Anda di halaman 1dari 2

MODUL PEMBELAJARAN 3

Mata pelajaran : Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan


Kelas : 8 A,B,C
Guru Mapel : Putra Eka Wanda

A. PENGANTAR
 Jangan lupa berdoa sebelum mengerjakan
 Kerjakan dengan baik dan benar
 Bila sudah foto lalu kirim ke wa pak putra (088291443329)
 Selamat mengerakan 

B. MATERI PEMBELAJARAN

KEBANGKITAN NASIONAL

Hari Kebangkitan Nasional diperingati setiap tanggal 20 Mei oleh bangsa Indonesia. Tanggal tersebut
merupakan hari berdirinya Boedi Oetomo (B0) pada 20 Mei 1908. BO adalah salah satu organisasi awal
di Hindia Belanda (Indonesia) yang menyuarakan nasionalisme. Menurut B.J.O. Schrieke seperti dikutip
Akira Nagazumi dalam Bangkitnya Nasionalisme Indonesia, Budi Utomo 1908-1918 (1989), BO
sebenarnya merupakan perkumpulan cendekiawan Jawa dan memiliki ikatan kuat dengan kebudayaan
Jawa

Berdasarkan catatan yang dikumpulkan Nagazumi, BO pada dasarnya didirikan di bawah filosofi dan
kebudayaan Jawa dengan mengikuti garis-garis modern dari Barat atau Eropa.
Masih di buku yang sama, ia memaparkan dominasi orang Jawa dalam daftar siswa STOVIA (sekolah
dokter Jawa yang didirikan pemerintah kolonial) yang berpartisipasi dalam kegiatan pembentukan
organisasi ini. Boedi Oetomo merupakan nama yang diusulkan Soeradji, kawan sekelas Soetomo yang
juga menghadiri pertemuan dengan Wahidin. Imam Supardi dalam Dr. Soetomo: Riwayat Hidup dan
Perjuangannya (1951: 28) memaparkan, nama itu terbersit di benak Soeradji ketika menyaksikan
Wahidin berpamitan untuk meneruskan perjalanannya ke Banten.

Dalam suasana itu, Soetomo dengan mata berbinar memuji tekad seniornya itu sebagai sebuah “budi
utomo”.BO kemudian dipandang sebagai salah satu dampak keberhasilan politik etis di tanah Jawa. Tidak
seperti organisasi pribumi lainnya yang memilih jalur radikal, BO yang moderat-progresif tidak mendapat
suatu kesulitan apapun sejak didirikan. Belum genap satu tahun berdiri, perkumpulan ini sudah mendapat
pengakuan dari Gubernur Jenderal Joannes Benedictus van Heutsz dan berhak berdiri di hadapan
pengadilan Hindia Belanda dalam kedudukan yang sama dengan seorang sipil Eropa.

BO yang lahir dari gedung asrama mahasiswa STOVIA lebih banyak mendiskusikan persoalan
nasionalisme priayi Jawa dan persoalan adat kolot mereka. Seperti dipaparkan Robert van Niel
dalam Munculnya Elit Modern Indonesia (1984: 81), STOVIA memang didirikan pemerintah kolonial
untuk memberikan pendidikan lanjutan cara Barat kepada anak-anak priayi rendah.
Priayi rendah, menurut van Niel, adalah kelompok yang paling sering tersisih dalam struktur
pemerintahan tradisional Jawa. Meski posisi mereka semakin tinggi dibandingkan sebelum abad ke-20,
ada kalanya anak-anak dari keluarga ini tidak mampu bersaing dengan hak-hak istimewa yang dimiliki
priayi tinggi seperti halnya keluarga bupati.

Anda mungkin juga menyukai