Anda di halaman 1dari 4

MODUL PEMBELAJARAN 2

Mata pelajaran : Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan


Kelas : 8 A,B,C
Guru Mapel : Putra Eka Wanda

A. PENGANTAR
 Jangan lupa berdoa sebelum mengerjakan
 Kerjakan dengan baik dan benar
 Bila sudah foto lalu kirim ke wa pak putra (088291443329)
 Selamat mengerakan 

B. MATERI PEMBELAJARAN

Peran tokoh kebangkitan nasional dalam perjuangan kemerdekaan

Perkembangan nasionalisme dan patriotism yang mengarah pada upaya untuk memerdekaan
Negara Indonesia tidak lepas dari kebangkitan nasional. Berikut merupakan beberapa tokoh
kebangkitan nasional yang berperan dalam kemerdekaan Negara Indonesia:

1 WAHIDIN SUDIROHUSIDO

Nama Dokter Wahidin Sudirohusodo tidak bisa dilepaskan sebagai perjuang kemerdekaan
Republik Indonesia. Dokter kelahiran kelahiran Desa Mlati, Yogyakarta, ini memegang peranan
penting dalam sejarah bangsa. Lahir pada tanggal 7 Januari 1852, Dr Wahidin berasal dari
orangtua berdarah Bugis dan Makassar. Mengutip Tokoh Indonesia, walau berasal dari
keluarga berada, Dr Wahidin sangat senang bergaul dengan rakyat biasa. Dr Wahidin
menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya di Yogyakarta. Dia lalu melanjutkan
pendidikannya di Europeesche Lagere School yang
juga berada di Yogyakarta.

Selain memiliki keinginan belajar yang besar, Dr


Wahidin juga memiliki kecintaan pada dunia medis.
Dia lalu memutuskan untuk melanjutkan studinya ke
sekolah dokter Jawa, atau dikenal juga sebagai
School tot Opleiding van Inlandche Artsen (STOVIA)
di Jakarta. Setelah berhasil menjadi dokter, Dr
Wahidin kembali ke Yogyakarta. Dia berkeinginan
untuk meringankan beban rakyat melalui profesinya
sebagai dokter. Inilah yang membuatnya tidak
pernah meminta bayaran sedikitpun. Karena sering
bergaul dengan rakyat kecil, Dr Wahidin bisa
melihat secara langsung bagaimana efek penjajahan
Belanda, terutama pada rakyat miskin.

Dr Wahidin lalu memiliki keinginan untuk


membebaskan penderitaan rakyat. Salah satu
caranya adalah melalui pendidikan. Dr Wahidin
ingin agar rakyat diberikan kesempatan seluas-
luasnya untuk mengenyam pendidikan di sekolah.
Dr Wahidin kemudian juga berusaha mendekati
tokoh-tokoh masyarakat di kota Jawa. Hal ini
dilakukannya agar bisa mengampanyekan
keinginannya untuk mencerdaskan kehidupan
rakyat. Usaha Dr Wahidin ini sempat tersendat,
karena tidak semua tokoh memiliki pandangan
yang sama dengannya. Tidak gentar, dia lalu
membidik target yang lain. Dr Wahidin mulai
mendekati para pelajar di STOVIA di Jakarta. Di
STOVIA gagasan Dr Wahidin diterima dengan
tangan terbuka. Dia lalu menganjurkan para
pelajar STOVIA agar mendirikan organisasi yang bertujuan untuk memajukan pendidikan bagi
rakyat Indonesia.

Gagasan Dr Wahidin inilah yang mendorong terciptanya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908.
Budi Utomo adalah organisasi modern pertama yang lahir di Indonesia. Walau bukan
pendirinya, Dr Wahidin Sudirohusodo selalu dikaitkan dengan berdirinya Budi Utomo.
Perjuangan Dr Wahidin bukan hanya itu saja. Pada tahun 1904 dia menerbitkan majalah Retna
Doemilah, yang berarti penerangan. Majalah ini bertugas sebagai penyampai pesan bagi rakyat,
bahwa pendidikan itu sangatlah penting.

Dr Wahidin juga menerbitkan majalah Guru Desa yang menerangkan pentingnya kesehatan.
Tujuannya adalah untuk melawan kepercayaan terhadap dukun dan tahayul yang masih banyak
dipercayai rakyat kala itu. Dr Wahidin Sudirohusodo meninggal dunia pada tanggal 26 Mei 1917,
di usia 65 tahun. Dia dimakamkan di Desa Mlati, tanah kelahirannya. Tanggal 6 November 1973
Dr Wahidin Sudirohusodo ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional sesuai dengan Keppres No.
88/TK/1973.

A. SUTOMO
Keberadaan organisasi Budi Utomo tentu tidak lepas dari sosok dokter Sutomo. Pendiri
sekaligus ketua dari organisasi tersebut terkenal sebagai seorang
dokter yang dermawan dan juga aktif dalam politik. Dalam buku
Rekam Jejak Dokter Pejuang dan Pelopor Kebangkitan Nasional
(2008) karya HM Nasruddin Anshoriy, Sutomo lahir di desa
Ngapeh, Nganjuk pada 30 Juli 1888. Sutomo sebenarnya memiliki
nama asli Subroto. Namun, untuk bisa masuk ke sekolah Belanda,
namanya berubah menjadi Sutomo. Ayahnya, Raden Suwaji adalah
seorang priyayi pegawai pangreh yang maju dan modern. Sutomo
termasuk orang beruntung, karena dibesarkan dalam keluarga
yang terhormat, berkecukupan, dan cukup di manja. Pengaruh
religius juga mengalir deras dalam diri Sutomo.

Sutomo merupakan pahlawan nasional yang berpikiran maju dan


terbuka. Pria dengan nama kecil Subroto ini, saat muda bersama
rekan-rekannya mendirikan Budi Utomo, sebuah organisasi modern pertama yang
mengampanyekan nasionalisme di Indonesia. Soetomo kecil merasakan pendidikan formal di
sekolah dasar Belanda, Europeesche Lagere School (ELS).Ketika beranjak remaja, Soetomo
berkeinginan melanjutkan belajar ke Jakarta yakni di Sekolah Dokter Belanda atau STOVIA
(School tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Di Januari 1903, Soetomo dengan 13 orang lain
dari berbagai daerah di Indonesia mendaftarkan diri di STOVIA.

Saat belajar di STOVIA, Soetomo berkesempatan mendengarkan ceramah dokter senior


Wahidin Sudirohusodo yang saat itu sedang datang ke Jakarta. Ceramah Wahidin membukakan
mata Soetomo akan pentingnya pemuda dalam memajukan pendidikan sebagai jalan untuk
membebaskan bangsa dari penjajahan. Pertemuan Soetomo dengan Wahidin memberi
pengaruh besar pada sikap dan pemikiran pria asal Ngepeh tersebut. Soetomo menyampaikan
gagasan kepada teman-temannya di STOVIA untuk mendirikan sebuah perkumpulan.
Soetomo saat itu berceramah dengan tenang menjelaskan gagasannya secara singkat dan
jelas.

Hingga akhirnya Soetomo, Soelaeman, Goenawan Mangoenkoesoemo, Angka Prodjosoedirdjo,


M Suwarno, Muhammad Saleh, Soeradji, dan
Goembrek mendirikan Budi Utomo pada 20 Mei
1908. Tujuan organisasi ini adalah untuk
memajukan bangsa dan nusa di tingkat
pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan,
teknik dan industri, kebudayaan, dan
mempertinggi cita-cita kemanusiaan untuk
mencapai kehidupan yang terhormat. Hingga pada
akhir tahun 1909, organisasi ini memiliki 40
cabang dengan anggota 10.000 orang.

Hari lahir Budi Utomo pada 20 Mei kini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Kehadiran Budi Utomo telah mendorong berdirinya organisasi-organisasi bahkan partai-partai
politik di kemudian hari. Lulus dari STOVIA di 1911, Soetomo diangkat sebagai dokter
pemerintah. Awalnya dia ditempatkan di Semarang, lalu pindah ke Tuban. Tak lama, dia
dipindahkan lagi ke Lubuk Pakam dan akhirnya ke Malang. Saat bertugas di Malang, dia
mampu mengatasi wabah pes yang kala itu melanda daerah Magetan.

Selama berpindah-pindah tugas, Soetomo dengan jelas melihat penderitaan rakyat saat itu.
Ketika ada pasien datang, dia tidak menetapkan tarif, sering pula dia menggratiskan layanan.
Panggilan tengah malam pun kerap dijalaninya tanpa kesal. Tidak dibayar pun juga tidak apa-
apa. Semua itu dia lakukan setulus hati demi negeri yang dicintai.

Peran beliau dalam perjuangan kemerdekaan RI sangat besar. Selain bergerak dalam bidang
politik dan kedokteran, beliau juga giat dalam bidang kewartawanandan memimpin beberapa
biah surat kabar. kondisi fisiknya menurun akibat kelelahan karena beliau merupakan salah
satu tokoh yang sibuk. Beliau akhirnya tutup usia di Surabaya pada tanggal 30 mei 1938 dalam
usia 50 tahun dan dimakamkan disana. Untuk mengenang jasanya pada 27 desember 1961
berdasarkan surat keputusan presiden republic Indonesia no. 657 tahun 1961, beliau diangkat
menjadi pahlawan nasional.

3.Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO


4.KI HAJAR DEWANTARA
5.GOLONGAN TERPELAJAR GOLONGAN PROFESIONAL
6.GOLONGAN PERS

(UNTUK 4 PENJABARAN MATERI DI ATAS SILAHKAN DIBACA BUKU HALAMAN 108-114)

Anda mungkin juga menyukai