Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Topeng Cirebon merupakan salah satu kerajinan khas Cirebon. Topeng


Cirebon berupa ukiran kayu berbentuk wajah manusia dengan lima karakter
wajah, yaitu Topeng Panji, Topeng Samba, Topeng Rumyang, Topeng Patih
atau Tumenggung dan Topeng Kelana, dari kelima karakter tersebut berisi
pesan-pesan kehidupan yang arif dan bijak. Topeng Cirebon biasanya
digunakan sebagai alat bantu tari topeng.

Perkembangan Topeng Cirebon sejalan dengan tari topeng Cirebon


yaitu diperkirakan pada abad ke 10-11 Masehi, Topeng mencapai bentuknya
sebagai sebuah seni pertunjukan pada zaman raja-raja Hindu di Jawa. Pada
awalnya tari topeng tidak hanya memiliki arti sebagai sebuah tontonan atau
hiburan, tetapi lebih dari itu memiliki arti keagamaan. Seperti juga
diungkapkan oleh Erika Bourguignon, bahwa topeng (kedok) pada mulanya
digunakan untuk menyembunyikan identitas asli pemakainya.1

Menurut tradisi Jawa, tari topeng diciptakan oleh Sunan Kalijaga putra
Bupati Tuban, Jawa Timur. Topeng kemudian menjadi kesenian yang
dipelihara oleh kaum bangsawan di dalam Istana (Keraton). Namun demikian,
pada saat pusat pemerintahan pindah dari Jawa Timur ke Jawa Tengah dan
Raja-raja memeluk agama Islam, seni topeng ditinggalkan dan berkembang di
lingkungan masyarakat jelata yang belum sepenuhnya melepaskan
kepercayaan asli mereka.

Pada tahun 1479,2 ketika Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon,


terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang. Pangeran ini sangat
sakti karena memiliki pedang yang diberi nama Curug Sewu. Melihat

1
Dede Wahidin, Topeng Cirebon (Arsip Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Cirebon), 1.
2
Sanggupri Bochari dkk, Sejarah Tradisional Kerajaan Cirebon (Jakarta: CV. Sukorejo
Bersinar, 2001), 18.

1
2

kesaktian sang pangeran tersebut, Sunan Gunung Jati tidak bisa


menandinginya walaupun telah dibantu oleh Sunan Kalijaga dan Pangeran
Cakrabuana. Akhirnya sultan Cirebon memutuskan untuk melawan kesaktian
Pangeran Welang itu dengan cara diplomasi kesenian.

Berawal dari keputusan itulah kemudian terbentuk kelompok tari,


dengan Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Setelah kesenian itu terkenal,
akhirnya Pangeran Welang jatuh cinta pada penari itu, dan menyerahkan
pedang Curug Sewu itu sebagai pertanda cintanya. Bersamaan dengan
penyerahan pedang itulah, akhirnya Pangeran Welang kehilangan
kesaktiannya dan kemudian menyerah pada Sunan Gunung Jati. Pangeran
itupun berjanji akan menjadi pengikut setia Sunan Gunung Jati yang ditandai
dengan bergantinya nama Pangeran Welang menjadi Pangeran Graksan.
Seiring dengan berjalannya waktu, tarian inipun kemudian lebih dikenal
dengan nama Tari Topeng dan masih berkembang hingga sekarang.3

Dalam kehidupan sosial masyarakat Cirebon, pertunjukan topeng


memiliki fungsi sebagai sarana upacara dan hiburan dalam perayaan
perkawinan, sunatan, tujuh bulanan hamil pertama maupun nadar-nadar
tertentu atau kaulan misalnya lulus sekolah, sembuh dari suatu penyakit atau
ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia.4 Selain itu Topeng Cirebon
adalah sebagai sarana mencari nafkah bagi kelangsungan hidup para
pelakunya yang disebut Topeng Bebarang.5 Dalam hal ini dalang topeng
tersebut menari setiap saat dan tanpa melalui banyak instruksi atau koreksi
fisikal ia akan menemukan gaya menari sendiri yang sesuai dengan tubuh dan
jiwa masing-masing. Topeng Bebarang sebagai ajang pewarisan budaya
tradisi memberi peluang untuk diubah dalam batas masih mengacu pada
konvensi yang berlaku sehingga hasilnya masih tetap senada. Oleh sebab itu,

3
Naelah Hidaya, Sejarah Tari Topeng Cirebon (http://www.academia.edu diunggah 2
Februari 2014) Diunduh Tanggal 1 Nov 2014.
4
Risyani, Menjadi Priyangan: Transformasi Budaya Topeng Klana Cirebon Karya
R.Nugraha Soediredja (Bandung: Sunam Ambu STSI Press, 2009), 19.
5
Risyani, Menjadi Priyangan: Transformasi Budaya Topeng Klana Cirebon Karya
R.Nugraha Soediredja (Bandung: Sunam Ambu STSI Press, 2009), 22.
3

budaya Topeng Bebarang bukan hanya untuk kepentingan hidup para


pelakunya saja, melainkan merupakan suatu upaya ke arah kelestarian Topeng
Cirebon dalam kehidupan masyarakat.

Saat ini, daerah yang masih tetap melestarikan kerajinan topeng di


Cirebon seperti Slangit dan Kasepuhan. Desa Slangit terletak di Kecamatan
Klangenan Kabupaten Cirebon, Slangit merupakan desa yang terkenal dengan
para seniman dan perajin topeng, bahkan pada tahun 1970-an desa Slangit
pernah menjadi tuan rumah pada acara kesenian topeng Nasional yang diikuti
oleh para seniman di Indonesia dan dihadiri oleh beberapa seniman dari luar
negeri. Sedangkan Kelurahan Kasepuhan terletak di Kecamatan
Lemahwungkuk Kota Cirebon, Kasepuhan hanya memiliki satu perajin
topeng, tempat produksi kerajinan topeng berada di Mandalangen yang
berdekatan dengan keraton Kasepuhan, tujuan pembuatan kerajinan topeng
untuk memberikan cinderamata kepada para wisatawan yang berkunjung di
keraton Kasepuhan serta memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat
sekitar Kasepuhan.

Usaha Kerajinan topeng Cirebon dapat tergolong pada usaha kreatif


masyarakat Cirebon yang unik dan mempunyai nilai budaya. Dalam
perkembangannya, usaha tersebut mulai melakukan beberapa inovasi produk
baik dari bahan, bentuk dan fungsinya. Bahan baku pembuatan topeng
biasanya terbuat dari kayu jaran, untuk inovasinya dapat menggunakan bahan
fiber dan gerabah. Sedangkan untuk bentuk dan fungsi topeng dapat dibentuk
menjadi hiasan dinding, gantungan kunci, vandel dan lain-lain.

Perkembangan topeng Cirebon beberapa tahun terakhir ini kurang


diminati oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, walaupun sudah
melakukan beberapa inovasi pada produknya. Hal ini dikarenakan perubahan
budaya yang menimbulkan perubahan masyarakat kearah budaya
konsumerisme yang ditandai dengan sifat-sifat materialistis dalam kehidupan
sehari-hari, sangat individual dan hedonistis. Padahal budaya daerah di
4

Indonesia memiliki banyak keunggulan mulai dari pandangan tentang alam


hingga pranata sosial, bahkan masyarakat Barat juga menyadari kekurangan
kebudayaan mereka sendiri yang terlihat lewat gairah dan ketertarikan budaya
Timur sebagai penawar kegelisahan mereka,6 seperti terlihat dari ketertarikan
para pelancong Amerika Serikat, Jepang, Filipina, dan Australia terhadap
kerajinan topeng Cirebon.

Bertolak dari permasalahan di atas, perlu kiranya dilakukan penelitian


yang lebih mendalam mengenai strategi peningkatan usaha kerajinan topeng
Cirebon agar menjadi semakin maju dan berkembang. Adapun lokus yang
menjadi objek penelitian ini adalah Slangit dan Kasepuhan. Dua tempat ini
sengaja dijadikan studi kasus karena merupakan tempat pembuatan topeng
Cirebon yang sudah lama, memiliki kualitas yang baik dan sudah memiliki
banyak pelanggan dari dalam maupun luar daerah. Sehubungan dengan itu
penulis akan mengambil judul “Usaha Kerajinan Topeng Cirebon di
Slangit dan Kasepuhan dalam Perspektif Ekonomi”.

B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian pada skripsi ini adalah perkembangan
ekonomi lokal.

b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan empirik
yaitu berdasarkan pengamatan yang dilakuakan selama penelitian
tentang usaha kerajinan topeng Cirebon di Slangit dan Kasepuhan.

6
Rusmin Tumanggor, Kholis Ridho, dan H.Nurochim, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar
(Jakarta: Kencana,2010), 37.
5

c. Jenis Masalah
Jenis masalah yang akan dibahas adalah usaha kerajinan topeng
Cirebon di Slangit dan Kasepuhan.

2. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah ini untuk menghindari luasnya pokok
pembahasan pada skripsi. Adapun pembatasan masalah pada skripsi ini
yaitu tentang usaha kerajinan topeng Cirebon yang terbuat dari kayu dan
fiber dengan beberapa bentuk yang sudah diinovasi, serta strategi
produksi, strategi pemasaran dan strategi SDM.

3. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, masalah yang akan dibahas pada penelitian ini
yaitu :
a. Bagaimana strategi perajin topeng Slangit dan Kasepuhan dalam
meningkatkan usaha kerajinan topeng?
b. Bagaimana dampak usaha kerajinan topeng terhadap perekonomian
perajin topeng di Slangit dan Kasepuhan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
a. Memahami strategi perajin topeng Slangit dan Kasepuhan dalam
meningkatkan usaha kerajinan topeng.
b. Memahami dampak usaha kerajinan topeng terhadap perekonomian
perajin topeng di Slangit dan Kasepuhan.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi akademis, untuk menambah ilmu pengetahuan serta upaya untuk
menggerakkan ekonomi kreatif untuk meningkatkan ekonomi lokal.
b. Bagi masyarakat atau publik, dapat melestarikan budaya Cirebon dan
diharapkan dapat mengelola kerajinan topeng dengan lebih baik
sehingga pelaksanaan industri kerajinan dapat berjalan dengan baik.
6

c. Bagi pemerintah, sebagai masukan untuk melakukan kontrol dan


evaluasi terpadu terhadap perubahan dinamika sosial ekonomi rakyat
dan perkembangan usaha kerajinan topeng di Cirebon.

D. Penelitian Terdahulu

Berikut ini akan dipaparkan mengenai contoh penelitian lain sebagai


tinjauan penelitian terdahulu dan kajian ilmiah terdahulu yang memiliki
persamaan tema atau kata kunci dengan judul skripsi ini, yaitu usaha kerajinan
topeng Cirebon di Slangit dan Kasepuhan. Namun titik tekan yang dimiliki
sangat berbeda dengan penelitian yang sekarang ini.

Pada tahun 2008 terdapat Penelitian yang ditulis oleh Tea Limostin
mahasiswa UNS Surakarta, penelitian berjudul “Perkembangan Industri
Kerajinan Kulit dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi di
Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan”. Pembahasan
dalam skripsi tersebut adalah tentang pengembangan industri kerajinan kulit di
Selosari, peran pemerintah daerah dalam pengembangan industri kerajinan
kulit di Selosari, dan pengaruh industri kerajinan kulit di kehidupan sosial
ekonomi masyarakat di Selosari.7

Perbedaan pada penelitian ini terdapat pada objek penelitian dan lokus
penelitian. Objek penelitian ini tentang kerajinan Topeng Cirebon yang
bertempat pada Slangit dan Kasepuhan Cirebon. Persamaan pada penelitian ini
yaitu membahas tentang perkembangan industri atau usaha kerajinan tangan.
Dalam hal ini penulis akan fokus pada kajian tentang strategi peningkatan
usaha kerajinan Topeng Cirebon di Slangit dan Kasepuhan.

Penelitian lain yang sama dengan penelitian ini yaitu penelitian yang
ditulis oleh Anita Safta Febrianti mahasiswa IPB Prodi Manajemen Bisnis dan

7
Tea Limostin, Perkembangan Industri Kerajinan Kulit dan Pengaruhnya terhadap
Kehidupan Sosial Ekonomi di Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan
(Surakarta: Universitas Negeri Surakarta, 2008).
7

Koperasi pada tahun 2006, penelitian berjudul “Rencana Pengembangan


Produk Topeng Kayu Pada Perusahaan Kerajinan Sanggar Topeng Antik
Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon Provinsi Jawa Barat”.
Permasalahan yang dibahas dalam skripsi tersebut adalah mengenai rencana
perkembangan produk topeng kayu yang tingkat permintaan produk begitu
tinggi sehingga tidak dapat memenuhi banyaknya permintaan tersebut. Selain
itu, jumlah tenaga kerja di sanggar tersebut masih sedikit sehingga harus
bekerja sama dengan Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Metode penelitian yang
digunakan adalah metode studi kasus dan lapangan, analisis data dilakukan
melalui analisis deskriptif atau kualitatif dan analisis kuantitatif.8

Adapun persamaan dengan penelitian ini yaitu pada objek yang akan
diteliti yaitu “Kerajinan Topeng Cirebon di Sanggar Topeng Antik” dengan
persamaan objek penelitian tersebut penulis dapat dengan mudah untuk
mencari sumber referensi tentang Kerajinan Topeng Cirebon di Sanggar
Topeng Antik. Sedangkan perbedaannya pada lokus penelitian dan fokus
kajian. Lokus penelitian pada skripsi ini terdapat dua tempat penelitian, yaitu
di Desa Slangit dan di Kelurahan Kasepuhan. Fokus kajian pada skripsi ini
yaitu tentang strategi peningkatan usaha kerajinan topeng Cirebon melalui
strategi pemasaran dan strategi bidang SDM. Metode yang akan digunakan
pada penelitian ini yaitu metode penelitian ekonomi dan bisnis dengan jenis
penelitian kualitatif.

Kemudian pada tahun 2014, penelitian serupa juga dilakukan oleh


Khairul Hidayat mahasiswa Universitas Ma Chung Malang program studi
Teknik Industri dengan penelitian berjudul “Perumusan Strategi
Pengembangan Industri Kecil Menengah Topeng Malangan”. Permasalahan
yang dibahas dalam skripsi tersebut tentang mengidentifikasi faktor-faktor
internal maupun eksternal yang memengaruhi keberadaan Industri Kecil
Menengah (IKM) topeng Malangan dan merumuskan strategi
8
Anita Safta Febrianti, Rencana Pengembangan Produk Topeng Kayu Pada Perusahaan
Kerajinan Sanggar Topeng Antik Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon Provinsi Jawa Barat
(Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2006).
8

pengembangannya. Metode yang dipakai dalam penelitian tersebut adalah


metode Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan pelaku usaha,
pemerhati budaya, akademisi, pemerintah daerah dan peneliti. Hasil FGD
tersebut kemudian dianalisis dan dikembangkan dengan menggunakan
Matriks SWOT sehingga dapat menghasilkan rumusan strategi pengembangan
Industri Kecil Menengah (IKM) Topeng Malangan.9

Perbedaan dengan penelitian di atas yaitu pada tempat penelitian dan


metodologi penelitian. Penelitian pada skripsi ini dilakukan di desa Slangit
dan Kasepuhan, namun untuk objeknya sama yaitu membahas tentang strategi
peningkatan usaha atau industri kecil kerajinan topeng dan dampak usaha
kerajinan terhadap perekonomian para perajin topeng. Sedangkan untuk
metodologi penelitian, penelitian ini menggunakan metode studi kasus dan
lapangan dengan menggunakan pendekatan empirik.

E. Kerangka Penelitian

Kerajianan topeng Cirebon adalah hasil karya perajin yang berupa


ukiran kayu yang berbentuk wajah yang memiliki lima karakter yaitu Panji,
Tumenggung, Rumyang, Samba dan Kelana yang berisi pesan-pesan
kehidupan yang arif dan bijak dan berfungsi sebagai penutup muka. Dalam
perkembangannya kerajinan topeng ini dapat dibuat dari bahan-bahan seperti
kertas, gerabah dan fiber. Fungsi dari kerajinan topeng, selain digunakan
untuk seni pertunjukan seperti tari dan teater, topeng juga dapat dijadikan
sebagai hiasan dinding, hiasan meja, gantungan kunci dan lain-lain.

Bahan yang digunakan untuk membuat topeng sebagian dibangun oleh


suatu tradisi (kebiasaan, kepercayaan, atau sejarah) yang panjang. Sebagian
lagi didasari oleh keinginan atau gagasan pembuatnya, dan sebagian lagi oleh
ketersediaan bahan yang ada. Bahan yang dipilih akan menentukan jenis,

9
Khairul Hidayat, Perumusan Strategi Pengembangan Industri Kecil Menengah Topeng
Malangan (Malang: Universitas Ma Chung Malang, 2014).
9

kualitas, bentuk, atau karakternya, dan dengan sendirinya akan pula menuntut
teknik dan peralatan yang berbeda-beda seperti kayu, gerabah dan fiber.

Dari beberapa jenis bahan untuk membuat topeng tersebut, cukup


menarik bila dijadikan sebagai inovasi produk untuk meningkatkan usaha
kerajinan topeng di Cirebon, khususnya di daerah Slangit dan Kasepuhan.
Namun inovasi produk ini harus disertai dengan manajemen strategi yang
tepat agar dapat meningkatkan profit usaha kerajinan topeng Cirebon. Untuk
menigkatkan profit perusahaan perlu adanya strategi operasional usaha, di
antranya strategi produksi, strategi pemasaran, strategi pembelanjaan dan
strategi pengembangan SDM (sumber daya manusia).

Produksi adalah setiap kegiatan yang menciptakan nilai, ini meliputi


semua kegiatan untuk memenuhi kebutuhan.10 Produksi juga merupakan
bagian penguat sekaligus sumber yang mencukupi kebutuhan masyarakat.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Mulk ayat 15: 11

           

   

“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka


berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian
dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali
setelah) dibangkitkan.”12

Perintah untuk berjalan dimuka bumi dengan tujuan memanfaatkan


rezeki Allah. Hal ini merupakan anjuran dalam proses produksi, karena dari
proses produksi tersebut dapat menghasilkan sumber-sumber kekayaan
sehingga dapat mencukupi kebutuhan.

10
Heidrahman Ranu Pandojo dkk, Pengantar Ekonomi Perusahaan (Yogyakarta: BPFE,
1982). 67.
11
Lukman Hakim, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam (Jakarta: Erlangga, 2012), 69.
12
Ulama NU, Mushaf An-Nahdlah Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta: Hati Emas, 2014),
563.
10

Hal yang perlu diperhatikan dalam strategi produksi atau strategi


oprasi yaitu terdapat lima komponen utama yang tercakup dalam strategi
operasi itu meliputi: 1) pemosisian sistem produk, 2) keputusan kapasitas atau
lokasi, 3) teknologi produk dan proses, 4) tenaga kerja dan desain pekerjaan,
5) pemasok dan integrasi vertikal.13 Kelima komponen utama itu harus
diintegrasikan kedalam suatu kerangka pandangan manajerial yang
mengaitkan komponen-komponen tersebut dan menyediakan landasan untuk
mengimplementasikan strategi.

Pemasaran yaitu kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa sesuai


dengan kebutuhan dan keinginan konsumen (product), menentukan tingkat
harga (price), mempromosikannya agar produk dikenal konsumen
(promotion), dan mendistribusikan produk ke tempat konsumen (place), maka
tujuan pemasaran adalah bagaimana agar barang dan jasa yang dihasilkan
disukai, dibutuhkan, dan dibeli oleh konsumen.14 Strategi Pemasaran atau
Bauran Pemasaran terdiri atas empat komponen yaitu produk, harga, tempat
dan promosi. Keempat komponen ini dikenal dengan istilah “Four Ps”
(Product, Pricing, Place, Promotion).15

Pembelanjaan perusahaan dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang


bersangkutan dengan usaha mendapatkan (memperoleh) dan menggunakan
dana untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan finansial dan tujuan lainnya
menurut program tertentu. Program tertentu misalnya: membayar aktiva tetap,
membayar hutang, membiayai keperluan rutin sehari-hari.16 Adapun sumber
dana yang diperlukan guna pembelanjaan perusahaan, dalam garis besarnya
dapat dibedakan menjadi tiga bagian di antaranya: 1) Dana yang terjadi atau
terkumpul dari hasil operasi perusahaan (sumber intern). 2) Dana yang
13
Amirullah, Manajemen Strategi: Teori, Konsep, Kinerja (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2015), 164-165.
14
Suryana, Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses (Jakarta:
Salemba Empat, 2011), 135.
15
Sunardi dan Anita Primastiwi, Pengantar Bisnis: Konsep, Strategi dan Kasus (Jakarta:
CAPS, 2015), 179-180.
16
Soehardi Sigit, Pengantar Ekonomi Perusahaan Praktis (Yogyakarta: Armurrita,
1982), 88.
11

diperoleh sebagai pinjaman dari pihak luar (sumber extern). 3) Dana yang di
peroleh sebagai tambahan investasi atau pemasukan modal baru dari pihak
perusahaan.17

Strategi pengembangan SDM merupakan perencanaan mengenai cara


bagaimana kualitas dari sumber daya manusia yang dimiliki mampu
berkembang kearah yang lebih baik, meningkatkan kemampuan kerja, skill
dan memiliki loyalitas yang baik terhadap organisasi atau perusahaan.
Pengembangan sumber daya manusia dibutuhkan untuk kelangsungan sebuah
organisasi atau perusahaan berkembang secara dinamis. Sebab sumber daya
manusia merupakan unsur yang paling penting di dalam sebuah organisasi
atau perusahaan. Dibawah ini terdapat beberapa cara untuk strategi
pengembangan SDM adalah 1) Memberikan kesempatan kepada karyawan
untuk mengembangkan ide. 2) Pemberian Reward dan Punishment. 3)
Mengupayakan Berbagai Pelatihan.18

Teori yang digunakan pada penelitian ini yaitu manajemen strategi.


Manajemen strategi adalah ketrampilan dalam merumuskan,
mengimplementasikan dan mengevaluasi serta mengawasi berbagai
keputusan-keputusan funsional sebuah organisasi (perusahaan bisni ataupun
non bisnis) yang selalu terpengaruhi oleh lingkungan eksternal dan internal
dengan kondisi yang selalu berubah sehingga bisa memberi kemampuan pada
perusahaan dalam mencapai sasaran atau tujuan yang sudah ditetapkan.

F. Metodologi Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 April s/d 04 Juni 2015.


Tempat yang menjadi lokus penelitian yaitu Slangit dan Kasepuhan
Cirebon. Dua tempat tersebut merupakan tempat pembuatan topeng

17
Soehardi Sigit, Pengantar Ekonomi Perusahaan Praktis (Yogyakarta: Armurrita,
1982), 91.
18
Amirullah, Manajemen Strategi: Teori, Konsep, Kinerja (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2015), 160.
12

Cirebon yang sudah lama, memiliki kualitas yang bagus dan sudah
memiliki banyak pelanggan dari dalam maupun luar daerah.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus dan


lapangan merupakan penelitian dengan karakteristik masalah yang
berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subjek yang
diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan.19 Dalam hal ini penulis
ingin mengetahui tentang usaha kerajinan topeng Cirebon di Slangit dan
Kasepuhan.

3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian adalah :

a. Data Primer yaitu merupakan jenis data yang diperoleh dengan cara
melakukan penelitian langsung ke objek penelitian, dalam hal ini
Slangit dan Kasepuhan Cirebon. Data yang digunakan adalah hasil
wawancara dengan perajin topeng di Slangit dan Kasepuhan. Serta hasil
laporan keluar masuk dana operasional usaha kerajinan topeng.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti
dari berbagai sumber yang ada. Sumber data sekunder ini diperoleh dari
buku-buku pustaka, karya tulis ilmiah yang bersangkutan dengan judul
penelitian dan pemerintah desa Slangit dan Kasepuhan.

4. Teknik Pengumpulan Data


a. Observasi

Observasi adalah suatu proses yang komplek yang disengaja dan


dilakukan secara sistematis terencana, terarah, pada suatu tujuan dengan
mengamati dan mencakup fenomena satu atau sekelompok orang dalam

19
Nur Indiantoro & Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
dan Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2002), 26.
13

kompleks kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan informasi yang


dibutuhkan untuk melanjutkan penelitian.

b. Wawancara

Menurut Masri Singarimbun & Sofian Effendi wawancara adalah


suatu proses interaksi dan komunikasi yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi dengan cara bertanya kepada responden. 20 Pada
teknik wawancara ini, penulis melakukan wawancara dengan perajin
topeng di Slangit dan Kasepuhan serta Pemerintah desa.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir


atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang
sesuai dengan masalah yang diteliti.21 Dalam mengumpulkan
dokumentasi ini, penulis mendapatkan data pengeluaran dan pemasukan
dana operasional dari perajin dan mengumpulkan foto produksi dan
produk yang dijual.

5. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono, analisis data adalah proses mencari dan


menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
ke dalam kategori, menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesis,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.22

20
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: LP3ES,
2006), 192.
21
Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 143.
22
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2011), 244.
14

a. Data reduction (reduksi data) adalah merangkum, memilih hal-hal


yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema
dan polanya. Dalam hal ini data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila
diperlukan.
b. Data Display (Penyajian Data) dapat dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Penyajian data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif.
c. Conclusion Drawing atau verification adalah penarikan kesimpulan.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung dengan
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini merupakan deskripsi tentang urutan-


urutan penelitian yang digambarkan secara garis besar dalam bentuk bab per
bab sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

Bab I membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,


tujuan dan kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, kerangka penelitian yang
digunakan, metode penelitian, serta sistematika pembahasan. Isi pokok bab ini
merupakan gambaran dari keseluruhan penelitian yang dilakukan. Uraian yang
lebih rinci diuraikan dalam bab-bab selanjutnya.
15

Bab II membahas aspek-aspek yang berkaitan dengan tinjauan umum


para ahli tentang kerajinan topeng Cirebon dan strategi usaha atau bisnis yang
meliputi beberapa bahasan utama, yaitu gambaran umum kerajinan topeng
Cirebon, gambaran umum usaha atau bisnis dan strategi operasional usaha.

Bab III membahas tentang gambaran umum wilayah desa Slangit dan
Kasepuhan meliputi profil desa, keadaan penduduk, kondisi sosial budaya dan
kondisi ekonomi serta sejarah dan perkembangan usaha kerajinan topeng di
Slangit dan Kasepuhan.

Bab IV menjelaskan Strategi perajin meningkatkan usaha kerajinan


topeng dan dampak kerajinan topeng terhadap perekonomian perajin. Strategi
perajin untuk meningkatkan usaha kerajianan topeng seperti pelatihan,
pengadaan modal, pemasaran dan meningkatkan kreasi produk. dampak
Kerajinan Topeng Cirebon terhadap perekonomian perajin di Slangit dan
Kasepuhan, dengan membahas angka perajin atau karyawan dan pendapatan
usaha dari kerajinan topeng.

Bab V merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan sebagai


jawaban atas rumusan masalah serta saran-saran tentang hal yang berkaitan
dengan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai