasi
kredibilitas dan validitas sumber-sumber yang telah dikumpulkan
pada tahap heuristik. Dengan menggunakan metode ini juga untuk
memastikan keakuratan dan keabsahan data yang akan
dikumpulkan, serta memiliki kualitas yang baik.
3) Interpretasi (Penilaian): Metode ini melibatkan analisis makna dan
konteks dari data yang dikumpulkan. Dalam konteks penelitian ini,
peneliti dapat menafsirkan bagaimana pengajaran dan pengaruh
Syekh Ali Asghor berkontribusi dalam membentuk karakter dan
semangat perjuangan para tokoh pejuang Indonesia yang dididik
olehnya. Identifikasi hubungan dan pola yang muncul antara Syekh
Ali Asghor dan pengaruhnya terhadap perjuangan mereka.
4) Historiografi (Penulisan Sejarah): Metode ini melibatkan kajian
terhadap penulisan sejarah dan pemahaman tentang bagaimana
sejarah diinterpretasikan. Pada tahap ini, peneliti dapat
mempertimbangkan perspektif dan interpretasi yang berbeda yang
1
Andi Prastowo. Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis. Cet,
III Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2016.
8
ada dalam literatur tentang peran Syekh Ali Asghor dan
memengaruhi tokoh pejuang Indonesia.
b. Jenis Penelitian
1. Penelitian Kualitatif: Metode penelitian kualitatif melibatkan
pengumpulan dan analisis data deskriptif dan mendalam. Di sini
peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dan analisis
dokumen untuk mendapatkan perspektif yang lebih luas tentang
pengajaran, pemikiran, dan pengaruh Syekh Ali Asghor terhadap
tokoh pejuang Indonesia yang menjadi muridnya.
2. Analisis Biografi: Metode analisis biografi dapat digunakan untuk
menyusun dan menganalisis biografi Syekh Ali Asghor, serta
biografi tokoh pejuang Indonesia yang menjadi muridnya. Ini
melibatkan pengumpulan data dari berbagai sumber seperti
dokumen pribadi, surat, catatan pribadi, wawancara dengan
keluarga atau kolega, dan analisis dokumen terkait.
2
Musfiqon. Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012.
9
yang relevan yang tidak dikumpulkan secara khusus untuk
keperluan penelitian atau studi tertentu.
H. Sistematika Pembahasan
Bab Pertama membahas pendahuluan yang meliputi latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu,
kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
10
BAB II
BIOGRAFI TENTANG SOSOK SYEKH ALI ASGHOR
Assayyid Ali Asghor Basyaiban bernama lengkap Ali Asghor bin Ali
Akbar bin Sulaiman bin Abdurrahman. Ia adalah seorang pemuka agama/ kiai
Pondok Pesantren Sidosermo yang melakukan babat alas Sidosermo (Cikal bakal
Kelurahan Sidosermo/ Ndresmo) sekaligus tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia
yang telah berani menentang Kolonialis Belanda. Ia lahir di Surabaya, bertempat
di Kampung Nderesmo yang kemudian pecah menjadi dua yaitu: Sidosermo,
Wonocolo dan Sidoresmo, Wonokromo. Seorang yang pertama kali mencetuskan
kampung ini yang dinamakan dengan nama Daarul Asma’ ialah Sayyid Ali
Akbar, yang merupakan ayah dari Syekh Ali Asghor dengan perintah orang
tuanya Sayyid Sulaiman dari para wali.
Kampung tersebut awalnya sangat banyak Jin dan Ifrit nya. Barang siapa
yang masuk kampung tersebut akan terbunuh tanpa sebab dan tidak ada yang
mengurus. Sayyid Ali Akbar mendirikan tempat tersebut yang dinamakan
sekarang dengan nama “Langgar Wetan“, dengan berkah masuknya ia dan
mendirikan bangunan itu maka kampung tersebut menjadi barokah insya Allah
sampai akhir zaman. Sayyid Ali Akbar berputera beberapa orang, di antaranya
Sayyid Badruddin, Sayyid Ghozali, Sayyid Ibrahim, Sayyid Abdullah, Sayyid
Iskandar, dan Sayyid Ali Asghor.
Penerus Sayyid Ali Akbar di Sidoresmo adalah Sayyid Ali Ashgor. Sayyid
Ali Ashgor masih dalam kandungan ketika Sayyid Ali Akbar dibawa ke Belanda.
Putera-putera Sayyid Ali Akbar terkenal sebagai pejuang. Bahkan, di antara
puteranya ada yang ikhlas wafat di tangan Belanda tetapi dengan syarat bahwa
Belanda tidak mengganggu ibundanya dan Ndresmo.
Ali Asghor anak Sayyid Ali Akbar yang masih hidup karena ketika lahir ia
disembunyikan oleh ibunya, sedangkan semua saudaranya meninggal dibunuh
oleh Belanda. Ia adalah penerus perjuangan dakwah ayahnya yang telah dibawa
Belanda, pada zamanya ada beberapa orang yang ingin menimba ilmu atau santri
dari berbagai daerah. Mereka ada lima santri yang senantiasa nderes
(mempelajari) kitab-kitab dan juga berbagai disiplin ilmu, oleh sebab itu kampung
11
tersebut dinamakan “Daarismaan” atau “Ndresmo“ dengan bahasa Jawa yang
masih popular sampai sekarang.
Sayyid Ali Asghor merupakan anak terakhir dari empat saudara yaitu;
Sayyid Badruddin, Sayyid Kendar, Sayyid Ibrahim, dan Sayyid Ghozali. Adapun
nasab nya Sayyid Ali Asghor itu sambung sampai Abu Bakar bin Muhammad,
singa Allah, yang dikenal dengan Basyaiban. Beruntung bagi orang yang bernasab
kepadanya, lalu beruntung sampai akhir zaman. Dari arah ibunya ia sambung
sampai Sunan Gunung Jati, Cirebon, salah satu Walisongo yang terkenal di pulau
Jawa yang diberkahi dengan datangnya keturunan Rasulullah dan dengan dakwah
nya seorang da’i yang sambung menyambung, ialah Sayyid Ali Asghor putra
Sayyid Ali Akbar. Adapun untuk lebih jelasnya seperti berikut:
12
22. Sayyid Abu Bakar Basyaiban
23. Sayyid Ahmad
24. Sayyid Muhammad
25. Sayyid Umar
26. Sayyid Abdurrahman (suami Syarifah Khodijah)
27. Sayyid Sulaiman
28. Sayyid Ali Akbar
29. Sayyid Ali Ashghor
Adapun dari arah ibu, maka kakeknya, Sayyid Sulaiman putra Syarifah
Khodijah putri Syarif Hidayatullah, Sunan Gunung Jati Cirebon. Adapun lebih
jelasnya seperti berikut:
13
22. Maulana Ali Nuruddin
23. Maulana Abdullah Imaduddin
24. Syarif Hidayatullah, Sunan Gunung Jati Cirebon,
Dari keturunan para Ulama, Wali, dan Sufi yang terkemuka di daratan
Jawa. Setiap pondok-pondok dan sekolah-sekolah, kebanyakan nyambung
sanadnya sampai keturunan Syekh Ali Asghor. Kemudian belum ada yang tahu
pasti atau tidak adanya bukti tertulis tentang wafatnya Syekh Ali Asghor. Namun
jika dilihat dari haul yang masih diselenggarakan hingga sekarang yakni haul yang
ke-394 (4 Abad) pada tanggal 8 Muharrom, maka ia wafat pada tanggal 8
Muharrom 1050 Hijriah, kalau dijadikan tahun Masehi maka wafat tanggal 29
April 1960 hari Ahad/ Minggu (Abad 17 Masehi).
Di antara santri-santrinya dan santri keturunannya adalah Syekh Hasan
Bisyari Jetis Ponorogo, Syekh Sholih Darat Semarang, Syekh Sholih Langitan
14
Tuban, Syekh Sholih Zainuddin Mojosari-Nganjuk, dan lain sebagainya. Mereka
adalah gurunya para guru, yang menyebarkan ajarannya dan ilmu-ilmunya dengan
sanad yang nyambung, tidak ada keraguan di zamannya.
Sebagian keturunan yang terkenal adalah Sayyid Ahmad Mujahid, Sayyid
Abdul Qohar, Sayyid Mansur, Sayyid Ahmad Muhajir, Sayyid Abdul Qodir,
Sayyid Hasan Masyruh, Sayyid Tholhah Abdullah Sattar, Sayyid Thoha, Sayyid
Ahmad Marzuqi, dan lain-lainnya. Adapun guru dari Syekh Ali Asghor sendiri
ialah Syekh Sugandar, Syekh Syubakir, Syekh Ghozali, dan lain sebagainya.3
Ket: Rumah Syekh Ali Asghor (tempat ia dilahirkan) yang masih dihuni oleh
keturunannya. Sumber: Dokumentasi pribadi (Diambil pada 8 Juni 2023).
Ket: Pintu depan rumah Syekh Ali Asghor yang masih asli. Sumber: Dokumentasi
pribadi (Diambil pada 29 Mei 2023).
BAB III
3
Terkait guru Syekh Ali Asghor nasab masih satu, dan semua guru-gurunya itu nyambung ke
Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam (Insya Allah).
15
KONSEP PEMIKIRAN NASIONALISME SYEKH ALI ASGHOR DAN
PERANNYA DALAM MELAHIRKAN TOKOH PEJUANG
KEMERDEKAAN INDONESIA
16
Ndresmo untuk bermusyawarah dan mengatur stretegi melawan penjajahan
Belanda.
17
pendidikan Islam untuk menyebarkan pemikirannya dan
mempersiapkan generasi muda yang berkomitmen terhadap perjuangan
kemerdekaan.
Melalui konsep-konsep tersebut, Syekh Ali Asghor berperan dalam
mengembangkan kesadaran nasional di kalangan umat Islam dan
masyarakat Indonesia pada umumnya. Pemikirannya memengaruhi banyak
tokoh dan gerakan nasional, serta membantu membentuk landasan
ideologis bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.
18
Peran Syekh Ali Asghor yang lain dalam memerangi kolonial Belanda
itu menentang secara argumentasi tidak sampai perang membawa senjata.
Syekh Ali Asghor membuat perjanjian dengan Belanda untuk tidak menarik
pajak, maka dikasihlah oleh Belanda sebuah tanah namanya Tanah Merdeka
dan oleh Belanda juga dikasih syarat yakni, Syekh Ali Asghor tidak boleh
melawan secara perang pada kolonial Belanda. Jadi, melawannya Syekh Ali
Asghor kepada penjajah ini secara argumentasi bukan perang.
Adapun keturunan Syekh Ali Asghor yakni cucu ketiganya, ikut
perang melawan Kolonial Belanda dan sekutu di Pertempuran Surabaya yang
di pimpin oleh Bung Tomo, tepatnya di Perak. Pertempuran Surabaya 10
November yang mendapatkan gelar Kota Pahlawan yang disematkan kepada
Kota Surabaya. Selain Bung Tomo dan perjuangan arek-arek Suroboyo,
banyak kiai dan ulama yang ikut berperang melawan penjajah. Salah satunya
adalah para kiai di Ndresmo Surabaya yang merupakan keturunan Syekh Ali
Asghor, Ndresmo dijadikan tempat berkumpulnya para kiai dan santrinya
untuk menyiapkan strategi melawan penjajah.
Penilaian masyarakat terhadap Syekh Ali Asghor adalah beliau orang
yang punya karamah. Karamah atau Karomah berasal dari bahasa Arab “
”كرامة, yang artinya kemuliaan atau kehormatan yang secara Istilah hal atau
kejadian yang luar biasa di luar akal dan kemampuan manusia biasa yang
terjadi pada diri seseorang yang berpangkat Wali.
Berkat perjuangan Syekh Ali Asghor inilah Pemerintah Surabaya
menjadikan Ndresmo sebagai tempat cagar budaya terutama di komplek
makam Syekh Ali Asghor, ia adalah anak dari Sayyid Ali Akbar pejuang
kemerdekaan dari Surabaya dan pencetus Kampung Santri Ndresmo. Syekh
Ali Asghor juga mengikuti jejak ayahnya, beliau ikut berperang melawan
penjajah dan menjaga Ndresmo dari kejamnya colonial. Cucu dari Sayyid
Sulaiman Mojoagung ini sangat enerjik dan semangat membela Rakyat
Surabaya, hingga rumah beliau dijadikan tempat berunding mengumpulkan
cara guna melawan penjajah.
Sudah menjadi pembicaraan umum bahwa ketika terjadi pertempuran
10 November melawan sekutu, Kampung Ndresmo dijadikan markas bagi
santri se-Jawa Timur. Para santri itu bermarkas di Ndresmo untuk mengatur
19
strategi. Syekh Ali Asghor dan keluarganya memiliki peran penting dalam
perjuangan melawan kolonial di Kota Surabaya, wajar bila Walikota Surabaya
Tri Risma ingin merevitalisasi makam beliau dan dijadikan cagar budayanya
Kota Surabaya.
“Karena itu, sebelum saya purna (wali kota) saya ingin bisa merehab
makam ini. Dan alhamdulillah bisa terlaksana dan ini (Ndresmo) merupakan
pondok tertua di Surabaya,” kata Risma dikutip dari Kantor Berita
RMOLJatim saat menziarahi Makam Asayyid Ali Asghor, Rabu (19/8).
Tri Rismaharini juga bercerita, ketika meletus pertempuran 10
November, Kampung Santri Ndresmo ini dijadikan markas santri-santri se-
Jawa Timur. Para santri itu bermarkas di Ndresmo untuk mengatur strategi
melawan penjajah. Sejak zaman pra kemerdekaan, Kampung Ndresmo ini
sudah dihuni oleh kiai dan para santri untuk menimbah ilmu agama. Bahkan,
saat masa perebutan kemerdekaan santri-santri di sini juga ikut berjuang
merebut kemerdekaan.
Syekh Ali Asghor meninggal dunia saat Kolonial Belanda masih
berkuasa dan jauh sebelum kemerdekaan, sedangkan khalnya Syekh Ali
Asghor sekitar 393 tahun. Untuk diketahui, bahwa Pemkot Surabaya telah
melakukan revitalisasi pada beberapa bangunan di kawasan cagar budaya
makam Asayyid Ali Asghor dan lingkungan makam Islam ahli waris
Ndresmo. Mulai dari pemasangan lampu klasik dan vitrase (tirai tipis) untuk
makam Asayyid Ali Asghor, serta pagar keliling makam ahli waris kawasan
Ndresmo. Selain itu, pemkot juga melakukan renovasi mushalla putra dan
putri di area makam, pavingisasi jalan mulai pintu masuk serta area makam
Ndresmo. Bahkan, pemkot juga melakukan revitalisasi gapura dan pagar di
area depan makam serta pemasangan PJU (Penerangan Jalan Umum) di
sepanjang jalan menuju Makam Sayyid Ali Asghor dan di dalam area makam
ahli waris.
20
Ket: Tulisan pemberitahuan di depan kompleks Makam Syekh Ali Asghor.
Sumber: Dokumentasi pribadi (Diambil pada 29 Mei 2023).
BAB IV
TOKOH NASIONAL ALUMNI SIDOSERMO (NDRESMO)
DAN PERAN TERHADAP PERJUANGAN KEMERDEKAAN
INDONESIA
21
1906, ketika Mas Mansoer berusia 10 tahun, dia dikirim oleh ayahnya ke
Pondok Pesantren Demangan, Bangkalan, Madura. Di sana dia mengkaji Al-
Qur'an dan mendalami kitab Alfiyah ibnu Malik kepada Kiai Khalil. Belum
lama dia belajar di sana kurang lebih dua tahun, Kiai Khalil meninggal dunia,
sehingga Mas Mansoer meninggalkan pesantren kala itu.
Ia pernah menjabat sebagai ketua umum Muhammadiyah ke-4 dengan
masa jabatan 1937-1942 Masehi. Mas Mansoer dikukuhkan sebagai Ketua
Pengurus Besar Muhammadiyah dalam Kongres Muhammadiyah ke-26 di
Jogjakarta pada bulan Oktober 1937. Banyak hal pantas dicatat sebelum Mas
Mansoer terpilih sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah. Suasana
yang berkembang saat itu ialah ketidakpuasan angkatan muda Muhammadiyah
terhadap kebijakan Pengurus Besar Muhammadiyah yang terlalu
mengutamakan pendidikan, yaitu hanya mengurusi persoalan sekolah-sekolah
Muhammadiyah, tetapi melupakan bidang tabligh (penyiaran agama Islam).
Angkatan Muda Muhammadiyah saat itu berpendapat bahwa Pengurus
Besar Muhammadiyah hanya dikuasai oleh tiga tokoh tua, yaitu KH. Hisjam
(Ketua Pengurus Besar), KH. Moechtar (Wakil Ketua), dan KH. Sjuja' sebagai
Ketua Majelis PKO (Pertolongan Kesejahteraan Umum). Peranan Mas
Mansoer dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah berusaha
membangkitkan rasa kebangsaan, perubahan sosial-keagamaan, persatuan
nasional dan persatuan di kalangan umat Islam, serta peranannya di bidang
jurnalistik.
a) Kebangkitan Nasional
Peranan Mas Mansoer dalam kebangkitan kesadaran kebangsaan
tampak sejak ia aktif dalam SI, dan kemudian membentuk Taswirul Afkar
dan Madrasah Nahdhatul Wathan. Di dalam kedua lembaga tersebut, ia
berperan banyak dalam menebarkan benih-benih nasionalisme di kalangan
kaum muda Islam serta anak didiknya yang kelak akan meneruskan
perjuangan mencapai cita-cita kemerdekaan. Dapat dikatakan bahwa salah
satu hasil diskusi Taswirul Afkar yang mempunyai pertalian dengan
persoalan bangsa kala itu ialah gagasan berdirinya Madrasah Nahdhatul
22
Wathan. Dari namanya berarti “Kebangkitan Tanah Air”, hal itu terbersit
betapa kuatnya semangat cinta tanah air dan kebangsaan kaum santri.
c) Bidang Sosial
Mas Mansoer mewujudkan cita-cita sosialnya setelah aktif dalam
cabang Muhammadiyah. Dalam kapasitas sebagai ketua Muhammadiyah
cabang Surabaya, ia membentuk beberapa anak organisasi, seperti
organisasi pemuda Hisbul Wathan pada tahun 1921 yang berkegiatan di
bidang perpustakaan, koperasi, olahraga, musik dan drumband, organisasi
kewanitaan Aisyah, dan organisasi keputrian Aisyah.
d) Bidang Keagamaan
Di bidang ini Mas Mansoer meniupkan faham pembaharuan dalam
pemahaman serta pengamalan agama Islam. Mengikuti metode Kiai
Ahmad Dahlan, langkah pertama yang diambil adalah mengajak umat
kembali berpegang kepada Al-Qur’an dan Sunnah, dengan penekanan
kepada pemurnian tauhid dan syariat Islam. Untuk memahami kerusakan
akidah umat Islam, ia pun tak segan-segan mengadakan observasi
23
langsung ke bebarapa tempat, seperti makam-makam keramat, patung-
patung atau rumah hantu.
e) Persatuan
1. Persatuan Umat Islam
Peranan Mas Mansoer dalam mempersatukan derap langkah
perjuangan umat Islam Indonesia setidaknya tampak dengan terbentuknya
MIAI (Majelis Islam Ala’ Indonesia). MIAI bisa dikatakan hebat sebagai
kekuatan politik selama beberapa tahun terakhir masa penjajahan Belanda.
Namun itu terbentuk karena adanya perasaan bersama terhadap
meningkatnya ancaman dari luar, bukan karena saling mencintai atau
karena mereka secara jujur memiliki perasaan dan opini yang sama
mengenai hal-hal lain selain dari ancaman eksternal itu.
2. Persatuan Nasional
Peranan Mas Mansoer yang paling menonjol dalam mewujudkan
persatuan nasional untuk mencapai cita-cita kemerdekaan adalah dengan
ikut berperan dalam pendirian GAPI (Gabungan Politik Indonesia) pada
tahun 1939 di Jakarta bersama tokoh-tokoh pergerakan kebangsaan
lainnya. Aksi GAPI yang terkenal seperti telah disebutkan adalah
menuntut Indonesia berparlemen. Setelah GAPI terbentuk, berdirilah MRI
bahkan Mas Mansoer secara aklamasi terpilih menjadi ketuanya.
Mas Mansoer juga ikut berpartisipasi dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia. Ia termasuk salah seorang anggota BPUPKI.
Meskipun belum sempat mengikuti perjuangan badan yang berbentuk
tersebut, ia kemudian jatuh sakit. Setidaknya ia turut pula memikirkan pola
dasar dari Negara Indonesia.
f) Bidang Jurnalistik
Mas Mansoer juga memiliki ketertarikan pada bidang tulis
menulis, yang dimanfaatkan sebagai alat untuk menyebar luaskan berbagai
gagasan dan pemikiran kepada masyarakat di dalam upaya mewujudkan
cita-citanya. Media komunikasi pertama yang di terbitkannya adalah Le
24
Jinem, pada tahun 1920 di Surabaya. Kemudian ia menerbitkan Suara
Santri (1921), serta Journal Etude dan Proprietair.
25
- Syekh Abdul Ghani Bima, Semarang. Kepadanya KH. Sholeh Darat
belajar kitab Masail al-Sittin karya Abu Abbas Ahmad al-Mishri.
- Mbah Ahmad (Muhammad) Alim Bulus Gebang Purworejo.
Kepadanya KH. Sholeh Darat mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan tasawuf dan tafsir al-Qur’an. Oleh Mbah Ahmad (Muhammad)
Alim ini, Kiai Shaleh Darat diperbantukan kepada Zain al-Alim (putra
Mbah Ahmad Alim) untuk mengasuh sebuah pesantren di Dukuh
Salatiyang, Desa Maron, Kecamatan Loano, Purworejo.
- Berkat kedalaman ilmu yang dimiliki oleh KH. Sholeh Darat, ia telah
berhasil mencetak murid-muridnya menjadi tokoh, ulama, dan
pahlawan nasional. Murid-murid beliau yang terkenal di antaranya:
KH. Hasyim Asy’ari (pendiri NU), KH. Ahmad Dahlan (pendiri
Muhamadiyah), RA Kartini Jepara, dan masih banyak lagi.4
4
https://www.laduni.id/post/read/57529/biografi-kh-sholeh-darat#Pendidikan.
26
pendekatan tasawuf. Menurut beliau hal ini harus ditanamkan karena sebelum
masyarakat menghendaki kemerdekaan secara fisik dari penjajah, terlebih dulu
yang dilakukan adalah memerdekaan rohaninya.
Kemudian langkah perlawanan secara kultural dalam bidang
pendidikan santri tersebut dapat dijumpai dari berbagai karya beliau yang
dijelaskan mulai bab 2 sampai bab 3 dalam buku tersebut yang mengajari
nasionalisme dalam bungkus agama misalnya seperti: haram hukumnya
menyerupai penjajah, strategi arab pegon untuk mengarang kitab dan
mengajarakan agama Islam supaya mudah dipahami dan tak lupa pula untuk
menyelipkan nilai-nilai nasionalisme yang tidak bertentangan dengan prinsip
Islam, hal ini dilakukan agar Belanda dapat dikelabuhi karena pada waktu itu
tidak boleh menerjemahkan teks-teks Arab ke dalam bahasa Jawa.
Strategi Kiai Sholeh Darat ini sangatlah rasional mengingat di era
tersebut masyarakat Jawa masih sangat terbelakang secara ilmu pengetahuan,
maka ketika pilihanya angkat senjata sama saja dengan bunuh diri. Di era ini
merupakan era penyadaran nasionalisme atau era ideologisasi, kemudian
praktiknynya adalah ketika murid beliau seperti mbah Hasyim Asy’ari
mengeluarkan fatwa resolusi jihad.5
5
https://nujateng.com/2020/02/nasionalisme-dan-perlawanan-kultural-ala-kiai-sholeh-darat/
27
dua kiai tersebut kemudian melanjutkan ke Pesantren Siwalan Panji, Sidoarjo,
kemudian ke Makkah termasuk juga Kiai Ridlwan Abdullah.6
6
https://www.laduni.id/post/read/58197/biografi-kh-mas-alwi-abdul-aziz
28
Dalam tradisi masyarakat Jawa ulama atau Kiai mempunyai posisi
yang sangat tinggi dalam strata sosial masyarakat. Karena dalam masa
pemerintahan kolonial para pemimpin kekuasaan seperti sultan dan raja lebih
menaruh perhatiannya dalam politik, dan urusan agama diserahkan kepada
para Kiai. Sedangkan, urusan agama ini bukan hanya soal hukum saja tapi
juga termasuk yang mengatur masalah-masalah sosial, sehingga kebanyakan
Kiai memiliki pengaruh yang sangat luas dipemerintahan dan masyarakat.
Begitu juga KH. Hasan Besari sangat besar pengaruhnya pada
masyarakat khususnya Tegalsari umumnya masyarakat Ponorogo dan
Kasunanan Surakarta. Sampai saat ini pun namanya juga masih sangat dikenal
akrab khususnya di masyarakat Ponorogo. Makamnya sampai kini masih
sering dikunjungi peziarah baik dari daerah Ponorogo sendiri maupun dari luar
Ponorogo.
Sejak usia muda, Hasan Besari adalah trah langsung Kiai maksudnya,
Hasan Besari adalah putra Kiai Ilyas dan Kiai Ilyas adalah Putra dari Kiai
Ageng Muhammad Besari, berarti Hasan Besari merupakan cucu dari pendiri
pondok pesantren Gebang Tinatar yaitu Kiai Ageng Muhammad Besari.
Tegalsari merupakan daerah yang sangat subur dan makmur, aman, sentosa,
sehingga menjadi kiblat oleh desa-desa sekitarnya, rakyatnya rukun dan
ta‟dzim kepada Hasan Besari.
Sebagai pemuka agama secara tradisional berasal dari keluarga yang
berpengaruh, Ulama dan Kiai merupakan faktor pemersatu dalam tatanan
sosial pedesaan. Hirokosi Hiroko mengatakan; “Bahkan dewasa inipun, para
penduduk desa mengatakan bahwa desa-desa tanpa ulama mungkin runtuh
sendiri. Karena kesulitan untuk mempersatukan komunitas-komunitas yang
berbeda. Beberapa ulama menerima tawaran keluarga-keluarga kaya untuk
pindah ke desa-desa mereka gunamengembangkan dan mempraktikkan ilmu
agamanya disana”. Nampaknya alasan inilah yang menyebabkan Sunan
Pakubuwono IV dari Surakarta saat itu menetapkan Hasan Besari menjadi
lurah yang mengaturtampu kepemimpinan di Desa Tegalsari.
a) Pemikiran
29
Dari serat Ronggowarsito karangan tim ronggowarsito tahun 1935
diceritakan bahwa: “sareng sampun dumugi ing Ponorogo, Mas Ngabehi
Ronggowarsito lajeng sowan kanjeng Kyahi Imam Besari, ngaturaken
seratipun ingkang Romo Raden Tumenggung Sastronagoro, sasampunipun
serat dipun tampi, lajeng sami dipun paringi pasugoto sawontenipun”
Demikian yang artinya; setelah sampai di Ponorogo, Mas Ngabehi
Ronggowarsito menghadap dan memberikan surat dari ayahandanya Raden
Tumenggung Sastronegoro, setelah surat diterima, lalu diberikan sambutan
seadanya. Berdasarkan kalimat diatas penulis mengambil sebuah pendapat
bahwa titik Berdasarkan kalimat diatas penulis mengambil sebuah pendapat
bahwa titik pertama yang ditekankan Hasan Besari yaitu tentang bagaimana
menjamu tamu. Ketika seorang tamu berkunjung ke Pondok Pesantren Gebang
Tinatar, tamu tersebut disambut dengan jamuan seadanya.
Hal tersebut masih terjaga sampai saat ini, umumnya di tengah
masyarakat Ponorogo khususnya yang tinggal di Desa Tegalsari Ponorogo.
Pemikiran tentang menjamu tamu ini, sesuai dengan hadist Rasulullah SAW
yang artinya: “Dan Barang Siapa beriman kepada Allah dan memuliakan
Tamunya.” (H.R. Bukhori dan Muslim)
Tidak dapat dipungkiri bahwa Hasan Besari selain juga sebagai
seorang yang ahli dalam mengajarkan al-Qur’an juga seorang ahli dalam
Hadist di masanya. Sehingga tingkah laku yang diajarkan oleh Hasan Besari
terhadap santri-santrinya selalu disandarkan dengan al-Qur’an dan As-sunah.
Pemikiran selanjutnya yaitu setiap santri baru maka dikenalkanlah
kepada semua santri-santrinya yang lama. Berikut adalah cuplikan dari Serat
Ronggowarsito yang menceritakan tentang serat tersebut.
“adat ingkang sampun kalampahan saben kanjeng kyahi Imam
Busyari anampeni murid enggal sedoyo muridipun lami sami dipun
kelempaaken, perlu ditepangaken dhateng murid enggal ingkang nembe
dateng wau sarto dipun semerepaken akrapaning babasan, dados tanduking
babasanipun poro murid dhateng kancanipun, naming kantun anglampahi
dhateng dawuhipun kanjeng kyahi Imam Busyari kemawon sarto lajeng sami
keparingan nedha sasarengan wonten ngarsanipun kanjeng kyahi, sabibaring
30
nedha lajeng sami kedawuhan maos kitab utawi qur‟an miturut punopo
kesagedanipun piyambak-piyambak.”
Dari data di atas dapat diketahui bahwa, Kiai Hasan Besari
menanamkan suatu kebersamaan yang luar biasa dengan cara mengenalkan
Santri baru kepada santri lama, dengan dilanjutkan makan bersama yang
disaksikan langsung oleh Kiai Hasan Besari. Selain sebagai pengenalan,
makan bersama ini juga akan membuat santri mudah akrab satu dengan yang
lain baik yang lama, maupun santri baru.
Bahkan tradisi ini masih sering digunakan di pondok-pondok pesantren
di masa dewasa ini, maupun di Tegalsari sendiri. Acara makan bersama ini
biasanya dilakukan saat bulan Robi’ul Awwal yaitu dalam rangka
memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW. Ketika ada acara-acara untuk
memperingati hari besar Islam yang lain. Namun sedikit berbeda, jika dahulu
dilakukan oleh para santri, namun saat ini dilakukan oleh para penduduk,
karena pondok yang dulu pernah berjaya di tahun 1800 an itu kini tinggal
namanya saja. Yang tertinggal hanya bangunan Masjid yang masih kokoh
berdiri batu bancik, dalem agung, dan beberapa situs lain. Serta sekarang ada
yayasan MTs dan MA Ronggowarsito yang didirikan sekitar awal tahun 1990
an.
31
Cokronegoro yang menjadi Bupati Ponorogo, dan nanti menurunkan R.
H.O.S. Cokroaminoto.
32
dijumpai hingga kini. Sedangkan pernikahannya yang ketiga dengan Aminah,
putri Bupati Bulus, Purworejo, keturunan Arab.
Dari pernikahannya ini, mereka dikaruniai anak. Salah satu
keturunannya adalah Siti Zahrah. Siti Zahrah dijodohkan dengan KH. Dahlan
santri KH. Sholeh Darat dari Tremas, Pacitan. Dari pernikahannya ini
melahirkan dua orang anak, masing masing Rahmad dan Aisyah. KH. Dahlan
meninggal di Makkah, kemudian Siti Zahrah dijodohkan dengan KH. Amir,
juga santri sendiri asal Pekalongan. Pernikahannya yang kedua Siti Zahrah
tidak melahirkan keturunan.
a) Pemikiran
KH. Sholeh Darat dikenal sebagai pemikir di bidang ilmu kalam. Ia
adalah pendukung paham teologi Asy’ariyah dan Maturidiyah. Pembelaannya
terhadap paham ini jelas kelihatan dalam bukunya, Tarjamah Sabil al-’Abid
‘ala Jauhar at-Tauhid. Dalam buku ini, ia mengemukakan penafsirannya
terhadap sabda Rasulullah SAW mengenai terpecahnya umat Islam menjadi
73 golongan sepeninggal beliau, dan hanya satu golongan yang selamat.
Menurut KH. Sholeh Darat, yang dimaksud Nabi Muhammad SAW
dengan golongan yang selamat adalah mereka yang berkelakuan seperti yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW, yaitu melaksanakan pokok-pokok
kepercayaan Ahlussunah Waljamaah, Asy’ariyah, dan Maturidiyah.
KH. Sholeh Darat juga selalu menekankan kepada para muridnya
untuk giat menuntut ilmu. Beliau berkata “Inti sari al-Qur’an adalah dorongan
kepada umat manusia agar mempergunakan akalnya untuk memenuhi tuntutan
hidupnya di dunia dan akhirat”. (Kalimat tanda petik di tulis miring)
Dalam Kitab tarjamah Sabil al-‘Abid ‘Ala Jauharah al-Tauhid, KH.
Sholeh Darat menasehati bahwa, orang yang tidak mempunyai ilmu
pengetahuan sama sekali dalam keimanannya, akan jatuh pada paham dan
pemahaman yang sesat. Misalnya, paham kebatinan menegaskan bahwa amal
yang diterima oleh Allah Ta ’Ala adalah amaliyah hati yang dipararelkan
dengan paham manunggaling kawulo Gusti-nya Syekh Siti Jenar dan berakhir
tragis pada perilaku taklid buta. Iman orang taklid tidak sah menurut ulama
muhaqqiqin, demikian tegasnya.
33
Lebih jauh diperingatkan juga, agar masyarakat awam tak terpesona
oleh kelakuan orang yang mengaku memiliki ilmu hakekat tapi meninggalkan
amalan-amalan syariat lainnya, seperti sholat dan amalan fardhu lainnya.
Kemaksiatan berbungkus kebaikan tetap saja namanya kebatilan, demikian inti
petuah religius beliau.
Sebagai ulama yang berpikiran maju, ia senantiasa menekankan
perlunya ikhtiar dan kerja keras, setelah itu baru bertawakal, menyerahkan
semuanya pada Allah. Ia sangat sedih jika ada orang yang tidak mau bekerja
keras karena memandang segala nasibnya telah ditakdirkan oleh Allah SWT.
Ia juga tidak setuju dengan teori kebebasan manusia yang menempatkan
manusia sebagai pencipta hakiki atas segala perbuatan. Tradisi berpikir kritis
dan mengajarkan ilmu agama ini terus dikembangkan hingga akhir hayatnya.
b) Wafat
KH. Saleh Darat wafat di Semarang pada hari Jum’at Wage 28
Ramadan 1321 H atau pada 18 Desember 1903 dalam usia 83 tahun. Beliau
dimakamkan di pemakaman umum Bergota Semarang. Setelah beliau
meninggal dunia, setiap tanggal 10 Syawal, masyarakat dari berbagai penjuru
kota berziarah untuk menghadiri haul beliau.7
7
https://www.laduni.id/post/read/70627/biografi-kh-hasan-besari.html.
https://www.laduni.id/post/read/57529/biografi-kh-sholeh-darat.
34
BAB V
SIMPULAN
Pemikiran Syekh Ali Asghor sebagai tokoh agama adalah Ahlussunah wal
Jamaah yang diartikan sebagai golongan pengikut ajaran sunnah Nabi
Muhammad dan para sahabatnya. Adapun pemikiran nasionalisme Syekh Ali
Asghor adalah menggabungkan nilai-nilai agama Islam dengan semangat cinta
tanah air. Ia mengajarkan bahwa sebagai seorang muslim harus memiliki
tanggung jawab untuk berkontribusi pada kemajuan bangsa dan memperjuangkan
keadilan sosial. Melalui ajaran dan pemikirannya, Syekh Ali Asghor mampu
memotivasi dan menginspirasi mereka untuk berjuang demi kemerdekaan
Indonesia. Melalui institusi pendidikan atau majelis-majelis ilmiah yang
dibentuknya pula, Syekh Ali Asghor menyediakan platform bagi generasi muda
untuk memperoleh pengetahuan, mempelajari nilai-nilai Islam, dan menyadari
pentingnya kemerdekaan.
Sebagai seorang ulama dan pemimpin agama, Syekh Ali Asghor juga
memiliki pengaruh keagamaan yang kuat terhadap tokoh-tokoh pejuang
Indonesia. Tokoh Pejuang nasionalisme Indonesia yang merupakan murid Syekh
Ali Asghar antara lain ialah: KH. Mas Mansoer, KH. Sholeh Darat, dan KH. Mas
Alwi Abdul Aziz. Melalui pidato, tulisan, atau pengajaran, Syekh Ali Asghor
35
mampu menguatkan identitas nasional dan mengilhami semangat patriotisme
dalam gerakan kemerdekaan.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU/ KITAB:
Kitab Al-Barokatu wa An-Namaa’. Tentang kisah singkat Sayyid Ali Asghor dan
kampung Darul Asma’.
Kitab Syamsu Azh Dzahirah fi Nasabi Ahli al-Bait. Tentang silsilah nasab
keturunan Rasulullah, 521-531.
Kitab Masrurrawi fi Manaqib Bani Alawi. Tentang kehidupan dan kisah-kisah
inspiratif dari para tokoh Bani Alawi serta keutamaan dan keberkahan
yang terkait dengan keturunan Rasulullah.
INTERNET:
Puja. Ndresmo: Kampung Santri Tertua dan Fenomena di Surabaya. 2020,
dikutip dalam: https://sastra-indonesia.com/2020/10/nderesmo-kampung-
santri-tertua-dan-fenomenal-di-surabaya/amp/. Diakses pada 3 Juni 2023,
pukul 13:00 WIB.
Mokhamad Dofir. Assayid Ali Asghor Basyaiban dan Syiar Agama Islam di
Indonesia.2019.dalam:https://www.google.com/amp/s/faktualnews.co/201
9/05/10/assayid-ali-ashghor-basyaiban-dan-syiar-agama-islam-di-
surabaya/139789/amp/?bshm=nce/2. Diakses pada 3 Juni 2023, pukul
13:25 WIB.
Taufiq Hakim. Nasionalisme dan Perlawanan Kultural ala Kiai Sholeh Darat.
2020, dalam https://nujateng.com/2020/02/nasionalisme-dan-perlawanan-
kultural-ala-kiai-sholeh-darat/. Diakses pada 4 Juni 2023, pukul 17:00
WIB.
Budi. Biografi KH. Sholeh Darat. Dikutip dari artikel web: laduni.id, 2021, dalam
https://www.laduni.id/post/read/57529/biografi-kh-sholeh-darat. Diakses
pada 4 Juni 2023, pukul 18:00 WIB.
36
Budi. Biografi KH. Mas Alwi Abdul Aziz. Dikutip dari artikel web: laduni.id,
2021, dalam https://www.laduni.id/post/read/58197/biografi-kh-mas-alwi-
abdul-aziz. Diakses pada 4 Juni, pukul 18:15 WIB.
Arif Tjahjono. Mengenal Kampung Ndresmo, Siapa Asayyid Ali Asghor?. 2020,
dalam:https://www.rmoljatim.id/2020/08/20/mengenal-kampung-ndresmo-
siapa-asayyid-ali-asghor. Diakses pada 5 Juni 2023, pukul 18:20 WIB.
Eliyas Yahya. Perjuangan Sayyid Ali Asghor Ndresmo Melawan Penjajah. 2021,
dalam:https://www.kompasiana.com/amp/eliyasyahya0361/60fd3e3c1525
105a0411a152/perjuangan-sayyid-ali-asghor-ndersmo-melawan-penjajah.
Di akses pada 5 Juni 2021, pukul 18:28 WIB.
SKRIPSI:
Linda Ainur Rohmah. Perjuangan Kiai Mas Cholil untuk Memperoleh Status
Tanah Perdikan dari Pemerintah Kolonial Belanda di Sidoresmo
Surabaya (1934-1948). Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas
Adab dan Humaniora. Surabaya, 2018.
WAWANCARA:
Mas Muh. Subhan, Wawancara, Surabaya, Surabaya 27 Mei 2023.
KH. Mas Said bin Ali, Wawancara, Surabaya 29 Mei 2023.
Hj. Mas Arofah El-Farozy, S.Hum, Wawancara, Surabaya 8 Juni 2023.
37
LAMPIRAN-LAMPIRAN
38
Lampiran 2 (berupa foto bersama dan macam-macam bangunan)
39
Ket: Makam Syekh Ali Asghor dan Ket: Tulisan di makam Syekh Ali
para ahli waris. Asghor.
Sumber: Dokumentasi pribadi Sumber: Dokumentasi pribadi
(Diambil pada 29 Mei 2023) (Diambil pada 29 Mei 2023)
40
Ayahnya, Syekh Ali Asghor.
Sumber: Dokumentasi pribadi
(Diambil pada 8 Juni 2023)
41
BUKTI SURAT BALASAN PENELITIAN
42