Anda di halaman 1dari 17

BUDI UTOMO : SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA

SEJARAH INDONESIA MASA KOLONIAL (ABAD KE-19 1908-1945)

Mata Kuliah: Sejarah pergerakan nasional indonesia

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

RAUDHATUL JANNAH_A31122067

ISNAENI_A31122069

Dosen Pegampu : Ismail, S Pd. M Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi kemudahan dan pertolongan
dalam proses penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan
kepada Nabi akhir zaman yaitu Nabi Muhammad SAW. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi
pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Saya dan teman kelompok saya sebagai penyusun juga berterima kasih kepada dosen
mata kuliah “Sejarah pergerakan nasional indonesia (abad ke-19 1908-1945)” yaitu Bpk Ismail,
S Pd. M Pd.

Palu, 16 september 2023

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI...........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Latar belakang sejarah lahirnya organisasi Budi Utomo...........................6

1. Latar belakang lahirnya Budi Utomo.......................................................................6

2. Sejarah Budi Utomo.................................................................................................7

B. Pendiri dan tokoh-tokoh di Budi Utomo.......................................................................8

1. Soetomo....................................................................................................................8

2. Wahidin Soedirohoesodo........................................................................................10

3. Soeradji...................................................................................................................10

C. Tujuan berdirinya Budi Utomo....................................................................................11

D. Perkembangan Organisasi Budi Utomo terhadap Pemerintah Kolonial......................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................................15

B. Daftar Pustaka..............................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebangkitan nasional adalah masa dimana bangkitnya rasa dan semangat persatuan,
kesatuan dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan republik
Indonesia. bangkitnya nasionalisme di Indonesia dan tumbuhnya pergerakan nasional Indonesia
itu, tidak hanya dipengaruhi adanya pengaruh dari luar Indonesia saja. Namun reaksi pada masa
sebelum tahun 1905 yang pernah dicetuskan dengan adanya perlawanan senjata dan
pemberontakan di berbagai daerah, seperti perlawanan Pattimura, Diponegoro, pemberontakan
petani 1888, Pemberontakan para ulama dan lain-lain.

Hal ini telah membuktikan nyata adanya semangat nasionalisme telah lambat laun telah
bergejolak pada bangsa Indonesia sebagai reaksi terhadap penderitaan lahir dan batin akibat
kolonialisme. Budi utomo yatu organisasi nasional pertama di indonesia, dikarenakan ada nilai-
nilai yang sudah dipandang sebagai bibit pergerakan nasional ini yaitu adanya penyadaran
tentang pendidikan dan budaya. Dr. Wahidin Sudirohusodo (1857-1917) merupakan pembangkit
semangat organisasi Budi Utomo. Sebagai lulusan sekolah dokter Jawa di Weltvreden (sesudah
tahun 1900 dinamakan STOVIA), ia merupakan salah satu tokoh intelektual yang berusaha
memperjuangkan nasib bangsanya.

Organisasi itu bentuknya lebih berupa perkumpulan yang bersifat sosial, ekonomi, dan
kebudayaan. Adapun Harkitnas diresmikan sejak era Soeharto, melalui Keppres Nomor 1 Tahun
1985. Meski begitu, perayaannya sudah dilakukan sejak 20 Mei 1948, yang ditandai dengan
pidato Sukarno di Istana Kepresidenan Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana Sejarah dan latar belakang sejarah lahirnya organisasi Budi Utomo

4
2. Siapa pendiri dan tokoh-tokoh di Budi Utomo?

3. Apa tujuan berdirinya Budi Utomo?

4. Bagaimana Perkembangan Organisasi Budi Utomo terhadap Pemerintah Kolonial?

C. Tujuan

Adapun Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Mengetahui Sejarah dan Latar belakang sejarah lahirnya organisasi Budi Utomo

2. Mengetahui Siapa pendiri dan tokoh-tokoh di Budi utomo

3. Mengetahui Tujuan berdirinya Budi utomo.

4. Mengetahui Perkembangan Organisasi Budi Utomo terhadap Pemerintah Kolonial

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah dan latar belakang lahirnya organisasi Budi Utomo

1. Latar belakang lahirnya Budi Utomo

Menurut buku yang ditulis oleh Akira nagazumi dengan berjudul bangkitnya
nasionalisme Indonesia pada 1908-1918 Dilatarbelakangi kondisi ekonomi yang buruk di Jawa,
dr. Wahidin Sudiro Husodo pada tahun 1906-1907 berkeliling pulau jawa, untuk memberikan
penerangan tentang cita-citanya kepada para pegawai Belanda dan dalam berusaha mencari dana
untuk beasiswa bagi pelajar Indonesia yang kurang mampu tapi cakap, dr. Wahidin berkeinginan
untuk mendirikan badan pendidikan yang di sebut Studifonds atau di sebut Dana Belajar yang di
tujukan oleh pelajar-pelajar pribumi berprestasi yang tidak mampu melanjutkan sekolah.. Usaha
dr. Wahidin tidak mendapatkan tanggapan yang positif dari pegawai pemerintahan Belanda.

Dr. Wahidin merupakan lulusan sekolah dokter Jawa di Weltvreden (STOVIA), ia


merupakan salah satu tokoh intelektual yang berusaha memperjuangkan nasib bangsanya. Pada
tahun 1901 sebelum dia berkeliling jawa, Dr. Wahidin Sudirohusodo menjadi direktur majalah
Retnodhoemilah (Ratna yang berkilauan) yang diterbitkan dalam bahasa Jawa dan Melayu.
Menurut buku yang ditulis oleh Muhammad hatta yang berjudul Permulaan pergerakan Nasional
Gagasan wahidin ini yang membuat murid-murid STOVIA terispirasi dan membuat suatu
pergerakan yang nantinya di namakan Budi Utomo. Dalam majalah Retnodhoemilah itu berisi
tentang sebagian besar membicarakan masalah kondisi penduduk jawa yang semakin memburuk
dengan perhatian khusus pada kalangan priyayi, dan di tujukan bagi pembaca elite pribumi.
Dalam buku Sartono Kartodirdjo, Sejarah pergerakan nasional dari kolonialisme sampai
nasionalisme Wahdin memainkan peran penting dalam menggalakan pendidikan dan penyadaran
terhadap orang jawa. Sebagai direktur Retnodhoemilah Wahidin berusaha berkomunikasi
dengan kalangan luas penduduk pribumi, dalam jabatannya itu ia mengumumkan majalah
Retnodhoemilah tidak hanya menggunakan bahasa jawa saja tetapi juga bahasa melayu sedang
sehingga para pembaca jawa rata-rata dapat mudah menangkap isinya dengan lebih mudah.

6
Dalam ketiga buku tersebut dapat disimpulakan bahwa kuatnya pengaruh pemikiran
dokter wahidin yang pada akhirnya membuahkan sebuah organisasi. Pada tahun 1907 Dr
wahidin mampir ke batavia untuk beristirahat sesudah dari perjalanan panjangnya itu dan tidak
berniat untuk singgah ke STOVIA. Ia kemudian di undang oleh Soetomo dan Soeradji untuk
mengundang dokter itu ke STOVIA untuk mendengar gagasan-gagasannya akan tetapi mereka
tenyata tergugah oleh semangat Wahidin itu dan tidak lama setelah itu didirikanlah Budi Utomo.

2. Sejarah Budi Utomo

Dirasuki oleh gagasan-gagasan Wahdin, Soetomo segera larut dalam kegiatan mendirikan
suatu perkumpulan di dalam STOVIA. Budi Utomo merupakan sebuah organisasi pelajar yang
didirikan oleh Dr.Sutomo dan para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche
Arsten) yaitu Sutomo, Suraji, Gunawan Mangunkusumo. Budi Utomo didirikan di Jakarta pada
minggu 20 Mei 1908. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, kebudayaan serta tidak bersifat
politik. Budi Utomo menurut beberapa sarjana, perkataan Budi Utomo berasal dari kata
Sansekerta, yaitu bodhi atau budhi, berarti “keterbukaan jiwa”, “pikiran”,”kesadaran”, “akal”,
atau “pengadilan”. Tetapi juga bisa berarti “daya untuk membentuk dan menjunjung konsepsi
dan ide-ide umum”. Sementara itu, perkataan Jawa utomo berasal dari uttama, yang dalam
bahasa Sansekerta berarti “tingkat pertama” atau “sangat baik”. Tepuk tangan bergemuruh pada
saat menyambut kelahirannya, para hadirin tidak saja para siswa sekolah ini tetapi juga siswa-
siswa dari sekolah pertanian dan kehewanan di bogor, pamong praja pribumi di magelang dan
Probolinggo.

Dalam catatan Soetomo pada tahun 1909 asal-usul budi utomo ternyata di usulkan oleh
seorang teman dekatnya yaitu Soeradji, dia mengatakan:

“Pengusul nama budi utomo itu adalah mas Soeradji bahkan dia telah sangat membantu
para mahasiwa stovia dengan mengusulkan budi utomo sebagai nama organisasi ini”

Seruan kelompok STOVIA dengan cepat tersebar di seluruh jawa dan di kemudian hari dijadikan
sebagai hari kebangkitan nasional. Tak lama setelah didirikan, para siswa Stovia mencurahkan
tenaga untuk merebut hati rekan-rekan dari sekolah lanjutan lainnya untuk bergabung dengan
Boedi Oetomo. Dengan cepat cabang Boedi Oetomo berdiri di tiga dari delapan sekolah yang
hadir saat pembentukan: OSVIA di Magelang, sekolah pendidikan guru bumiputra di

7
Yogyakarta, dan sekolah menengah petang di Surabaya. Sehingga, jumlah anggota Boedi
Oetomo pada Juli 1908 mencapai 650 orang. Dari keseluruhan, anggota dari Stovia relatif kecil
karena jumlah siswanya sedikit.

Pada tanggal 3-8 Oktober 1908, Budi Utomo menyelenggarakan kongresnya yang
pertama di Kota Yogyakarta. Hingga diadakannya kongres yang pertama ini, Budi Utomo telah
memiliki tujuh cabang di beberapa kota, yakni Batavia, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta,
Surabaya, dan Ponorogo. Setelah cita cita Budi Utomo mendapat dukungan yang makin meluas
di kalangan cendikiawan jawa, pelajar mulai menyingkir dari barisan depan karena mempunyai
keinginan agar generasi tua dapat memegang peran bagi gerakan itu. Ketika kongres budi utomo
di buka di Yogayakarta pimpinan beralih kepada generasi yang lebih tua. Jumlah anggotanya
meningkat dari 650 menjadi 1.200 anggota, di mana 700 anggota di antaranya “pejabat dan
orang-orang pribumi” (bukan siswa). Dengan meningkatnnya persentase anggota yang bukan
siswa, pengaruh para siswa pun berangsur-angsur menjadi semakin lemah. Dalam pertemuan
pada 8 Agustus 1908, para pemimpin Boedi Oetomo memutuskan Yogyakarta sebagai tempat
kongres pertama. Penetapan ini,bukan karena Yogyakarta merupakan tempat kelahiran Wahidin
tetapi karena Yogyakarta dipandang sebagai “tempat denyut jantungnya Jawa”.

Dalam kongeres ke 2 di tetapkan pengurus ketua organisasi. Tirtokusumo terpilih sebagai


ketua, ia merupakan seorang bupati karanganyar yang mendapatkan penghormatan dari kalangan
luas pejabat pemerintah. Tirtokusumo giat dalam memajukan pendidikan barat dengan prakrasa
sendiri sebelum tahun 1908 ia mendirikan sekolah gadis di kabupatennya dan mengangkat anak-
anak perempuannya sebagai guru-guru kepala sekolah yang pertama. Pengurus besar
memutuskan unutk membatasi jangkauan geraknya kepada penduduk jawa dan madura dan tidak
akan melibatkan diri dalam kegiatan politik. Bidang kegiatan yang dipilihnya oleh karena itu
ialah bidang pendidikan dan budaya karena budi utomo menganggap perlu di luaskan pendidikan
terutama pendidikan barat. Pengetahuan bahasa belanda mendapat prioritas pertama karena tanpa
itu seseorang tidak dapat mengharapkan kedudukan yang layak dalam jenjang kepegawaian
kolonial.

B. Pendiri dan Tokoh-Tokoh Budi Utomo

1. Soetomo

8
Dr. Soetomo (lahir di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur, 30 Juli 1888 – meninggal
di Surabaya, Jawa Timur, 30 Mei 1938 pada umur 49 tahun) adalah tokoh pendiri Budi Utomo,
organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia. Ayah Sutomo, Raden Suwaji, adalah seorang
priyayi pegawai pengreh yang maju dan modern. Sutomo dibesarkan di keluarga yang
berkecukupan, terhormat dan sangat memanjakannya. Limpahan kasih sayang, tertuju pada
Sutomo kecil, terutama dari sang kakek dan nenek. Kakek Sutomo bernama R Ng Singawijaya
atau KH Abdurakhman. Nama tersebut sangat disegani dan ternama di wilayah Nganjuk. Hal
inilah yang sangat berpengaruh pada perilaku dan sifat Sutomo. Manja, nakal, sewenang-wenang
kepada kawannya, pun berkelakuan bak raja kecil. Pada usia 8 tahun orang tuanya menitipkan
Soebroto kepada pamannya yang bernama Arjodipuro. Di tempat ini Soebroto didaftarkan di
sekolah Belanda, yaitu Europeesche Lagere School (ELS).

Namun ia tidak diterima. Pamannya tidak pernah berputus asa, hingga keesokan harinya
beliau mengajak Soebroto ke sekolah. Dengan menyampaikan keinginannya untuk
menyekolahkannya, Soebroto kemudian diterima namun dengan nama Soetomo. Sejak itulah
Soebroto berubah nama menjadi Soetomo. Di sekolah Soetomo termasuk anak pintar sampai
sampai ia disegani oleh teman-temannya baik dari Indonesia maupun dari Belanda. Bahkan
gurunya yang juga bangsawan Belanda menyayanginya. Soetomo masuk ke sekolah STOVIA
pada tanggal 10 januari 1903 walaupun sebenarnya ia tidak berniat masuk sekolah kedokteran.
Sutomo setelah lulus dari STOVIA tahun 1911, bertugas sebagai dokter, mula-mula di
Semarang, lalu pindah ke Tuban, pindah lagi ke Lubuk Pakam (Sumatera Timur) dan akhirnya
ke Malang. Saat bertugas di Malang, ia membasmi wabah pes yang melanda daerah Magetan.

Pada 1919, dr. Sutomo memperoleh kesempatan belajar di Universitas Amsterdam,


Belanda. Ia beserta istri pindah kesana. Selain belajar, kesibukan dr. Sutomo di Belanda
bertambah karena ia juga aktif dalam Perhimpunan Indonesia (PI) yaitu perkumpulan mahasiswa
Indonesia di Belanda. Pertemuan dengan tokoh-tokoh PI lainnya seperti Mohammad Hatta,
Ahmad Subardjo, Ali Sastroamijoyo, Sunario, Iwa Kusuma Sumantri, dan Nazir Pamuncak di
sana. Setelah kepulangannya dari Belanda pada tahun 1923 ia bertugas menjadi guru sekolah
dokter NIAS di Surabaya.

9
2. Wahidin Soedirohoesodo

Dr. Wahidin Soedirohoesodo (lahir di Mlati, Sleman, Yogyakarta, 7 Januari 1852 –


meninggal di Yogyakarta, 26 Mei 1917 pada umur 65 tahun, (Wahidin Sudirohusodo) adalah
salah seorang pahlawan nasional Indonesia. Dialah penggagas berdirinya organisasi yang
didirikan para pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen Jakarta itu. Wahidin
Sudirohusodo menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya di Yogyakarta, kemudian dia
lanjutkan dengan bersekolah di Europeesche Lagere School yang juga berlokasi di Yogyakarta.
Setelah menyelesaikan studinya di sekolah tersebut, Sudirohusodo memutuskan untuk masuk di
Sekolah Dokter Jawa atau yang juga dikenal dengan sebutan STOVIA di Jakarta. Selama
hidupnya, Sudirohusodo yang diketahui merupakan keturunan Bugis-Makassar ini sangat senang
bergaul dengan rakyat biasa. Sehinggga tak heran bila dia disukai banyak orang. Dari
pergaulannya inilah, Sudirohusodo akhirnya sedikit banyak mengerti penderitaan rakyat akibat
penjajahan Belanda. Selain sering bergaul dengan rakyat, dokter yang terkenal pula pandai
menabuh gamelan dan mencintai seni suara, ini juga sering mengunjungi tokoh-tokoh
masyarakat di beberapa kota di Jawa. Para tokoh itu kemudian diajaknya untuk menyisihkan
sedikit uang mereka yang nantinya digunakan untuk menolong pemuda-pemuda yang cerdas,
tetapi tidak mampu melanjutkan sekolahnya. Namun sayangnya, ajakan Sudirohusodo ini kurang
mendapat sambutan . Ia dijadikan Pahlawan Nasional 6 November 1973 dengan dikeluarkannya
Keppres No. 88/TK/1973.

3. Soeradji

Soeradji bersama Soetomo untuk kali pertama bertemu dr. Wahidin Soediro Hoesodo di
Jakarta pada tahun 1907-pertemuan bersejarah yang kemudian menginspirasi pembentukan
Boedi Oetomo yaitu dengan mengusulkan nama organisasi ini. Ia lahir pada tahun 1888 di
Madiun, dan tercatat dalam data STOVIA lulus pada 1912. Pascalulus, ia bertugas di Bandung,
lalu ke daerah Palembang di Sungai Gerong. Ia menikah dengan salah seorang cucu dari dr.
Wahidin. Di sana putra sulungnya lahir. Ia pindah ke Kepulauan Riau, lantas ke Pulau Sambu
dekat Singapura. Tahun 1916 ia kembali ke Yogyakarta da ditempatkan di Wonogiri sebagai
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten. Di tempat ini dr. Soeradji berhasil memberantas penyakit
frambusia dan busung lapar.

10
C. Tujuan berdirinya Budi Utomo

Tujuan Budi Utomo adalah menyadarkan kedudukan Bangsa Jawa, Sunda, dan Madura
pada diri sendiri dan berusaha mempertinggi akan kemajuan mata pencaharian serta penghidupan
Bangsa disertai dengan jalan memperdalam keseniaan. Selain tujuannya yang lain adalah
menjamin kehidupan sebagai Bangsa yang terhormat dengan menitik beratkan pada soal
pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan. Pada hari Minggu tanggal 20 Mei 1908, dihadapan
beberapa mahasiswa STOVIA, Sutomo mendeklarasikan berdirinya organisasi Budi Utomo.
Tujuan umum yang hendak dicapai dari pendirian organisasi Budi Utomo tersebut antara lain:

- Memajukan pengajaran.

- Memajukan pertanian, peternakan dan perdagangan.

- Memajukan teknik dan industri.

- Menghidupkan kembali kebudayaan.

Selain itu Budi utomo mempunyai tujuan khusus yang tercantum dalam beberapa fasal di
antaranya :

- Memperhatikan kepentingan pelajaran umum

- Menjunjung tinggi dasar-dasar perikemanusian

- Lain-lain yang dapat menjammin penghidupan bangsa yang pantas

Budi Utomo tergolong organisasi pertama di antara organisasi bangsa Indonesia yang
disusun secara modern. Organisasi kebangsaan yang berdasar pada usaha individu yang bebas
dan sadar terhadap persatuan. Surat kabar Batavia, Bataviansch Nieuwsblad menyebutnya
sebagai "langkah pertama telah diayunkan dan itulah langkah yang besar" (Het eerste Stap is
gedaan, en het is een groote stap). Pada tanggal 13 Juli 1908 dalam surat kabar ini termuat tekad
kaum muda sebagai pemimpin di masa yang akan datang untuk memperbaiki keadaan rakyat.

11
D. Perkembangan Organisasi Budi Utomo terhadap Pemerintah Kolonial

Sejak awal mula pemerintah kolonial belanda telah menunjukan minatnya yang besar
terhadao Budi Utomo. Menurut sebuah surat yang ditulis oleh sekertaris pertama pemerintah
pada pertengahan oktober 1908, Gubenur Jenderal J.B van Heutsz dengan teliti mengikuti
artikel-artikel surat kabar dari berdirinya Budi utomo yang di adakan di Yogyakarta itu.
Gubernur Jenderal akhirnya menarik kesimpulan bahwa organisasi ini sebagai “bukan omong
kosong tetapi hasil-hasil bermanfaat bagi negeri dan rakyat yang bisa diharapkan dari gerakan
ini”. Ketika jabatan Budi utomo akan dipegang oleh bupati karanganyar yaitu Tirtokusumo
belanda bergembira dan berniat melakukan apa saja yang bisa demi pengangkatan itu . Gubernur
jenderal berpendapat jika Bupati menerima kedudukan ketua itu, diharapkan agar ia mampu
mengemudikan organisasi ke arahnya yang benar dan jika perlu memberikan jaminan kerja sama
antara pemerintah dengan badan pengurus Budi utomo.

Pejabat eropa memberikan sebuah ungkapan yaitu “Perintah alus” yang artinya bahwa
pemerintah hendaknya melakukan tekanan lembut terhadap pribumi bawahan mereka atau
terhadap penduduk pribumi dan bukan dengan berlindung pada tindakan-tindakan kasar dari
masa lalu yaitu dengan cara pemaksaan dan ancaman hukuman apabila perintah-perintah
pemerintah tidak ditaati. Hal ini membuat bahwa pemerintah pada waktu itu mengharapkan
adanya pemerintahan kolonial yang tertib dan damai dan serentak dengan itu juga demi
perkembangan penduduk pribumi terpelajar secara spontan dan moderat.

Dengan demikian pengangakatan Tirtokusumo diterima sebagai pertanda baik bagi


kolonial belanda, tetapi secara resmi juga pemerintah bersikap hati-hati dengan tidak terlalu dini
menyatakan pendapat sepatahpun tentang organisasi itu dan tidak tergesa-gesa memberikan
pengakuan terhadap Budi Utomo sebagai organisasi yang sah. Tahun 1909 dua kelompok
minoritas di dalam Budi Utomo berangsur-angur terbenttuk. Kelompok yang satu menganjurkan
agar Budi Utomo menjadi organisasi politik yang di gagas oleh kaum muda dan yang satu lagi
mengendaki agar Budi Utomo memperluas perhatianya sehingga meliputi seluruh bangsa hindia
belanda oleh kaum tua. Dipilihnya Tijpto Mangkusumo dan Soerjodipoetro yang duduk pada
badan pengurus merupakan upaya untuk mencegah terjadinya perpecahan.

12
Pada tanggal 18 oktober badan pengurus akhirnya mengajukan anggaran dasar organisasi
kepada pemerintah kolonial unutk mendapatkan pengesahannya. Pemerintah memberikan
keputusan yang positif dengan menyatakan Budi Utomo sebagai organisasi yang sah dengan
keputusan pemerintah No.52, 28 desember 1909 sekitar satu setengah tahun sesudah rapat
pertama di STOVIA Mei 1908 dan kemudian Budi Utomo secara resmi diberi izin melakukan
kegiatannya. Pemerintah Hindia-Belanda mengesahkan Budi Utomo sebaga badan hukum yang
sah karena dinilai tidak membahayakan. Dengan demikian apabila sikap Budi utomo telah
merebut kepercayaan pemerintah kolonial dan para pejabat belanda yang maju pada akhir tahun
1909. Untuk sementara pemerintah merasa cukup puas terhadap Budi Utomo sehingga demikian
organisasi ini tidak lagi disebit sebut lagi di dalam dokumen-dokumen rahasia yang mengancam
belanda sampai budi utomo berpaling kepada kegiatan bidang politk pada tahun 1915

Pada tahun 1916-1917 merupakan pertanda masa amat yang berhasil bagi Budi utomo
karena Dwidjosewoyo sebagai wakil budi utomo berhasil mengadakan pendekatan dengan
pemimpin-pemimpin belanda terkemuka. Keterangan Menteri Urusan Daerah jajahan tentang
pembentukan Volksraad (Dewan rakyat) saat itu sedang di bicarakan yang bahwasanya Budi
Utomo akan di jadikan sebagai dewan perwakilan rakyat belanda dan ini merupakan hal yang
amat mengembirakan bagi Budi utomo. Aktivitas itu memberikan kesan di kalangan
pemerintahan kolonial bahwa budi utomo adalah satu-satunya organisasi yang bertanggung
jawab dan dapat dipercaya. Sebagai hasilnya budi utomo dalam kampanye dapat menduduki
jumlah kursi yang nomor dua besarnya di antara anggota pribumi dalam Volksraad.

Budi Utomo adalah sebuah gerakan yang ingin menyadarkan kedudukan Bangsa Jawa.
Pengaruh gerakan Budi Utomo terlihat dengan media masa, seperti majalah Oedyana Para
Prujitna Tijdschrift voor den vooruittlrevenden Javaan (Majalah untuk orang Jawa yang Ingin
Maju) isi dari Majalah tersebut membahas tentang Pertanian untuk masyarakat Pribumi, yang
terbit perdana Pada Juni 1909 di bawah redaksi Boenjamin yang baru saja menyelesaikan
pendidikan dokternya. Dalam pengantar redaksinya, Boenjamin dengan bangga menamakan
majalahnya “Majalah Nasional pertama untuk orang Jawa dan ditulis oleh orang Jawa”. Tujuan
majalah ini adalah mendorong kecintaan pada bahasa Jawa dan pengembangan bahasa Jawa.
Bahasa Jawa harus dikembangkan sedemikian rupa, sehingga dapai berfungsi di tengah
kehidupan modem. Selain itu majalah dapat menjadi ajang bagi para penulis Jawa, dan

13
menyampaikan pengetahuan tentang Negeri Belanda kepada orang Jawa. Di semarang budi
utomo mendirikan toko buku jawa dan percetakan Budi Utomo kemudian menerbitkan majalah
bulanan yang bernama Goeroe Desa yang terbit pada bulan september 1910 yang ditujukan
untuk memperbaiki kesehjahteraan rakyat jawa di perdesaan dan berisi nasihat-nasihat tentang
bagaimana menggarap tanah dengan traktor, mengelola perdagangan, pemeliharaan ternak,
unggah dan lebah.

Pada tahun 1909 sekolah-sekolah di jawa dan sumatera akhirnya mendapatkan


pendidikan modern seperti, diajarkan pengeloloan kayu dan besi yang lebih modern dengan
teknik eropa kemudian para mahasiswa yang tergabung dalam organisasi budi utomo
mengajarkan para penduduk pribumi keterampilan-keterampilan modern seperti, pengetahuan
mesin/montir mobil, listrik dan ilmu pengetahuan alam. Perlu diketahui bahwa sebelum tahun
1908, belum ada pendidikan-pendidikan yang mencakup terhapat teknik dan kejuruan yang di
ajarkan oleh para guru di pribumi, meskipun pada tahun 1881 sudah ada di daerah minahasa
namun berlum tersentuh penduduk pribumi jawa dan hanya di peruntukan oleh orang yang
beragama Kristen.

Pada tanggal 8 september 1910 budi utomo memperluas kesempatan anak-anak pribumi
dan jawa untuk menerima pendidikan eropa dan lebih khususnya lagi pendidikan bahasa belanda.
2 tahun sesudah itu pada tahun 1913 sekolah pribumi kelas 1 di beri nama baru yaitu Hollandsch
inlandsche scool, sekolah pribumi belanda dan peraturan akhirnya menetapkan bahwa bahasa
belanda diajarkan mulai dari kelas 1. Pembahuran ini mengakibatkan jumlah murid yang masuk
sekolah-sekolah ini mulai semakin terus bertambah besar. Hal ini membuat bahwasanya budi
utomo sangat mendukung pembaharuan khususnya dalam wujud perbaikan pendidikan terhadap
masyarakat pribumi terutama jawa.

Dr Sutomo dan para teman-teman juga pula membuat koperasi-koperasi kredit yang
belum ada pada masa itu dan bahkan pada tahun 1929 di bangun Bank Negara Indonesia.
Masyarakat jawa yang tadinya belum mengenal pendidikan eropa kemudian terpengaruh dengan
adanya organisasi budi utomo, mereka mendapatkan pendidikan pendikan ketrampilan yang
ilmu-ilmu teknik yang belum mereka dapatkan sebelumnya. Para anggota Budi Utomo juga
mengusulkan kepada pemerintah belanda bahwa disekolah pribumi juga di ajarkan pendidikan-
pendidikan islam karena dengan alasaan bahwa kebudayaan indonesia juga harus memperoleh

14
perlindungan di karenakan banyaknya sekolah belanda yang mengajarkan agama kristen
sehingga ingin memperkecil kemungkinan jika penduduk pribumi nanti akan terpengaruh
kedalam agama kristen.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Budi Utomo sebagai organisasi awal pada masa pergerakan Indonesia didirikan yang oleh siswa
STOVIA. Budi Utomo bebas dari prasangka keagamaan, tetapi lebih untuk meningkatkan
pendidikan dan kebudayaan. Budi Utomo mempunyai fungsi yang istimewa karena bisa menjadi
jembatan antara para pejabat kolonial yang maju dengan kaum terpelajar Jawa. Hal ini
merupakan sumbangan yang tidak ternilai bagi masa depan Indonesia. Pendidikan barat sama
sekali tidak mempendulikan orang jawa yang bukan priyayi, sekolah desa baru berdiri pada
tahun 1907 dan konsep pendidikan formal sangat asing bagi kaum tani. Kaum terpelajar sadar
bahwa persatuan sangat penting, bukan sekedar untuk menjamin keberhasilan mereka sendiri
tetapi juga untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyatakat mereka sendiri. Inspirasi dan
bimbingan yang di kampanyekan oleh dokter wahidin membuat salah satu faktor penting
terbentuknya Budi utomo.

Tema perjuangan Wahdin pada pemikirannya adalah bahwa perjuangan untuk tetap tegaknya
budaya dan bangsa merupakan kepentingan vital bagi orang jawa. Cita-citanya mendirikan
organisasi beasiswa agar bisa membantu siswa-siswa yang miskin namun pandai agar dapat
belajar. Para siswa di STOVIA menggunakan usaha ini sekaligus juga mendirikan organisasi
Budi Utomo yang bersifat umum bagi penduduk pribumi. Pada perkembangan berikutnya, corak
Budi Utomo mengalami perubahan. Pemimpin dan anggotanya kebanyakan adalah pegawai
negeri dan priyayi, sehingga tujuan yang di kembangkannya cenderung hanya memperhatikan
kepentingan mereka. Perhatian Budi Utomo lebih difokuskan pada reaksi pemerintahan Hindia-
Belanda, bukan lagi pada reaksi yang ditunjukan oleh rakyat. Masih banyak lagi perubahan yang
dialami oleh organisasi Budi Utomo, terutama dengan mengutamakan pentingnya pengajaran
bahasa Belanda sebagai syarat untuk diterima menjadi pegawai negeri.

15
Kelahiran Budi Utomo telah menjadi tonggak yang menumbuhkan semangat perjuangan,
sekaligus menjadi inspirasi berdirinya berbagai organisasi di seluruh pelosok tanah air, baik yang
bersifat kedaerahan, politik, keagamaan, serikat pekerja, kewanitaan maupun kepemudaan. Pada
kurun selanjutnya muncul sejumlah organisasi seperti Sarekat Islam, Indische Partij, dan
berbagai organisasi lainnya. Hal ini mewarnai awal kebangkitan nasional yang mencapai
puncaknya pada tahun 1928. Kebangkitan nasional Indonesia ditandai dengan
berdirinya Budi Utomo.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Suharono, Sejarah pergerakan Nasional. Pustaka Pelajar, 1994.

Akira Nagazumi, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia Budi Utomo 1908-1918. Pustaka utama
Grafiti. 1989

M. Nasruddin Anshoriy Ch,Djunaid. Rekam jejak dokter pejuang & pelopor kebangkitan
nasional. Lkis Yogyakarta

Dr. Mohammad Hatta, Permulaan pergerakan Nasional. Idayu Press, Jakarta 1997.

Marwati Djoened dan Kawan-kawan, Sejarah Nasional Indonesia. Balai Pustaka, 1993

Sartono Kartodirdjo, Sejarah pergerakan nasional dari kolonialisme sampai nasionalisme, jilid 2.
Jakarta : Gramedia, 1990

Verslag Congres Boedi Oetama, 1909

R. Soetomo, Kenang-kenangan,Soerabaja, 1934

M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Gadjah Mada Univercity Press, 1989.

H. Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda. LP3ES, 1986

Amry Vandenbosch (1931). "Nationalism in Netherlands East India

Vickers, Adrian. 2005. A History of Modern Indonesia, Cambridge, UK: Cambridge University
Press

17

Anda mungkin juga menyukai