Anda di halaman 1dari 20

Budi Utomo : Sejarah dan Perkembangannya

Tugas ini dikerjakan untuk memenuhi salah satu syarat nilai mata kuliah :
Sejarah indonesia masa kolonial (abad ke-19 sampai 1945)

Dosen pengampu :

Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag.

Oleh :

 Harun Arrasyid :11140220000068

PROGRAM STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014-2015

Page | 1
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi kemudahan dan
pertolongan dalam proses penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah limpahkan kepada Nabi akhir zaman yaitu Nabi Muhammad SAW. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Saya sebagai penyusun juga berterima kasih kepada dosen mata kuliah “Sejarah
indonesia masa kolonial (abad ke-19 sampai 1945)” yaitu Bpk Dr. H. Abd. Wahid Hasyim,
M.Ag. dalam membimbing penyusunan makalah ini.

Jakarta, 23 November 2016

Penulis

Page | 2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………...............2

Daftar Isi....................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................5

C. Tujuan Penulisan............................................................................................................5

D. Sistematika Penulisan.....................................................................................................5

BAB II

A. Sejarah dan Latar belakang sejarah lahirnya organisasi Budi Utomo..........................6

1. Latar belakang lahirnya Budi Utomo.......................................................................6

2. Sejarah Budi Utomo.................................................................................................7

B. Pendiri dan tokoh-tokoh di Budi Utomo.......................................................................7

1. Soetomo....................................................................................................................8

2. Wahidin Soedirohoesodo.........................................................................................9

3. Soeradji....................................................................................................................9

C. Tujuan berdirinya Budi Utomo....................................................................................10

D. Perkembangan Organisasi Budi Utomo terhadap Pemerintah Kolonial......................11

BAB III

A. Penutup.........................................................................................................................13

B. Kesimpulan...................................................................................................................13

C. Daftar Pustaka..............................................................................................................14

Page | 3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kebangkitan nasional adalah masa dimana bangkitnya rasa dan semangat persatuan,
kesatuan dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan republik
Indonesia. bangkitnya nasionalisme di Indonesia dan tumbuhnya pergerakan nasional
Indonesia itu, tidak hanya dipengaruhi adanya pengaruh dari luar Indonesia saja. Namun
reaksi pada masa sebelum tahun 1905 yang pernah dicetuskan dengan adanya perlawanan
senjata dan pemberontakan di berbagai daerah, seperti perlawanan Pattimura, Diponegoro,
pemberontakan petani 1888, Pemberontakan para ulama dan lain-lain.

Hal ini telah membuktikan nyata adanya semangat nasionalisme telah lambat laun telah
bergejolak pada bangsa Indonesia sebagai reaksi terhadap penderitaan lahir dan batin akibat
kolonialisme. Budi utomo yatu organisasi nasional pertama di indonesia, dikarenakan ada
nilai-nilai yang sudah dipandang sebagai bibit pergerakan nasional ini yaitu adanya
penyadaran tentang pendidikan dan budaya. Dr. Wahidin Sudirohusodo (1857-1917)
merupakan pembangkit semangat organisasi Budi Utomo. Sebagai lulusan sekolah dokter
Jawa di Weltvreden (sesudah tahun 1900 dinamakan STOVIA), ia merupakan salah satu
tokoh intelektual yang berusaha memperjuangkan nasib bangsanya.1

Organisasi itu bentuknya lebih berupa perkumpulan yang bersifat sosial, ekonomi, dan
kebudayaan. Adapun Harkitnas diresmikan sejak era Soeharto, melalui Keppres Nomor 1
Tahun 1985.2 Meski begitu, perayaannya sudah dilakukan sejak 20 Mei 1948, yang ditandai
dengan pidato Sukarno di Istana Kepresidenan Yogyakarta.

1
Vickers, Adrian. 2005. A History of Modern Indonesia, Cambridge, UK: Cambridge University Press, Hlm. 73
2
http://setkab.go.id/hari-hari-penting-di-indonesia/. Di akses pada tanggal 20 mei 2016

Page | 4
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana Sejarah dan latar belakang sejarah lahirnya organisasi Budi Utomo
2. Siapa pendiri dan tokoh-tokoh di Budi Utomo?
3. Apa tujuan berdirinya Budi Utomo?
4. Bagaimana Perkembangan Organisasi Budi Utomo terhadap Pemerintah Kolonial?

C. Tujuan

Adapun Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Mengetahui Sejarah dan Latar belakang sejarah lahirnya organisasi Budi Utomo
2. Mengetahui Siapa pendiri dan tokoh-tokoh di Budi utomo
3. Mengetahui Tujuan berdirinya Budi utomo.
4. Mengetahui Perkembangan Organisasi Budi Utomo terhadap Pemerintah Kolonial

D. Sistematika Penulisan

Penulis akan membagi dalam 3 bab dan masing-masing bab itu terdiri sebagai berikut:

Bab I. Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sistematika penulisan

Bab II. Sejarah dan latar belakang lahirnya organisasi Budi Utomo, Pendiri dan Tokoh-
Tokoh Budi Utomo, Tujuan berdirinya Budi Utomo, Perkembangan Organisasi Budi Utomo
terhadap Pemerintah Kolonial, Pengaruh pergerakan Budi Utomo terhadap masyarakat Jawa

Bab III. Penutup, kesimpulan, daftar pustaka

Page | 5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah dan latar belakang lahirnya organisasi Budi Utomo

1. Latar belakang lahirnya Budi Utomo

Menurut buku yang ditulis oleh Akira nagazumi dengan berjudul bangkitnya nasionalisme
Indonesia pada 1908-1918 Dilatarbelakangi kondisi ekonomi yang buruk di Jawa, dr.
Wahidin Sudiro Husodo pada tahun 1906-1907 berkeliling pulau jawa, untuk memberikan
penerangan tentang cita-citanya kepada para pegawai Belanda dan dalam berusaha mencari
dana untuk beasiswa bagi pelajar Indonesia yang kurang mampu tapi cakap, dr. Wahidin
berkeinginan untuk mendirikan badan pendidikan yang di sebut Studifonds atau di sebut
Dana Belajar yang di tujukan oleh pelajar-pelajar pribumi berprestasi yang tidak mampu
melanjutkan sekolah.. Usaha dr. Wahidin tidak mendapatkan tanggapan yang positif dari
pegawai pemerintahan Belanda.3

Dr. Wahidin merupakan lulusan sekolah dokter Jawa di Weltvreden (STOVIA), ia


merupakan salah satu tokoh intelektual yang berusaha memperjuangkan nasib bangsanya.
Pada tahun 1901 sebelum dia berkeliling jawa, Dr. Wahidin Sudirohusodo menjadi direktur
majalah Retnodhoemilah (Ratna yang berkilauan) yang diterbitkan dalam bahasa Jawa dan
Melayu.4 Menurut buku yang ditulis oleh Muhammad hatta yang berjudul Permulaan
pergerakan Nasional5, Gagasan wahidin ini yang membuat murid-murid STOVIA terispirasi
dan membuat suatu pergerakan yang nantinya di namakan Budi Utomo. Dalam majalah
Retnodhoemilah itu berisi tentang sebagian besar membicarakan masalah kondisi penduduk
jawa yang semakin memburuk dengan perhatian khusus pada kalangan priyayi, dan di
tujukan bagi pembaca elite pribumi. Dalam buku Sartono Kartodirdjo, Sejarah pergerakan
nasional dari kolonialisme sampai nasionalisme Wahdin memainkan peran penting dalam
menggalakan pendidikan dan penyadaran terhadap orang jawa. Sebagai direktur
Retnodhoemilah Wahidin berusaha berkomunikasi dengan kalangan luas penduduk pribumi,
dalam jabatannya itu ia mengumumkan majalah Retnodhoemilah tidak hanya menggunakan
bahasa jawa saja tetapi juga bahasa melayu sedang sehingga para pembaca jawa rata-rata
dapat mudah menangkap isinya dengan lebih mudah.

Dalam ketiga buku tersebut dapat disimpulakan bahwa kuatnya pengaruh pemikiran
dokter wahidin yang pada akhirnya membuahkan sebuah organisasi. Pada tahun 1907 Dr
wahidin mampir ke batavia untuk beristirahat sesudah dari perjalanan panjangnya itu dan
tidak berniat untuk singgah ke STOVIA. Ia kemudian di undang oleh Soetomo dan Soeradji
3
Akira Nagazumi, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia Budi Utomo 1908-1918. Pustaka utama Grafiti. 1989.
Hlm 65
4
Sartono Kartodirdjo, Sejarah pergerakan nasional dari kolonialisme sampai nasionalisme, jilid 2. Jakarta :
Gramedia, 1990. Hlm 36
5
Lihat Dr. Mohammad Hatta, Permulaan pergerakan Nasional. Idayu Press, Jakarta 1997. Hlm 7

Page | 6
untuk mengundang dokter itu ke STOVIA untuk mendengar gagasan-gagasannya akan tetapi
mereka tenyata tergugah oleh semangat Wahidin itu dan tidak lama setelah itu didirikanlah
Budi Utomo.

2. Sejarah Budi Utomo

Dirasuki oleh gagasan-gagasan Wahdin, Soetomo segera larut dalam kegiatan mendirikan
suatu perkumpulan di dalam STOVIA. Budi Utomo merupakan sebuah organisasi pelajar
yang didirikan oleh Dr.Sutomo dan para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding voor
Inlandsche Arsten) yaitu Sutomo, Suraji, Gunawan Mangunkusumo. Budi Utomo didirikan di
Jakarta pada minggu 20 Mei 1908.6 Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, kebudayaan serta
tidak bersifat politik. Budi Utomo menurut beberapa sarjana, perkataan Budi Utomo berasal
dari kata Sansekerta, yaitu bodhi atau budhi, berarti “keterbukaan jiwa”,”pikiran”,”
kesadaran”, “akal”, atau “pengadilan”. Tetapi juga bisa berarti “ daya untuk membentuk dan
menjunjung konsepsi dan ide-ide umum”. Sementara itu, perkataan Jawa utomo berasal dari
uttama, yang dalam bahasa Sansekerta berarti “ tingkat pertama” atau “ sangat baik” 7. Tepuk
tangan bergemuruh pada saat menyambut kelahirannya, para hadirin tidak saja para siswa
sekolah ini tetapi juga siswa-siswa dari sekolah pertanian dan kehewanan di bogor, pamong
praja pribumi di magelang dan Probolinggo.

Dalam catatan Soetomo pada tahun 1909 asal-usul budi utomo ternyata di usulkan oleh
seorang teman dekatnya yaitu Soeradji, dia mengatakan :

“Pengusul nama budi utomo itu adalah mas Soeradji bahkan dia telah sangat membantu
para mahasiwa stovia dengan mengusulkan budi utomo sebagai nama organisasi ini”8

Seruan kelompok STOVIA dengan cepat tersebar di seluruh jawa dan di kemudian hari
dijadikan sebagai hari kebangkitan nasional. Tak lama setelah didirikan, para siswa Stovia
mencurahkan tenaga untuk merebut hati rekan-rekan dari sekolah lanjutan lainnya untuk
bergabung dengan Boedi Oetomo. Dengan cepat cabang Boedi Oetomo berdiri di tiga dari
delapan sekolah yang hadir saat pembentukan: OSVIA di Magelang, sekolah pendidikan guru
bumiputra di Yogyakarta, dan sekolah menengah petang di Surabaya.9 Sehingga, jumlah
anggota Boedi Oetomo pada Juli 1908 mencapai 650 orang. Dari keseluruhan, anggota dari
Stovia relatif kecil karena jumlah siswanya sedikit.

Pada tanggal 3-8 Oktober 1908, Budi Utomo menyelenggarakan kongresnya yang
pertama di Kota Yogyakarta. Hingga diadakannya kongres yang pertama ini, Budi Utomo
telah memiliki tujuh cabang di beberapa kota, yakni Batavia, Bogor, Bandung, Magelang,
Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo. Setelah cita cita Budi Utomo mendapat dukungan
yang makin meluas di kalangan cendikiawan jawa, pelajar mulai menyingkir dari barisan

6
Dr.Suharono, Sejarah pergerakan Nasional. Pustaka Pelajar, 1994. Hlm 6
7
Ibid , Hlm 58
8
Dapat dilihat pada catatan Verslag Congres Boedi Oetama, 1909
9
R. Soetomo, Kenang-kenangan,Soerabaja, 1934, Hlm 79-81

Page | 7
depan karena mempunyai keinginan agar generasi tua dapat memegang peran bagi gerakan
itu. Ketika kongres budi utomo di buka di Yogayakarta pimpinan beralih kepada generasi
yang lebih tua. Jumlah anggotanya meningkat dari 650 menjadi 1.200 anggota, di mana 700
anggota di antaranya “pejabat dan orang-orang pribumi” (bukan siswa). Dengan
meningkatnnya persentase anggota yang bukan siswa, pengaruh para siswa pun berangsur-
angsur menjadi semakin lemah.10 Dalam pertemuan pada 8 Agustus 1908, para pemimpin
Boedi Oetomo memutuskan Yogyakarta sebagai tempat kongres pertama. Penetapan
ini,bukan karena Yogyakarta merupakan tempat kelahiran Wahidin tetapi karena Yogyakarta
dipandang sebagai “tempat denyut jantungnya Jawa”.

Dalam kongeres ke 2 di tetapkan pengurus ketua organisasi. Tirtokusumo terpilih sebagai


ketua, ia merupakan seorang bupati karanganyar yang mendapatkan penghormatan dari
kalangan luas pejabat pemerintah. Tirtokusumo giat dalam memajukan pendidikan barat
dengan prakrasa sendiri sebelum tahun 1908 ia mendirikan sekolah gadis di kabupatennya
dan mengangkat anak-anak perempuannya sebagai guru-guru kepala sekolah yang pertama.11
Pengurus besar memutuskan unutk membatasi jangkauan geraknya kepada penduduk jawa
dan madura dan tidak akan melibatkan diri dalam kegiatan politik. Bidang kegiatan yang
dipilihnya oleh karena itu ialah bidang pendidikan dan budaya karena budi utomo
menganggap perlu di luaskan pendidikan terutama pendidikan barat. Pengetahuan bahasa
belanda mendapat prioritas pertama karena tanpa itu seseorang tidak dapat mengharapkan
kedudukan yang layak dalam jenjang kepegawaian kolonial.

B. Pendiri dan Tokoh-Tokoh Budi Utomo

1. Soetomo

Dr. Soetomo (lahir di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur, 30 Juli 1888 – meninggal
di Surabaya, Jawa Timur, 30 Mei 1938 pada umur 49 tahun) adalah tokoh pendiri Budi
Utomo, organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia. Ayah Sutomo, Raden Suwaji,
adalah seorang priyayi pegawai pengreh yang maju dan modern. Sutomo dibesarkan di
keluarga yang berkecukupan, terhormat dan sangat memanjakannya. Limpahan kasih sayang,
tertuju pada Sutomo kecil, terutama dari sang kakek dan nenek. Kakek Sutomo bernama R
Ng Singawijaya atau KH Abdurakhman.12 Nama tersebut sangat disegani dan ternama di
wilayah Nganjuk. Hal inilah yang sangat berpengaruh pada perilaku dan sifat Sutomo. Manja,
nakal, sewenang-wenang kepada kawannya, pun berkelakuan bak raja kecil. Pada usia 8
tahun orang tuanya menitipkan Soebroto kepada pamannya yang bernama Arjodipuro. Di
tempat ini Soebroto didaftarkan di sekolah Belanda, yaitu Europeesche Lagere School (ELS).

10
Lebih lanjut dapat dilihat, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia Budi Utomo 1908-1918. Pustaka utama Grafiti.
1989. Hlm 65
11
Ibid Hlm81
12
M. Nasruddin Anshoriy Ch,Djunaid. Rekam jejak dokter pejuang & pelopor kebangkitan nasional. Lkis
Yogyakarta. Hlm 19

Page | 8
Namun ia tidak diterima. Pamannya tidak pernah berputus asa, hingga keesokan harinya
beliau mengajak Soebroto ke sekolah. Dengan menyampaikan keinginannya untuk
menyekolahkannya, Soebroto kemudian diterima namun dengan nama Soetomo. Sejak itulah
Soebroto berubah nama menjadi Soetomo. Di sekolah Soetomo termasuk anak pintar sampai
sampai ia disegani oleh teman-temannya baik dari Indonesia maupun dari Belanda. Bahkan
gurunya yang juga bangsawan Belanda menyayanginya. Soetomo masuk ke sekolah STOVIA
pada tanggal 10 januari 1903 walaupun sebenarnya ia tidak berniat masuk sekolah
kedokteran. Sutomo setelah lulus dari STOVIA tahun 1911, bertugas sebagai dokter, mula-
mula di Semarang, lalu pindah ke Tuban, pindah lagi ke Lubuk Pakam (Sumatera Timur) dan
akhirnya ke Malang. Saat bertugas di Malang, ia membasmi wabah pes yang melanda daerah
Magetan.

Pada 1919, dr. Sutomo memperoleh kesempatan belajar di Universitas Amsterdam,


Belanda. Ia beserta istri pindah kesana. Selain belajar, kesibukan dr. Sutomo di Belanda
bertambah karena ia juga aktif dalam Perhimpunan Indonesia (PI) yaitu perkumpulan
mahasiswa Indonesia di Belanda. Pertemuan dengan tokoh-tokoh PI lainnya seperti
Mohammad Hatta, Ahmad Subardjo, Ali Sastroamijoyo, Sunario, Iwa Kusuma Sumantri, dan
Nazir Pamuncak di sana. Setelah kepulangannya dari Belanda pada tahun 1923 ia bertugas
menjadi guru sekolah dokter NIAS di Surabaya.

2. Wahidin Soedirohoesodo

Dr. Wahidin Soedirohoesodo (lahir di Mlati, Sleman, Yogyakarta, 7 Januari 1852 –


meninggal di Yogyakarta, 26 Mei 191713 pada umur 65 tahun, (Wahidin Sudirohusodo)
adalah salah seorang pahlawan nasional Indonesia. Dialah penggagas berdirinya organisasi
yang didirikan para pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen Jakarta itu. Wahidin
Sudirohusodo menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya di Yogyakarta, kemudian dia
lanjutkan dengan bersekolah di Europeesche Lagere School yang juga berlokasi di
Yogyakarta. Setelah menyelesaikan studinya di sekolah tersebut, Sudirohusodo memutuskan
untuk masuk di Sekolah Dokter Jawa atau yang juga dikenal dengan sebutan STOVIA di
Jakarta. Selama hidupnya, Sudirohusodo yang diketahui merupakan keturunan Bugis-
Makassar ini sangat senang bergaul dengan rakyat biasa. Sehinggga tak heran bila dia disukai
banyak orang. Dari pergaulannya inilah, Sudirohusodo akhirnya sedikit banyak mengerti
penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda. Selain sering bergaul dengan rakyat, dokter
yang terkenal pula pandai menabuh gamelan dan mencintai seni suara, ini juga sering
mengunjungi tokoh-tokoh masyarakat di beberapa kota di Jawa. Para tokoh itu kemudian
diajaknya untuk menyisihkan sedikit uang mereka yang nantinya digunakan untuk menolong
pemuda-pemuda yang cerdas, tetapi tidak mampu melanjutkan sekolahnya. Namun
sayangnya, ajakan Sudirohusodo ini kurang mendapat sambutan14. Ia dijadikan Pahlawan
Nasional 6 November 1973 dengan dikeluarkannya Keppres No. 88/TK/1973.15

13
Ibid hlm 13
14
Akira Nagazumi, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia Budi Utomo 1908-1918. Pustaka utama Grafiti. 1989.
Hlm 44
15
Dapat dilihat dalam Keputusan Presiden No 88, 1973

Page | 9
3. Soeradji

Soeradji bersama Soetomo untuk kali pertama bertemu dr. Wahidin Soediro Hoesodo di
Jakarta pada tahun 1907—pertemuan bersejarah yang kemudian menginspirasi pembentukan
Boedi Oetomo yaitu dengan mengusulkan nama organisasi ini. Ia lahir pada tahun 1888 di
Madiun, dan tercatat dalam data STOVIA lulus pada 1912. Pascalulus, ia bertugas di
Bandung, lalu ke daerah Palembang di Sungai Gerong. Ia menikah dengan salah seorang
cucu dari dr. Wahidin. Di sana putra sulungnya lahir. Ia pindah ke Kepulauan Riau, lantas ke
Pulau Sambu dekat Singapura. Tahun 1916 ia kembali ke Yogyakarta da ditempatkan di
Wonogiri sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten. Di tempat ini dr. Soeradji berhasil
memberantas penyakit frambusia dan busung lapar.

C. Tujuan berdirinya Budi Utomo

Tujuan Budi Utomo adalah menyadarkan kedudukan Bangsa Jawa, Sunda, dan Madura
pada diri sendiri dan berusaha mempertinggi akan kemajuan mata pencaharian serta
penghidupan Bangsa disertai dengan jalan memperdalam keseniaan. Selain tujuannya yang
lain adalah menjamin kehidupan sebagai Bangsa yang terhormat dengan menitik beratkan
pada soal pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan. Pada hari Minggu tanggal 20 Mei 1908,
dihadapan beberapa mahasiswa STOVIA, Sutomo mendeklarasikan berdirinya organisasi
Budi Utomo. Tujuan umum yang hendak dicapai dari pendirian organisasi Budi Utomo
tersebut antara lain:

- Memajukan pengajaran.
- Memajukan pertanian, peternakan dan perdagangan.
- Memajukan teknik dan industri.
- Menghidupkan kembali kebudayaan.

Selain itu Budi utomo mempunyai tujuan khusus yang tercantum dalam beberapa fasal di
antaranya :16

- Memperhatikan kepentingan pelajaran umum


- Menjunjung tinggi dasar-dasar perikemanusian
- Lain-lain yang dapat menjammin penghidupan bangsa yang pantas

Budi Utomo tergolong organisasi pertama di antara organisasi bangsa Indonesia yang
disusun secara modern. Organisasi kebangsaan yang berdasar pada usaha individu yang bebas
dan sadar terhadap persatuan. Surat kabar Batavia, Bataviansch Nieuwsblad menyebutnya
sebagai "langkah pertama telah diayunkan dan itulah langkah yang besar" (Het eerste Stap is
gedaan, en het is een groote stap). Pada tanggal 13 Juli 1908 dalam surat kabar ini termuat
tekad kaum muda sebagai pemimpin di masa yang akan datang untuk memperbaiki keadaan
rakyat.

16
Dr. Mohammad Hatta, Permulaan pergerakan Nasional. Idayu Press, Jakarta 1997. Hlm 8

Page | 10
D. Perkembangan Organisasi Budi Utomo terhadap Pemerintah Kolonial

Sejak awal mula pemerintah kolonial belanda telah menunjukan minatnya yang besar
terhadao Budi Utomo. Menurut sebuah surat yang ditulis oleh sekertaris pertama pemerintah
pada pertengahan oktober 1908, Gubenur Jenderal J.B van Heutsz dengan teliti mengikuti
artikel-artikel surat kabar dari berdirinya Budi utomo yang di adakan di Yogyakarta itu.
Gubernur Jenderal akhirnya menarik kesimpulan bahwa organisasi ini sebagai “bukan omong
kosong tetapi hasil-hasil bermanfaat bagi negeri dan rakyat yang bisa diharapkan dari
gerakan ini”. Ketika jabatan Budi utomo akan dipegang oleh bupati karanganyar yaitu
Tirtokusumo belanda bergembira dan berniat melakukan apa saja yang bisa demi
pengangkatan itu17. Gubernur jenderal berpendapat jika Bupati menerima kedudukan ketua
itu, diharapkan agar ia mampu mengemudikan organisasi ke arahnya yang benar dan jika
perlu memberikan jaminan kerja sama antara pemerintah dengan badan pengurus Budi
utomo.

Pejabat eropa memberikan sebuah ungkapan yaitu “Perintah alus” yang artinya bahwa
pemerintah hendaknya melakukan tekanan lembut terhadap pribumi bawahan mereka atau
terhadap penduduk pribumi dan bukan dengan berlindung pada tindakan-tindakan kasar dari
masa lalu yaitu dengan cara pemaksaan dan ancaman hukuman apabila perintah-perintah
pemerintah tidak ditaati. Hal ini membuat bahwa pemerintah pada waktu itu mengharapkan
adanya pemerintahan kolonial yang tertib dan damai dan serentak dengan itu juga demi
perkembangan penduduk pribumi terpelajar secara spontan dan moderat.18

Dengan demikian pengangakatan Tirtokusumo diterima sebagai pertanda baik bagi


kolonial belanda, tetapi secara resmi juga pemerintah bersikap hati-hati dengan tidak terlalu
dini menyatakan pendapat sepatahpun tentang organisasi itu dan tidak tergesa-gesa
memberikan pengakuan terhadap Budi Utomo sebagai organisasi yang sah. Tahun 1909 dua
kelompok minoritas di dalam Budi Utomo berangsur-angur terbenttuk. Kelompok yang satu
menganjurkan agar Budi Utomo menjadi organisasi politik yang di gagas oleh kaum muda
dan yang satu lagi mengendaki agar Budi Utomo memperluas perhatianya sehingga meliputi
seluruh bangsa hindia belanda oleh kaum tua. Dipilihnya Tijpto Mangkusumo dan
Soerjodipoetro yang duduk pada badan pengurus merupakan upaya untuk mencegah
terjadinya perpecahan.

Pada tanggal 18 oktober badan pengurus akhirnya mengajukan anggaran dasar organisasi
kepada pemerintah kolonial unutk mendapatkan pengesahannya. Pemerintah memberikan
keputusan yang positif dengan menyatakan Budi Utomo sebagai organisasi yang sah dengan
keputusan pemerintah No.52, 28 desember 1909 sekitar satu setengah tahun sesudah rapat
pertama di STOVIA Mei 1908 dan kemudian Budi Utomo secara resmi diberi izin melakukan
kegiatannya. Pemerintah Hindia-Belanda mengesahkan Budi Utomo sebaga badan hukum
yang sah karena dinilai tidak membahayakan. Dengan demikian apabila sikap Budi utomo
telah merebut kepercayaan pemerintah kolonial dan para pejabat belanda yang maju pada

17
Surat Hulshoff Pol, sekertaris pertama pemerintah, kepada residen kedu, 15 oktober 1908 (verbaal 3
november 1909, mail. No. 1725x/08
18
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Gadjah Mada Univercity Press, 1989. Hlm 238

Page | 11
akhir tahun 1909. Untuk sementara pemerintah merasa cukup puas terhadap Budi Utomo
sehingga demikian organisasi ini tidak lagi disebit sebut lagi di dalam dokumen-dokumen
rahasia yang mengancam belanda sampai budi utomo berpaling kepada kegiatan bidang
politk pada tahun 1915

Pada tahun 1916-1917 merupakan pertanda masa amat yang berhasil bagi Budi utomo
karena Dwidjosewoyo sebagai wakil budi utomo berhasil mengadakan pendekatan dengan
pemimpin-pemimpin belanda terkemuka. Keterangan Menteri Urusan Daerah jajahan tentang
pembentukan Volksraad (Dewan rakyat) saat itu sedang di bicarakan yang bahwasanya Budi
Utomo akan di jadikan sebagai dewan perwakilan rakyat belanda dan ini merupakan hal
yang amat mengembirakan bagi Budi utomo . Aktivitas itu memberikan kesan di kalangan
pemerintahan kolonial bahwa budi utomo adalah satu-satunya organisasi yang bertanggung
jawab dan dapat dipercaya. Sebagai hasilnya budi utomo dalam kampanye dapat menduduki
jumlah kursi yang nomor dua besarnya di antara anggota pribumi dalam Volksraad.19

Budi Utomo adalah sebuah gerakan yang ingin menyadarkan kedudukan Bangsa Jawa.
Pengaruh gerakan Budi Utomo terlihat dengan media masa, seperti majalah Oedyana Para
Prujitna Tijdschrift voor den vooruittlrevenden Javaan (Majalah untuk orang Jawa yang Ingin
Maju) isi dari Majalah tersebut membahas tentang Pertanian untuk masyarakat Pribumi, yang
terbit perdana Pada Juni 1909 di bawah redaksi Boenjamin yang baru saja menyelesaikan
pendidikan dokternya. Dalam pengantar redaksinya, Boenjamin dengan bangga menamakan
majalahnya “Majalah Nasional pertama untuk orang Jawa dan ditulis oleh orang Jawa”.
Tujuan majalah ini adalah mendorong kecintaan pada bahasa Jawa dan pengembangan
bahasa Jawa. Bahasa Jawa harus dikembangkan sedemikian rupa, sehingga dapai berfungsi di
tengah kehidupan modem. Selain itu majalah dapat menjadi ajang bagi para penulis Jawa,
dan menyampaikan pengetahuan tentang Negeri Belanda kepada orang Jawa. Di semarang
budi utomo mendirikan toko buku jawa dan percetakan Budi Utomo kemudian menerbitkan
majalah bulanan yang bernama Goeroe Desa yang terbit pada bulan september 1910 yang
ditujukan untuk memperbaiki kesehjahteraan rakyat jawa di perdesaan dan berisi nasihat-
nasihat tentang bagaimana menggarap tanah dengan traktor, mengelola perdagangan,
pemeliharaan ternak, unggah dan lebah.

Pada tahun 1909 sekolah-sekolah di jawa dan sumatera akhirnya mendapatkan pendidikan
modern seperti, diajarkan pengeloloan kayu dan besi yang lebih modern dengan teknik eropa
kemudian para mahasiswa yang tergabung dalam organisasi budi utomo mengajarkan para
penduduk pribumi keterampilan-keterampilan modern seperti, pengetahuan mesin/montir
mobil, listrik dan ilmu pengetahuan alam. Perlu diketahui bahwa sebelum tahun 1908, belum
ada pendidikan-pendidikan yang mencakup terhapat teknik dan kejuruan yang di ajarkan oleh
para guru di pribumi, meskipun pada tahun 1881 sudah ada di daerah minahasa namun
berlum tersentuh penduduk pribumi jawa dan hanya di peruntukan oleh orang yang beragama
kristen.20

19
Marwati Djoened dan Kawan-kawan, Sejarah Nasional Indonesia. Balai Pustaka, 1993. Hlm 338
20
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Gadjah Mada Univercity Press, 1989. Hlm 238

Page | 12
Pada tanggal 8 september 1910 budi utomo memperluas kesempatan anak-anak pribumi
dan jawa untuk menerima pendidikan eropa dan lebih khususnya lagi pendidikan bahasa
belanda. 2 tahun sesudah itu pada tahun 1913 sekolah pribumi kelas 1 di beri nama baru yaitu
Hollandsch inlandsche scool, sekolah pribumi belanda dan peraturan akhirnya menetapkan
bahwa bahasa belanda diajarkan mulai dari kelas 1. Pembahuran ini mengakibatkan jumlah
murid yang masuk sekolah-sekolah ini mulai semakin terus bertambah besar. Hal ini
membuat bahwasanya budi utomo sangat mendukung pembaharuan khususnya dalam wujud
perbaikan pendidikan terhadap masyarakat pribumi terutama jawa.21

Dr Sutomo dan para teman-teman juga pula membuat koperasi-koperasi kredit yang
belum ada pada masa itu dan bahkan pada tahun 1929 di bangun Bank Negara Indonesia.
Masyarakat jawa yang tadinya belum mengenal pendidikan eropa kemudian terpengaruh
dengan adanya organisasi budi utomo, mereka mendapatkan pendidikan pendikan
ketrampilan yang ilmu-ilmu teknik yang belum mereka dapatkan sebelumnya. Para anggota
Budi Utomo juga mengusulkan kepada pemerintah belanda bahwa disekolah pribumi juga di
ajarkan pendidikan-pendidikan islam karena dengan alasaan bahwa kebudayaan indonesia
juga harus memperoleh perlindungan di karenakan banyaknya sekolah belanda yang
mengajarkan agama kristen sehingga ingin memperkecil kemungkinan jika penduduk
pribumi nanti akan terpengaruh kedalam agama kristen.22

21
H. Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda. LP3ES, 1986. Hlm 48
22
Pada tahun 1934 C.C Berg memberikan prasaran tentang pengaruh kebudayaan barat dan tugasnya di
indonesia, salam suatu diskusi yang diselengarakan oleh Indisch Genootschap (pengakjian masyarakat
indonesia). ketika ditanya pendapatnya tentang penambahan pelajaran Al—Quran bagi sekolah desa, dia
menyetujuinya dengan alasan agar pribumi tidak terlepas dari kebudayaannya. Dalam Indisch Genootschap,
6 april 1934.

Page | 13
BAB III
PENUTUP
E. Penutup

Budi Utomo sebagai organisasi awal pada masa pergerakan Indonesia didirikan yang oleh
siswa STOVIA. Budi Utomo bebas dari prasangka keagamaan, tetapi lebih untuk
meningkatkan pendidikan dan kebudayaan. Budi Utomo mempunyai fungsi yang istimewa
karena bisa menjadi jembatan antara para pejabat kolonial yang maju dengan kaum terpelajar
Jawa. Hal ini merupakan sumbangan yang tidak ternilai bagi masa depan Indonesia.
Pendidikan barat sama sekali tidak mempendulikan orang jawa yang bukan priyayi, sekolah
desa baru berdiri pada tahun 1907 dan konsep pendidikan formal sangat asing bagi kaum tani.
Kaum terpelajar sadar bahwa persatuan sangat penting, bukan sekedar untuk menjamin
keberhasilan mereka sendiri tetapi juga untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyatakat
mereka sendiri. Inspirasi dan bimbingan yang di kampanyekan oleh dokter wahidin membuat
salah satu faktor penting terbentuknya Budi utomo.

Tema perjuangan Wahdin pada pemikirannya adalah bahwa perjuangan untuk tetap
tegaknya budaya dan bangsa merupakan kepentingan vital bagi orang jawa. Cita-citanya
mendirikan organisasi beasiswa agar bisa membantu siswa-siswa yang miskin namun pandai
agar dapat belajar. Para siswa di STOVIA menggunakan usaha ini sekaligus juga mendirikan
organisasi Budi Utomo yang bersifat umum bagi penduduk pribumi. Pada perkembangan
berikutnya, corak Budi Utomo mengalami perubahan. Pemimpin dan anggotanya kebanyakan
adalah pegawai negeri dan priyayi, sehingga tujuan yang di kembangkannya cenderung hanya
memperhatikan kepentingan mereka. Perhatian Budi Utomo lebih difokuskan pada reaksi
pemerintahan Hindia-Belanda, bukan lagi pada reaksi yang ditunjukan oleh rakyat. Masih
banyak lagi perubahan yang dialami oleh organisasi Budi Utomo, terutama dengan
mengutamakan pentingnya pengajaran bahasa Belanda sebagai syarat untuk diterima menjadi
pegawai negeri.

Kelahiran Budi Utomo telah menjadi tonggak yang menumbuhkan semangat perjuangan,
sekaligus menjadi inspirasi berdirinya berbagai organisasi di seluruh pelosok tanah air, baik
yang bersifat kedaerahan, politik, keagamaan, serikat pekerja, kewanitaan maupun
kepemudaan. Pada kurun selanjutnya muncul sejumlah organisasi seperti Sarekat Islam,
Indische Partij, dan berbagai organisasi lainnya. Hal ini mewarnai awal kebangkitan nasional
yang mencapai puncaknya pada tahun 1928. Kebangkitan nasional Indonesia ditandai dengan
berdirinya Budi Utomo.

Page | 14
DAFTAR PUSTAKA
- Dr.Suharono, Sejarah pergerakan Nasional. Pustaka Pelajar, 1994.
- Akira Nagazumi, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia Budi Utomo 1908-1918.
Pustaka utama Grafiti. 1989
- M. Nasruddin Anshoriy Ch,Djunaid. Rekam jejak dokter pejuang & pelopor
kebangkitan nasional. Lkis Yogyakarta
- Dr. Mohammad Hatta, Permulaan pergerakan Nasional. Idayu Press, Jakarta 1997.
- Marwati Djoened dan Kawan-kawan, Sejarah Nasional Indonesia. Balai Pustaka,
1993
- Sartono Kartodirdjo, Sejarah pergerakan nasional dari kolonialisme sampai
nasionalisme, jilid 2. Jakarta : Gramedia, 1990
- Verslag Congres Boedi Oetama, 1909
- R. Soetomo, Kenang-kenangan,Soerabaja, 1934
- M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Gadjah Mada Univercity Press, 1989.
- H. Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda. LP3ES, 1986
- Amry Vandenbosch (1931). "Nationalism in Netherlands East India
- Vickers, Adrian. 2005. A History of Modern Indonesia, Cambridge, UK: Cambridge
University Press

Page | 15
Budi Utomo yang dilahirkan tanggal 20 Mei 1908 di STOVIA mulai menata diri
sistem organisasinya dengan melakukan kongres pertama yang dilakukan tanggal 3-5
Oktober 1908, bertempat di sekolah pendidikan guru Yogyakarta. Karena Budi Utomo
merupakan organisasi orang Jawa pribumi yang pertama, maka kngres akan menarik
perhatian luar biasa di kalangan pers dan tokoh masyarakat Jawa dalam kongres Budi Utomo
ini Dr. Wahidin terpilih menjadi ketua kongres tetapi pada hari kedua digantikan olrh Panji
Broto Atmojo, karena kesehatannya terganggu. Dalam pidatonya, Dr. Wahidin menekankan
pada masalah tradisi Jawa masa lampau dari pada modernisasi Jawa pada masa depan.

Para siswa STOVIA dan sebahagian hadirin lainnya tentu saja tidak keberatan
terhadap pendapat Dr Wahidin yang mementingkan pendideikan Barat. Tetapi timbul sikap
pesimis dari peserta kongres dimana pendidikan Barat itu hanya bagi priyayi sedangkan para
peserta menghendaki pendidikan untuk seluruh pendiuduk di Hindia Timur Belanda. Jadi
kongres tersebut dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompuk pertama yang diwakili
Wahidin, Radjiman dan Swidjosewoyo yang berpendapat “apabila elite masyarakat Jawa
telah berpendidikan, maka rakyat jelata akan segera mengikutinya atau pendekatan
pendidikan dari atas”. Kelompok kedua yang mewakili Tjipto, Goenawan dan Soetomo lebih
mementingkan kebutuhan akan pendidikan desa. Banyak di kalangan utusan, termasuk
sementara STOVIA sangat tidak berminat terhadap pendirian dari bawah. Mayoritas pesert
kongres berasal dari priyayi kecil yang tentu saja menginginkan kedudukan yang lebih tinggi.
Mengingat situasi sosial saat itu dan gagasan “pendidikan dari atas” yang diterima secara
luas, maka sangat tidak relistis kiranya apabila mengharapkan Budi Utomo dipimpin oleh
seorang yang lebih progresif sejak awal. Sebaiknya organisasi ini dipandang sebagai sarana
unutk mewujudkan cita-cita yang lebih bercorak tradisional. Nampaknya akan terjadi suatu
argumentasi tentang bentuk organisasi Budi Utomo apakah bentuk organisasi politik atao
organisasi sosial. Kalau menjadi prganisasi politikk tidak memungkinkan karena masih
berlakunya peraturan Belanda, Regeering Rglement pasal 111 yang melarang mendirikan
perkumpulan politik atau yang serupa dengan perkumpulan yeng menggangggu ketentraman
umum. Oleh karena itu Budi utomo mengutamakan dergerak dalam bidang pendidikan.

Hal penting lainnya dalam kongres Budi utomo adalah dengan terpilihnya R. A. A.
Tirtikoesoemo, Bupati Karanganyar sebagai ketua umum. Beliau salah seorang yang giat
dalam memajukan pendidikan Barat, dengan merupakan salah satu dari jasa-jasa
Tirtokoesoemo di mata sidang Budi Utomo. Terpilihnya Tirtokoesoemo merupakan

Page | 16
penyerahan tidak langsung kepemimpinan dari tangan siswa STOVIA kepada anggota-
anggota yang lebih dewasa.

Pemerintah kolonial Belanda akan sangat setuju atas terpilihnya Tirtokoesoemo


karena diharapkan ia mampu memberikan jaminan kerjasama antara pemerintah dengan
pengurus Budi Utomo. Sikap pemerintah kolonial terhadap Budi Utomo tercantunm dalam
sebuah artikel tanpa nama dalam Indische Gids, yaitu:

“Banyak orang menggantungkan sikap mereka pada sikap pemerintah terhadap


organisasi baru itu, dan pemerintah menghadapi pilihan yang sulit, apakah
bertentangan dengan kehendaknya, harus menolak pejabat-pejabat tua yang kurang
maju tetapi setia dan tanpa cacat dipandang dari sudut adat ataukah harus berpaling
kepada generasi muda yang lebih maju”.

Telah terjadi kerisauan di kalangan pejabat Hindia Belanda terhadap perkembangan


Budi Utomo. Pengangkatan Tirtokoesoemo akan dipandang sebagai pertanda baik, tetapi
secara resmi pemerintah Hindia Belanda bersikap hati-hati dengan tidak memberikan
pendapat tentang organisasi Budi Utomo. Pemerintah Hindia Belanda tidak tergesa-gesa
memberikan pengakuan yang sah terhadap Budi Utomo. Dalam tubuh Budi Utomo akan
terjadi perbedaan pendapat di antara pimpinan Budi Utomo. Kelompok yang satu
menganjurkan agar Budi Utomo menjadi partai politik dan kelompok lainnya lagi
menghendaki agar prakarsa sendiri sebelum tahun 1908 ia mendirikan sekolah gadis dan itu
Budi Utomo memperluas perhatiannya sehingga meliputi seluruh Hindia. Lebih tepatnya dua
kelompok ini adalah orang-orang yang cenderung berpihak kepada cita-cita Hindia daripada
cita- cita Jawa yang sempit, tidak bisa lagi menerima homogeritas etnis dan kultu sebagai
basis persatuan. Terpaksalah mereka berbicara dalam bahasa politik dengan tidak
memandang masa lampau, tetapi cenderung mengutamakan masa kini.

Sebagai ketua, Tirtokoesoemo ternyata tidak cukup mampu menghadapi pertentangan


tersebut, betapapun ia seorang yang berpikiran maju dan berpandangan jauh, namun bukanlah
orang yang punya kecakapan bertindak. Maka gagallah ia memenuhi harapan-harapan besar
para anggota Budi Utomo yang telah memberikan kepercayaan.

Kongres kedua diadakan di gedung “Mataram” Yogyakarta pada tanggal 10-11 Oktober
1909 yang dihadiri oleh sembilan cabang. Dalam kongres yang kedua ini sangat berbeda
dengan kongres yang pertama, di mana kongres berlangsung tanpa banyak berarti oleh karena

Page | 17
menurunnya semangat organisasi yang mencolok. Jika kongres pertama tahun1908
memberikan kesempatan pertama kepada orang- orang Jawa terpelajar untuk
memperbincangkan masalah dengan bebas dan spontan, kongres kedua ini sedikit banyak
hanya memberikan hierarki baru, lebih terorganisasi tetapi kurang gairah.

Perkembangan Budi Utomo ternyata tidak memuaskan anggotanya dan ini terbukti
ketika tahun 1910, Badan pengurus memutuskan untuk tidak menyelenggarakan kongres
ketiga yang seedianya akan diadakan bulan Oktober karena alasan dan organisasi. Rapat lokal
akan diselenggarakan pada tanggal 21 Agustus dan akan berlangsung semarak dengan
dihadiri wakil-wakil dari perhimpunan calon pegawai pribumi, siswa STOVIA dan siswa
sekolah hukum Batavia. Dalam persidangan masalah yang dibahas ialah perlu
ditingkatkannya mutu sekolah dasar pribumi, agar murid bisa meneruskan pendidikan
menengahnya pada lembaga-lembaga di mana bahasa Belanda menjadi bahasa pengantar.
Juga dibicarakan masalah desa organ baru organisasi, tetapi suasana rapat pada umumnya
mencerminkan kelesuan Budi Utomo.

Budi Utomo dilahirkan tidak sebagai organisasi politik, tetapi dalam perkembangan
selanjutnya didorong ke dalam bidang politik. Hal yang mendorong perubahan ini karena
terjadinya perubahan di Eropa dengan munculnya Perang Dunia I maka para penguru budi
Utomo mengusulkan agar dibentuk milisi pribumi jika ada serbuan ke Hindia. Apa yang
diungkapkan oleh Budi Utomo akan menimbulkan suara- suara kontra dari organisasi yang
lain seperti Syarikat Islam.

Gagasan yang diungkapkan Tjokroaminoto akan berpengaruh dalam kalangan anggota


Budi Utomo yang bersidang di Bandung pada tanggal 5 dan 6 Agustus 1915. Dalam
persidangan itu akan melahirkan sebuah mosi yang berbunyi yaitu tidak perlunya
pemberlakuan wajib milisi bagi rakyat pribumi akan tetapi pemerintah Hindia Belanda harus
mendengar pendapat rakyat. Oleh karena itu perlu dibentuknya sebuah perwakilan rakyat.
Jadi telah terjadi pergeseran kepentingan Budi Utomo ke dalam bidang politik.

Pengesahan ini mencerminkan perubahan yang benar-benar radikal bagi suatu organisasi
yang terutama terdiri atas para pejabat pribumi. Lebih lanjut Budi Utomo tidak ragu
melangkah atas dasar kesederhanaan politiknya yang baru. Tiba-tiba pemerintah menghadapi
situasi yang baru sama sekali, epmuda pribumi yang berpendidikan Barat yang semula
diperhitungkan sebagai sasaran sistem milisi, ternyata menunjukkan kemampuan mereka

Page | 18
dalam membahas tawar menawar kepentingan mereka. Perwakilan rakyat telah menjadi
masalah paling penting dalam tubuh Budi Utomo.

Pemerintah kolonial Hindia Belanda tidak mengabaikan masalah perwakilan rakyat dan
menetapkan undang-undang pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat) pada bulan Desember
1916. Dalam Volksraad terdapat 15 anggota pribumi, 10 dipilih dan 5 diangkat dari 38
anggota seluruhnya. Volksraad dibuka secara resmi oleh Gubernur Jendral Limburg Stirum
pada tanggal 18 Mei 1918, pembukaan Volksraad merupakan permulaan jalan baru, namun
pada bulan pertama timbul sebuah masalah yang kontroversial dan mengancam keutuhan
Volkstraad yaitu tentang bahasa resmi dalam Volkstraad dan akhirnya dapat diambil suatu
kesepakatan yang akhirnya bahasa Melayu dan bahasa Belanda Boleh digunakan.

Dalam Volkstraad, Budi Utomo dengan jumlah wakil yang menguntungkan ternyata
ragu-ragu mengemukakan kritik terhadap politik pemerintah. Sikapnya yang demikian
membuahkan dukungan lebih besar dari pemerintah terhadapnya, tetapi menjadi bahan
cercaan di kalangan wakil-wakil pribumi yang radikal di Volkstraad. Menurut Budi Utomo,
Volkstraad dipandang sebagai suatu tempat antara Timur dan Barat bertemu dan saling
memahami satu sama lain. Bukannya tempat untuk berkonfrontasi antara anggota yang
pribumi dan yang Eropa. Sidang pertama Volksraad ditutup tanggal 3 Juli 1918, kendati ada
kontroversi yang timbul selama persidangan, Gubernur Jendral menulis kepada Menteri
urusan jajahan yang mengatakan sudah saatnya Volksraad diadakan meskipun barangkali
sidang pertama tersebut tidak sepenuhnya memuaskan, pastilah tidak prematur.

Perkembangan Volkstraad tidak bisa lepas dari perkembangan di negeri Belanda, di


mana pada November 1918 adanya usaha perebutan kekuasaan dengan kekerasan dari partai
Buruh sosial Demakrasi walaupun akhirnya dapat digagalkan. Apa yang terjadi di negeri
Belanda tidak terlalu membawa perubahan di Hindia. Sesudah krisis November yang menjadi
pertanda dimulainya perubahan secara fundamental pada pendirian Budi Utomo. Walaupun
organisasi ini tidak melepaskan keinginannya agar tetap berusaha kampanye politik karena
mereka menyadari bahwa keberhasilan kegiatan politik karena mereka menyadari bahwa
keberhasilan kegiatan politik tergantung pada sejauh mana dukungan massa yang bisa
diperoleh suatu partai.

Budi Utomo juga harus membebaskan diri dari reputasinya sebagai partai yang khusus
untuk pejabat pemerintah serta hanya memperhatikan kepentingan para ningrat. Kekecewaan
Budi Utomo sehubungan dengan tindakan-tindakan reaksioner pemerintah, telah berpengaruh

Page | 19
sangat dalam pada moral organisasi karena terombang-ambing antara poliktik kooperasi dan
non kooperasi. Hal demikian akan merugikan Budi Utomo, dalam perkembangan selanjutnya
Budi Utomo akan bergabung dengan Parindra yang dipimpin Soetomo.

Page | 20

Anda mungkin juga menyukai