Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“TRADISI PERESEAN”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah Pendidikan dan Kebudayaan Daerah
Dosen Pengampu: Drs. Muchamad Triyanto, M.Pd

Disusun Oleh :
Nopsya Aluramadhan Kusuma / 200102273

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP)
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2023

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah Swt, karena dengan rahmat dan karunianya
penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu dalam keadaan sehat wal afiat.

Sholawat beserta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi


Muhammad Saw, karena beliaulah yang telah membawa kita dari alam kegelapan
menuju alam yang terang benderang.

Pertama penulis ucapkan terimakasih kepada bapak dosen pengampu mata


kuliah “Pendidikan dan kebudayaan daerah”, yang telah memeberikan penulis
tugas makalah ini, sehingga penulis dapat mengetahui, serta paham akan
Kebudayaan di Lombok “ Tradisi Peresean" untuk menjadi bekal ketika sudah
terjun kepada masyarakat kelak, karena pada hakikatnya ilmu itu semata-mata
untuk diamalkan.

Tidak dapat dipungkiri, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah


ini masih banyak kekurangan dan kesalahan terlebih penulis masih dalam tahap
pembelajaran. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari bapak dosen dan pembaca. Semoga kita sama-sama dapat
mengambil hal yang baik dan membuang hal yang buruk dari isi makalah ini.
Sekian dari penulis lebih dan kurangnya penulis ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pancor, 23 Juli 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................1


B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................1
D. Manfaat.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................3

A. Defenisi Peresean .....................................................................3


B. Sejarah Peresean ......................................................................4
C. Filosofi Peresean .......................................................................5

D. Pelaksanaan Peresean .....................................................................7

E. Keunikan Peresean .....................................................................8

BAB III PENUTUP..................................................................................13

A. Kesimpulan...............................................................................9
B. Saran ......................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan masyarakat dapat kita temui beragam peristiwa yang tidak
terlepas dari unsur budaya. Hal ini terjadi karena manusia mempunyai kreasi dan
karya tersendiri dalam mewujudkan alam pikirannya mengenai apa yang mereka
anggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup.

Sistem nilai budaya adalah tingkat tertinggi dan paling abstrak dari adat-
istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai budaya terdiri dari konsep-konsep mengenai
segala sesuatu yang dinilai berharga dan penting oleh warga masyarakat, sehingga
dapat berfungsi sebagai suatu pedoman orientasi pada kehidupan.

Sejak kecil orang telah diresapi oleh berbagai nilai budaya yang hidup dalam
masyarakatnya, sehingga konsep-konsep budaya itu telah mengakar dalam alam
jiwanya.

Upacara-upacara ritual yang erat dengan unsur sakral dan mistis yang
diadakan oleh manusia dari berbagai suku/daerah, ada berbagai macam bentuk dan
kepercayaan dengan terlaksananya upacara ritual keagamaan tersebut. Hal ini
berkaitan dengan kebudayaan dahulu yang telah mengakar dalam adat-istiadat suatu
daerah, sehingga upacara-upacara ritual tersebut masih dilaksanakan oleh
masyarakat.

Sebagai contoh adalah kebudayaan PERESEAN yang masih berlangsung atau


masih di adakan sampai sekarang oleh masyarakat di Pulau Lombok.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Peresean ?
2. Bagaimana sejarah terjadinya peresean ?
3. Apa filosofi dari atraksi peresean?
4. Bagaimana pelaksanaan tradisi peresean ?
5. Apa saja keunikan dari tradisi peresean ?

C. Tujuan
1. Mendiskripsikan dan menjelaskan definisi peresean
2. Mendiskripsikan dan menjelaskan sejarah peresean
3. Mendeskripsikan filosofi atraksi peresean
4. Mendiskripsikan dan menjelaskan pelaksanaan tradisi peresean
5. Mendiskripsikan dan menjelaskan keunikan dari peresean

D. Manfaat

1
Makalah ini memiliki dua manfaat yakni, manfaat secara teoritis dan
manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan, manfaat kaitannya
dengan sejarah tradisi peresean di Lombok.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa, makalah ini diharapkan mampu memberikan
pengetahuan positif tentang kebudayaan daerah khususnya
kebudayaan daerah di Lombok (suku sasak).
b. Bagi guru, makalah ini diharapkan dapat meningkatkan sinergi
baik guru kelas maupun guru mata pelajaran lainnya, dalam
mencari dan menjelaskan tentang keragaman budaya di daerah
dengan tujuan meningkatkan mutu pembelajaran yang di
langsungkan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Peresean
Peresean adalah pertarungan antara dua lelaki yang bersenjatakan tongkat
rotan (penjalin) dan berperisai kulit kerbau yang tebal dan keras (perisai
disebut ende). Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat suku Sasak, Lombok,
Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Peresean termasuk dalam seni tari daerah

2
Lombok. Petarung dalam Peresean biasanya disebut pepadu dan wasit
disebut pakembar.
Dahulu Peresean digelar untuk melatih ketangkasan suku Sasak dalam
mengusir para penjajah. Latar belakang Peresean adalah pelampiasan
emosional para raja pada masa lampau ketika menang dalam perang
tanding melawan musuh-musuhnya. Selain itu, dahulu Peresean juga
termasuk media yang digunakan oleh para pepadu untuk melatih
ketangkasan, ketangguhan, dan keberanian dalam bertanding. Konon,
Peresean juga sebagai upacara memohon hujan bagi suku Sasak di musim
kemarau. Kini, Peresean digelar untuk menyambut tamu atau wisatawan
yang berkunjung ke Lombok.
Peserta Peresean tidak dipersiapkan sebelumnya, tetapi peserta diambil
dari para penonton (Serunya disini, jadi benar-benar beradu tanpa
settingan). Artinya penonton saling menantang dan salah satu penonton
akan kalah kalau kepala/anggotan badan sudah berdarah. Penonton dapat
mengajukan diri sebagai peserta Peresean, dan juga peserta dapat dipilih
oleh wasit di antara para penonton. Setelah peserta sudah pas, pertarungan
dimulai. Wasit pinggir (pekembar sedi) mencari pasangan pepadu dari
para penonton, sedangkan wasit tengah (pekembar teqaq) yang akan
memimpin pertandingan. Aturan Peresean adalah para pepadu tidak boleh
memukul anggota badan bagian bawah (kaki/paha), tetapi para pepadu
diperbolehkan memukul anggota badan bagian atas (kepala, pundak, dan
punggung). Dalam pertunjukan Peresean, ada musik pengiring untuk
menyemangati para pepadu sekaligus sebagai pengiring kedua pepadu
menari. Alat musik yang digunakan sebagai pengiring adalah gong,
sepasang kendang, rincik atau simbal, suling dan kanjar. Pepadu
memegang tongkat rotan di tangan kanan dan perisai di tangan kiri. Kedua
pepadu harus saling serang untuk mendapat nilai tinggi dari para juri.
Pepadu akan mendapatkan nilai tertinggi jika bisa memukul kepala lawan.
Pemenang dalam Peresean ditentukan dari nilai yang diperoleh dalam 5
ronde atau salah satu pepadu sudah mengibarkan bendera putih karena
berdarah. Pepadu yang berdarah akan diobati tim media dengan obat
sejenis minyak. Minyak tersebut jika dioleskan tidak menimbulkan rasa
perih. Setelah bertarung, para pepadu bersalaman dan berpelukan,
tandanya tidak ada rasa dendam antara kedua pepadu.
Dalam perkembangannya, kesenian ini terus dilestarikan di Lombok,
NTB. Selain diselenggarakan sebagai tradisi, peresean juga sering
ditampilkan untuk menyambut tamu-tamu kehormatan atau wisatawan
yang berkunjung kesana, khususnya ke desa adat sasak yakni Desa Sade.
B. Sejarah Tradisi Peresean

3
Peresean adalah olah raga tradisional yang dilakukan oleh masyarakat
suku Sasak Lombok. Peresean dalam budaya lombok sering kita temukan,
Lombok memiliki keragaman budaya dan unsur tradisi yang masih hidup
dikalangan masyarakat. Tradisi ini bahkan sering kita temukan di kalangan
masyarakat lombok. Orang yang biasanya ikut dalam lomba peresean ini
serupa orang dewasa yang memiliki mental dan fisik yang kuat.
Peresean dahulu kala biasanya dilakukan oleh masyarakat Lombok (suku
Sasak) yaitu olah raga saling pukul dengan rotan yang diselenggarakan
pada musim kemarau yang bertujuan untuk meminta hujan pada sang
pencipta.
Peresean artinya tameng (alat pelindung atau penangkis pukulan) lawan,
alat pemukulnya tersebut disebut Penyalin yang biasanya terbuat dari rotan
sedangkan alat penangkis disebut Ende yang terbuat dari kulit sapi. Para
pemain yang bertanding disebut Pepadu sedangkan sistem pertandingan
dipimpin oleh seorang wasit yang disebut Pekembar dan disamping
pekembar dikenal juga tukang adu disebut Pengadok.
Dalam Peresean, pertandingan akan langsung dihentikan jika salah satu
Pepadu yang pada saat bertanding mengeluarkan darah (Bocor) akibat
pukulan musuh. Pepadu yang menang maupun yang kalah tetap diberi
hadiah yang disebut PERIS. Dalam Peresean juga dikenal sportifitas yang
tinggi, kalah maupun menang tetap saudara artinya tidak dilanjutkan
dendam diluar arena.
Peresean biasanya diiringi dengan musik yang disebut Gendang (Gending)
Peresean, alat-alat musiknya terdiri dua buah Gendang, satu buah Petuk,
satu set Rencek, satu buah Gong dan satu buah Suling sebagai penghalus.
Jenis-jenis Gending Perisean dibagi 3 (tiga) macam :
Pertama, Gending Rangsang disebut Gending Ngadokang yaitu gending
yang dimainkan pada saat Pekembar dengan dibantu Pengadok mencari
Pepadu dan lawan tandingnya yang akan bertanding (bertujuan mengadu
Pepadu yang satu dengan yang lain).
Kedua, Gending Mayuang yaitu gending yang bertujuan untuk memberi
tanda bahwa telah ada Dua Pepadu yang siap dan sama-sama berani untuk
melakukan Peresean / setuju.
Ketiga, Gending Beradu yaitu gending yang bertujuan untuk
membangkitkan semangan Pepadu maupun para penonton dan dimainkan
selama pertandingan berlangsung ronde demi ronde
C. Filosofi Atraksi Peresean
Atraksi peresean bukan atraksi atau pertarungan biasa, akan tetapi tradisi
peresean ini terdapat makna filosofis yang sangat kuat. Para petarung atau
yang biasa disebut pepadu menggunakan celana yang dibalut dengan

4
penutup kain khas Lombok dan kain ikat kepala. Pada bagian atasnya,
mereka tidak menggunakan baju apapun alias bertelanjang dada.
Sementara itu, alat tarung yang digunakan hanyalah sebuah perisai yang
merupakan bagian dari senjata dan tongkat rotan untuk bertarung.
Selama pertarungan berlangsung, pepadu akan diawasi oleh wasit atau
disebut pekembar. Ada dua pekembar yang mengawasi jalannya
pertarungan, yaitu pekembar sedi yang mengawasi jalannya pertarungan
dari luar arena, dan pekembar tengah yang mengawasi jalannya Peresean
di tengah arena. Atraksi Presean menjadi salah satu seni budaya yang
mengkolaborasi dua unsur seni yakni seni tari dan seni bela diri, dalam
budaya Tarung Presean, seorang yang dikatakan Pepadu profesional ialah
orang yang mampu dengan mudah mengendalikan dirinya sehingga
seorang Pepadu dapat dengan mudah menguasai dan mengontrol
amarahnya.
Selama upacara atraksi presean ini berlangsung, masing-masing pepadu
akan saling serang menggunakan tongkat rotan dan menangkis
menggunakan perisai yang terbuat dari kulit hewan yang sudh dkeringkan
sampai keras dan tebal. Dalam suatu pertarungan seorang Pepadu layaknya
seorang perajurit di medan tempur yang sedang berhadapan dengan
musuhnya, namun para pepadu harus mampu memperlihatkan jiwa
professional ketika diarena atraksi, hal ini ditunjukkan dari caranya
menghadapi lawan dengan pukulan sekuat tenaga, mengeluarkan segenap
kemampuan dengan pukulan yang menjatuhkan lawan. Namun,
ketangkasan dan kebengisan masing-masing pepadu yang diperlihatkan
tatkala atraksi berlangsung sekejap hilang seolah-olah tidak memiliki
kekuatan fisik begitu terdengar peluit terakhir yang ditiupkan oleh
pekembar sebagai tanda pertarungan sudah berakhir. Peluit yang ditiupkan
pekembar akan langsung diringin senyuman manis dari para Pepadu dan
dilanjutkan dengan para pepadu salaman dan pelukan sebagai penghapus
luka dan penumbuh rasa penyayang kepada sesama, sehingga tiadak ada
rasa dendam dihati mereka.
Oleh sebab atraksi Presean ini merupakan salah satu seni yang
memadukan antara seni bela diri dan seni tari sehingga tidak lepas dari
nilai-nilai yang dapat dikur melalui aspek etika,
estetika, dan logika. Aspek etika yang terkandung di dalam atraksi Presean
tercermin dari perilaku pada masing-masing petarung yang saling memberi
hormat baik kepada
penonton maupun lawan tarungnya, selain itu tercermin jiwa satria yang
berani mengakui kekalahan dan pepadu apabila memperoleh kemenangan
tidak menepuk dada. Aspek Estetika pun terlihat dari cara berpakaian para

5
petarung/Pepadu yang membuat setiap gerakan Pepadu menjadi sangat
indah, terlebih selama atraksi berlangsung selalu diiringi dengan
gendingan gong sehingga setiap jeda menuju ronda selanjutnya para
pepadu menari-nari sehingga kelihatan lucu tapi indah sehingga
ketegangan-ketegangan yang ada menjadi rileks baik kepada para pepadu
maupun penonton. sedangkan aspek logika terlihat dari pepadu sama
sekali tidak memiliki persiapan dan tidak mengetahui siapa lawan
tarungnya. Orang yang bertindak memilih para pepadu adalah pekembar
sedi dan mereka yang terpilih harus bersedia melakukan pertarungan. Hal
ini membuat para pepadu tidak mampu mengukur kekuatan dan
kelemahan lawan dan situasi ini memaksa para pepadu untuk selalu
bersikap tenang, tidak menyepelekan lawan dan tetap menjaga kefokusan
selama bertanding.
D. Pelaksanaan Tradisi Peresean
Perisean dimulai dengan dua pekembar (wasit) mencari calon petarung
atau pepadu dari orang-orang yang datang atau sang pepadu sendiri yang
mengajukan diri. Pekembar akan mencari pepadu-pepadu yang seimbang
sebelum memulai pertarungan. Pepadu akan menggunakan ikat kepala
(saput) dan kain pengikat pinggang (bebadong), serta diberi sirih untuk
dikunyah. Dalam pertarungan pepadu menggunakan sebilah rotan kira-kira
sepanjang satu meter (penjalin) sebagai senjata serta dilengkapi sebuah
perisai kayu yang dilapisi kulit sapi atau kerbau, berbentuk bujur sangkar
berukuran 50 x 50 cm.
Jalannya pertarungan diiringi gamelan sasak yang terdiri dari tabuhan
gendang, suling, gong, dan rincik dalam tempo cepat. Tembang yang
dibawakan merupakan tembang khusus perisean yang beraura mistis.
Tembang itu biasanya akan mendongkrak semangat bertarung dan
mengurangi rasa sakit akibat sabetan rotan.
Perisean akan dihentikan, apabila salah satu pepadu mengeluarkan darah
atau dihentikan pekembar.Jika hingga 3-4 ronde kedua pepadu masih sama
kuat, pekembar akan menyatakan hasil seri.Selesai pertarungan pepadu tak
pernah membawa dendam ke luar arena. Menang atau kalah, seusai
bertarung, kedua pepadu pasti bersalaman dan berpelukan. Segalanya
dimulai dan selesai di dalam arena.
Pertarungan perisean disakralkan, sehingga perisean tak digelar sembarang
waktu. Pada masa sekarang, perisean diadakan menjelang perayaan-
perayaan khusus, seperti ulang tahun kemerdekaan (17 Agustus), hari jadi
kabupaten/kota, atau menjelang Ramadhan.
E. Keunikan Tradisi Peresean

6
1. Seni Ketangkasan dan Uji Kejantanan, zaman dahulu, seorang lelaki
belum disebut pria sejati jika tak berani adu tangkas. Oleh karena itu
tradisi ini juga disebut adu kejantanan. Bukan sembarang pertarungan,
karena sekaligus jadi ajang silaturahmi masyarakat Sasak.
2. Dimainkan Dua Pepadu, Dipimpin Dua Wasit, Tradisi Peresean diikuti
dua petarung yang diawasi tiga wasit terlatih. Ada beberapa istilah unik
yang mungkin belum pernah Teman Traveler dengar sebelumnya. Pertama
ada Pepadu, petarung yang terlibat di medan perang. Berikutnya ada
pekembar, wasit yang mengatur serta mengawasi jalannya pertandingan.
3. Kenakan Busana Khas Sasak, Mengusung filosofi mendalam, para
Pepadu wajib mengenakan busana khas sasak. Pakaian ini terdiri dari
wiron, sapuk, dan leang atau dodot. Para petarung juga wajib bertelanjang
dada.
4. Senjata dari Rotan dan Kulit Kerbau, Dalam menjalani pertarungan
sengit di dalam arena, dua Pepadu dibekali peralatan sederhana berupa
senjata tongkat rotan dan perisai kulit kerbau. Rotan atau penjalin yang
digunakan memiliki panjang sekitar 1.5 meter dengan diameter 2-2.5 cm.
5. Diiringi Musik dan Tarian Tradisional, Pertarungan antar Pepadu bakal
terasa makin seru dengan iringan musik dan tarian khas. Irama tradisional
tersebut dilantunkan agar para Pepadu semakin bersemangat, sekaligus
memancing antusiasme penonton.
6. Siapa Berdarah Itulah yang Kalah, Peresean berlangsung selama lima
ronde, masing-masing dengan durasi tiga menit atau sesuai kesepakatan.
Selain itu ada beberapa aturan yang harus dipatuhi pepadu. Pertama,
petarung hanya diperbolehkan memukul tubuh lawan bagian atas,
termasuk kepala, pundak, dan punggung. Pihak yang berdarah dinyatakan
kalah dan permainan langsung dianggap berakhir, meski yang
bersangkutan masih sanggup melanjutkan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berasarkan dari hasil paparan materi diatas dapat disimpulkan bahwa


Peresean adalah pertarungan antara dua lelaki yang bersenjatakan tongkat
rotan (penjalin) dan berperisai kulit kerbau yang tebal dan keras (perisai
disebut ende). Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat suku Sasak, Lombok,
Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Peresean termasuk dalam seni tari daerah

7
Lombok. Petarung dalam Peresean biasanya disebut pepadu dan wasit
disebut pakembar.
Peresean dahulu kala biasanya dilakukan oleh masyarakat Lombok (suku
Sasak) yaitu olah raga saling pukul dengan rotan yang diselenggarakan
pada musim kemarau yang bertujuan untuk meminta hujan pada sang
pencipta.
Atraksi peresean bukan atraksi atau pertarungan biasa, akan tetapi tradisi
peresean ini terdapat makna filosofis yang sangat kuat. Para petarung atau
yang biasa disebut pepadu menggunakan celana yang dibalut dengan
penutup kain khas Lombok dan kain ikat kepala. Pada bagian atasnya,
mereka tidak menggunakan baju apapun alias bertelanjang dada.
Sementara itu, alat tarung yang digunakan hanyalah sebuah perisai yang
merupakan bagian dari senjata dan tongkat rotan untuk bertarung.
Atraksi Presean menjadi salah satu seni budaya yang mengkolaborasi dua
unsur seni yakni seni tari dan seni bela diri, dalam budaya Tarung Presean,
seorang yang dikatakan Pepadu profesional ialah orang yang mampu
dengan mudah mengendalikan dirinya sehingga seorang Pepadu dapat
dengan mudah menguasai dan mengontrol amarahnya.
Pertarungan perisean disakralkan, sehingga perisean tak digelar sembarang
waktu. Pada masa sekarang, perisean diadakan menjelang perayaan-
perayaan khusus, seperti ulang tahun kemerdekaan (17 Agustus), hari jadi
kabupaten/kota, atau menjelang Ramadhan.
B. Saran

Dengan makalah ini diharapkan kepada pembaca agar dapat lebih


mengetahui dan memahami tentang kebudayaan daerah yang ada di
Indonesia khususnya kebudayaan daerah yang ada di Lombok. Selain itu
diharapkan pembaca dapat melestarikan kebudayaan yang ada di daerah
tempat tinggal masing-masing.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bali Tours Club. (2023). "Peresean Di Lombok". (


https://www.balitoursclub.net/peresean-di-lombok/ ). Diakses pada tanggal 23
Juli 2023.

Dwi, Wahyu Intani. (2019). "Uniknya Peresean". (


https://travelingyuk.com/peresean-lombok/204324/ ). Diakses pada tanggal 23
Juli 2023.

Lumbung Rekayasa Literasi. (2022). "Filosofi Atraksi Peresean". (


https://lumbungrekayasaliterasi.com/sosial-budaya-politik/107/ ). Diakses pada
tanggal 23 Juli 2023.

9
Tatas, Bagus Tiandi. (2020). "Mengenal Tari Peresean". (
https://osc.medcom.id/community/mengenal-tari-peresean-dari-pulau-seribu-
masjid-lombok-954 ). Diakses pada tanggal 23 Juli 2023.

Wikipedia. (2023). "Peresean". ( https://id.m.wikipedia.org/wiki/Peresean ).


Diakses pada tanggal 23 Juli 2023.

10

Anda mungkin juga menyukai