Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BUDI UTOMO

Dosen Pengampu Sejarah Indonesia Masa Pergerakan:

“Dr. Rosmaida Sinaga, M.Hum.”

Disusun Oleh :

Nur Fadillah (3213121031)

M. Fajar syahban lubis (3213121014)

Maemunah Hutagalung (3211121001)

Nadilla Andrina (3213121002)

Kelompok 2 Pend. Sejarah (Reguler C)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha esa, berkat rahmat dan
karunia Nya, makalah ini dapat terselesaikan. Adapun tujuan penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Dr. Rosmaida Sinaga M.Hum. selaku Dosen
Pengampu Sejarah Indonesia Pergerakan Nasional.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Rosmaida Sinaga M.Hum. yang
telah membimbing proses pembelajaran untuk tugas makalah tentang masa pergerakan
nasional budi utomo sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari
bahwa penulisan makalah ini belum sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun agar dapat lebih baik lagi kedepannya.

Medan, 21 Februari 2023

Penulis

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..ii

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang………………………………………………………………………1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………..1
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………………1

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Budi Utomo………………………………………………………………...

2.2 Lahirnya Budi utomo……………………………………………………….………….

2.3 Perkembangan Budi Utomo………………………………………………………........

2.4 Tokoh Budi Utomo……………………………………………………………………..

2.3. Peranan Budi Utomo Dalam pergerakan Nasional …………………………………...

2.6 Kemunduran Budi Utomo……………………………………………………………...

BAB III: PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………..

3.2 Saran……………………………………………………………………………............

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengerakan Nasional merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut satu fase
dalam sejarah Indonesia yakni masa perjuangan mencapai kemerdekaan yakni pada kurun
1908-1945. Mengapa 1908 dijadikan sebagai tahun awal?, alasannya karena pada masa inilah
perjuangan yang dilakukan rakyat termasuk dalam kategori bervisi nasional. Artinya
pergerakan yang dilakukan untuk menentang kaum penjajah sebelum tahun ini, masih bersifat
kedaerahan atau sebatas masing-masing memperjuangkan kelompoknya masing-masing.

Golongan terpelajar merupakan pemuda-pemuda Indonesia yang terdidik atau


pemuda-pemuda Indonesia yang telah mendapatkan pendidikan. Menurut Kurniadi (1987:12)
pemuda merupakan aset nasional yang memiliki potensi untuk membangun bangsa melalui
pendidikan. Tujuan utama pemerintah kolonial Belanda memberikan pendidikan kepada
golongan bumiputra adalah untuk mendapatkan tenaga terdidik dengan biaya yang murah.
Pemerintah Belanda menginginkan anak-anak Indonesia menjadi pegawai yang dipengaruhi
oleh budaya Barat. Golongan terpelajar membawa cara baru perjuangan bangsa Indonesia
yang tidak lagi mengandalkan fisik melainkan mengadalkan kemampuan intelektual yang
dimiliki.

Golongan terpelajar yang mendapatkan pendidikan dengan cara Barat mendapat


tempat terhormat dalam masyarakat. Golongan terpelajar dianggap sebagai orang yang dapat
dijadikan panutan, tempat bertanya dan orang yang dibanggakan berkat ilmu yang dimiliki.
Pertumbuhan dan perkembangan golongan terpelajar didaerah dapat dikatakan terlambat,
akibatnya pertumbuhan organisasi untuk memperjuangkan kemerdekaan juga terlambat
(Soedarto, 1978:26). Pergerakan nasional di Indonesia dipelopori oleh golongan terpelajar

4
yang di tandai dengan berdirinya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Lahirnya
pergerakan nasional tidak dapat di pisahkan kebijakan politik etis dan pelaksanaan
pendidikan kolonial Belanda di Indonesia. Sekolah-sekolah yang di dirikan oleh pemerintah
kolonial Belanda memberikan konstribusi terhadap pemenuhan pendidikan di Indonesia.
Anak-anak Indonesia memperoleh kesempatan untuk bersekolah sampai pada tingkat
menengah bahkan sampai ketingkat perguruan tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari budi utomo?


2. Apa saja faktorfaktor yang mempengaruhi lahirnya budi utomo?
3. Bagaimana perkembangan budi utomo?
4. Siapa saja tokoh tokoh budi utomo?
5. Bagaimana peranan budi utomo dalam pergerakan nasional?
6. Apa penyebab kemunduran budi utomo?

1.3 Tujuan

1. Agar kita mengetahui bagaimana pergerakan nasional di indonesia


2. Agar kita mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi lahirnya budi utomo.
3. Agar kita tau bagaimana perkembangan budi utomo pada saat itu
4. Agar kita tau siapa saja tokoh tokoh yang ikut berperan pada masa itu
5. Agar kita mengetahui aps saja peranan budi utomo dalam pergerakan nasional.
6. Agar kita tau apa penyebab keunduran budi utomo

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Budi Utomo


Budi Utomo nerupakan organisasi pertama yang ada di Indonesia dan disusun
dengan bentuk modern. Budi Utomo adalah organisasi yang berdiri di Indonesia
dan menjadi cikal bakal dari lahirnya masa pergerakan nasional di Indonesia
hingga kemudian disusul oleh berdirinya organisasi-organisasi lainnya. Budi
Utomo dibentuk oleh Dr.Soetomo dan para pelajar School tot Opleiding van
Inlandsche Artsen (STOVIA) yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 di Jakarta.
Pendirian Budi Utomo ini sebagai akibat dari diberlakukannya politik etis oleh
Pemerintahan Hindia Belanda.
Namun demikian keberadaan Budi Utomo bukan hanya berdasarkan kejadian
kejadian di luar negri yang akan menyadarkan tentang keadaan bangsanya akan
tetapi berhubungan juga dengan semacam orgaisasi yang ada sebelum tahun
1908. dalam majalah Retno Doemilah yang terbit tahun 1895 dan Pewarta
Priyayi, telah tercermin kenyataan tentang adanya pertumbuhan di kalangan elite
pribumi unutk memperjuangkan kepentingan mereka sendiri. Majalah yang
diterbitkan dalam bahasa Melayu dan Jawa sebagian besar membicarakan
masalah kondisi penduduk Jawa yang semakin buruk dengan perhatian khusus
pada kalangan priyayi. Dalam majalah Reto Doemilah inilah Wahidin
Soedirohoesodo berperang sangat penting dalam mengadakan pendidikan dan
penyadaran terhadap orang Jawa dan juga penganjur berdirinya Budi Utomo.

2.2 Lahirnya Budi Utomo

Berdirinya Budi Utomo diawali dengan gagasan dari Dr.Wahidin


Sudirohusodo. Dr.Wahidin Sudirohusodo merupakan salah satu pahlawan
nasional yang menginspirasi pergerakan nasional di Indonesia. Dr.Wahidin
Sudirohusodo tidak hanya berjuang melalui dunia kedokteran saja, namun ia juga

6
fokus pada pendidikan rakyat. Awalnya ia melihat kesengsaraan dan penderitaan
yang dialami oleh rakyat Indonesia karena tidak bisa menempuh pendidikan.
Padahal seharusnya dengan dilakukannya politik etis yang diberlakukan oleh
pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1901 sebagai politik balas budi bisa
mengurangi penderitaan dan kesengsaraan rakyat. Tapi, ternyata politik etis yang
dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda hanya bisa dijalankan oleh orang-
orang dari kalangan tertentu yang berasal dari kelas atas seperti bangsawan dan
kaum priyayi. Sebagai redaktu Retno Doemilah, Wahidin berusaaha
berkomunikasi dengan kalangan luas pribumi dengan cara menulis dalam Retno
Doemilah dan berceramah ke seluruh Pulau Jawa. Dalam pidatonya diungkapkan
propaganda tentang kebangkitan masyarakat Jawa tidak akan dilepaskan dengan
kefasihan bahasa Belanda karena bahasa Belanda merupakan bahasa yang dipakai
dalam sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Jadi menurut pendapatnya
pendidikan merupakan kunci kemajuan.
Dr. Wahidin mulai melancarkan propaganda besar-besaran tentang pemberian
beasiswa bagi anak-anak muda pribumi yang pandai. Dalam propagandanya
didampingi Pangeran Arya Nata Dirodjo yang dikenal aktif mendukung
pendidikan Barat. Namun, semangat kedua tokoh ini tidak bisa sama sekali
gerakan kampanye karena banyaknya para Bupati yang tidak mendukungnya dan
hanya dianggap hendak mengacaukan ketentraman dan ketertiban sistem yang
berlaku. Kendati demikian perjalanan kampanye tidak selalu gagal. Mereka selalu
mendapat simpati dari orang yang di jumpainya dan pertemuan yang paling
penting adalah dengan murid-murid STOVIA.
Organisasi untuk kaum muda Jawa ini didirikan oleh Soetomo pada hari
Minggu tanggal 20 Mei 1908 pukul sembilan pagi. Para hadirin yang berkumpul
di aula STOVIA tidak hanya para siswanya saja, tetapi juga siswasiswa dari
sekolah pertanian dan kehewanan di Bogor, sekolah pamong praja di Magelang
dan Probolinggo, siswa sekolah petang di Surabaya, sekolah pendidikan guru di
Bandung dan Yoygakarta. Seruan kelompok STOVIA dengan cepat tersebar di
7
seluruh Jawa. Wlaupun tanggal 20 Mei selalu dirayakan sebagai hari kebangkitan
nasional, tidak banyak informasi yang terungkap mengenai apa yang sebenarnya
telah terjadi di aula. Di dalam Budi Utomo, Soetomo akan dibantu oleh
Goenawan, Soemarmo, Mohammad Soleh dan Soelaeman yang rata-rata berusia
20-22 tahun.

2.3 Perkembangan budi utomo


Karena Budi Utomo merupakan organisasi orang Jawa pribumi yang pertama,
maka kongres akan menarik perhatian luar biasa di kalangan pers dan tokoh
masyarakat Jawa dalam kongres Budi Utomo ini Dr. Wahidin terpilih menjadi
ketua kongres tetapi pada hari kedua digantikan olrh Panji Broto Atmojo, karena
kesehatannya terganggu. Dalam pidatonya, Dr. Wahidin menekankan pada
masalah tradisi Jawa masa lampau dari pada modernisasi Jawa pada masa depan.
Tetapi timbul sikap pesimis dari peserta kongres dimana pendidikan Barat itu
hanya bagi priyayi sedangkan para peserta menghendaki pendidikan untuk
seluruh pendiuduk di Hindia Timur Belanda. Jadi kongres tersebut dibagi dalam
dua kelompok, yaitu kelompok pertama yang diwakili Wahidin, Radjiman dan
Swidjosewoyo yang berpendapat “apabila elite masyarakat Jawa telah
berpendidikan, maka rakyat jelata akan segera mengikutinya atau pendekatan
pendidikan dari atas”. Kelompok kedua yang mewakili Tjipto, Goenawan dan
Soetomo lebih mementingkan kebutuhan akan pendidikan desa. Banyak di
kalangan utusan, termasuk sementara STOVIA sangat tidak berminat terhadap
pendirian dari bawah. Mayoritas peserta kongres berasal dari priyayi kecil yang
tentu saja menginginkan kedudukan yang lebih tinggi. Mengingat situasi sosial
saat itu dan gagasan “pendidikan dari atas” yang diterima secara luas, maka
sangat tidak relistis kiranya apabila mengharapkan Budi Utomo dipimpin oleh
seorang yang lebih progresif sejak awal. Sebaiknya organisasi ini dipandang
sebagai sarana untuk mewujudkan cita-cita yang lebih bercorak tradisional.

8
Nampaknya akan terjadi suatu argumentasi tentang bentuk organisasi Budi
Utomo apakah bentuk organisasi politik atao organisasi sosial.
Setelah terjadi keriuan di kalangan pejabat Hindia Belanda terhadap
perkembangan Budi Utomo. Pengangkatan Tirtokoesoemo akan dipandang
sebagai pertanda baik, tetapi secara resmi pemerintah Hindia Belanda bersikap
hati-hati dengan tidak memberikan pendapat tentang organisasi Budi Utomo.
Sebagai ketua, Tirtokoesoemo ternyata tidak cukup mampu menghadapi
pertentangan tersebut, betapapun ia seorang yang berpikiran maju dan
berpandangan jauh, namun bukanlah orang yang punya kecakapan bertindak.
Maka gagallah ia memenuhi harapan-harapan besar para anggota Budi Utomo
yang telah memberikan kepercayaan.
Kongres kedua diadakan di gedung “Mataram” Yogyakarta pada tanggal 10-
11 Oktober 1909 yang dihadiri oleh sembilan cabang. Dalam kongres yang kedua
ini sangat berbeda dengan kongres yang pertama, di mana kongres berlangsung
tanpa banyak berarti oleh karena menurunnya semangat organisasi yang
mencolok. Jika kongres pertama tahun1908 memberikan kesempatan pertama
kepada orangorang Jawa terpelajar untuk memperbincangkan masalah dengan
bebas dan spontan, kongres kedua ini sedikit banyak hanya memberikan hierarki
baru, lebih terorganisasi tetapi kurang gairah.
Budi Utomo dilahirkan tidak sebagai organisasi politik, tetapi dalam
perkembangan selanjutnya didorong ke dalam bidang politik. Hal yang
mendorong perubahan ini karena terjadinya perubahan di Eropa dengan
munculnya Perang Dunia I maka para penguru budi Utomo mengusulkan agar
dibentuk milisi pribumi jika ada serbuan ke Hindia. Apa yang diungkapkan oleh
Budi Utomo akan menimbulkan suara suara kontra dari organisasi yang lain
seperti Syarikat Islam.
Berlangsung nya Budi Utomo untuk menyadarkan kedudukan Bangsa Jawa,
Sunda, dan Madura pada diri sendiri dan berusaha mempertinggi akan kemajuan mata
pencaharian serta penghidupan Bangsa disertai dengan jalan memperdalam keseniaan
9
dan kebudayaan (Wirjosuparto, 1958:102). Selain tujuannya yang lain adalah menjamin
kehidupan sebagai Bangsa yang terhormat dengan menitik beratkan pada soal
pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan atau secara tidak jelas menyebutkan kemajuan
bagi Bangsa Hindia dimana jangkuan geraknya terbatas pada Jawa dan Madura serta baru
meluas untuk penduduk Hindia seluruhnya dengan tidak memperhatikan perbedaan
keturunan, kelamin, dan agama (Poeponegoro dan Notosusanto, 1992: 178). Jika
dicermati dari pernyataan tersebut. Maka secara tersirat nampak pada Budi Utomo yakni
kehormatan Bangsa. Bangsa yang terhormat adalah Bangsa yang memiliki derajat yang
sama dengan Bangsa lain. Karena status bangsa Indonesia pada waktu itu tidak terhormat
karena dijajah oleh pemerintah Hindia Belanda.
Budi Utomo telah mempunyai cita-cita tersembunyi yang kemudian menjadi
cita-cita kaum Nasional Indonesia. Maka tepatlah kalau pemerintah mengakui
secara resmi hari lahirnya Budi Utomo sebagai hari kebangsaan kita.
2.4 tokoh tokoh budi Utomo
1. Dr. Soetomo
Dr. Soetomo (lahir di Ngepeh. Loceret, Nganjuk, Jawa Timur, 30 Juli 1888-
meninggal di Surabaya, Jawa Timur, 30 Mei 1938 pada umur 49 tahun) adalah
tokoh pendiri Budi Utomo, organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia.
Ayah Sutomo, Raden Suwaji, adalah seorang priyayi pegawai pengreh yang maju
dan modern. Sutomo dibesarkan di keluarga yang berkecukupan, terhormat dan
sangat memanjakannya. Limpahan kasih sayang. Tertuju pada Sutomo kecil,
terutama dari sang kakek dan nenek, Kakek Sutomo bernama R Ng Singawijaya
atau KH Abdurakhman. Nama tersebut sangat disegani dan ternama di wilayah
Nganjuk. Hal inilah yang sangat berpengaruh pada perilaku dan sifat Sutomo.
Manja, nakal, sewenang-wenang kepada kawannya, pun berkelakuan bak raja
kecil. Pada usia 8 tahun orang tuanya menitipkan Soebroto kepada pamannya
yang bernama Arjodipuro. Di tempat ini Soebroto didaftarkan di sekolah Belanda,
yaitu Europeesche Lagere School (ELS). Namun ia tidak diterima. Pamannya
tidak pernah berputus asa, hingga keesokan harinya beliau mengajak Soebroto ke
10
sekolah. Dengan menyampaikan keinginannya untuk menyekolahkannya,
Socbroto kemudian diterima namun dengan nama Soetomo. Sejak itulah Soebroto
berubah nama menjadi Soetomo. Di sekolah Soetomo termasuk anak pintar
sampai sampai ia disegani oleh teman-temannya baik dari Indonesia maupun dari
Belanda. Bahkan gurunya yang juga bangsawan Belanda menyayanginya.
Soetomo masuk ke sekolah STOVIA pada tanggal 10 januari 1903 walaupun
sebenarnya ia tidak berniat masuk sekolah kedokteran. Sutomo setelah lulus dari
STOVIA tahun 1911, bertugas sebagai dokter, mula- mula di Semarang, lalu
pindah ke Tuban, pindah lagi ke Lubuk Pakam (Sumatera Timur) dan akhirnya ke
Malang, Saat bertugas di Malang, ia membasmi wahah pes yang melanda daerah
Magetan.
Pada 1919, dr. Sutomo memperoleh kesempatan belajar di Universitas
Amsterdam, Belanda. Ia beserta istri pindah kesana. Selain belajar, kesibukan dr.
Sutomo di Belanda bertambah karena ia juga aktif dalam Perhimpunan Indonesia
(PI) yaitu perkumpulan mahasiswa Indonesia di Belanda. Pertemuan dengan
tokoh-tokoh Pl lainnya seperti Mohammad Hatta, Ahmad Subardjo, Ali
Sastroamijoyo. Sunario, Iwa Kusuma Sumantri, dan Nazir Pamuncak di sana.
Setelah kepulangannya dari Belanda pada tahun 1923 ia bertugas menjadi guru
sekolah dokter NIAS di Surabaya.(Bangkitnya Nasionalisme Indonesia Budi
Utomo 1908-1918. Pustaka utama Grafiti. 1989. Hlm 65)

2. Wahidin Soedirohoesodo
Dr. Wahidin Soedirohoesodo (lahir di Mlati, Sleman, Yogyakarta, 7 Januari
1852 meninggal di Yogyakarta, 26 Mei 1917 pada umur 65 tahun, (Wahidin
Sudirohusodo) adalah salah seorang pahlawan nasional Indonesia. Dialah
penggagas berdirinya organisasi yang didirikan para pelajar School tot Opleiding
van Inlandsche Artsen Jakarta itu. Wahidin Sudirohusodo menyelesaikan
pendidikan sekolah dasarnya di Yogyakarta, kemudian dia lanjutkan dengan
bersekolah di Europeesche Lagere School yang juga berlokasi di Yogyakarta.
11
Setelah menyelesaikan studinya di sekolah tersebut, Sudirohusodo memutuskan
untuk masuk di Sekolah Dokter Jawa atau yang juga dikenal dengan sebutan
STOVIA di Jakarta. Selama hidupnya, Sudirohusodo yang diketahui merupakan
keturunan Bugis- Makassar ini sangat senang bergaul dengan rakyat biasa.
Sehinggga tak heran bila dia disukai banyak orang. Dari pergaulannya inilah,
Sudirohusodo akhirnya sedikit banyak mengerti penderitaan rakyat akibat
penjajahan Belanda. Selain sering bergaul dengan rakyat, dokter yang terkenal
pula pandai menabuh gamelan dan mencintai seni suara, ini juga sering
mengunjungi tokoh-tokoh masyarakat di beberapa kota di Jawa. Para tokoh itu
kemudian diajaknya untuk menyisihkan sedikit uang mereka yang nantinya
digunakan untuk menolong pemuda-pemuda yang cerdas, tetapi tidak mampu
melanjutkan sekolahnya. Namun sayangnya, ajakan Sudirohusodo ini kurang
mendapat sambutan. Ia dijadikan Pahlawan Nasional 6 November 1973 dengan
dikeluarkannya Keppres No. 88/TK/1973. (M. Nasruddin Anshoriy Ch, Djunaid.
Rekam jejak dokter pejuang & pelopor kebangkitan nasional. Lkis Yogyakarta.
Hlm 19) .

3. Soeradji Tirtonegoro

Soeradji bersama Soetomo untuk kali pertama bertemu dr. Wahidin Soediro
Hoesodo di Jakarta pada tahun 1907 pertemuan bersejarah yang kemudian
menginspirasi pembentukan Boedi Octomo yaitu dengan mengusulkan nama
organisasi ini. Ia lahir pada tahun 1888 di Madiun, dan tercatat dalam data
STOVIA lulus pada 1912. Pascalulus, ia bertugas di Bandung, lalu ke daerah
Palembang di Sungai Gerong. Ia menikah dengan salah seorang cucu dari dr.
Wahidin. Di sana putra sulungnya lahir. Ia pindah ke Kepulauan Riau, lantas ke
Pulau Sambu dekat Singapura. Tahun 1916 ia kembali ke Yogyakarta da
ditempatkan di Wonogiri sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten. Di tempat
ini dr. Soeradji berhasil memberantas penyakit frambusia dan busung lapar.
(Akira Nagazumi, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia Budi Utomo Pustaka
utama Grafiti. 1989. Hlm 44).
12
4. Goenawan Mangunkusumo

Gunawan Mangunkusumo merupakan pendiri Budi Utomo sekaligus menjadi


tokoh yang bersahabat dekat dengan dokter Sutomo. Menurut sejarah
yang tercatat, Gunawan Mangunkusumo berperan sebagai sekretaris di organisasi
ini. Beliau adalah orang yang aktif menjadi lokomotif perubahan sekaligus
motivator yang menginspirasi.

5. Mohamad Soelaiman

Pendidikan Mohamad Soelaiman dimulai dengan studinya di Sekolah Dasar


Bangsa Eropa, kemudian dilanjutkan di STOVIA. Predikat Mohamad Soelaiman
sebagai “kamus berjalan” bukan tanpa sebab. Beliau adalah orang yang sangat
cerdas dengan nilai melebihi teman-temannya. Kontribusi Mohamad Soelaiman
dalam organisasi Budi Utomo adalah sebagai wakil ketua.

Pada tahun 1928 Budi Utomo menambahkan suatu asas perjuangan yaitu “ikut
berusaha melaksanakan cita-cita Bangsa Indonesia”. Sungguh suatu langkah yang
maju, karena pada waktu itu gelora persatuan telah berkumandang di udara
pergerakan kita. Disitu tampak bahwa Budi Utomo sedang berusaha memperluas
ruang geraknya. Tidak hanya menuiu kehidupan harmonis bagi Jawa dan Madura
tetapi lebih luas lagi yakni bagi persatuan Indonesia (Kansil dan Julianto, 1990:
23). Walaupun pada awalnya Budi Utomo tidak berperan sebagai organisasi
politik, namun dalam perjalanannya Budi Utomo terjun kepolitik. Hal ini terbukti
pada tahun 1915 Budi Utomo ikut aktif dalam Inlandsche Militie” dan waktu
Volksraad dibentuk. Budi Utomo juga tergabung dalam “Radicale Concentratic”
yakni persatuan aliran-aliran yang dicap kiri dalam Volksraad.

Selain itu Budi utomo mempunyai tujuan khusus yang tercantum dalam
beberapa fasal antaranya:

1. Memperhatikan kepentingan pelajaran umum

2. Menjunjung tinggi dasar-dasar perikemanusian

3. Dapat menjamin penghidupan bangsa yang pantas

13
Budi Utomo tergolong organisasi pertama di antara organisasi bangsa
Indonesia yang disusun secara modern, Organisasi kebangsaan yang berdasar
pada usaha individu yang bebas dan sadar terhadap persatuan. Surat kabar
Batavia, Bataviansch Nieuwsblad menyebutnya sebagai “langkah pertama telah
diayunkan dan itulah langkah yang besar” (Het eerste Stap is gedaan, en het is een
groote stop). Pada tanggal 13 Juli 1908 dalam surat kabar ini termuat tekad kaum
muda sebagai pemimpin di masa yang akan datang untuk memperbaiki keadaan
rakyat.

2.5 Peranan Budi Utomo

Pergerakan nasional yang muncul di Indonesia tidak akan terlepas dari faktor
dalam dan faktor luar yang mempengaruhinya. Pengaruh dari dalam yang
merupakan pengruh langsung adalah pengaruh kaum intelektual atau pelajar. Di
Indonesia lahirnya Budi Utomo akan membawa dampak yang luas seperti yang
diungkapkan Van Deventer “Sesuatu yang ajaib telah terjadi. Insulide, putri
cantik yang tidur sudah terbangun”.

Budi Utomo bergerak dalam bidang pendidikan pada awalnya karena masih
berlakunya peraturan Belanda, Regeering Reglement pasal 111 yang melarang
mendirikan perkumpulan politik. Akan tetapi jelaslah bahwa Budi Utomo menjadi
pelopor bagi kesadaran masyarakat Jawa dan merintis jalan bagi perkembangan
yang harmonis bagi negeri dan bangsa Hindia Belanda. Budi Utomo juga
memberikan penekanan pada pendidikan karena pendidikan adalah alat yang
penting bagi kemajuan suatu bangsa. Budi Utomo meminta pada pemerintah
Belanda dan pemberian bea siswa hendaknya diberikan pada anak-anak muda
agar bisa belajar ke negeri Belanda.

Pembaharuan yang akan menyebabkan elemen-elemen radikal akan muncul


ke depan dalam rangka membuka kesadaran para pimpinan Budi utomo agar terus
berjuang untuk menuntut hak bagi rakyat pribumi sebagaimana mestinya
walaupun tidak memberikan suatu program politik yang kongkret. Hal yang
menyebabkan seperti itu karena Budi Utomo tidak pernah memiliki kesatupaduan
14
dan daya dari unsur pemimpinnya. Peranan Budi Utomo yang cukup penting
dalam kehidupan masyarakat dan bernegara, bukan hanya bermanfaat bagi
pemerintah kolonial.

Kemampuannya yang istimewa untuk berfungsi sebagai jembatan antara para


pejabat kolonial yang maju dengan kaum terpelajar Jawa sehingga dalam
perkembangannya Budi Utomo akan mendapat kesempatan memperoleh
kemampuan berorganisasi politik. Budi Utomo juga mengajukan suatu tuntutan
untuk adanya persamaan kedudukan dalam hukum. Periode 1918-195 merupakan
periode kemerosotan dan pudarnya pengaruh yang membuat Budi Utomo
bergabung dengan Parindra. Akan tetapi peranan parindra ini akan sangat terbatas
seperti peranan Budi Utomo.

Dengan munculnya organisasi Budi Utomo, dapat menjadi momentum


lahirnya rasakebangsaan pertama di Indonesia. Lahirnya organisasi Budi Utomo
ini menjadi perjuangan baru bagi bangsa Indonesia yang bersifat lokal dan
berubah menjadi perjuangan nasional. Karena perjuangannya bersifat lokal, maka
diperlukan persatuan dan kesatuan yang dibangun antarorganisasi pemuda dengan
cakupan lebih luas. Muncul juga organisasi-organisasi dan lembaga pendidikan
yang yang mengadopsi pemikiran modern dari bangsa Barat. Selain itu, semakin
banyak juga para pemuda yang sadar dengan pentingnya semangat persatuan yang
berimbas munculnya organisasi pemuda-pemuda lainnya. Kemudian
perkembangan organisasi ini dipengaruhi oleh munculnya kalangan
berpendidikanmodern Indonesia karena politik etis dan pengaruh luar seperti
kemenangan Jepang atas Rusia.

Dengan berdirinya organisasi Budi Utomo, akhirnya mendorong munculnya banyak


organisasi yang sama seperti Jong Minahasa, Jong Java, Jong Sumateranen Bond, dan
sebagainya. Lahirnya organisasi Budi Utomo membawa pengaruh yang sangat luas
terutama di bidang pendidikan yang kemudian merintis perkembangan dan keharmonisan
bagi Indonesia. Budi Utomo pun memberi penekanan pada pendidikan karena bidang ini
menjadi alat penting untuk memajukan bangsa. Tindakan nyata Budi Utomo yang
dilakukan untuk memajukan pendidikan bagi bangsa yaitu dengan meminta pemerintahan
Hindia Belanda memberikan beasiswa pada putra-putri daerah dan bisa menempuh
15
pendidikan di luar negeri (Akira Nagazumi. Bangkitnya Nasionalisme Indoneisia.
Jakarta: Grafiti Press, 1989).

2.6 Kemunduran Budi Utomo

Sejarah penyebab berakhirnya organisasi Budi Utomo selain karena


meleburnya organisasi ini juga karena eksitensi organisasi yang kian cemerlang
membuat banyak pihak yang merasa khawatir seperti dari pihak Belanda, apalagi
pada saat itu berhasil membentuk Dewan Rakyat. Dengan keberhasilan ini,
membuat Budi Utomo semakin eksis namun disisi lain memicu kedekatan
orgnisasi ini dengan pemerintah Belanda apalagi saat Budi Utomo diakui sebagai
organisasi resmi pada bulan Desember 1909 yang merupakan strategi politik etis
dari Pihak Belanda kepada Budi Utomo, Dukungan dari pemerintah ini membuat
Budi Utomo sering dicurigai sebagai organisasi boneka kolonial Belanda oleh
masyarakat Bumiputera. Meskipun Budi Utomo memiliki peranan penting dalam
pendidikan, namun perkembangan organisasi ini tidaklah pesat. Organisasi ini
hanya terfokus pada Jawa dan Madura saja. Pada waktu yang sama, organisasi
yang berkembang di Indonesia juga ada Sarekat Islam, di mana SI terbuka secara
keanggotaan bagi kalangan masyarakat tanpa ada batasan wilayah. Hal ini
mengakibatkan organisasi Budi Utomo mengalami kemunduran. Budi Utomo
mulai hilang kendali di tahun 1935 dan malah memilih untuk bergabung menjadi
organisasi lain, yaitu Partai Indonesia Raya atau Parindra. Walaupun demikian
berkat dari kehadiran Budi Utomo ini bisa menginspirasi para putra Indonesia
untuk mendirikan organisasi lain contohnya Jong Sumatera, Jong Ambon, Sedio
Tomo, Muhammadiyah dan yang lainnya. Hal ini juga yang membuat
kemerdekaan semakin di depan mata. (Juliarnur.(2022). Sejarah penyebab
berakhirnya organisasi Budi Utomo. (https://artikelsiana.com/sejarah-penyebab-
berakhirnya-organisasi-budi-utomo/)

Berdasarkan dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan faktor-faktor


yang menyebabkan berakhirnya organisasi budi utomo adalah:

1. Lebih memajukan pendidikan kaum priyayi dibandingkan rakyat jelata

2. Keluarnya anggota Budi Utomo dari kalangan mahasiswa


16
3. Adanya kesulitan finansial

4. Kedekatan dengan pemerintah Belanda

5. Orientasi pergerakan yang mengarah ke politik

6. Adanya sikap Tirto Kusumo yang lebih memperhatikan kepentingan pemerintah


kolonial Belanda

7. Bahasa Belanda lebih menjadi prioritas daripada bahasa Indonesia

8.Priyayi lebih banyak yang mementingkan jabatan daripada mementingkan


kepentingan nasionalisme

17
BAB III
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Budi Utomo merupakan organisasi yang berdiri di Indonesia dan menjadi cikal
bakal dari lahirnya masa pergerakan nasional di Indonesia hingga kemudian disusul
oleh berdirinya organisasi-organisasi lainnya. Budi Utomo merupakan organisasi
yang dibentuk oleh Dr.Soetomo dan para pelajar School tot Opleiding van Inlandsche
Artsen (STOVIA) yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 di Jakarta. Pendirian
Budi Utomo ini sebagai akibat dari diberlakukannya politik etis oleh Pemerintahan
Hindia Belanda.

6.2 Kritik dan Saran

Demikianlah makalah ini kami susun meskipun kiranya masih banyak kekurangan
di dalamnya. Untuk itu kritik dan saran dari ibu dosen pengampu sangat kami
butuhkan untuk dapat menyempurnakan makalah yang kami buat. Akhir kata atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

18
DAFTAR PUSTAKA
Bangkitnya Nasionalisme Indonesia Budi Utomo 1908-1918. Pustaka utama
Grafiti. 1989. Hlm 65
M. Nasruddin Anshoriy Ch, Djunaid. Rekam jejak dokter pejuang & pelopor
kebangkitan nasional. Lkis Yogyakarta. Hlm 19
Akira Nagazumi, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia Budi Utomo Pustaka
utama Grafiti. 1989. Hlm 44
Wirjosuparto, 1958:102 Asas Organisasi Budi Utomo
Poeponegoro dan Notosusanto, 1992: 178, Sejarah Budi Utomo
Kansil dan Julianto, 1990: 23, Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan
Indonesia.
Juliarnur.(2022). Sejarah penyebab berakhirnya organisasi
Budi Utomo. https://artikelsiana.com/sejarah-penyebab-berakhirnya-
organisasi-budi-utomo/
https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/02/27/142759578/biografi-wahidin-
sudirohusodo-peran-dalam-pergerakan-nasional-dan-budi?page=all
Yasmis, Yasmis. "PERANAN BUDI UTOMO DALAM MENINGKATKAN
KESADARAN MASYARAKAT." Jurnal Sejarah Lontar 5.1 (2008): 29-38.
Akira Nagazumi. Bangkitnya Nasionalisme Indoneisia (Jakarta: Grafiti Press,
1989)
Pringodigdo, A. K. 1991. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian
Rakya

19

Anda mungkin juga menyukai