Anda di halaman 1dari 8

TOKOH-TOKOH

PENDIRI BUDI UTOMO

Disusun Oleh :

Nama : Moch. Hilman Adi Cahyana

Kelas : VIII.G

No. Absen : 22

SMP NEGERI 1 BALAPULANG


Tahun Pelajaran 2017/2018
Wahidin Soedirohoesodo

Nama Lengkap : Wahidin Soedirohoesodo


Alias : No Alias
Profesi : Pahlawan Nasional
Tempat Lahir : Mlati, Sleman, Yogyakarta
Tanggal Lahir : Rabu, 7 Januari 1852
Zodiac : Capricorn
Warga Negara : Indonesia

BIOGRAFI
Wahidin Sudirohusodo, dr. adalah salah seorang pahlawan nasional
Indonesia. Namanya Wahidin Sudirohusodo selalu dikaitkan dengan
organisani Budi Utomo karena meskipun Wahidin Sudirohusodo bukan
merupakan pendiri organisasi kebangkitan nasional itu, Wahidin
Sudirohusodo menjadi salah satu penggagas berdirinya organisasi yang
didirikan para pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen Jakarta
itu.

Pria yang lahir di Mlati, Sleman, Yogyakarta pada tanggal 7 Januari 1852 ini
menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya di Yogyakarta yang kemudian dia
lanjutkan dengan bersekolah di Europeesche Lagere School yang juga
berlokasi di Yogyakarta. Setelah menyelesaikan studinya di sekolah
tersebut, Sudirohusodo memutuskan untuk masuk di Sekolah Dokter Jawa
atau yang juga dikenal dengan sebutan STOVIA di Jakarta.

Selama hidupnya, Sudirohusodo yang diketahui merupakan keturunan Bugis-


Makassar ini sangat senang bergaul dengan rakyat biasa. Sehinggga tak
heran bila dia disukai banyak orang. Dari pergaulannya inilah, Sudirohusodo
akhirnya sedikit banyak mengerti penderitaan rakyat akibat penjajahan
Belanda.

Menurutnya, salah satu cara untuk membebaskan diri dari penjajahan,


rakyat harus cerdas. Untuk itu, rakyat harus diberi kesempatan mengikuti
pendidikan di sekolah-sekolah. Sebagai salah satu cara yang bisa
dilakukannya untuk sedikit membantu meringankan penderitaan adalah
dengan memanfaatkan profesinya sebagai dokter, selama mengobati rakyat,
Sudirohusodo sama sekali tidak memungut bayaran.

Selain sering bergaul dengan rakyat, dokter yang terkenal pula pandai
menabuh gamelan dan mencintai seni suara, ini juga sering mengunjungi
tokoh-tokoh masyarakat di beberapa kota di Jawa. Para tokoh itu kemudian
diajaknya untuk menyisihkan sedikit uang mereka yang nantinya digunakan
untuk menolong pemuda-pemuda yang cerdas, tetapi tidak mampu
melanjutkan sekolahnya. Namun sayangnya, ajakan Sudirohusodo ini kurang
mendapat sambutan.

Perjuangan Sudirohusodo tidak sampai disitu saja. Di Jakarta, Sudirohusodo


mencoba mengunjungi para pelajar STOVIA dan menjelaskan detail
gagasannya. Saat itu, Sudirohusodo menganjurkan agar para pelajar itu
mendirikan organisasi yang bertujuan memajukan pendidikan dan
meninggikan martabat bangsa. Ternyata gagasan Sudirohusodo ini mendapat
sambutan baik dari para pelajar STOVIA itu. Mereka juga sependapat dan
menyadari bagaimana buruknya nasib rakyat Indonesia pada waktu itu.

Pada tanggal 20 Mei 1908, Sutomo dan kawan-kawannya mendirikan sebuah


organisasi yang diberi nama Budi Utomo. Inilah organisasi modern pertama
yang lahir di Indonesia. Karena itu, tanggal lahir Budi Utomo, 20 Mei,
diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Wahidin Sudirohusodo
sendiri wafat pada tanggal 26 Mei 1917. Jasadnya kemudian dimakamkan di
desa Mlati, Yogyakarta.

PENDIDIKAN
 Sekolah Dasar di Yogyakarta
 Europeesche Lagere School di Yogyakarta
 School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA)

KARIR
 Dokter
Dr Soetomo

Dr Soetomo lahir di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur, 30

Juli 1888. Pada tahun 1903, Soetomo menempuh pendidikan

kedokteran di School tot Opleiding va, Inlandsche Artsen,

Batavia. Selama hidupnya, ia dikenal sebagai mediator yang baik

untuk mendamaikan 2 pihak yang sedang bertikai. Ia juga sangat

peduli pada kemajuan pendidikan pemuda Indonesia. Ia bersama

kawan-kawan STOVIA memperkenalkan ide memberikan bantuan

dana bagi para pelajar pribumi berprestasi tapi miskin. Ide ini

berkembang dengan bergabungnya sekelompok priyayi Jawa untuk

mendirikan Boedi Oetomo.

Organisasi Boedi Oetomo adalah bentuk kesuksesan Dr Soetomo

dalam menyatukan priyayi profesional, birokratis, berpendidikan

barat dan tradisional dalam satu organisasi yang selaras dan

serasi. Boedi Otomo melambangkan pandangan masyarakat


bagaimana dapat dibentuk serasi seperti orkes alat musik

kesayangannya, gamelan. Setiap orang dan setiap kelompok

memainkan peran yang telah ditetapkan dalam menyelaraskan

melodi dalam orkes gamelan.

Sepanjang hidupnya, Soetomo banyak mengabdikan diri di bidang

sosial dan budaya dengan membangun rumah sakit, panti asuhan,

rukun tani, lembaga kesehatan umum, bank desa, dan koperasi

ketimbang berpolitik praktis melawan penjajah. Baru setelah

berdirinya Partai Indonesia Raya (1935) jalur perlawanan

Soetomo beralih melawan Belanda. Dr Soetomo meninggal pada

tanggal 30 Mei 1938 diSurabaya, Jawa Timur. Jasa-jasanya akan

selalu terkenang oleh bangsa Indonesia.


Biografi pahlawan Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo

Cipto Mangunkusumo dilahirkan di Desa Pecagakan, Jepara. Ia adalah putera


tertua dan Mangunkusumo, seorang priyayi rendahan dalam struktur
masyarakat Jawa yang bekerja sebagai guru. Meskipun demikian,
Mangunkusumo berhasil menyekolahkan anak-anaknya pada jenjang yang
tinggi. Ketika menempuh pendidikan di STOVIA, Cipto dinilai sebagai pribadi
yang jujur, berpikiran tajam, dan rajin. Para guru menjuluki Cipto sebagai
“een begaald leerling” atau murid yang berbakat. Cipto juga dengan tegas
memperlihatkan sikapnya. Ia membuat tulisan-tulisan pedas mengkritik
Belanda di harian De locomotive dan Bataviaasch Nieuwsblad sejak tahun
1907. Setelah lulus dari STOVIA, beliau bekerja sebagai dokter pemerintah
kolonial Belanda yang ditugaskan di Demak. Sikapnya yang tetap kritis
melalui berbagai tulisan membuatnya kehilangan pekerjaan.

Cipto menyambut baik kehadiran Budi Utomo sebagai bentuk kesadaran


pribumi akan dirinya. Namun, Cipto menginginkan Budi Utomo sebagai
organisasi politik yang harus bergerak secara demokratis dan terbuka bagi
semua rakyat Indonesia. Hal ini menimbulkan perbedaan antara dirinya dan
pengurus BU lainnya. Cipto lalu mengundurkan diri dan membuka praktek
dokter di Solo, ia pun mendirikan R.A. Kartini Klub yang bertujuan
memperbaiki nasib rakyat.

Ia kemudian bertemu Douwes Dekker dan bersama Suwardi Suryaningrat


mereka mendirikan Indische Partij pada tahun 1912. Cipto selanjutnya
pindah ke Bandung dan aktif menulis di harian De Express. Menjelang
perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda dan Perancis, Cipto Mangunkusumo
dan Suwardi mendirikan Komite Bumiputera sebagai reaksi atas rencana
Belanda merayakannya di Indonesia.

Aksi Komite Bumi Putera mencapai puncaknya pada 19 Juli 1913, ketika
harian De Express menerbitkan artikel Suwardi Suryaningrat yang berjudul
“Ais ik Nederlands Was” (Andaikan Saya Seorang Belanda). Cipto kemudian
menulis artikel yang mendukung Suwardi keesokan harinya. Akibatnya, 30
Juli 1913 Cipto Mangunkusumo dan Suwardi dipenjara. Melihat kedua
rekannya dipenjara, Douwes Dekker menulis artikel di De Express yang
menyatakan bahwa keduanya adalah pahlawan. Pada 18 Agustus 1913, Cipto
Mangunkusumo bersama Suwardi Suryaningrat dan Douwes Dekker dibuang
ke Belanda.

Selama di Belanda, kehadiran mereka membawa perubahan besar terhadap


Indische Vereeniging, sebuah organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda
yang semula bersifat social menjadi lebih politis. Konsep Hindia bebas dari
Belanda dan pembentukan sebuah negara Hindia yang diperintah rakyatnya
sendiri mulai dicanangkan oleh Indische Vereeniging. Oleh karena alasan
kesehatan, pada tahun 1914 Cipto Mangunkusumo diperbolehkan pulang
kembali ke Jawa dan sejak saat itu dia bergabung dengan Insulinde. Pada 9
Juni 1919 Insulinde mengubah nama menjadi Nationaal-Indische Partij
(NIP).

Pada tahun 1918, Pemerintah Hindia Belanda membentuk Volksraad (Dewan


Rakyat). Cipto Mangunkusumo terpilih sebagai salah satu anggota oleh
gubernur jenderal Hindia Belanda mewakili tokoh yang kritis. Sebagai
anggota Volksraad, sikap Cipto Mangunkusumo tidak berubah. Melihat
kenyataan itu, Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1920 mengusir Cipto
Mangunkusumo ke luar Jawa. Cipto kemudian dibuang lagi ke Bandung dan
dikenakan tahanan kota. Selama tinggal di Bandung, Cipto Mangunkusumo
kembali membuka praktek dokter dengan bersepeda ke kampung-kampung.
Di Bandung pula Cipto Mangunkusumo bertemu dengan kaum nasionalis yang
lebih muda, seperti Sukarno yang pada tahun 1923 membentuk Algemeene
Studie Club. Pada tahun 1927 Algemeene Studie Club diubah menjadi Partai
Nasional Indonesia (PNI). Meskipun Cipto tidak menjadi anggota resmi
dalam Algemeene Studie Club dan PNI, Cipto tetap diakui sebagai
penyumbang pemikiran bagi generasi muda, termasuk oleh Sukarno.

 Tempat/Tgl. Lahir : Jepara, 4 Maret 1886


 Tempat/Tgl. Wafat : Jakarta, 8 Maret 1943
 SK Presiden : Keppres No. 109/TK/1964, Tgl. 2 Mei 1964
 Gelar : Pahlawan Nasional

Pada tahun 1927, Belanda Menganggap Cipto Mangunkusumo terlibat dalam


upaya sabotase sehingga membuangnya ke Banda Neira. Dalam pembuangan,
penyakit asmanya kambuh. Ketika Cipto Mangunkusumo diminta untuk
menandatangani suatu perjanjian bahwa dia dapat pulang ke Jawa untuk
berobat dengan melepaskan hak politiknya, Cipto secara tegas mengatakan
bahwa lebih baik mati di Banda. Cipto kemudian dipindahkan ke Makasar, lalu
ke Sukabumi pada tahun 1940. Udara Sukabumi yang dingin Ternyata tidak
baik bagi kesehatan beliau sehingga dipindahkan lagi ke Jakarta hingga
Dokter Cipto Mangunkusumo wafat pada 8 Maret 1943

Anda mungkin juga menyukai