BUDI UTOMO
Disusun Oleh :
2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha esa, berkat rahmat dan
karunia Nya, makalah ini dapat terselesaikan. Adapun tujuan penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Dr. Rosmaida Sinaga M.Hum. selaku Dosen
Pengampu Sejarah Indonesia Pergerakan Nasional.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Rosmaida Sinaga M.Hum. yang
telah membimbing proses pembelajaran untuk tugas makalah tentang masa pergerakan
nasional budi utomo sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari
bahwa penulisan makalah ini belum sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun agar dapat lebih baik lagi kedepannya.
Penulis
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..ii
BAB I: PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………..
3.2 Saran……………………………………………………………………………............
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pengerakan Nasional merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut satu fase
dalam sejarah Indonesia yakni masa perjuangan mencapai kemerdekaan yakni pada kurun
1908-1945. Mengapa 1908 dijadikan sebagai tahun awal?, alasannya karena pada masa inilah
perjuangan yang dilakukan rakyat termasuk dalam kategori bervisi nasional. Artinya
pergerakan yang dilakukan untuk menentang kaum penjajah sebelum tahun ini, masih bersifat
kedaerahan atau sebatas masing-masing memperjuangkan kelompoknya masing-masing.
4
yang di tandai dengan berdirinya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Lahirnya
pergerakan nasional tidak dapat di pisahkan kebijakan politik etis dan pelaksanaan
pendidikan kolonial Belanda di Indonesia. Sekolah-sekolah yang di dirikan oleh pemerintah
kolonial Belanda memberikan konstribusi terhadap pemenuhan pendidikan di Indonesia.
Anak-anak Indonesia memperoleh kesempatan untuk bersekolah sampai pada tingkat
menengah bahkan sampai ketingkat perguruan tinggi.
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
fokus pada pendidikan rakyat. Awalnya ia melihat kesengsaraan dan penderitaan
yang dialami oleh rakyat Indonesia karena tidak bisa menempuh pendidikan.
Padahal seharusnya dengan dilakukannya politik etis yang diberlakukan oleh
pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1901 sebagai politik balas budi bisa
mengurangi penderitaan dan kesengsaraan rakyat. Tapi, ternyata politik etis yang
dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda hanya bisa dijalankan oleh orang-
orang dari kalangan tertentu yang berasal dari kelas atas seperti bangsawan dan
kaum priyayi. Sebagai redaktu Retno Doemilah, Wahidin berusaaha
berkomunikasi dengan kalangan luas pribumi dengan cara menulis dalam Retno
Doemilah dan berceramah ke seluruh Pulau Jawa. Dalam pidatonya diungkapkan
propaganda tentang kebangkitan masyarakat Jawa tidak akan dilepaskan dengan
kefasihan bahasa Belanda karena bahasa Belanda merupakan bahasa yang dipakai
dalam sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Jadi menurut pendapatnya
pendidikan merupakan kunci kemajuan.
Dr. Wahidin mulai melancarkan propaganda besar-besaran tentang pemberian
beasiswa bagi anak-anak muda pribumi yang pandai. Dalam propagandanya
didampingi Pangeran Arya Nata Dirodjo yang dikenal aktif mendukung
pendidikan Barat. Namun, semangat kedua tokoh ini tidak bisa sama sekali
gerakan kampanye karena banyaknya para Bupati yang tidak mendukungnya dan
hanya dianggap hendak mengacaukan ketentraman dan ketertiban sistem yang
berlaku. Kendati demikian perjalanan kampanye tidak selalu gagal. Mereka selalu
mendapat simpati dari orang yang di jumpainya dan pertemuan yang paling
penting adalah dengan murid-murid STOVIA.
Organisasi untuk kaum muda Jawa ini didirikan oleh Soetomo pada hari
Minggu tanggal 20 Mei 1908 pukul sembilan pagi. Para hadirin yang berkumpul
di aula STOVIA tidak hanya para siswanya saja, tetapi juga siswasiswa dari
sekolah pertanian dan kehewanan di Bogor, sekolah pamong praja di Magelang
dan Probolinggo, siswa sekolah petang di Surabaya, sekolah pendidikan guru di
Bandung dan Yoygakarta. Seruan kelompok STOVIA dengan cepat tersebar di
7
seluruh Jawa. Wlaupun tanggal 20 Mei selalu dirayakan sebagai hari kebangkitan
nasional, tidak banyak informasi yang terungkap mengenai apa yang sebenarnya
telah terjadi di aula. Di dalam Budi Utomo, Soetomo akan dibantu oleh
Goenawan, Soemarmo, Mohammad Soleh dan Soelaeman yang rata-rata berusia
20-22 tahun.
8
Nampaknya akan terjadi suatu argumentasi tentang bentuk organisasi Budi
Utomo apakah bentuk organisasi politik atao organisasi sosial.
Setelah terjadi keriuan di kalangan pejabat Hindia Belanda terhadap
perkembangan Budi Utomo. Pengangkatan Tirtokoesoemo akan dipandang
sebagai pertanda baik, tetapi secara resmi pemerintah Hindia Belanda bersikap
hati-hati dengan tidak memberikan pendapat tentang organisasi Budi Utomo.
Sebagai ketua, Tirtokoesoemo ternyata tidak cukup mampu menghadapi
pertentangan tersebut, betapapun ia seorang yang berpikiran maju dan
berpandangan jauh, namun bukanlah orang yang punya kecakapan bertindak.
Maka gagallah ia memenuhi harapan-harapan besar para anggota Budi Utomo
yang telah memberikan kepercayaan.
Kongres kedua diadakan di gedung “Mataram” Yogyakarta pada tanggal 10-
11 Oktober 1909 yang dihadiri oleh sembilan cabang. Dalam kongres yang kedua
ini sangat berbeda dengan kongres yang pertama, di mana kongres berlangsung
tanpa banyak berarti oleh karena menurunnya semangat organisasi yang
mencolok. Jika kongres pertama tahun1908 memberikan kesempatan pertama
kepada orangorang Jawa terpelajar untuk memperbincangkan masalah dengan
bebas dan spontan, kongres kedua ini sedikit banyak hanya memberikan hierarki
baru, lebih terorganisasi tetapi kurang gairah.
Budi Utomo dilahirkan tidak sebagai organisasi politik, tetapi dalam
perkembangan selanjutnya didorong ke dalam bidang politik. Hal yang
mendorong perubahan ini karena terjadinya perubahan di Eropa dengan
munculnya Perang Dunia I maka para penguru budi Utomo mengusulkan agar
dibentuk milisi pribumi jika ada serbuan ke Hindia. Apa yang diungkapkan oleh
Budi Utomo akan menimbulkan suara suara kontra dari organisasi yang lain
seperti Syarikat Islam.
Berlangsung nya Budi Utomo untuk menyadarkan kedudukan Bangsa Jawa,
Sunda, dan Madura pada diri sendiri dan berusaha mempertinggi akan kemajuan mata
pencaharian serta penghidupan Bangsa disertai dengan jalan memperdalam keseniaan
9
dan kebudayaan (Wirjosuparto, 1958:102). Selain tujuannya yang lain adalah menjamin
kehidupan sebagai Bangsa yang terhormat dengan menitik beratkan pada soal
pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan atau secara tidak jelas menyebutkan kemajuan
bagi Bangsa Hindia dimana jangkuan geraknya terbatas pada Jawa dan Madura serta baru
meluas untuk penduduk Hindia seluruhnya dengan tidak memperhatikan perbedaan
keturunan, kelamin, dan agama (Poeponegoro dan Notosusanto, 1992: 178). Jika
dicermati dari pernyataan tersebut. Maka secara tersirat nampak pada Budi Utomo yakni
kehormatan Bangsa. Bangsa yang terhormat adalah Bangsa yang memiliki derajat yang
sama dengan Bangsa lain. Karena status bangsa Indonesia pada waktu itu tidak terhormat
karena dijajah oleh pemerintah Hindia Belanda.
Budi Utomo telah mempunyai cita-cita tersembunyi yang kemudian menjadi
cita-cita kaum Nasional Indonesia. Maka tepatlah kalau pemerintah mengakui
secara resmi hari lahirnya Budi Utomo sebagai hari kebangsaan kita.
2.4 tokoh tokoh budi Utomo
1. Dr. Soetomo
Dr. Soetomo (lahir di Ngepeh. Loceret, Nganjuk, Jawa Timur, 30 Juli 1888-
meninggal di Surabaya, Jawa Timur, 30 Mei 1938 pada umur 49 tahun) adalah
tokoh pendiri Budi Utomo, organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia.
Ayah Sutomo, Raden Suwaji, adalah seorang priyayi pegawai pengreh yang maju
dan modern. Sutomo dibesarkan di keluarga yang berkecukupan, terhormat dan
sangat memanjakannya. Limpahan kasih sayang. Tertuju pada Sutomo kecil,
terutama dari sang kakek dan nenek, Kakek Sutomo bernama R Ng Singawijaya
atau KH Abdurakhman. Nama tersebut sangat disegani dan ternama di wilayah
Nganjuk. Hal inilah yang sangat berpengaruh pada perilaku dan sifat Sutomo.
Manja, nakal, sewenang-wenang kepada kawannya, pun berkelakuan bak raja
kecil. Pada usia 8 tahun orang tuanya menitipkan Soebroto kepada pamannya
yang bernama Arjodipuro. Di tempat ini Soebroto didaftarkan di sekolah Belanda,
yaitu Europeesche Lagere School (ELS). Namun ia tidak diterima. Pamannya
tidak pernah berputus asa, hingga keesokan harinya beliau mengajak Soebroto ke
10
sekolah. Dengan menyampaikan keinginannya untuk menyekolahkannya,
Socbroto kemudian diterima namun dengan nama Soetomo. Sejak itulah Soebroto
berubah nama menjadi Soetomo. Di sekolah Soetomo termasuk anak pintar
sampai sampai ia disegani oleh teman-temannya baik dari Indonesia maupun dari
Belanda. Bahkan gurunya yang juga bangsawan Belanda menyayanginya.
Soetomo masuk ke sekolah STOVIA pada tanggal 10 januari 1903 walaupun
sebenarnya ia tidak berniat masuk sekolah kedokteran. Sutomo setelah lulus dari
STOVIA tahun 1911, bertugas sebagai dokter, mula- mula di Semarang, lalu
pindah ke Tuban, pindah lagi ke Lubuk Pakam (Sumatera Timur) dan akhirnya ke
Malang, Saat bertugas di Malang, ia membasmi wahah pes yang melanda daerah
Magetan.
Pada 1919, dr. Sutomo memperoleh kesempatan belajar di Universitas
Amsterdam, Belanda. Ia beserta istri pindah kesana. Selain belajar, kesibukan dr.
Sutomo di Belanda bertambah karena ia juga aktif dalam Perhimpunan Indonesia
(PI) yaitu perkumpulan mahasiswa Indonesia di Belanda. Pertemuan dengan
tokoh-tokoh Pl lainnya seperti Mohammad Hatta, Ahmad Subardjo, Ali
Sastroamijoyo. Sunario, Iwa Kusuma Sumantri, dan Nazir Pamuncak di sana.
Setelah kepulangannya dari Belanda pada tahun 1923 ia bertugas menjadi guru
sekolah dokter NIAS di Surabaya.(Bangkitnya Nasionalisme Indonesia Budi
Utomo 1908-1918. Pustaka utama Grafiti. 1989. Hlm 65)
2. Wahidin Soedirohoesodo
Dr. Wahidin Soedirohoesodo (lahir di Mlati, Sleman, Yogyakarta, 7 Januari
1852 meninggal di Yogyakarta, 26 Mei 1917 pada umur 65 tahun, (Wahidin
Sudirohusodo) adalah salah seorang pahlawan nasional Indonesia. Dialah
penggagas berdirinya organisasi yang didirikan para pelajar School tot Opleiding
van Inlandsche Artsen Jakarta itu. Wahidin Sudirohusodo menyelesaikan
pendidikan sekolah dasarnya di Yogyakarta, kemudian dia lanjutkan dengan
bersekolah di Europeesche Lagere School yang juga berlokasi di Yogyakarta.
11
Setelah menyelesaikan studinya di sekolah tersebut, Sudirohusodo memutuskan
untuk masuk di Sekolah Dokter Jawa atau yang juga dikenal dengan sebutan
STOVIA di Jakarta. Selama hidupnya, Sudirohusodo yang diketahui merupakan
keturunan Bugis- Makassar ini sangat senang bergaul dengan rakyat biasa.
Sehinggga tak heran bila dia disukai banyak orang. Dari pergaulannya inilah,
Sudirohusodo akhirnya sedikit banyak mengerti penderitaan rakyat akibat
penjajahan Belanda. Selain sering bergaul dengan rakyat, dokter yang terkenal
pula pandai menabuh gamelan dan mencintai seni suara, ini juga sering
mengunjungi tokoh-tokoh masyarakat di beberapa kota di Jawa. Para tokoh itu
kemudian diajaknya untuk menyisihkan sedikit uang mereka yang nantinya
digunakan untuk menolong pemuda-pemuda yang cerdas, tetapi tidak mampu
melanjutkan sekolahnya. Namun sayangnya, ajakan Sudirohusodo ini kurang
mendapat sambutan. Ia dijadikan Pahlawan Nasional 6 November 1973 dengan
dikeluarkannya Keppres No. 88/TK/1973. (M. Nasruddin Anshoriy Ch, Djunaid.
Rekam jejak dokter pejuang & pelopor kebangkitan nasional. Lkis Yogyakarta.
Hlm 19) .
3. Soeradji Tirtonegoro
Soeradji bersama Soetomo untuk kali pertama bertemu dr. Wahidin Soediro
Hoesodo di Jakarta pada tahun 1907 pertemuan bersejarah yang kemudian
menginspirasi pembentukan Boedi Octomo yaitu dengan mengusulkan nama
organisasi ini. Ia lahir pada tahun 1888 di Madiun, dan tercatat dalam data
STOVIA lulus pada 1912. Pascalulus, ia bertugas di Bandung, lalu ke daerah
Palembang di Sungai Gerong. Ia menikah dengan salah seorang cucu dari dr.
Wahidin. Di sana putra sulungnya lahir. Ia pindah ke Kepulauan Riau, lantas ke
Pulau Sambu dekat Singapura. Tahun 1916 ia kembali ke Yogyakarta da
ditempatkan di Wonogiri sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten. Di tempat
ini dr. Soeradji berhasil memberantas penyakit frambusia dan busung lapar.
(Akira Nagazumi, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia Budi Utomo Pustaka
utama Grafiti. 1989. Hlm 44).
12
4. Goenawan Mangunkusumo
5. Mohamad Soelaiman
Pada tahun 1928 Budi Utomo menambahkan suatu asas perjuangan yaitu “ikut
berusaha melaksanakan cita-cita Bangsa Indonesia”. Sungguh suatu langkah yang
maju, karena pada waktu itu gelora persatuan telah berkumandang di udara
pergerakan kita. Disitu tampak bahwa Budi Utomo sedang berusaha memperluas
ruang geraknya. Tidak hanya menuiu kehidupan harmonis bagi Jawa dan Madura
tetapi lebih luas lagi yakni bagi persatuan Indonesia (Kansil dan Julianto, 1990:
23). Walaupun pada awalnya Budi Utomo tidak berperan sebagai organisasi
politik, namun dalam perjalanannya Budi Utomo terjun kepolitik. Hal ini terbukti
pada tahun 1915 Budi Utomo ikut aktif dalam Inlandsche Militie” dan waktu
Volksraad dibentuk. Budi Utomo juga tergabung dalam “Radicale Concentratic”
yakni persatuan aliran-aliran yang dicap kiri dalam Volksraad.
Selain itu Budi utomo mempunyai tujuan khusus yang tercantum dalam
beberapa fasal antaranya:
13
Budi Utomo tergolong organisasi pertama di antara organisasi bangsa
Indonesia yang disusun secara modern, Organisasi kebangsaan yang berdasar
pada usaha individu yang bebas dan sadar terhadap persatuan. Surat kabar
Batavia, Bataviansch Nieuwsblad menyebutnya sebagai “langkah pertama telah
diayunkan dan itulah langkah yang besar” (Het eerste Stap is gedaan, en het is een
groote stop). Pada tanggal 13 Juli 1908 dalam surat kabar ini termuat tekad kaum
muda sebagai pemimpin di masa yang akan datang untuk memperbaiki keadaan
rakyat.
Pergerakan nasional yang muncul di Indonesia tidak akan terlepas dari faktor
dalam dan faktor luar yang mempengaruhinya. Pengaruh dari dalam yang
merupakan pengruh langsung adalah pengaruh kaum intelektual atau pelajar. Di
Indonesia lahirnya Budi Utomo akan membawa dampak yang luas seperti yang
diungkapkan Van Deventer “Sesuatu yang ajaib telah terjadi. Insulide, putri
cantik yang tidur sudah terbangun”.
Budi Utomo bergerak dalam bidang pendidikan pada awalnya karena masih
berlakunya peraturan Belanda, Regeering Reglement pasal 111 yang melarang
mendirikan perkumpulan politik. Akan tetapi jelaslah bahwa Budi Utomo menjadi
pelopor bagi kesadaran masyarakat Jawa dan merintis jalan bagi perkembangan
yang harmonis bagi negeri dan bangsa Hindia Belanda. Budi Utomo juga
memberikan penekanan pada pendidikan karena pendidikan adalah alat yang
penting bagi kemajuan suatu bangsa. Budi Utomo meminta pada pemerintah
Belanda dan pemberian bea siswa hendaknya diberikan pada anak-anak muda
agar bisa belajar ke negeri Belanda.
17
BAB III
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Budi Utomo merupakan organisasi yang berdiri di Indonesia dan menjadi cikal
bakal dari lahirnya masa pergerakan nasional di Indonesia hingga kemudian disusul
oleh berdirinya organisasi-organisasi lainnya. Budi Utomo merupakan organisasi
yang dibentuk oleh Dr.Soetomo dan para pelajar School tot Opleiding van Inlandsche
Artsen (STOVIA) yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 di Jakarta. Pendirian
Budi Utomo ini sebagai akibat dari diberlakukannya politik etis oleh Pemerintahan
Hindia Belanda.
Demikianlah makalah ini kami susun meskipun kiranya masih banyak kekurangan
di dalamnya. Untuk itu kritik dan saran dari ibu dosen pengampu sangat kami
butuhkan untuk dapat menyempurnakan makalah yang kami buat. Akhir kata atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
18
DAFTAR PUSTAKA
Bangkitnya Nasionalisme Indonesia Budi Utomo 1908-1918. Pustaka utama
Grafiti. 1989. Hlm 65
M. Nasruddin Anshoriy Ch, Djunaid. Rekam jejak dokter pejuang & pelopor
kebangkitan nasional. Lkis Yogyakarta. Hlm 19
Akira Nagazumi, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia Budi Utomo Pustaka
utama Grafiti. 1989. Hlm 44
Wirjosuparto, 1958:102 Asas Organisasi Budi Utomo
Poeponegoro dan Notosusanto, 1992: 178, Sejarah Budi Utomo
Kansil dan Julianto, 1990: 23, Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan
Indonesia.
Juliarnur.(2022). Sejarah penyebab berakhirnya organisasi
Budi Utomo. https://artikelsiana.com/sejarah-penyebab-berakhirnya-
organisasi-budi-utomo/
https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/02/27/142759578/biografi-wahidin-
sudirohusodo-peran-dalam-pergerakan-nasional-dan-budi?page=all
Yasmis, Yasmis. "PERANAN BUDI UTOMO DALAM MENINGKATKAN
KESADARAN MASYARAKAT." Jurnal Sejarah Lontar 5.1 (2008): 29-38.
Akira Nagazumi. Bangkitnya Nasionalisme Indoneisia (Jakarta: Grafiti Press,
1989)
Pringodigdo, A. K. 1991. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian
Rakya
19