Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebangkitan nasional adalah masa dimana bangkitnya rasa dan semangat


persatuan, kesatuan dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan
kemerdekaan republik Indonesia. bangkitnya nasionalisme di Indonesia dan
tumbuhnya pergerakan nasional Indonesia itu, tidak hanya dipengaruhi adanya
pengaruh dari luar Indonesia saja. Namun reaksi pada masa sebelum tahun 1905
yang pernah dicetuskan dengan adanya perlawanan senjata dan pemberontakan di
berbagai daerah, seperti perlawanan Pattimura, Diponegoro, pemberontakan
petani 1888, Pemberontakan para ulama dan lain-lain.

Hal ini telah membuktikan nyata adanya semangat nasionalisme telah lambat
laun telah bergejolak pada bangsa Indonesia sebagai reaksi terhadap penderitaan
lahir dan batin akibat kolonialisme. Budi utomo yatu organisasi nasional pertama
di indonesia, dikarenakan ada nilai-nilai yang sudah dipandang sebagai bibit
pergerakan nasional ini yaitu adanya penyadaran tentang pendidikan dan budaya.
Dr. Wahidin Sudirohusodo (1857-1917) merupakan pembangkit semangat
organisasi Budi Utomo. Sebagai lulusan sekolah dokter Jawa di Weltvreden
(sesudah tahun 1900 dinamakan STOVIA), ia merupakan salah satu tokoh
intelektual yang berusaha memperjuangkan nasib bangsanya.

Organisasi itu bentuknya lebih berupa perkumpulan yang bersifat sosial,


ekonomi, dan kebudayaan. Adapun Harkitnas diresmikan sejak era Soeharto,
melalui Keppres Nomor 1 Tahun 1985. Meski begitu, perayaannya sudah
dilakukan sejak 20 Mei 1948, yang ditandai dengan pidato Sukarno di Istana
Kepresidenan Yogyakarta.

1
1.2 Ruang Lingkup Masalah

1.2.1 Makalah ini mencangkup tentang organisasi “Budi Utomo”

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui tentang organisasi “Budi Utomo”

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Dapat mempelajari tentang organisasi “Budi Utomo”

2
BAB II
PERMASALAHAN

2.1 Rumusan Masalah

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam


makalah ini. Beberapa masalah tersebut antara lain :

2.1.1 Latar belakang lahirnya organisasi Budi Utomo

2.1.2 Sejarah Budi Utomo

2.1.3 Tujuan berdirinya Budi Utomo

2.1.4 Pendiri dan tokoh-tokoh Budi Utomo

2.1.5 Peranan Budi Utomo

2.1.6 Perkembangan Budi Utomo

2.1.7 Reaksi Belanda terhadap Organisasi Budi Utomo di Indonesia

2.1.8 Ketidakhadiran Organisasi Budi Utomo dalam Lapangan Politik


Indonesia

2.1.9 Penyebab berakhirnya Organisasi Budi Utomo di Indonesia

3
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Latar Belakang Lahirnya Organisasi Budi Utomo

Budi Utomo merupakan organisasi pertama yang ada di Indonesia dan


disusun dengan bentuk modern. Namun demikian keberadaan Budi Utomo bukan
hanya berdasarkan kejadian- kejadian di luar negri yang akan menyadarkan
tentang keadaan bangsanya akan tetapi berhubungan juga dengan seacam
orgaisasi yang ada sebelum tahun 1908. dalam majalah Retno Doemilah yang
terbit tahun 1895 dan Pewarta Priyayi, telah tercermin kenyataan tentang adanya
pertumbuhan di kalangan elite pribumi unutk memperjuangkan kepentingan
mereka sendiri. Majalah yang diterbitkan dalam bahasa Melayu dan Jawa
sebagian besar membicarakan masalah kondisi penduduk Jawa yang semakin
buruk dengan perhatian khusus pada kalangan priyayi. Dalam majalah Reto
Doemilah inilah Wahidin Soedirohoesodo berperang sangat penting dalam
mengadakan pendidikan dan penyadaran terhadap orang Jawa dan juga penganjur
berditinya Budi Utomo. Sebagai redaktu Retno Doemilah, Wahidin berusaaha
berkomunikasi dengan kalangan luas pribumi dengan cara menulis dalam Retno
Doemilah dan berceramah ke seluruh Pulau Jawa. Dalam pidatonya diungkapkan
propaganda tentang kebangkitan masyarakat Jawa tidak akan dilepaskan dengan
kefasihan bahasa Belanda karena bahasa Belanda merupakan bahasa yang dipakai
dalam sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Jadi menurut pendapatnya
pendidikan merupakan kunci kemajuan. “Apa yang menurut Dr Wahidin perlukan
adalah pendidikan secukupnya bagi kalangan luas masyarakat pribumi dan
mempertinggi kesadaran kebangsaan di kalangan orang Jawa. Perjuangan hidup-
mati yang terhampar di kalangan orang Jawa ialah memilih satu di antara dua
yaitu berjuang atau hancur”.

Dr. Wahidin mulai melancarkan propaganda besar-besaran tentang


pemberian beasiswa bagi anak-anak muda pribumi yang pandai. Dalam
propagandanya didampingi Pangeran Arya Nata Dirodjo yang dikemal aktif

4
mendukung pendidikan Barat. Namun, semangat kedua tokoh ini tidak bisa sama
sekali gerakan kampanye karena banyaknya para Bupati yang tidak
mendukungnya dan hanya dianggap hendak mengacaukan ketentraman dan
ketertiban sistem yang berlaku. Kendati demikian perjalanan kampanye tidak
selalu gagal. Mereka selalumendapat simpati dari orang yangdijumpainya dan
pertemuan yang paling penting adalah dengan murid-murid STOVIA. Seperti
yang diungkapkan oleh Soetomo: “Dr. Wahidin yang berwajah tenang tetapi
tajam dan kepandaiannya mengutarakan pikirannya sangat berkesan pada saya.
Suaranya yang jelas dan terang membuka pikiran dan hati saya, membawa
gagasan- gagasan baru dan mebuka dunia baru yang meliputi jiwa saya yang
terluka dan sakit”.

Para siswa STOVIA, yang kebanyajkan berasal dari kota-kota kecil itu
juga memperoleh dorongan intelektual dari kota besar dan modern. Sekolah itu
terletak di Weltevreden di jantung Batavia, sebagai kota terbesar, menjadi pusat
kegiatan politik, perekonomian dan kebudayaan serta merupakan pintu gerbang
paling penting ke dunia luar. Di Batavia ini menjadi kediaman kelompok
intelektual non politik pribumi yang kecil namun sedang tumbuh. Oleh karena
STOVIA pada hakekatnya merupakan satu-satunya lembaga pendidikan
menengah di Batavia, maka wajarlah bila siswa- siswanya bergaul dengan
kelompok intelektual dan terpengaruh oleh ide-ide mereka. Dipengaruhi oleh
gagasan Dr. Wahidin, Soetomo segera larut dalam kegiatan mendirikan suatu
perkumpulan di dalam STOVIA. Kata Budi agaknya sangat penting bagi ornag
Jawa, budi adalah sifat yang memberikan keseimbangan dan keutuhan pada
pengetahuan yang sesungguhnya berkeping-keping, budi akan dipandang seolah-
olah berada di puncak kegiatan mental manusia dan akan dipandang
mengendalikan akal dan watak seseorang, etos Jawa menganggap bahwa
seseorang berbudi luhur akan hidup rukun dengan masyarakatnya. Sementara itu
batasan-batasan etnis dan geografis dalam kelompok menjadi tegas.10 Batasan-
batasan ini tidak hanya mencerminkan kurangnya kesadaran akan persatuan
nasional pada penduduk Indonesia secara menyeluruh, tetapi juga karena antipati
yang berkepanjangan antara golongan pendidik Jawa dan non Jawa. Kebanggaan

5
orang Jawa terhadap keunggulan budaya lain begitu meluas, sehingga tidaklah
mengherankan apabila siswa-siswa Jawa di STOVIA merasa ragu mengundang
siswa-siswa non Jawa agar ikut gerakan mereka. Organisasi untuk kaum muda
Jawa ini didirikan oleh Soetomo pada hari Minggu tanggal 20 Mei 1908 pukul
sembilan pagi. Para hadirin yang berkumpul di aula STOVIA tidak hanya para
siswanya saja, tetapi juga siswa- siswa dari sekolah pertanian dan kehewanan di
Bogor, sekolah pamong praja di Magelang dan Probolinggo, sekolah pendidikan
guru di Bandung dan Yoygakarta. Seruan kelompok STOVIA dengan cepat
tersebar di seluruh Jawa. Wlaupun tanggal 20 Mei selalu dirayakan sebagai hari
kebangkitan nasional, tidak banyak informasi yang terungkap mengenai apa yang
sebenarnya telah terjadi di aula. Di dalam Budi Utomo, Soetomo akan dibantu
oleh Goenawan, Soemarmo, Mohammad Soleh dan Soelaeman yang rata-rata
berusia 20-22 tahun.

Menurut buku yang ditulis oleh Akira nagazumi dengan berjudul


bangkitnya nasionalisme Indonesia pada 1908-1918 Dilatarbelakangi kondisi
ekonomi yang buruk di Jawa, dr. Wahidin Sudiro Husodo pada tahun 1906-1907
berkeliling pulau jawa, untuk memberikan penerangan tentang cita-citanya kepada
para pegawai Belanda dan dalam berusaha mencari dana untuk beasiswa bagi
pelajar Indonesia yang kurang mampu tapi cakap, dr. Wahidin berkeinginan untuk
mendirikan badan pendidikan yang di sebut Studifonds atau di sebut Dana Belajar
yang di tujukan oleh pelajar-pelajar pribumi berprestasi yang tidak mampu
melanjutkan sekolah.. Usaha dr. Wahidin tidak mendapatkan tanggapan yang
positif dari pegawai pemerintahan Belanda.

Dr. Wahidin merupakan lulusan sekolah dokter Jawa di Weltvreden


(STOVIA), ia merupakan salah satu tokoh intelektual yang berusaha
memperjuangkan nasib bangsanya. Pada tahun 1901 sebelum dia berkeliling jawa,
Dr. Wahidin Sudirohusodo menjadi direktur majalah Retnodhoemilah (Ratna
yang berkilauan) yang diterbitkan dalam bahasa Jawa dan Melayu. Menurut buku
yang ditulis oleh Muhammad hatta yang berjudul Permulaan pergerakan
Nasional. Gagasan wahidin ini yang membuat murid-murid STOVIA terispirasi

6
dan membuat suatu pergerakan yang nantinya di namakan Budi Utomo. Dalam
majalah Retnodhoemilah itu berisi tentang sebagian besar membicarakan masalah
kondisi penduduk jawa yang semakin memburuk dengan perhatian khusus pada
kalangan priyayi, dan di tujukan bagi pembaca elite pribumi. Dalam buku Sartono
Kartodirdjo, Sejarah pergerakan nasional dari kolonialisme sampai nasionalisme
Wahdin memainkan peran penting dalam menggalakan pendidikan dan
penyadaran terhadap orang jawa. Sebagai direktur Retnodhoemilah Wahidin
berusaha berkomunikasi dengan kalangan luas penduduk pribumi, dalam
jabatannya itu ia mengumumkan majalah Retnodhoemilah tidak hanya
menggunakan bahasa jawa saja tetapi juga bahasa melayu sedang sehingga para
pembaca jawa rata-rata dapat mudah menangkap isinya dengan lebih mudah.

Dalam ketiga buku tersebut dapat disimpulakan bahwa kuatnya pengaruh


pemikiran dokter wahidin yang pada akhirnya membuahkan sebuah organisasi.
Pada tahun 1907 Dr wahidin mampir ke batavia untuk beristirahat sesudah dari
perjalanan panjangnya itu dan tidak berniat untuk singgah ke STOVIA. Ia
kemudian di undang oleh Soetomo dan Soeradji untuk mengundang dokter itu ke
STOVIA untuk mendengar gagasan-gagasannya akan tetapi mereka tenyata
tergugah oleh semangat Wahidin itu dan tidak lama setelah itu didirikanlah Budi
Utomo.

3.2 Sejarah Budi Utomo


Dirasuki oleh gagasan-gagasan Wahdin, Soetomo segera larut dalam kegiatan
mendirikan suatu perkumpulan di dalam STOVIA. Budi Utomo merupakan
sebuah organisasi pelajar yang didirikan oleh Dr.Sutomo dan para mahasiswa
STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten) yaitu Sutomo, Suraji,
Gunawan Mangunkusumo. Budi Utomo didirikan di Jakarta pada minggu 20 Mei
1908. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, kebudayaan serta tidak bersifat
politik. Budi Utomo menurut beberapa sarjana, perkataan Budi Utomo berasal
dari kata Sansekerta, yaitu bodhi atau budhi, berarti “keterbukaan
jiwa”,”pikiran”,” kesadaran”, “akal”, atau “pengadilan”. Tetapi juga bisa berarti “

7
daya untuk membentuk dan menjunjung konsepsi dan ide-ide umum”. Sementara
itu, perkataan Jawa utomo berasal dari uttama, yang dalam bahasa Sansekerta
berarti “ tingkat pertama” atau “ sangat baik”. Tepuk tangan bergemuruh pada
saat menyambut kelahirannya, para hadirin tidak saja para siswa sekolah ini tetapi
juga siswa-siswa dari sekolah pertanian dan kehewanan di bogor, pamong praja
pribumi di magelang dan Probolinggo.

Pada hari Minggu, 20 Mei 1908 pada pukul 09.00 pagi, bertempat di salah
satu ruang belajar STOVIA, Soetomo menjelaskan gagasannya. Soetomo
berbicara bahwa kedepannya bangsa dan Tanah Air Indonesia berada di tangan
mereka dan rakyat itu sendiri. Maka lahirlah Boedi Oetomo. Namun,, para
pemuda juga menyadari bahwa tugas mereka sebagai mahasiswa kedokteran
masih banyak, di samping harus berorganisasi. Oleh karena itu, mereka
berpendapat bahwa “kaum tua-lah” yang harus memimpin Budi Utomo,
sedangkan para pemuda sendiri akan menjadi motor yang akan menggerakan
organisasi itu.

Dalam catatan Soetomo pada tahun 1909 asal-usul budi utomo ternyata di
usulkan oleh seorang teman dekatnya yaitu Soeradji, dia mengatakan :

“Pengusul nama budi utomo itu adalah mas Soeradji bahkan dia telah
sangat membantu para mahasiwa stovia dengan mengusulkan budi utomo
sebagai nama organisasi ini”

Kehadiran Budi Utomo ini menandai permulaan pergerakan nasional di


Indonesia. Gagasan lahirnya Budi Utomo diawali dari perjalanan kampanye yang
dilakukan oleh dr. Wahidin Sudirohusodo ke seluruh pulau Jawa. Pada tempat-
tempat yang dikunjungi, ia menganjarkan sebagai langkah untuk memajukan
kehidupan rakyat.

Berawal dari kampanyenya dr. Wahidin Sudirohusodo pada akhir tahun 1907
bertemu dengan para pelajar STOVIA (sekolah dokter pribumi) di Jakarta, satu
diantaranya bernama Soetomo. Pembicaraan semakin berkembang dan melahirkan
gagasan dan cita-cita yang sama untuk mengangkat harkat dan derajat bangsa

8
Indonesia. Gagasan dan cita-cita tersebut kemudian dituangkan ke dalam suatu
bentuk organisasi yang diberi nama Budi Utomo. Organisasi Budi Utomo
didirikan pada hari Minggu tanggal 20 Mei 1908 dan Soetomo terpilih sebagai
ketua. Untuk selanjutnya tanggal 20 Mei 1908 oleh Bangsa Indonesia diperingati
sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Budi Utomo mengalami perkembangan yang
cukup pesat, dalam waktu tujuh Budi Utomo memiliki delapan cabang, yaitu:

 Jakarta
 Bandung
 Yogya I
 Yogya II
 Magelang
 Surabaya
 Probolinggo

Seruan kelompok STOVIA dengan cepat tersebar di seluruh jawa dan di


kemudian hari dijadikan sebagai hari kebangkitan nasional. Tak lama setelah
didirikan, para siswa Stovia mencurahkan tenaga untuk merebut hati rekan-rekan
dari sekolah lanjutan lainnya untuk bergabung dengan Boedi Oetomo. Dengan
cepat cabang Boedi Oetomo berdiri di tiga dari delapan sekolah yang hadir saat
pembentukan: OSVIA di Magelang, sekolah pendidikan guru bumiputra di
Yogyakarta, dan sekolah menengah petang di Surabaya. Sehingga, jumlah
anggota Boedi Oetomo pada Juli 1908 mencapai 650 orang. Dari keseluruhan,
anggota dari Stovia relatif kecil karena jumlah siswanya sedikit.

Pada tanggal 3-8 Oktober 1908, Budi Utomo menyelenggarakan kongresnya


yang pertama di Kota Yogyakarta. Hingga diadakannya kongres yang pertama ini,
Budi Utomo telah memiliki tujuh cabang di beberapa kota, yakni Batavia, Bogor,
Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo. Setelah cita cita Budi
Utomo mendapat dukungan yang makin meluas di kalangan cendikiawan jawa,
pelajar mulai menyingkir dari barisan depan karena mempunyai keinginan agar
generasi tua dapat memegang peran bagi gerakan itu. Ketika kongres budi utomo

9
di buka di Yogayakarta pimpinan beralih kepada generasi yang lebih tua. Jumlah
anggotanya meningkat dari 650 menjadi 1.200 anggota, di mana 700 anggota di
antaranya “pejabat dan orang-orang pribumi” (bukan siswa). Dengan
meningkatnnya persentase anggota yang bukan siswa, pengaruh para siswa pun
berangsur-angsur menjadi semakin lemah. Dalam pertemuan pada 8 Agustus
1908, para pemimpin Boedi Oetomo memutuskan Yogyakarta sebagai tempat
kongres pertama. Penetapan ini,bukan karena Yogyakarta merupakan tempat
kelahiran Wahidin tetapi karena Yogyakarta dipandang sebagai “tempat denyut
jantungnya Jawa”. Dalam kongres tersebut terjadi perbedaan pendapat tentang
arah yang akan dituju dan landasan perjuangan. Dalam hal ini Wahidin
Sudirohusodo mengemukakan tentang perlunya pendidikan yang ditunjukan
kepada golongan priyayi, bukan kepada rakyat biasa. Hal itu didasarkan pada
pemikiran bahwa setelah para priyayi menjadi terdidik mereka bisa mengajarkan
kepada rakyat. Dengan demikian, seluruh rakyat akan mendapat pendidikan.

Kerena perjuangan Budi Utomo lebih cenderung memajukan pendidikan,


maka pergerakan ini dianggap tidak berbahaya bagi Belanda. Dengan mudah
badan hukum Budi Utomo mendapat pengesahan dari pemerintahan Hindia-
Belanda. Setelah kongres pertama berakhir, Budi Utomo mengalami
perkembangan yang lamban. Pada akhir tahun 1909, Budi Utomo mempunyai
cabang di 40 tempat dengan jumlah anggota sekitar 10.000 orang.

Dalam kongeres ke 2 di tetapkan pengurus ketua organisasi. Tirtokusumo


terpilih sebagai ketua, ia merupakan seorang bupati karanganyar yang
mendapatkan penghormatan dari kalangan luas pejabat pemerintah. Tirtokusumo
giat dalam memajukan pendidikan barat dengan prakrasa sendiri sebelum tahun
1908 ia mendirikan sekolah gadis di kabupatennya dan mengangkat anak-anak
perempuannya sebagai guru-guru kepala sekolah yang pertama. Pengurus besar
memutuskan unutk membatasi jangkauan geraknya kepada penduduk jawa dan
madura dan tidak akan melibatkan diri dalam kegiatan politik. Bidang kegiatan
yang dipilihnya oleh karena itu ialah bidang pendidikan dan budaya karena budi
utomo menganggap perlu di luaskan pendidikan terutama pendidikan barat.

10
Pengetahuan bahasa belanda mendapat prioritas pertama karena tanpa itu
seseorang tidak dapat mengharapkan kedudukan yang layak dalam jenjang
kepegawaian kolonial.

Sepuluh tahun pertama Budi Utomo mengalami beberapa kali pergantian


pemimpin organisasi. Kebanyakan memang para pemimpin berasal kalangan
priyayi atau para bangsawan dari kalangan keraton seperti Reden Adipati
Tirtokoesoemo, bekas Bupati Karanganyar (presiden pertama Budi Utomo) dan
pangeran Ario Noto Dirojo dari keraton Pakualaman.

Budi Utomo mengalami fase perkembangan penting saat kepemimpinan


Pangeran Ario Noto Dirodjo pada tahun 1912. Saat itu, Douwes Dekker, seorang
Indo-Belanda yang sangat properjuangan bangsa Indonesia, dengan terus terang
mewujudkan kata “politik” ke dalam tindakan yang nyata. Berkat pengaruhnyalah
pengertian mengenai “tanah air Indonesia” makin lama makin bisa diterima dan
masuk ke dalam pemahaman orang Jawa, Maka Munculah Indische Partij yang
sudah lama dipersiapkan oleh Douwes Dekker melalui aksi persnya. Perkumpulan
ini bersifat politik dan terbuka bagi semua orang Indonesia tanpa terkecuali.
Baginya “tanah air Indonesia” adalah di atas segalanya.

Pada saat itu pulalah Budi Utomo menyadari pentingnya organisasi


pergerakan bagi rakyat, oleh karenanya sejak tahun 1920 organisasi Budi Utomo
membuka diri untuk menerima anggota dari kalangan dari rakyat biasa. Dengan
demikian, sifat pergerakan Budi Utomo menjadi pergerakan kerakyatan. Dibidang
politik, Budi Utomo telah berkembang menjadi sebuah organisasi yang memiliki
tujuan dan cita-cita Nasional, yakni Indonesia Merdeka. Untuk mewujudkannya,
makan pada tahun 1935 Budi Utomo meleburkan dir dengan PBI (perhimpunan
bangsa Indonesia) yang didirikan Soetomo. Dari peleburan dua organisasi
tersebut, maka lahirlah Parindra

3.3 Tujuan Berdirinya Budi Utomo

11
Tujuannya untuk meningkatkan martabat rakyat dan bangsa. Peningkatan
ini akan dilakukan dengan mendirikan Dana Siswa (Studiefonds) yang merupakan
lembaga untuk membiayai pemuda yang cerdas tetapi tidak dapat melanjutkan
studionya. Pada akhir 1907, Dr. Wahidin bertemu dengan Sutomo, seorang siswa
dari STOVIA di Jakarta.Berdasarkan pertemuan itu, Sutomo memberi tahu teman-
temannya di STOVIA maksud dan tujuan Dr. Wahidin.

Tujuan awalnya adalah hanya untuk membentuk dana siswa, diperluas


untuk kemudian memungkinkan pembentukan organisasi Budi Utomo. Istilah
Budi Utomo terdiri dari, kata-kata bijak yang berarti temperamen atau karakter
dan utomo yang berarti baik atau mulia. Jadi Budi Utomo, menurut pendiri,
adalah asosiasi yang akan mencapai sesuatu berdasarkan bangsawan, kebaikan
atau taibat.

Tujuan Budi Utomo ialah untuk mencapai kemajuan yang harmonis untuk orang-
orang Jawa dan Madura. Pada saat itu gagasan persatuan di seluruh Indonesia
tidak diketahui.

Karena itulah yang diinginkan Budi Utomo, hanya perbaikan sosial yang
mencakup Jawa dan Madura, juga kata kemerdekaan tidak disebutkan sama
sekali. Untuk melaksanakan tujuan-tujuan ini, beberapa upaya telah diambil:

 Memajukan pengajaran sama seperti apa yang dibayangkan oleh Dr.


Wahidin. Ini adalah upaya pertama untuk mencapai kemajuan nasional;
 Mempromosikan pertanian, peternakan, perdagangan. Jadi dipahami
bahwa kemajuan juga harus mencakup bidang ekonomi;
 Memajukan teknik dan industri, yang berarti bahwa ke arah itu telah
menjadi ideal;
 Menghidupkan kembali kebudayaan.

Selain itu Budi utomo mempunyai tujuan khusus yang tercantum dalam
beberapa fasal di antaranya :

12
 Memperhatikan kepentingan pelajaran umum
 Menjunjung tinggi dasar-dasar perikemanusian
 Lain-lain yang dapat menjammin penghidupan bangsa yang pantas

Budi Utomo tergolong organisasi pertama di antara organisasi bangsa


Indonesia yang disusun secara modern. Organisasi kebangsaan yang berdasar
pada usaha individu yang bebas dan sadar terhadap persatuan. Surat kabar
Batavia, Bataviansch Nieuwsblad menyebutnya sebagai "langkah pertama telah
diayunkan dan itulah langkah yang besar" (Het eerste Stap is gedaan, en het is
een groote stap). Pada tanggal 13 Juli 1908 dalam surat kabar ini termuat tekad
kaum muda sebagai pemimpin di masa yang akan datang untuk memperbaiki
keadaan rakyat.

3.4 Pendiri dan Tokoh-Tokoh Budi Utomo


1. Soetomo

Dr. Soetomo (lahir di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur, 30 Juli 1888 –
meninggal di Surabaya, Jawa Timur, 30 Mei 1938 pada umur 49 tahun) adalah
tokoh pendiri Budi Utomo, organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia.
Ayah Sutomo, Raden Suwaji, adalah seorang priyayi pegawai pengreh yang maju
dan modern. Sutomo dibesarkan di keluarga yang berkecukupan, terhormat dan
sangat memanjakannya. Limpahan kasih sayang, tertuju pada Sutomo kecil,
terutama dari sang kakek dan nenek. Kakek Sutomo bernama R Ng Singawijaya
atau KH Abdurakhman. Nama tersebut sangat disegani dan ternama di wilayah
Nganjuk. Hal inilah yang sangat berpengaruh pada perilaku dan sifat Sutomo.
Manja, nakal, sewenang-wenang kepada kawannya, pun berkelakuan bak raja
kecil. Pada usia 8 tahun orang tuanya menitipkan Soebroto kepada pamannya
yang bernama Arjodipuro. Di tempat ini Soebroto didaftarkan di sekolah Belanda,
yaitu Europeesche Lagere School (ELS). Namun ia tidak diterima. Pamannya
tidak pernah berputus asa, hingga keesokan harinya beliau mengajak Soebroto ke
sekolah. Dengan menyampaikan keinginannya untuk menyekolahkannya,

13
Soebroto kemudian diterima namun dengan nama Soetomo. Sejak itulah Soebroto
berubah nama menjadi Soetomo. Di sekolah Soetomo termasuk anak pintar
sampai sampai ia disegani oleh teman-temannya baik dari Indonesia maupun dari
Belanda. Bahkan gurunya yang juga bangsawan Belanda menyayanginya.
Soetomo masuk ke sekolah STOVIA pada tanggal 10 januari 1903 walaupun
sebenarnya ia tidak berniat masuk sekolah kedokteran. Sutomo setelah lulus dari
STOVIA tahun 1911, bertugas sebagai dokter, mula-mula di Semarang, lalu
pindah ke Tuban, pindah lagi ke Lubuk Pakam (Sumatera Timur) dan akhirnya ke
Malang. Saat bertugas di Malang, ia membasmi wabah pes yang melanda daerah
Magetan.

Pada 1919, dr. Sutomo memperoleh kesempatan belajar di Universitas


Amsterdam, Belanda. Ia beserta istri pindah kesana. Selain belajar, kesibukan dr.
Sutomo di Belanda bertambah karena ia juga aktif dalam Perhimpunan Indonesia
(PI) yaitu perkumpulan mahasiswa Indonesia di Belanda. Pertemuan dengan
tokoh-tokoh PI lainnya seperti Mohammad Hatta, Ahmad Subardjo, Ali
Sastroamijoyo, Sunario, Iwa Kusuma Sumantri, dan Nazir Pamuncak di sana.
Setelah kepulangannya dari Belanda pada tahun 1923 ia bertugas menjadi guru
sekolah dokter NIAS di Surabaya.

2. Wahidin Soedirohoesodo

Dr. Wahidin Soedirohoesodo (lahir di Mlati, Sleman, Yogyakarta, 7 Januari


1852 – meninggal di Yogyakarta, 26 Mei 1917 pada umur 65 tahun, (Wahidin
Sudirohusodo) adalah salah seorang pahlawan nasional Indonesia. Dialah
penggagas berdirinya organisasi yang didirikan para pelajar School tot Opleiding
van Inlandsche Artsen Jakarta itu. Wahidin Sudirohusodo menyelesaikan
pendidikan sekolah dasarnya di Yogyakarta, kemudian dia lanjutkan dengan
bersekolah di Europeesche Lagere School yang juga berlokasi di Yogyakarta.
Setelah menyelesaikan studinya di sekolah tersebut, Sudirohusodo memutuskan
untuk masuk di Sekolah Dokter Jawa atau yang juga dikenal dengan sebutan
STOVIA di Jakarta. Selama hidupnya, Sudirohusodo yang diketahui merupakan
keturunan Bugis-Makassar ini sangat senang bergaul dengan rakyat biasa.

14
Sehinggga tak heran bila dia disukai banyak orang. Dari pergaulannya inilah,
Sudirohusodo akhirnya sedikit banyak mengerti penderitaan rakyat akibat
penjajahan Belanda. Selain sering bergaul dengan rakyat, dokter yang terkenal
pula pandai menabuh gamelan dan mencintai seni suara, ini juga sering
mengunjungi tokoh-tokoh masyarakat di beberapa kota di Jawa. Para tokoh itu
kemudian diajaknya untuk menyisihkan sedikit uang mereka yang nantinya
digunakan untuk menolong pemuda-pemuda yang cerdas, tetapi tidak mampu
melanjutkan sekolahnya. Namun sayangnya, ajakan Sudirohusodo ini kurang
mendapat sambutan. Ia dijadikan Pahlawan Nasional 6 November 1973 dengan
dikeluarkannya Keppres No. 88/TK/1973.

3. Soeradji

Soeradji bersama Soetomo untuk kali pertama bertemu dr. Wahidin Soediro
Hoesodo di Jakarta pada tahun 1907—pertemuan bersejarah yang kemudian
menginspirasi pembentukan Boedi Oetomo yaitu dengan mengusulkan nama
organisasi ini. Ia lahir pada tahun 1888 di Madiun, dan tercatat dalam data
STOVIA lulus pada 1912. Pascalulus, ia bertugas di Bandung, lalu ke daerah
Palembang di Sungai Gerong. Ia menikah dengan salah seorang cucu dari dr.
Wahidin. Di sana putra sulungnya lahir. Ia pindah ke Kepulauan Riau, lantas ke
Pulau Sambu dekat Singapura. Tahun 1916 ia kembali ke Yogyakarta da
ditempatkan di Wonogiri sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten. Di tempat
ini dr. Soeradji berhasil memberantas penyakit frambusia dan busung lapar.

3.5 Peranan Budi Utomo


Indonesia tidak akan terlepas dari faktor dalam dan faktor luar yang
mempengaruhinya. Pengaruh dari dalam yang merupakan pengruh langsung
adalah pengaruh kaum intelektual atau pelajar. Di Indonesia lahirnya Budi Utomo
akan membawa dampak yang luas seperti yang diungkapkan Van Deventer
“Sesuatu yang ajaib telah terjadi. Insulide, putri cantik yang tidur sudah
terbangun”13 Budi Utomo bergerak dalam bidang pendidikan pada awalnya
karena masih berlakunya peraturan Belanda, Regeering Reglement pasl 111 yang

15
melarang mendirikan perkumpulan politik. Akan tetapi jelaslah bahwa Budi
Utomo menjadi pelopor bagi kesadaran masyarakat Jawa dan merintis jalan bagi
perkembangan yang harmonis bagi negeri dan bangsa Hindia Belanda. Budi
Utomo juga memberikan penekanan pada pendidikan karena pendidikan adalah
alat yang penting bagi kemajuan suatu bangsa.
Budi Utomo meminta pada pemerintah Belanda dan pemberian bea siswa
hendaknya diberikan pada anak-anak muda agar bisa belajar ke negeri Belanda.
Pembaharuan yang akan menyebabkan elemen-elemen radikal akan muncul ke
depan dalam rangka membuka kesadaran para pimpinan Budi utomo 13
Mohammad Hatta, Permulaan Pergerakan Nasional agar terus berjuang untuk
menuntut hak bagi rakyat pribumi sebagaimana mestinya walaupun tidak
memberikan suatu program politik yang kongkret.
Hal yang menyebabkan seperti itu karena Budi Utomo tidak pernah
memiliki kesatupaduan dan daya dari unsur pemimpinnya. Peranan Budi Utomo
yang cukup penting dalam kehidupan masyarakat dan bernegara, bukan hanya
bermanfaat bagi pemerintah kolonial. Kemampuannya yang istimewa untuk
berfungsi sebagai jembatan antara para pejabat kolonial yang maju dengan kaum
terpelajar Jawa sehingga dalam perkembangannya Budi Utomo akan mendapat
kesempatan memperoleh kemampuan berorganisasi politik. Budi Utomo juga
mengajukan suatu tuntutan untuk adanya persamaan kedudukan dalam hukum.
Periode 1918-195 merupakan periode kemerosotan dan pudarnya pengaruh yang
membuat Budi Utomo bergabung dengan Parindra. Akan tetapi peranan parindra
ini akan sangat terbatas seperti peranan Budi Utomo.

3.6 Perkembangan Budi Utomo

Organisasi Budi Utomo mengalami perkembangan yang snagat lamban.


Aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan majalah bulanan Goeroe Desa dan
beberapa petisi yang dibuat untuk diserahkan kepada pemerintah untuk
meninggikan mutu sekolah menengah pertama. Akibat kepemimpinan pengurus
pusat makin melemah, maka cabang-cabang Budi Utomo melakukan banyak

16
aktivitas sendiri yang hampir tidak banyak hasilnya. Pemerintah yang dari
pertama telah mengawasi Budi Utomo, sampai kepada kesimpulan bahwa Budi
Utomo tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap rakyat.
Pada tahun 1912, Noto Dirodjo menggantikan Tirto Kusumo sebgaai ketua
Budi utomo. Saat ia memimpin, Budi Utomo mengalami fase perkembangan
penting. Saat itu, Douwes Dekker, seorang Indo-Belanda yang sangat pro dengan
kemerdekaan Indonesia, dengan terang-terangan mewujudkan politik ke dalam
tindakan yang nyata. Berkat pengaruhnya pula, istilah tanah air Indonesia mulai
banyak dikenal dan diterima di dalam kehidupan masyarakat. Lalu, muncullah
Indische Partij yang memang sudah lama dipersiapkan oleh Douwes Dekker
melalui aksi persnya. Perkumpulan ini bersifat politik dan terbuka bagi seluruh
rakyat Indonesia tanpa terkecuali.
Pada masa ini, juga telah muncul sebuah organisasi lainnya yang bernama
Sarekat Dagang Islam yang dimaksudkan untuk ajang perhimpunan bagi seluruh
pedagang besar maupun kecil  di kota Solo. Oleh Tjokroaminoto, nama Sarekat
Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam untuk mengkoordinir tujuan lainnya
yaitu untuk memersatukan semua orang Indonesia yang hidupnya tertindas oleh
penjajahan. Munculnya organisasi semacam ini semakin menyurutkan eksistensi
Budi Utomo.
Akibat dari kemunduran Budi Utomo, maka perjuangan nasionalisme
inipun kemudian diambil alih oleh Sarekat Islam dan Indische Partij, karena
dalam hal politik, Budi Utomo memang belum berpengalaman. Maka mulai saat
itu, Budi Utomo mulai menyadari pentingnya organisasi pergerakan bagi rakyat.
Oleh karena itu, mulai tahun 1920, Budi Utomo mmembuka diri untuk menerima
anggota dari kalangan rakyat biasa. Dengan demikian, sifat pergerakan Budi
Utomo menjadi pergerakan kerakyatan.
Kekuatan Budi Utomo kembali bangkit sejak mulai pecahnya perang
dunia ke 1 pada tahun 1914. Berdasarkan kemungkinan adanya intervensi oleh
asing, maka Budi Utomo menggagas kegiatan wajib militer bagi pribumi. Diskusi
yang terjadi secara berturut-turut saat itu, telah menggeser perhatian rakyat dari

17
wajib militer kepada perwakilan rakyat. Sehingga saat itu dikirimlah misi ke
Belanda oleh Komite Indie Weerbaer untuk pertahanan Indiadalam tahun 1916-
1917 yang merupakan pertanda masa yang amat besar bagi organisasi Budi
Utomo.
Dalam misi tersebut, wakil Budi Utomo yang bernama Dwidjosoemoyo
berhasil mengadakanpendekatan-pendekatan kepada pemimpin pemimpin
Belanda perihal pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat) yang saat itu dibahas
dalam Dewan Perwakilan Rakyat Belanda. Undang-undnag tentang wajib militer
gagal disahkan, sebaliknya undang-undang tentang pembentukan volksraad
disahkan pada bulan November 1914.
Di bidang politik, Budi Utomo telah berkembang menjadi organisasi yang
memiliki tujuan dan cota-cita nasional, yakni Indonesia Merdeka. Untuk
mewujudkannya, maka pada tahun 1935, Budi Utomo meleburkan diri dengan
PBI (Perhimpunan Bangsa Indonesia) yang didirkan oleh Soetomo. Dari
peleburan dua organisasi tersebut, maka lahirlah Parindra.
Soewardi menyatakan bahwasanya Budi Utomo merupakan wakil atau
manifestasi dari perjuangan nasionalisme. Menurut Soewardi, orang-orang
Indonesia mengajarkan kepada bangsa ini bahwa nasionalisme Indonesia bukan
hanya milik orang-orang Jawa dan Madura, akan tetapi milik semua rakyat. Oleh
karena itu, nasionalisme tidaklah bersifat kultural melainkan bersifat politik.

A. Perkembangan Organisasi Budi Utomo terhadap Pemerintah


Kolonial

Sejak awal mula pemerintah kolonial belanda telah menunjukan minatnya


yang besar terhadao Budi Utomo. Menurut sebuah surat yang ditulis oleh
sekertaris pertama pemerintah pada pertengahan oktober 1908, Gubenur Jenderal
J.B van Heutsz dengan teliti mengikuti artikel-artikel surat kabar dari berdirinya
Budi utomo yang di adakan di Yogyakarta itu. Gubernur Jenderal akhirnya
menarik kesimpulan bahwa organisasi ini sebagai “bukan omong kosong tetapi
hasil-hasil bermanfaat bagi negeri dan rakyat yang bisa diharapkan dari gerakan
ini”. Ketika jabatan Budi utomo akan dipegang oleh bupati karanganyar yaitu

18
Tirtokusumo belanda bergembira dan berniat melakukan apa saja yang bisa demi
pengangkatan itu. Gubernur jenderal berpendapat jika Bupati menerima
kedudukan ketua itu, diharapkan agar ia mampu mengemudikan organisasi ke
arahnya yang benar dan jika perlu memberikan jaminan kerja sama antara
pemerintah dengan badan pengurus Budi utomo.

Pejabat eropa memberikan sebuah ungkapan yaitu “Perintah alus” yang


artinya bahwa pemerintah hendaknya melakukan tekanan lembut terhadap
pribumi bawahan mereka atau terhadap penduduk pribumi dan bukan dengan
berlindung pada tindakan-tindakan kasar dari masa lalu yaitu dengan cara
pemaksaan dan ancaman hukuman apabila perintah-perintah pemerintah tidak
ditaati. Hal ini membuat bahwa pemerintah pada waktu itu mengharapkan adanya
pemerintahan kolonial yang tertib dan damai dan serentak dengan itu juga demi
perkembangan penduduk pribumi terpelajar secara spontan dan moderat.

Dengan demikian pengangakatan Tirtokusumo diterima sebagai pertanda baik


bagi kolonial belanda, tetapi secara resmi juga pemerintah bersikap hati-hati
dengan tidak terlalu dini menyatakan pendapat sepatahpun tentang organisasi itu
dan tidak tergesa-gesa memberikan pengakuan terhadap Budi Utomo sebagai
organisasi yang sah. Tahun 1909 dua kelompok minoritas di dalam Budi Utomo
berangsur-angur terbenttuk. Kelompok yang satu menganjurkan agar Budi Utomo
menjadi organisasi politik yang di gagas oleh kaum muda dan yang satu lagi
mengendaki agar Budi Utomo memperluas perhatianya sehingga meliputi seluruh
bangsa hindia belanda oleh kaum tua. Dipilihnya Tijpto Mangkusumo dan
Soerjodipoetro yang duduk pada badan pengurus merupakan upaya untuk
mencegah terjadinya perpecahan.

Pada tanggal 18 oktober badan pengurus akhirnya mengajukan anggaran dasar


organisasi kepada pemerintah kolonial unutk mendapatkan pengesahannya.
Pemerintah memberikan keputusan yang positif dengan menyatakan Budi Utomo
sebagai organisasi yang sah dengan keputusan pemerintah No.52, 28 desember
1909 sekitar satu setengah tahun sesudah rapat pertama di STOVIA Mei 1908 dan
kemudian Budi Utomo secara resmi diberi izin melakukan kegiatannya.

19
Pemerintah Hindia-Belanda mengesahkan Budi Utomo sebaga badan hukum yang
sah karena dinilai tidak membahayakan. Dengan demikian apabila sikap Budi
utomo telah merebut kepercayaan pemerintah kolonial dan para pejabat belanda
yang maju pada akhir tahun 1909. Untuk sementara pemerintah merasa cukup
puas terhadap Budi Utomo sehingga demikian organisasi ini tidak lagi disebit
sebut lagi di dalam dokumen-dokumen rahasia yang mengancam belanda sampai
budi utomo berpaling kepada kegiatan bidang politk pada tahun 1915

Pada tahun 1916-1917 merupakan pertanda masa amat yang berhasil bagi
Budi utomo karena Dwidjosewoyo sebagai wakil budi utomo berhasil
mengadakan pendekatan dengan pemimpin-pemimpin belanda terkemuka.
Keterangan Menteri Urusan Daerah jajahan tentang pembentukan Volksraad
(Dewan rakyat) saat itu sedang di bicarakan yang bahwasanya Budi Utomo akan
di jadikan sebagai dewan perwakilan rakyat belanda dan ini merupakan hal yang
amat mengembirakan bagi Budi utomo . Aktivitas itu memberikan kesan di
kalangan pemerintahan kolonial bahwa budi utomo adalah satu-satunya organisasi
yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Sebagai hasilnya budi utomo dalam
kampanye dapat menduduki jumlah kursi yang nomor dua besarnya di antara
anggota pribumi dalam Volksraad.

Budi Utomo adalah sebuah gerakan yang ingin menyadarkan kedudukan


Bangsa Jawa. Pengaruh gerakan Budi Utomo terlihat dengan media masa, seperti
majalah Oedyana Para Prujitna Tijdschrift voor den vooruittlrevenden Javaan
(Majalah untuk orang Jawa yang Ingin Maju) isi dari Majalah tersebut membahas
tentang Pertanian untuk masyarakat Pribumi, yang terbit perdana Pada Juni 1909
di bawah redaksi Boenjamin yang baru saja menyelesaikan pendidikan dokternya.
Dalam pengantar redaksinya, Boenjamin dengan bangga menamakan majalahnya
“Majalah Nasional pertama untuk orang Jawa dan ditulis oleh orang Jawa”.
Tujuan majalah ini adalah mendorong kecintaan pada bahasa Jawa dan
pengembangan bahasa Jawa. Bahasa Jawa harus dikembangkan sedemikian rupa,
sehingga dapai berfungsi di tengah kehidupan modem. Selain itu majalah dapat
menjadi ajang bagi para penulis Jawa, dan menyampaikan pengetahuan tentang

20
Negeri Belanda kepada orang Jawa. Di semarang budi utomo mendirikan toko
buku jawa dan percetakan Budi Utomo kemudian menerbitkan majalah bulanan
yang bernama Goeroe Desa yang terbit pada bulan september 1910 yang ditujukan
untuk memperbaiki kesehjahteraan rakyat jawa di perdesaan dan berisi nasihat-
nasihat tentang bagaimana menggarap tanah dengan traktor, mengelola
perdagangan, pemeliharaan ternak, unggah dan lebah.

Pada tahun 1909 sekolah-sekolah di jawa dan sumatera akhirnya mendapatkan


pendidikan modern seperti, diajarkan pengeloloan kayu dan besi yang lebih
modern dengan teknik eropa kemudian para mahasiswa yang tergabung dalam
organisasi budi utomo mengajarkan para penduduk pribumi keterampilan-
keterampilan modern seperti, pengetahuan mesin/montir mobil, listrik dan ilmu
pengetahuan alam. Perlu diketahui bahwa sebelum tahun 1908, belum ada
pendidikan-pendidikan yang mencakup terhapat teknik dan kejuruan yang di
ajarkan oleh para guru di pribumi, meskipun pada tahun 1881 sudah ada di daerah
minahasa namun berlum tersentuh penduduk pribumi jawa dan hanya di
peruntukan oleh orang yang beragama kristen.

Pada tanggal 8 september 1910 budi utomo memperluas kesempatan anak-


anak pribumi dan jawa untuk menerima pendidikan eropa dan lebih khususnya
lagi pendidikan bahasa belanda. 2 tahun sesudah itu pada tahun 1913 sekolah
pribumi kelas 1 di beri nama baru yaitu Hollandsch inlandsche scool, sekolah
pribumi belanda dan peraturan akhirnya menetapkan bahwa bahasa belanda
diajarkan mulai dari kelas 1. Pembahuran ini mengakibatkan jumlah murid yang
masuk sekolah-sekolah ini mulai semakin terus bertambah besar. Hal ini membuat
bahwasanya budi utomo sangat mendukung pembaharuan khususnya dalam wujud
perbaikan pendidikan terhadap masyarakat pribumi terutama jawa.

Dr Sutomo dan para teman-teman juga pula membuat koperasi-koperasi kredit


yang belum ada pada masa itu dan bahkan pada tahun 1929 di bangun Bank
Negara Indonesia. Masyarakat jawa yang tadinya belum mengenal pendidikan
eropa kemudian terpengaruh dengan adanya organisasi budi utomo, mereka
mendapatkan pendidikan pendikan ketrampilan yang ilmu-ilmu teknik yang

21
belum mereka dapatkan sebelumnya. Para anggota Budi Utomo juga mengusulkan
kepada pemerintah belanda bahwa disekolah pribumi juga di ajarkan pendidikan-
pendidikan islam karena dengan alasaan bahwa kebudayaan indonesia juga harus
memperoleh perlindungan di karenakan banyaknya sekolah belanda yang
mengajarkan agama kristen sehingga ingin memperkecil kemungkinan jika
penduduk pribumi nanti akan terpengaruh kedalam agama kristen.

B. Perkembangan Organisasi Budi Utomo di Indonesia

Pergerakan nasional yang muncul di Indonesia tidak akan terlepas dari faktor
dalam dan faktor luar yang mempengaruhinya. Pengaruh dari dalam yang
merupakan pengruh langsung adalah pengaruh kaum intelektual atau pelajar. Di
Indonesia lahirnya Budi Utomo akan membawa dampak yang luas seperti yang
diungkapkan Van Deventer “Sesuatu yang ajaib telah terjadi. Insulide, putri cantik
yang tidur sudah terbangun”13 Budi Utomo bergerak dalam bidang pendidikan
pada awalnya karena masih berlakunya peraturan Belanda, Regeering Reglement
pasl 111 yang melarang mendirikan perkumpulan politik. Akan tetapi jelaslah
bahwa Budi Utomo menjadi pelopor bagi kesadaran masyarakat Jawa dan
merintis jalan bagi perkembangan yang harmonis bagi negeri dan bangsa Hindia
Belanda. Budi Utomo juga memberikan penekanan pada pendidikan karena
pendidikan adalah alat yang penting bagi kemajuan suatu bangsa.

Pancaran eksistensi Budi Utomo di Indonesia dibuktikan dengan diadakannya


konggresnya yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Dalam
waktu singkat Budi Utomo mengalami perubahan orientasi. Kalau semula
orientasinya terbatas pada kalangan priyayi maka menurut edaran yang dimuat
dalam Bataviaasch Nieuwsbladtanggal 23 Juli 1908, Budi Utomo cabang Jakarta
menekankan cara baru bagaimana memperbaiki kehidupan rakyat. Di dalam
kongres tersebut menghasilkan beberapa keputusan,sebagai berikut :

1. Tidak mengadakan kegiatan politik

2. Bidang utama adalah pendidikan dan kebudayaan

22
3. Terbatas wilayah Jawa dan Madura

4. Mengangkat Raden Adipati Tirtokoesoemo (Bupati Karanganyar) sebagai


ketua Budi Utomo.

Semenjak dipimpin oleh Raden Adipati Tirtokoesoemo, banyak anggota baru


BU yang bergabung dari kalangan bangsawan dan pejabat kolonial, sehingga
banyak anggota muda yang memilih untuk menyingkir. Dibawah kepengurusan
generasi tua, kegiatan Budi Utomo yang awalnya terpusat di bidang pendidikan,
sosial, dan budaya, akhirnya mulai bergeser di bidang politik.Strategi perjuangan
BU juga ikut berubah dari yang awalnya sangat menonjolkan sifat
protonasionalisme menjadi lebih kooperatif dengan pemerintah kolonial belanda.
Perkembangan selanjutnya merupakan periode yang paling lamban bagi Budi
Utomo.Aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan majalah bulanan Goeroe Desa
dan beberapa petisi, yang di buatnya kepada pemerintah berhubung dengan usaha
meninggikan mutu sekolah menengah pertama.Tatkala kepemimpinan pengurus
pusat makin melemah, maka cabang-cabang BU melakukan aktivitas sendiri yang
tidak banyak hasilnya. Pemerintah yang mengawasi perkembangan BU sejak
berdirinya, dengan penuh perhatian dan harapan akhirnya menarik kesimpulan
bahwa pengaruh BU terhadap penduduk pribumi tidak begitu besar. Pada tahun
1912 terjadi pergantian pemimpin dari Tirtokoesoemo ke tangan Pangeran Noto
Dirodjo yang berusaha dengan sepenuh tenaga mengejar ketinggalan. Dengan
ketua yang baru itu,perkembangan Budi Utomo tidak begitu pesat lagi. Hasil-hasil
yang pertama di capainya yaitu perbaikan pengajaran di daerah kesultanan dan
kasunanan. Budi Utomo mendirikan organisasi darmoworo. Tetapi hasilnya tidak
begitu pesat. Dalam masa kepemimpinannya terdapat dua organisasi nasional
lainnya yaitu syarekat Islam dan Indische Partij.Kedua partai tersebut merupakan
unsur-unsur yang tidak puas terhadap Budi Utomo. Kekuatan Budi Utomo
kembali bangkit sejak mulai pecahnya Perang Dunia I pada tahun 1914.
Berdasarkan adanya kemungkinan intervemsi kekuasaan asing maka Budi Utomo
melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri dan yang pertama mengajukam
gagasan wajib militer pribumi. Diskusi yang terjadi berturut-turut dalam

23
pertemuan-pertemuan setempat justru menggeser perhatian rakyat dari soal wajib
militer kearah soal perwakilan rakyat, sehingga dikirimlah ebuah misi kenegri
Belanda oleh komite Indie Weerbaar untuk pertahanan India dalam tahun 1916-
1917 yang merupakan pertanda masa yang amat berhasil bagi Budi Utomo.
Dwidjosewoyo sebagai wakil Budi Utomo dalam misi tersebut berhasil
mengadakan pendekatan dengan pemimpin-pemimpin Belanda terkemuka
keterangan menteri urusan jajahan tentang pembentukan Volksraad (Dewan
Rakyat) yang waktu itu dibicarakan didalam dewan perwakilan rakyat Belanda,
dimana ia menekankan badan itu akan dijadikan Dewan Perwakilan Rakyat yang
nantinya akan menggembirakan anggota misi Budi Utomo. Undangundang wajib
militer gagal sebaliknya undang-undang pembentukan Volksraad disahkan pada
bulan November 1914 .

Di dalam sidang Volksraad wakil-wakil Budi Utomo masih tetap berhati-hati


dalam melancarkan kritik terhadap kebijaksanaan politik pemerintah. Sebaliknua
para anggota pribumi yang lebih radikal dan juga anggota sosialis Belanda di
dalam Volksraad melakukan kritik terhadap pemerintah dengan memakai
kesempatan adanya krisis bulan November 1918 di negeri Belanda mereka
menuntut perubahan bagi Volksraad dan kebijakan politik negeri Belanda
umumnya sampai akhirnya dibentuk sebuah komisi pada tahun 1919.

3.7 Reaksi Belanda terhadap Organisasi Budi Utomo di Indonesia

Kehadiran Budi Utomo di Indonesia mengundang reaksi yang kurang enak


dari orang Belanda yang tidak senang dengan kehadiran “si Molek“ dan
mengatakan bahwa orang Jawa makin banyak “cincong”. (Prof.Dr.Suhartono :
2001 : 30) Lain halnya menurut M.C.Ricklefs dalam bukunya Sejarah Indonesia
Modern yang menyebutkan bahwa Gubernur Jenderal van Heutsz yang
menyambut baik Budi Utomo, sebagai tanda keberhasilan politik ethis yang
menghendakaki adanya suatu organisasi pribumi yang progresif-moderat yang
dikendalikan oleh para pejabat yang maju. Namun pejabat-pejabat Belanda
lainnya mencurigai Budi Utomo yang dianggap sebagai gangguan yang potensial.

24
3.8 Ketidakhadiran Organisasi Budi Utomo dalam Lapangan Politik

Indonesia Mengapa Budi Utomo tidak langsung terjun ke lapangan politik


seperti organisasi yang kemudian lahir? Rupanya Budi Utomo menempuh cara
dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi pada waktu itu sehingga wajar jika
Budi Utomo berorientasi pada kultural. Tindakan yang tepat ini berarti Budi
Utomo tanggap terhadap politik kolonial yang sedang berlaku. Contohnya ialah
bahwa pemerintah sudah memasang rambu Regeerings Reglement (RR) pasal 111
yang bertujuan membatasi hak untuk rapat dan berbicara, dengan perkataan lain
adanya pembatasan hak berpolitik.

Selama RR masih berlaku maka kegiatan Budi Utomo hanya terbatas pada
bidang sosio-kultural.Ini merupakan bukti bahwa Budi Utomo selalu
menyesuaikan diri dengan keadaan sehingga gerakan kultural lebih mewarnai
kegiatan Budi Utomo pada fase awal. Kebudayaan sendiri dijunjung tinggi guna
menghargai harkat diri agar mampu menghadapi kultur asing yang masuk.
(Prof.Dr. Suhartono : 2001 : 32)

3.9 Penyebab berakhirnya Organisasi Budi Utomo di Indonesia

Budi Utomo adalah organisasi pertama yang ada di Indonesia. Pendirian


Budi Utomo ini diiringi dengan banyaknya perdebatan antara golongan tua dan
golongan muda. Salah satu topik yang diperdebatkan adalah penggunaan Bahasa
Jawa dan Bahasa Melayu, tepatnya dalam menghadapi westernisasi.

Dr. Radjiman mengatakan kalau Bangsa Jawa adalah Jawa, menunjukkan


identitasmya sebagai orang Jawa. Sedangkan Cipto Mangunkusumo mengatakan
kalau Bangsa Indonesia harus memanfaatkan pendidikan dari Barat dan unsur
yang lain supaya bisa memperbaiki derajat kehidupan. Cipto Mangunkusumo juga
mengatakan kalau sebelum memecahkan masalah budaya maka permasalahan
politik harus diselesaikan terlebih dahulu.

25
Tujuan politik semakin terlihat di golongan muda dan mendirikan sebuah
organisasi yang bernama Sarekat Islam. Dalam perkembangannya, golongan tua
masih meneruskan tujuan Budi Utomo yang disesuaikan dengan situasi politik
saat itu, walaupun masih ada golongan muda yang radikal. Sewaktu Dewan
Rakyat atau Volksraad dibentuk, banyak wakil Budi Utomo yang ikut serta di
dalamnya. Dengan begitu, pemerintah nggak akan curiga ke sifat Budi Utomo
yang moderat. Pemerintah Hindia Belanda baru mengakui Budi Utomo sebagai
sebuah organisasi yang resmi pada tahun 1909 bulan Desember. Dukungan
pemerintah kolonial ini adalah bagian dari pelaksanaan Politik Etis.

Dukungan dari pemerintah ini membuat Budi Utomo sering dicurigai


sebagai organisasi boneka kolonial Belanda oleh masyarakat Bumiputera. Budi
Utomo mulai hilang kendali di tahun 1935 dan bergabung menjadi organisasi lain,
yaitu Partai Indonesia Raya atau Parindra. Walaupun begitu, kehadiran Budi
Utomo sudah menginspirasi para putra Indonesia untuk mendirikan organisasi lain
seperti Jong Sumatera, Jong Ambon, Sedio Tomo, Muhammadiyah dan yang
lainnya. Hal ini juga yang membuat kemerdekaan semakin di depan mata.

Pada dekade ketiga abad XX kondisi-kondisi sosio-politik makin matang


dan Budi Utomo mulai mencari orientasi politik yang mantap dan mencari massa
yang lebih luas. Kebijakan politik yang dilakukan oleh pemerintah kolonial,
khususnya tekanan terhadap pergerakan nasional maka Budi Utomo mulai
kehilangan wibawa, sehingga terjadilah perpisahan kelompok moderat dan radikal
dalam Budi Utomo. Selain itu juga, karena Budi Utomo tidak pernah mendapat
dukungan massa, kedudukannya secara politik kurang begitu penting, sehingga
pada tahun 1935 organisasi ini resmi dibubarkan. (M.C.Ricklefs : 1998 : 251)
Tujuan organisasi Budi Utomo tidak maksimal karena banyak hal, yaitu :

1. Adanya kesulitan finansial.

2. Adanya sikap Raden Adipati Tirtokoesoemo yang lebih memperhatikan


kepentingan pemerintah kolonial dari pada rakyat.

26
3. Lebih memajukan pendidikan kaum priyayi dibanding rakyat jelata.

4. Keluarnya anggota dari gologan mahasiswa.

5. Bahasa Belanda lebih menjadi prioritas utama dibandingkan dengan Bahasa


Indonesia.

6. Priyayi yang lebih mementingkan jabatan lebih kuat dibandingkan jiwa


nasionalisnya

BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
 Budi Utomo sebagai organisasi awal pada masa pergerakan Indonesia
didirikan yang oleh siswa STOVIA. Budi Utomo bebas dari prasangka
keagamaan, tetapi lebih untuk meningkatkan pendidikan dan kebudayaan.
Dirasuki oleh gagasan-gagasan Wahdin, Soetomo segera larut dalam
kegiatan mendirikan suatu perkumpulan di dalam STOVIA. Budi Utomo
merupakan sebuah organisasi pelajar yang didirikan oleh Dr.Sutomo dan
para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten)
yaitu Sutomo, Suraji, Gunawan Mangunkusumo. Budi Utomo didirikan di
Jakarta pada minggu 20 Mei 1908.
 Tujuannya di dirikan Budi Utomo untuk meningkatkan martabat rakyat
dan bangsa. Peningkatan ini akan dilakukan dengan mendirikan Dana
Siswa (Studiefonds) yang merupakan lembaga untuk membiayai pemuda
yang cerdas tetapi tidak dapat melanjutkan studionya.
 Pendiri dan tokoh-tokoh dari Budi Utomo yakni Wahidin Soedirohoesodo,
Soeradji, dan Soetomo
 Budi Utomo menjadi pelopor bagi kesadaran masyarakat Jawa dan
merintis jalan bagi perkembangan yang harmonis bagi negeri dan bangsa
Hindia Belanda. Budi Utomo juga memberikan penekanan pada
pendidikan karena pendidikan adalah alat yang penting bagi kemajuan
suatu bangsa.

27
 Sejak awal mula pemerintah kolonial belanda telah menunjukan minatnya
yang besar terhadao Budi Utomo.
 Kehadiran Budi Utomo di Indonesia mengundang reaksi yang kurang enak
dari orang Belanda yang tidak senang dengan kehadiran “si Molek“ dan
mengatakan bahwa orang Jawa makin banyak “cincong”. Budi Utomo
menempuh cara dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi pada waktu
itu sehingga wajar jika Budi Utomo berorientasi pada kultural.
 penyebab kemunduran Budi Utomo:
1) adanya perbedaan orientasi antara golongan tua dan golongan muda
dalam tubuh organisasi
2) cakupan bahasan dalam organisasi dianggap kurang nasional
3) lebih didominasi oleh golongan tua
4) adanya tekanan dari pemerintah belanda

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/33261785/Budi_Utomo_Sejarah_dan_Perkembangann
ya (Diakses pada 26 November 2019)

file:///D:/2390-Article%20Text-3505-1-10-20170624.pdf (Diakses pada 26


November 2019 pukul 19:00 WIB)

file:///D:/390975542-234006458-Makalah-Budi-Utomo-pdf.pdf (Diakses pada 26


November 2019 pukul 19:00 WIB)

https://www.merdeka.com/pendidikan/kisah-berakhirnya-kejayaan-organisasi-
pemuda-budi-utomo.html (Diakses pada 26 November 2019 pukul 19:00 WIB)

https://pendidikanmu.com/2019/10/lahirnya-organisasi-budi-utomo.html

(Diakses pada 26 November 2019 pukul 19:30 WIB)

https://sejarahlengkap.com/organisasi/sejarah-budi-utomo (Diakses pada 26


November 2019 pukul 19:43 WIB)

28
https://www.ilmudasar.com/2017/03/Pengertian-Fungsi-Tujuan-Terbentuknya-
Budi-Utomo-adalah.html (Diakses pada 26 November 2019 pukul 20:20 WIB)

29

Anda mungkin juga menyukai