Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“BUDI UTOMO”

GURU PEMBIMBING : GUSTI AYU A. RATIH A., S.Pd

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

1. NI PUTU DEWI SUDIANTI


2. NI KOMANG RAI SANTIKA WATI
3. AGUNG MADE INDRAYOGA
4. KADEK MAHENDRA YANA

KELAS XI – C

SMA SWADHARMA MOPUGAD


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan Hidayat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Makalah ini di susun demi memenuhi Tugas dengan judul “Budi Utomo”. Makalah ini masih
memeilki banyak kekurangan olehnya itu saya mengharpkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian
guna menyemournakan makalah ini.

Mopugad, 06 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI.............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................

C. Tujuan Penulisan............................................................................................................

D. Sistematika Penulisan..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Dan Latar Belakang Sejarah Lahirnya Organisasi Budi Utomo.....................

1. Latar Belakang Lahirnya Budi Utomo....................................................................

2. Sejarah Budi Utomo................................................................................................

B. Pendiri Dan Tokoh-Tokoh Di Budi Utomo..................................................................

1. Soetomo....................................................................................................................

2. Wahidin Soedirohoesodo.........................................................................................

3. Soeradji....................................................................................................................

C. Tujuan Berdirinya Budi Utomo....................................................................................

D. Perkembangan Organisasi Budi Utomo Terhadap Pemerintah Kolonial......................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebangkitan Nasional Adalah Masa Dimana Bangkitnya Rasa Dan Semangat Persatuan,
Kesatuan Dan Nasionalisme Serta Kesadaran Untuk Memperjuangkan Kemerdekaan Republik
Indonesia. Bangkitnya Nasionalisme Di Indonesia Dan Tumbuhnya Pergerakan Nasional
Indonesia Itu, Tidak Hanya Dipengaruhi Adanya Pengaruh Dari Luar Indonesia Saja. Namun
Reaksi Pada Masa Sebelum Tahun 1905 Yang Pernah Dicetuskan Dengan Adanya Perlawanan
Senjata Dan Pemberontakan Di Berbagai Daerah, Seperti Perlawanan Pattimura, Diponegoro,
Pemberontakan Petani 1888, Pemberontakan Para Ulama Dan Lain-Lain.

Hal Ini Telah Membuktikan Nyata Adanya Semangat Nasionalisme Telah Lambat Laun
Telah Bergejolak Pada Bangsa Indonesia Sebagai Reaksi Terhadap Penderitaan Lahir Dan Batin
Akibat Kolonialisme. Budi Utomo Yatu Organisasi Nasional Pertama Di Indonesia, Dikarenakan
Ada Nilai-Nilai Yang Sudah Dipandang Sebagai Bibit Pergerakan Nasional Ini Yaitu Adanya
Penyadaran Tentang Pendidikan Dan Budaya. Dr. Wahidin Sudirohusodo (1857-1917)
Merupakan Pembangkit Semangat Organisasi Budi Utomo. Sebagai Lulusan Sekolah Dokter
Jawa Di Weltvreden (Sesudah Tahun 1900 Dinamakan STOVIA), Ia Merupakan Salah Satu
Tokoh Intelektual Yang Berusaha Memperjuangkan Nasib Bangsanya.i

Organisasi Itu Bentuknya Lebih Berupa Perkumpulan Yang Bersifat Sosial, Ekonomi, Dan
Kebudayaan. Adapun Harkitnas Diresmikan Sejak Era Soeharto, Melalui Keppres Nomor 1
Tahun 1985.ii Meski Begitu, Perayaannya Sudah Dilakukan Sejak 20 Mei 1948, Yang Ditandai
Dengan Pidato Sukarno Di Istana Kepresidenan Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah Yang Terdapat Dalam Makalah Ini Adalah :

1. Bagaimana Sejarah Dan Latar Belakang Sejarah Lahirnya Organisasi Budi Utomo
2. Siapa Pendiri Dan Tokoh-Tokoh Di Budi Utomo?
3. Apa Tujuan Berdirinya Budi Utomo?
4. Bagaimana Perkembangan Organisasi Budi Utomo Terhadap Pemerintah Kolonial?

C. Tujuan

Adapun Tujuan Dari Makalah Ini Adalah :

1. Mengetahui Sejarah Dan Latar Belakang Sejarah Lahirnya Organisasi Budi Utomo
2. Mengetahui Siapa Pendiri Dan Tokoh-Tokoh Di Budi Utomo
3. Mengetahui Tujuan Berdirinya Budi Utomo.
4. Mengetahui Perkembangan Organisasi Budi Utomo Terhadap Pemerintah Kolonial
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Dan Latar Belakang Lahirnya Organisasi Budi Utomo

1. Latar Belakang Lahirnya Budi Utomo

Menurut Buku Yang Ditulis Oleh Akira Nagazumi Dengan Berjudul Bangkitnya
Nasionalisme Indonesia Pada 1908-1918 Dilatarbelakangi Kondisi Ekonomi Yang Buruk Di
Jawa, Dr. Wahidin Sudiro Husodo Pada Tahun 1906-1907 Berkeliling Pulau Jawa, Untuk
Memberikan Penerangan Tentang Cita-Citanya Kepada Para Pegawai Belanda Dan Dalam
Berusaha Mencari Dana Untuk Beasiswa Bagi Pelajar Indonesia Yang Kurang Mampu Tapi
Cakap, Dr. Wahidin Berkeinginan Untuk Mendirikan Badan Pendidikan Yang Di Sebut
Studifonds Atau Di Sebut Dana Belajar Yang Di Tujukan Oleh Pelajar-Pelajar Pribumi
Berprestasi Yang Tidak Mampu Melanjutkan Sekolah.. Usaha Dr. Wahidin Tidak Mendapatkan
Tanggapan Yang Positif Dari Pegawai Pemerintahan Belanda.iii

Dr. Wahidin Merupakan Lulusan Sekolah Dokter Jawa Di Weltvreden (STOVIA), Ia


Merupakan Salah Satu Tokoh Intelektual Yang Berusaha Memperjuangkan Nasib Bangsanya.
Pada Tahun 1901 Sebelum Dia Berkeliling Jawa, Dr. Wahidin Sudirohusodo Menjadi Direktur
Majalah Retnodhoemilah (Ratna Yang Berkilauan) Yang Diterbitkan Dalam Bahasa Jawa Dan
Melayu.iv Menurut Buku Yang Ditulis Oleh Muhammad Hatta Yang Berjudul Permulaan
Pergerakan Nasionalv, Gagasan Wahidin Ini Yang Membuat Murid-Murid STOVIA Terispirasi
Dan Membuat Suatu Pergerakan Yang Nantinya Di Namakan Budi Utomo. Dalam Majalah
Retnodhoemilah Itu Berisi Tentang Sebagian Besar Membicarakan Masalah Kondisi Penduduk
Jawa Yang Semakin Memburuk Dengan Perhatian Khusus Pada Kalangan Priyayi, Dan Di
Tujukan Bagi Pembaca Elite Pribumi. Dalam Buku Sartono Kartodirdjo, Sejarah Pergerakan
Nasional Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme Wahdin Memainkan Peran Penting Dalam
Menggalakan Pendidikan Dan Penyadaran Terhadap Orang Jawa. Sebagai Direktur
Retnodhoemilah Wahidin Berusaha Berkomunikasi Dengan Kalangan Luas Penduduk Pribumi,
Dalam Jabatannya Itu Ia Mengumumkan Majalah Retnodhoemilah Tidak Hanya Menggunakan
Bahasa Jawa Saja Tetapi Juga Bahasa Melayu Sedang Sehingga Para Pembaca Jawa Rata-Rata
Dapat Mudah Menangkap Isinya Dengan Lebih Mudah.

Dalam Ketiga Buku Tersebut Dapat Disimpulakan Bahwa Kuatnya Pengaruh Pemikiran
Dokter Wahidin Yang Pada Akhirnya Membuahkan Sebuah Organisasi. Pada Tahun 1907 Dr
Wahidin Mampir Ke Batavia Untuk Beristirahat Sesudah Dari Perjalanan Panjangnya Itu Dan
Tidak Berniat Untuk Singgah Ke STOVIA. Ia Kemudian Di Undang Oleh Soetomo Dan Soeradji
Untuk Mengundang Dokter Itu Ke STOVIA Untuk Mendengar Gagasan-Gagasannya Akan
Tetapi Mereka Tenyata Tergugah Oleh Semangat Wahidin Itu Dan Tidak Lama Setelah Itu
Didirikanlah Budi Utomo.

2. Sejarah Budi Utomo

Dirasuki Oleh Gagasan-Gagasan Wahdin, Soetomo Segera Larut Dalam Kegiatan


Mendirikan Suatu Perkumpulan Di Dalam STOVIA. Budi Utomo Merupakan Sebuah
Organisasi Pelajar Yang Didirikan Oleh Dr.Sutomo Dan Para Mahasiswa STOVIA (School Tot
Opleiding Voor Inlandsche Arsten) Yaitu Sutomo, Suraji, Gunawan Mangunkusumo. Budi
Utomo Didirikan Di Jakarta Pada Minggu 20 Mei 1908. vi Organisasi Ini Bersifat Sosial,
Ekonomi, Kebudayaan Serta Tidak Bersifat Politik. Budi Utomo Menurut Beberapa Sarjana,
Perkataan Budi Utomo Berasal Dari Kata Sansekerta, Yaitu Bodhi Atau Budhi, Berarti
“Keterbukaan Jiwa”,”Pikiran”,” Kesadaran”, “Akal”, Atau “Pengadilan”. Tetapi Juga Bisa
Berarti “ Daya Untuk Membentuk Dan Menjunjung Konsepsi Dan Ide-Ide Umum”. Sementara
Itu, Perkataan Jawa Utomo Berasal Dari Uttama, Yang Dalam Bahasa Sansekerta Berarti “
Tingkat Pertama” Atau “ Sangat Baik”vii. Tepuk Tangan Bergemuruh Pada Saat Menyambut
Kelahirannya, Para Hadirin Tidak Saja Para Siswa Sekolah Ini Tetapi Juga Siswa-Siswa Dari
Sekolah Pertanian Dan Kehewanan Di Bogor, Pamong Praja Pribumi Di Magelang Dan
Probolinggo.

Dalam Catatan Soetomo Pada Tahun 1909 Asal-Usul Budi Utomo Ternyata Di Usulkan Oleh
Seorang Teman Dekatnya Yaitu Soeradji, Dia Mengatakan :

“Pengusul Nama Budi Utomo Itu Adalah Mas Soeradji Bahkan Dia Telah Sangat
Membantu Para Mahasiwa Stovia Dengan Mengusulkan Budi Utomo Sebagai Nama
Organisasi Ini”viii

Seruan Kelompok STOVIA Dengan Cepat Tersebar Di Seluruh Jawa Dan Di Kemudian
Hari Dijadikan Sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Tak Lama Setelah Didirikan, Para Siswa
Stovia Mencurahkan Tenaga Untuk Merebut Hati Rekan-Rekan Dari Sekolah Lanjutan Lainnya
Untuk Bergabung Dengan Boedi Oetomo. Dengan Cepat Cabang Boedi Oetomo Berdiri Di Tiga
Dari Delapan Sekolah Yang Hadir Saat Pembentukan: OSVIA Di Magelang, Sekolah Pendidikan
Guru Bumiputra Di Yogyakarta, Dan Sekolah Menengah Petang Di Surabaya. ix Sehingga,
Jumlah Anggota Boedi Oetomo Pada Juli 1908 Mencapai 650 Orang. Dari Keseluruhan,
Anggota Dari Stovia Relatif Kecil Karena Jumlah Siswanya Sedikit.

Pada Tanggal 3-8 Oktober 1908, Budi Utomo Menyelenggarakan Kongresnya Yang Pertama
Di Kota Yogyakarta. Hingga Diadakannya Kongres Yang Pertama Ini, Budi Utomo Telah
Memiliki Tujuh Cabang Di Beberapa Kota, Yakni Batavia, Bogor, Bandung, Magelang,
Yogyakarta, Surabaya, Dan Ponorogo. Setelah Cita Cita Budi Utomo Mendapat Dukungan
Yang Makin Meluas Di Kalangan Cendikiawan Jawa, Pelajar Mulai Menyingkir Dari Barisan
Depan Karena Mempunyai Keinginan Agar Generasi Tua Dapat Memegang Peran Bagi Gerakan
Itu. Ketika Kongres Budi Utomo Di Buka Di Yogayakarta Pimpinan Beralih Kepada Generasi
Yang Lebih Tua. Jumlah Anggotanya Meningkat Dari 650 Menjadi 1.200 Anggota, Di Mana 700
Anggota Di Antaranya “Pejabat Dan Orang-Orang Pribumi” (Bukan Siswa). Dengan
Meningkatnnya Persentase Anggota Yang Bukan Siswa, Pengaruh Para Siswa Pun Berangsur-
Angsur Menjadi Semakin Lemah.x Dalam Pertemuan Pada 8 Agustus 1908, Para Pemimpin
Boedi Oetomo Memutuskan Yogyakarta Sebagai Tempat Kongres Pertama. Penetapan Ini,Bukan
Karena Yogyakarta Merupakan Tempat Kelahiran Wahidin Tetapi Karena Yogyakarta
Dipandang Sebagai “Tempat Denyut Jantungnya Jawa”.

Dalam Kongeres Ke 2 Di Tetapkan Pengurus Ketua Organisasi. Tirtokusumo Terpilih


Sebagai Ketua, Ia Merupakan Seorang Bupati Karanganyar Yang Mendapatkan Penghormatan
Dari Kalangan Luas Pejabat Pemerintah. Tirtokusumo Giat Dalam Memajukan Pendidikan Barat
Dengan Prakrasa Sendiri Sebelum Tahun 1908 Ia Mendirikan Sekolah Gadis Di Kabupatennya
Dan Mengangkat Anak-Anak Perempuannya Sebagai Guru-Guru Kepala Sekolah Yang
Pertama.xi Pengurus Besar Memutuskan Unutk Membatasi Jangkauan Geraknya Kepada
Penduduk Jawa Dan Madura Dan Tidak Akan Melibatkan Diri Dalam Kegiatan Politik. Bidang
Kegiatan Yang Dipilihnya Oleh Karena Itu Ialah Bidang Pendidikan Dan Budaya Karena Budi
Utomo Menganggap Perlu Di Luaskan Pendidikan Terutama Pendidikan Barat. Pengetahuan
Bahasa Belanda Mendapat Prioritas Pertama Karena Tanpa Itu Seseorang Tidak Dapat
Mengharapkan Kedudukan Yang Layak Dalam Jenjang Kepegawaian Kolonial.

B. Pendiri Dan Tokoh-Tokoh Budi Utomo

1. Soetomo

Dr. Soetomo (Lahir Di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa


Timur, 30 Juli 1888 – Meninggal Di Surabaya, Jawa Timur,
30 Mei 1938 Pada Umur 49 Tahun) Adalah Tokoh Pendiri
Budi Utomo, Organisasi Pergerakan Yang Pertama Di
Indonesia. Ayah Sutomo, Raden Suwaji, Adalah Seorang
Priyayi Pegawai Pengreh Yang Maju Dan Modern. Sutomo
Dibesarkan Di Keluarga Yang Berkecukupan, Terhormat Dan
Sangat Memanjakannya. Limpahan Kasih Sayang, Tertuju
Pada Sutomo Kecil, Terutama Dari Sang Kakek Dan Nenek.
Kakek Sutomo Bernama R Ng Singawijaya Atau KH
Abdurakhman. Nama Tersebut Sangat Disegani Dan Ternama Di Wilayah Nganjuk. Hal Inilah
xii

Yang Sangat Berpengaruh Pada Perilaku Dan Sifat Sutomo. Manja, Nakal, Sewenang-Wenang
Kepada Kawannya, Pun Berkelakuan Bak Raja Kecil. Pada Usia 8 Tahun Orang Tuanya
Menitipkan Soebroto Kepada Pamannya Yang Bernama Arjodipuro. Di Tempat Ini Soebroto
Didaftarkan Di Sekolah Belanda, Yaitu Europeesche Lagere School (ELS). Namun Ia Tidak
Diterima. Pamannya Tidak Pernah Berputus Asa, Hingga Keesokan Harinya Beliau Mengajak
Soebroto Ke Sekolah. Dengan Menyampaikan Keinginannya Untuk Menyekolahkannya,
Soebroto Kemudian Diterima Namun Dengan Nama Soetomo. Sejak Itulah Soebroto Berubah
Nama Menjadi Soetomo. Di Sekolah Soetomo Termasuk Anak Pintar Sampai Sampai Ia
Disegani Oleh Teman-Temannya Baik Dari Indonesia Maupun Dari Belanda. Bahkan Gurunya
Yang Juga Bangsawan Belanda Menyayanginya. Soetomo Masuk Ke Sekolah STOVIA Pada
Tanggal 10 Januari 1903 Walaupun Sebenarnya Ia Tidak Berniat Masuk Sekolah Kedokteran.
Sutomo Setelah Lulus Dari STOVIA Tahun 1911, Bertugas Sebagai Dokter, Mula-Mula Di
Semarang, Lalu Pindah Ke Tuban, Pindah Lagi Ke Lubuk Pakam (Sumatera Timur) Dan
Akhirnya Ke Malang. Saat Bertugas Di Malang, Ia Membasmi Wabah Pes Yang Melanda
Daerah Magetan.

Pada 1919, Dr. Sutomo Memperoleh Kesempatan Belajar Di Universitas Amsterdam,


Belanda. Ia Beserta Istri Pindah Kesana. Selain Belajar, Kesibukan Dr. Sutomo Di Belanda
Bertambah Karena Ia Juga Aktif Dalam Perhimpunan Indonesia (PI) Yaitu Perkumpulan
Mahasiswa Indonesia Di Belanda. Pertemuan Dengan Tokoh-Tokoh PI Lainnya Seperti
Mohammad Hatta, Ahmad Subardjo, Ali Sastroamijoyo, Sunario, Iwa Kusuma Sumantri, Dan
Nazir Pamuncak Di Sana. Setelah Kepulangannya Dari Belanda Pada Tahun 1923 Ia Bertugas
Menjadi Guru Sekolah Dokter NIAS Di Surabaya.
2. Wahidin Soedirohoesodo

Dr. Wahidin Soedirohoesodo (Lahir Di Mlati, Sleman,


Yogyakarta, 7 Januari 1852 – Meninggal Di Yogyakarta, 26
Mei 1917xiii Pada Umur 65 Tahun, (Wahidin Sudirohusodo)
Adalah Salah Seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Dialah
Penggagas Berdirinya Organisasi Yang Didirikan Para Pelajar
School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen Jakarta Itu.
Wahidin Sudirohusodo Menyelesaikan Pendidikan Sekolah
Dasarnya Di Yogyakarta, Kemudian Dia Lanjutkan Dengan
Bersekolah Di Europeesche Lagere School Yang Juga Berlokasi
Di Yogyakarta. Setelah Menyelesaikan Studinya Di Sekolah
Tersebut, Sudirohusodo Memutuskan Untuk Masuk Di Sekolah Dokter Jawa Atau Yang Juga
Dikenal Dengan Sebutan STOVIA Di Jakarta. Selama Hidupnya, Sudirohusodo Yang Diketahui
Merupakan Keturunan Bugis-Makassar Ini Sangat Senang Bergaul Dengan Rakyat Biasa.
Sehinggga Tak Heran Bila Dia Disukai Banyak Orang. Dari Pergaulannya Inilah, Sudirohusodo
Akhirnya Sedikit Banyak Mengerti Penderitaan Rakyat Akibat Penjajahan Belanda. Selain
Sering Bergaul Dengan Rakyat, Dokter Yang Terkenal Pula Pandai Menabuh Gamelan Dan
Mencintai Seni Suara, Ini Juga Sering Mengunjungi Tokoh-Tokoh Masyarakat Di Beberapa Kota
Di Jawa. Para Tokoh Itu Kemudian Diajaknya Untuk Menyisihkan Sedikit Uang Mereka Yang
Nantinya Digunakan Untuk Menolong Pemuda-Pemuda Yang Cerdas, Tetapi Tidak Mampu
Melanjutkan Sekolahnya. Namun Sayangnya, Ajakan Sudirohusodo Ini Kurang Mendapat
Sambutanxiv. Ia Dijadikan Pahlawan Nasional 6 November 1973 Dengan Dikeluarkannya
Keppres No. 88/TK/1973.xv

3. Soeradji

Soeradji Bersama Soetomo Untuk Kali Pertama Bertemu Dr.


Wahidin Soediro Hoesodo Di Jakarta Pada Tahun 1907—
Pertemuan Bersejarah Yang Kemudian Menginspirasi
Pembentukan Boedi Oetomo Yaitu Dengan Mengusulkan Nama
Organisasi Ini. Ia Lahir Pada Tahun 1888 Di Madiun, Dan
Tercatat Dalam Data STOVIA Lulus Pada 1912. Pascalulus, Ia
Bertugas Di Bandung, Lalu Ke Daerah Palembang Di Sungai
Gerong. Ia Menikah Dengan Salah Seorang Cucu Dari Dr.
Wahidin. Di Sana Putra Sulungnya Lahir. Ia Pindah Ke
Kepulauan Riau, Lantas Ke Pulau Sambu Dekat Singapura.
Tahun 1916 Ia Kembali Ke Yogyakarta Da Ditempatkan Di
Wonogiri Sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten. Di Tempat Ini Dr. Soeradji Berhasil
Memberantas Penyakit Frambusia Dan Busung Lapar.

C. Tujuan Berdirinya Budi Utomo

Tujuan Budi Utomo Adalah Menyadarkan Kedudukan Bangsa Jawa, Sunda, Dan Madura
Pada Diri Sendiri Dan Berusaha Mempertinggi Akan Kemajuan Mata Pencaharian Serta
Penghidupan Bangsa Disertai Dengan Jalan Memperdalam Keseniaan. Selain Tujuannya Yang
Lain Adalah Menjamin Kehidupan Sebagai Bangsa Yang Terhormat Dengan Menitik Beratkan
Pada Soal Pendidikan, Pengajaran, Dan Kebudayaan. Pada Hari Minggu Tanggal 20 Mei 1908,
Dihadapan Beberapa Mahasiswa STOVIA, Sutomo Mendeklarasikan Berdirinya Organisasi
Budi Utomo. Tujuan Umum Yang Hendak Dicapai Dari Pendirian Organisasi Budi Utomo
Tersebut Antara Lain:

- Memajukan Pengajaran.
- Memajukan Pertanian, Peternakan Dan Perdagangan.
- Memajukan Teknik Dan Industri.
- Menghidupkan Kembali Kebudayaan.

Selain Itu Budi Utomo Mempunyai Tujuan Khusus Yang Tercantum Dalam Beberapa Fasal
Di Antaranya :xvi

- Memperhatikan Kepentingan Pelajaran Umum


- Menjunjung Tinggi Dasar-Dasar Perikemanusian
- Lain-Lain Yang Dapat Menjammin Penghidupan Bangsa Yang Pantas

Budi Utomo Tergolong Organisasi Pertama Di Antara Organisasi Bangsa Indonesia Yang
Disusun Secara Modern. Organisasi Kebangsaan Yang Berdasar Pada Usaha Individu Yang
Bebas Dan Sadar Terhadap Persatuan. Surat Kabar Batavia, Bataviansch Nieuwsblad
Menyebutnya Sebagai "Langkah Pertama Telah Diayunkan Dan Itulah Langkah Yang Besar"
(Het Eerste Stap Is Gedaan, En Het Is Een Groote Stap). Pada Tanggal 13 Juli 1908 Dalam Surat
Kabar Ini Termuat Tekad Kaum Muda Sebagai Pemimpin Di Masa Yang Akan Datang Untuk
Memperbaiki Keadaan Rakyat.

D. Perkembangan Organisasi Budi Utomo Terhadap Pemerintah Kolonial

Sejak Awal Mula Pemerintah Kolonial Belanda Telah Menunjukan Minatnya Yang Besar
Terhadao Budi Utomo. Menurut Sebuah Surat Yang Ditulis Oleh Sekertaris Pertama Pemerintah
Pada Pertengahan Oktober 1908, Gubenur Jenderal J.B Van Heutsz Dengan Teliti Mengikuti
Artikel-Artikel Surat Kabar Dari Berdirinya Budi Utomo Yang Di Adakan Di Yogyakarta Itu.
Gubernur Jenderal Akhirnya Menarik Kesimpulan Bahwa Organisasi Ini Sebagai “Bukan
Omong Kosong Tetapi Hasil-Hasil Bermanfaat Bagi Negeri Dan Rakyat Yang Bisa Diharapkan
Dari Gerakan Ini”. Ketika Jabatan Budi Utomo Akan Dipegang Oleh Bupati Karanganyar Yaitu
Tirtokusumo Belanda Bergembira Dan Berniat Melakukan Apa Saja Yang Bisa Demi
Pengangkatan Ituxvii. Gubernur Jenderal Berpendapat Jika Bupati Menerima Kedudukan Ketua
Itu, Diharapkan Agar Ia Mampu Mengemudikan Organisasi Ke Arahnya Yang Benar Dan Jika
Perlu Memberikan Jaminan Kerja Sama Antara Pemerintah Dengan Badan Pengurus Budi
Utomo.

Pejabat Eropa Memberikan Sebuah Ungkapan Yaitu “Perintah Alus” Yang Artinya Bahwa
Pemerintah Hendaknya Melakukan Tekanan Lembut Terhadap Pribumi Bawahan Mereka Atau
Terhadap Penduduk Pribumi Dan Bukan Dengan Berlindung Pada Tindakan-Tindakan Kasar
Dari Masa Lalu Yaitu Dengan Cara Pemaksaan Dan Ancaman Hukuman Apabila Perintah-
Perintah Pemerintah Tidak Ditaati. Hal Ini Membuat Bahwa Pemerintah Pada Waktu Itu
Mengharapkan Adanya Pemerintahan Kolonial Yang Tertib Dan Damai Dan Serentak Dengan
Itu Juga Demi Perkembangan Penduduk Pribumi Terpelajar Secara Spontan Dan Moderat.xviii

Dengan Demikian Pengangakatan Tirtokusumo Diterima Sebagai Pertanda Baik Bagi


Kolonial Belanda, Tetapi Secara Resmi Juga Pemerintah Bersikap Hati-Hati Dengan Tidak
Terlalu Dini Menyatakan Pendapat Sepatahpun Tentang Organisasi Itu Dan Tidak Tergesa-Gesa
Memberikan Pengakuan Terhadap Budi Utomo Sebagai Organisasi Yang Sah. Tahun 1909 Dua
Kelompok Minoritas Di Dalam Budi Utomo Berangsur-Angur Terbenttuk. Kelompok Yang Satu
Menganjurkan Agar Budi Utomo Menjadi Organisasi Politik Yang Di Gagas Oleh Kaum Muda
Dan Yang Satu Lagi Mengendaki Agar Budi Utomo Memperluas Perhatianya Sehingga Meliputi
Seluruh Bangsa Hindia Belanda Oleh Kaum Tua. Dipilihnya Tijpto Mangkusumo Dan
Soerjodipoetro Yang Duduk Pada Badan Pengurus Merupakan Upaya Untuk Mencegah
Terjadinya Perpecahan.

Pada Tanggal 18 Oktober Badan Pengurus Akhirnya Mengajukan Anggaran Dasar


Organisasi Kepada Pemerintah Kolonial Unutk Mendapatkan Pengesahannya. Pemerintah
Memberikan Keputusan Yang Positif Dengan Menyatakan Budi Utomo Sebagai Organisasi
Yang Sah Dengan Keputusan Pemerintah No.52, 28 Desember 1909 Sekitar Satu Setengah
Tahun Sesudah Rapat Pertama Di STOVIA Mei 1908 Dan Kemudian Budi Utomo Secara Resmi
Diberi Izin Melakukan Kegiatannya. Pemerintah Hindia-Belanda Mengesahkan Budi Utomo
Sebaga Badan Hukum Yang Sah Karena Dinilai Tidak Membahayakan. Dengan Demikian
Apabila Sikap Budi Utomo Telah Merebut Kepercayaan Pemerintah Kolonial Dan Para Pejabat
Belanda Yang Maju Pada Akhir Tahun 1909. Untuk Sementara Pemerintah Merasa Cukup Puas
Terhadap Budi Utomo Sehingga Demikian Organisasi Ini Tidak Lagi Disebit Sebut Lagi Di
Dalam Dokumen-Dokumen Rahasia Yang Mengancam Belanda Sampai Budi Utomo Berpaling
Kepada Kegiatan Bidang Politk Pada Tahun 1915

Pada Tahun 1916-1917 Merupakan Pertanda Masa Amat Yang Berhasil Bagi Budi Utomo
Karena Dwidjosewoyo Sebagai Wakil Budi Utomo Berhasil Mengadakan Pendekatan Dengan
Pemimpin-Pemimpin Belanda Terkemuka. Keterangan Menteri Urusan Daerah Jajahan Tentang
Pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat) Saat Itu Sedang Di Bicarakan Yang Bahwasanya Budi
Utomo Akan Di Jadikan Sebagai Dewan Perwakilan Rakyat Belanda Dan Ini Merupakan Hal
Yang Amat Mengembirakan Bagi Budi Utomo . Aktivitas Itu Memberikan Kesan Di Kalangan
Pemerintahan Kolonial Bahwa Budi Utomo Adalah Satu-Satunya Organisasi Yang Bertanggung
Jawab Dan Dapat Dipercaya. Sebagai Hasilnya Budi Utomo Dalam Kampanye Dapat
Menduduki Jumlah Kursi Yang Nomor Dua Besarnya Di Antara Anggota Pribumi Dalam
Volksraad.xix

Budi Utomo Adalah Sebuah Gerakan Yang Ingin Menyadarkan Kedudukan Bangsa Jawa.
Pengaruh Gerakan Budi Utomo Terlihat Dengan Media Masa, Seperti Majalah Oedyana Para
Prujitna Tijdschrift Voor Den Vooruittlrevenden Javaan (Majalah Untuk Orang Jawa Yang Ingin
Maju) Isi Dari Majalah Tersebut Membahas Tentang Pertanian Untuk Masyarakat Pribumi, Yang
Terbit Perdana Pada Juni 1909 Di Bawah Redaksi Boenjamin Yang Baru Saja Menyelesaikan
Pendidikan Dokternya. Dalam Pengantar Redaksinya, Boenjamin Dengan Bangga Menamakan
Majalahnya “Majalah Nasional Pertama Untuk Orang Jawa Dan Ditulis Oleh Orang Jawa”.
Tujuan Majalah Ini Adalah Mendorong Kecintaan Pada Bahasa Jawa Dan Pengembangan
Bahasa Jawa. Bahasa Jawa Harus Dikembangkan Sedemikian Rupa, Sehingga Dapai Berfungsi
Di Tengah Kehidupan Modem. Selain Itu Majalah Dapat Menjadi Ajang Bagi Para Penulis Jawa,
Dan Menyampaikan Pengetahuan Tentang Negeri Belanda Kepada Orang Jawa. Di Semarang
Budi Utomo Mendirikan Toko Buku Jawa Dan Percetakan Budi Utomo Kemudian Menerbitkan
Majalah Bulanan Yang Bernama Goeroe Desa Yang Terbit Pada Bulan September 1910 Yang
Ditujukan Untuk Memperbaiki Kesehjahteraan Rakyat Jawa Di Perdesaan Dan Berisi Nasihat-
Nasihat Tentang Bagaimana Menggarap Tanah Dengan Traktor, Mengelola Perdagangan,
Pemeliharaan Ternak, Unggah Dan Lebah.

Pada Tahun 1909 Sekolah-Sekolah Di Jawa Dan Sumatera Akhirnya Mendapatkan


Pendidikan Modern Seperti, Diajarkan Pengeloloan Kayu Dan Besi Yang Lebih Modern Dengan
Teknik Eropa Kemudian Para Mahasiswa Yang Tergabung Dalam Organisasi Budi Utomo
Mengajarkan Para Penduduk Pribumi Keterampilan-Keterampilan Modern Seperti, Pengetahuan
Mesin/Montir Mobil, Listrik Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Perlu Diketahui Bahwa Sebelum
Tahun 1908, Belum Ada Pendidikan-Pendidikan Yang Mencakup Terhapat Teknik Dan
Kejuruan Yang Di Ajarkan Oleh Para Guru Di Pribumi, Meskipun Pada Tahun 1881 Sudah Ada
Di Daerah Minahasa Namun Berlum Tersentuh Penduduk Pribumi Jawa Dan Hanya Di
Peruntukan Oleh Orang Yang Beragama Kristen.xx

Pada Tanggal 8 September 1910 Budi Utomo Memperluas Kesempatan Anak-Anak Pribumi
Dan Jawa Untuk Menerima Pendidikan Eropa Dan Lebih Khususnya Lagi Pendidikan Bahasa
Belanda. 2 Tahun Sesudah Itu Pada Tahun 1913 Sekolah Pribumi Kelas 1 Di Beri Nama Baru
Yaitu Hollandsch Inlandsche Scool, Sekolah Pribumi Belanda Dan Peraturan Akhirnya
Menetapkan Bahwa Bahasa Belanda Diajarkan Mulai Dari Kelas 1. Pembahuran Ini
Mengakibatkan Jumlah Murid Yang Masuk Sekolah-Sekolah Ini Mulai Semakin Terus
Bertambah Besar. Hal Ini Membuat Bahwasanya Budi Utomo Sangat Mendukung Pembaharuan
Khususnya Dalam Wujud Perbaikan Pendidikan Terhadap Masyarakat Pribumi Terutama
Jawa.xxi

Dr Sutomo Dan Para Teman-Teman Juga Pula Membuat Koperasi-Koperasi Kredit Yang
Belum Ada Pada Masa Itu Dan Bahkan Pada Tahun 1929 Di Bangun Bank Negara Indonesia.
Masyarakat Jawa Yang Tadinya Belum Mengenal Pendidikan Eropa Kemudian Terpengaruh
Dengan Adanya Organisasi Budi Utomo, Mereka Mendapatkan Pendidikan Pendikan
Ketrampilan Yang Ilmu-Ilmu Teknik Yang Belum Mereka Dapatkan Sebelumnya. Para Anggota
Budi Utomo Juga Mengusulkan Kepada Pemerintah Belanda Bahwa Disekolah Pribumi Juga Di
Ajarkan Pendidikan-Pendidikan Islam Karena Dengan Alasaan Bahwa Kebudayaan Indonesia
Juga Harus Memperoleh Perlindungan Di Karenakan Banyaknya Sekolah Belanda Yang
Mengajarkan Agama Kristen Sehingga Ingin Memperkecil Kemungkinan Jika Penduduk
Pribumi Nanti Akan Terpengaruh Kedalam Agama Kristen.xxii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Budi Utomo Sebagai Organisasi Awal Pada Masa Pergerakan Indonesia Didirikan Yang
Oleh Siswa STOVIA. Budi Utomo Bebas Dari Prasangka Keagamaan, Tetapi Lebih Untuk
Meningkatkan Pendidikan Dan Kebudayaan. Budi Utomo Mempunyai Fungsi Yang Istimewa
Karena Bisa Menjadi Jembatan Antara Para Pejabat Kolonial Yang Maju Dengan Kaum
Terpelajar Jawa. Hal Ini Merupakan Sumbangan Yang Tidak Ternilai Bagi Masa Depan
Indonesia. Pendidikan Barat Sama Sekali Tidak Mempendulikan Orang Jawa Yang Bukan
Priyayi, Sekolah Desa Baru Berdiri Pada Tahun 1907 Dan Konsep Pendidikan Formal Sangat
Asing Bagi Kaum Tani. Kaum Terpelajar Sadar Bahwa Persatuan Sangat Penting, Bukan
Sekedar Untuk Menjamin Keberhasilan Mereka Sendiri Tetapi Juga Untuk Meningkatkan
Kondisi Kehidupan Masyatakat Mereka Sendiri. Inspirasi Dan Bimbingan Yang Di
Kampanyekan Oleh Dokter Wahidin Membuat Salah Satu Faktor Penting Terbentuknya Budi
Utomo.

Tema Perjuangan Wahdin Pada Pemikirannya Adalah Bahwa Perjuangan Untuk Tetap
Tegaknya Budaya Dan Bangsa Merupakan Kepentingan Vital Bagi Orang Jawa. Cita-Citanya
Mendirikan Organisasi Beasiswa Agar Bisa Membantu Siswa-Siswa Yang Miskin Namun
Pandai Agar Dapat Belajar. Para Siswa Di STOVIA Menggunakan Usaha Ini Sekaligus Juga
Mendirikan Organisasi Budi Utomo Yang Bersifat Umum Bagi Penduduk Pribumi. Pada
Perkembangan Berikutnya, Corak Budi Utomo Mengalami Perubahan. Pemimpin Dan
Anggotanya Kebanyakan Adalah Pegawai Negeri Dan Priyayi, Sehingga Tujuan Yang Di
Kembangkannya Cenderung Hanya Memperhatikan Kepentingan Mereka. Perhatian Budi
Utomo Lebih Difokuskan Pada Reaksi Pemerintahan Hindia-Belanda, Bukan Lagi Pada Reaksi
Yang Ditunjukan Oleh Rakyat. Masih Banyak Lagi Perubahan Yang Dialami Oleh Organisasi
Budi Utomo, Terutama Dengan Mengutamakan Pentingnya Pengajaran Bahasa Belanda Sebagai
Syarat Untuk Diterima Menjadi Pegawai Negeri.

Kelahiran Budi Utomo Telah Menjadi Tonggak Yang Menumbuhkan Semangat Perjuangan,
Sekaligus Menjadi Inspirasi Berdirinya Berbagai Organisasi Di Seluruh Pelosok Tanah Air, Baik
Yang Bersifat Kedaerahan, Politik, Keagamaan, Serikat Pekerja, Kewanitaan Maupun
Kepemudaan. Pada Kurun Selanjutnya Muncul Sejumlah Organisasi Seperti Sarekat Islam,
Indische Partij, Dan Berbagai Organisasi Lainnya. Hal Ini Mewarnai Awal Kebangkitan
Nasional Yang Mencapai Puncaknya Pada Tahun 1928. Kebangkitan Nasional Indonesia
Ditandai Dengan Berdirinya Budi Utomo.
DAFTAR PUSTAKA

- Dr.Suharono, Sejarah Pergerakan Nasional. Pustaka Pelajar, 1994.


- Akira Nagazumi, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia Budi Utomo 1908-1918. Pustaka
Utama Grafiti. 1989
- M. Nasruddin Anshoriy Ch,Djunaid. Rekam Jejak Dokter Pejuang & Pelopor
Kebangkitan Nasional. Lkis Yogyakarta
- Dr. Mohammad Hatta, Permulaan Pergerakan Nasional. Idayu Press, Jakarta 1997.
- Marwati Djoened Dan Kawan-Kawan, Sejarah Nasional Indonesia. Balai Pustaka, 1993
- Sartono Kartodirdjo, Sejarah Pergerakan Nasional Dari Kolonialisme Sampai
Nasionalisme, Jilid 2. Jakarta : Gramedia, 1990
- Verslag Congres Boedi Oetama, 1909
- R. Soetomo, Kenang-Kenangan,Soerabaja, 1934
- M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Gadjah Mada Univercity Press, 1989.
- H. Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda. LP3ES, 1986
- Amry Vandenbosch (1931). "Nationalism In Netherlands East India
- Vickers, Adrian. 2005. A History Of Modern Indonesia, Cambridge, UK: Cambridge
University Press
-
i
Vickers, Adrian. 2005. A History of Modern Indonesia, Cambridge, UK: Cambridge University Press, Hlm. 73
ii
http://setkab.go.id/hari-hari-penting-di-indonesia/. Di akses pada tanggal 20 mei 2016
iii
Akira Nagazumi, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia Budi Utomo 1908-1918. Pustaka utama Grafiti. 1989. Hlm 65
iv
Sartono Kartodirdjo, Sejarah pergerakan nasional dari kolonialisme sampai nasionalisme, jilid 2. Jakarta : Gramedia,
1990. Hlm 36
v
Lihat Dr. Mohammad Hatta, Permulaan pergerakan Nasional. Idayu Press, Jakarta 1997. Hlm 7
vi
Dr.Suharono, Sejarah pergerakan Nasional. Pustaka Pelajar, 1994. Hlm 6
vii
Ibid , Hlm 58
viii
Dapat dilihat pada catatan Verslag Congres Boedi Oetama, 1909
ix
R. Soetomo, Kenang-kenangan,Soerabaja, 1934, Hlm 79-81
x
Lebih lanjut dapat dilihat, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia Budi Utomo 1908-1918. Pustaka utama Grafiti. 1989. Hlm
65
xi
Ibid Hlm81
xii
M. Nasruddin Anshoriy Ch,Djunaid. Rekam jejak dokter pejuang & pelopor kebangkitan nasional. Lkis Yogyakarta. Hlm
19
xiii
Ibid hlm 13
xiv
Akira Nagazumi, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia Budi Utomo 1908-1918. Pustaka utama Grafiti. 1989. Hlm 44
xv
Dapat dilihat dalam Keputusan Presiden No 88, 1973
xvi
Dr. Mohammad Hatta, Permulaan pergerakan Nasional. Idayu Press, Jakarta 1997. Hlm 8
xvii
Surat Hulshoff Pol, sekertaris pertama pemerintah, kepada residen kedu, 15 oktober 1908 (verbaal 3 november 1909,
mail. No. 1725x/08
xviii
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Gadjah Mada Univercity Press, 1989. Hlm 238
xix
Marwati Djoened dan Kawan-kawan, Sejarah Nasional Indonesia. Balai Pustaka, 1993. Hlm 338
xx
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Gadjah Mada Univercity Press, 1989. Hlm 238
xxi
H. Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda. LP3ES, 1986. Hlm 48
xxii
Pada tahun 1934 C.C Berg memberikan prasaran tentang pengaruh kebudayaan barat dan tugasnya di indonesia, salam
suatu diskusi yang diselengarakan oleh Indisch Genootschap (pengakjian masyarakat indonesia). ketika ditanya
pendapatnya tentang penambahan pelajaran Al—Quran bagi sekolah desa, dia menyetujuinya dengan alasan agar pribumi
tidak terlepas dari kebudayaannya. Dalam Indisch Genootschap,
6 april 1934.

Anda mungkin juga menyukai