Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

PPKN
Vincentius Gian Junius/8E/30
SAREKAT ISLAM
Semangat nasionalisme juga menjalar pada organisasi Sarekat Islam yang
berdiri tiga tahun setelah terbentuknya Boedi Oetomo.
H. Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam di Solo tahun 1911.
Pembentukan SDI didasarkan pada agama, yaitu agama Islam, dan
ekonomi, yaitu menghimpun dan memperkuat kemampuan para
pedagang Islam agar dapar bersaing dengan para pedagang Tionghoa
dan India.
Dalam rapat SDI yang pertama di Solo tahun 1912, atas usulan H.O.S
Tjokroaminoto nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Perubahan
nama itu dilakukan untuk memperluas ruang gerak organisasi sehingga
tidak terbatas dalam bidang perdagangan saja, tetapi juga dalam bidang
lainnya.
Pada tahun 1913, SI mengadakan rapat pertama di Surabaya. Salah satu
hasil kongres adalah mengangkat H.O.S Tjokroaminoto sebagai ketua.
Seiring dengan pesatnya perkembangan Sarekat Islam di bawah
kepemimpinan Tjokroaminoto, pada tanggal 17-24 Juni 1916 diadakan
Kongres SI Nasional pertama di Bandung. Kongres ini dihadiri oleh 80
orang yang merupakan perwakilan dari 80 cabang SI.
Tjokroaminoto yang memimpin kongres
nasional pertama, pada saat itu,
menyampaikan perlunya sebuah
pemerintahan sendiri bagi rakyat Indonesia.
Sejak saat itu, wilayah perjuangan SI
mencakup bidang politik.
Hal ini dipertegas setelah hasil kongres SI
menetapkan cita-cita SI yaitu untuk
membentuk satu bangsa bagi penduduk
Indonesia, yaitu bangsa Indonesia.
Pada tanggal 20 Oktober 1917, berlangsung kongres kedua yang
diadakan di Jakarta. Pada kongres tersebut, Sarekat Islam sepakat
untuk melangsungkan niat politiknya, yaitu merebut kemerdekaan
dengan membentuk Zelf-Bestuur atau pemerintahan sendiri.
Selanjutnya, Sarekat Islam melaksanakan kongres nasional yang
ketiga pada tanggal 29 September-6 Oktober 1918 d Surabaya.
Pada kongres tersebut, seluruh anggota Sarekat Islam sepakat
untuk menolak segala bentuk kebijakan yang berpihak pada kaum
kapitalis.
Kongres nasional Sarekat Islam yang keempat dilaksanakan pada
tanggal 26 Oktober-2 November 1919 di Surabaya. Pada kongres
keempat ini, diraih kesepakatan bahwa fokus Sarekat Islam lebih
mengarah pada pergerakan perlawanan untuk menentang kelas-
kelas sosial yang ada dalam masyarakat.
INDISCHE PARTIJ (IP)
PIndische Partij (IP) didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912
oleh Tiga Serangkai, yakni Ernest Douwes Dekker (Setyabudi Danudirjo), dr.
Tjipto Mangunkusumo, dan Soewardi Soeryaningrat (Ki Hajar Dewantara).
Tujuan utama dari IP adalah meningkatkan jiwa nasionalisme untuk
memajukan tanah air berlandaskan jiwa nasional dan mempersiapkan
kehidupan rakyat yang bebas merdeka.
Organisasi ini berusaha menciptakan dan menumbuhkan rasa cinta terhadap
tanah air dan bangsa Indonesia dengan semboyannya yang berbunyi
'Indonesia bebas dari Belanda' dan 'Hindia untuk orang Hindia'.
Adapun Indische Partij memperkenalkan paham kebangsaan yang disebut
Indische Nationalism 'Nasionalisme Hindia', yang tidak membedakan
keturunan, suku bangsa, agama, kebudayaan, bahasa, dan adat istiadat.
Untuk mencapai tujuan dari Indische Partij, terdapat beberapa upaya yang
dilakukan oleh Tiga Serangka antara lain:
A. Menyerapkan cita-cita nasional Hindia
B. Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik di bidang
pemerintahan maupun kemasyarakatan
C. Memberantas berbagai usaha yang membangkitkan kebencian antaragama
D. Memperbesar pengaruh pro-Hindia di pemerintahan
E. Berusaha mendapatkan hak bagi semua orang Hindia
F. Dalam pendidikan, harus bertujuan bagi kepentingan ekonomi Hindia dan
memperkuat mereka yang ekonomi lemah.
1. W. SUDIROHUSODO
Dokter Wahidin Soedirohoesodo lahir pada tanggal 7 Januari 1852 di Sleman,
Yogyakarta. Wahidin menyelesaikan sekolah dasar dan menengah di
Yogyakarta. Setelah itu, ia memutuskan untuk melanjutkan studinya di
STOVIA, Batavia
GKegemarannya bergaul dengan siapa saja membuatnya mengerti keadaan
rakyat yang menderita karena kekejaman penjajahan. la pun mulai
memikirkan sebuah cara untuk membebaskan diri dari penjajahan, yaitu
dengan mencerdaskan rakyat.
Dalam perjalanan hidupnya, ia bersama rekan-rekannya, pernah mendirikan
Retno Dhoemilah, surat kabar dua bahasa, yaitu Jawa dan Melayu, di
Yogyakarta pada tahun 1895. Melalui media koran tersebut, Wahidin
Soedirohoesodo mulai menyebarluaskan gagasan nasionalisme, pendidikan
masyarakat, persamaan derajat, dan budi pekerti.
1. W. SUDIROHUSODO
Selanjutnya, setelah bertemu dengan Soetomo dan saling mengungkapkan pikiran
masing-masing, berpadulah gagasan keduanya. Kerja sama keduanya teraktualisasi
dengan berdirinya Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908. Organisasi ini pun
menjadi pelopor bangkitnya kesadaran nasional Indonesia. Gagasan penting dari
Wahidin Sudirohusodo yang mewarnai perjuangan pergerakan nasional adalah
organisasi hendaknya memiliki tujuan memajukan pendidikan dan meninggikan
martabat bangsa.
Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk membebaskan rakyat Indonesia dari
penjajahan Belanda. Salah satu tindakan yang dilakukan Wahidin Sudirohusodo
untuk mewujudkan pemikirannya tersebut adalah mengabdikan pengetahuannya
sebagai dokter dengan memberikan layanan kesehatan secara gratis kepada
masyarakat serta memupuk kesadaran kebangsaan rakyat. Wahidin Sudirohusodo
meninggal pada tanggal 26 Mei 1917 dan dimakamkan di Sleman, Yogyakarta.
2. SOETOMO
Dokter Soetomo lahir di desa Ngepeh, Jawa Timur, pada tangggal 30 Juli 1888.
Dalam pendidikannya, ia mengenyam pendidikan di STOVIA. Ketika belajar di
STOVIA, ia sering bertukar pikiran dengan para pelajar lain tentang penderitaan
rakyat karena penjajahan Belanda. Ketika itu, Soetomo terkesan dengan saran
dan ide Wahidin Soedirohoesodo untuk memajukan pendidikan sebagai jalan
untuk membebaskan bangsa dari penjajahan.
KBersama para pelajar STOVIA, Soetomo dan rekan-rekan mendirikan Boedi
Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, sebuah organisasi modern pertama di
Indonesia. Soetomo diangkat menjadi ketuanya. Organisasi Boedi Oetomo
dibentuk dengan tujuan memajukan pengajaran dan kebudayaan.
Setelah lulus dari STOVIA tahun 1911, Soetomo bertugas sebagai dokter,
awalnya ia bertugas di Semarang, kemudian ke Tuban, Lubuk Pakam di Sumatra
Timur, dan akhirnya ke Malang. Di Malang, ia membantu membasmi wabah pes
yang melanda daerah Magetan.
2. SOETOMO
Berpindah tempat dalam tugasnya sebagai dokter ternyata membawa manfaat. Beliau makin
mengetahui kesengsaraan rakyat dan secara langsung membantu mereka. Sebagai seorang dokter,
Soetomno tidak menetapkan tarif, bahkan sering kali pasien dibebaskan dari bayaran.
KPada tahun 1924 Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club (ISC) yang merupakan wadah bagi
kaum terpelajar Indonesia, Indonesische Studie Club (ISC) berhasil mendirikan antara lain sekolah
tenun, bank kredit, dan koperasi. Pada tahun 1931, ISC berganti nama menjadi Persatuan Bangsa
Indonesia (PBI).
Pada bulan Desember 1935, karena tekanan Belanda, Boedi Oetomo dan PBI digabungkan menjadi
Partai Indonesia Raya (Parindra). Selain Boedi Oetomo, beberapa perkumpulan lain yang juga
digabungkan ke dalam Parindra adalah Serikat Selebes, Serikat Sumatera dan Serikat Ambon.
Adapun Soetomo diangkat sebagai ketua Partal Indonesia Raya (Parindra). Pada dasarnya, partai ini
berjuang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Selain bergerak di bidang politik dan kedokteran, Soetomo juga aktif di bidang kewartawanan,
bahkan sempat memimpin beberapa surat kabar. Soetoemo meninggal dunia di Surabaya pada
tanggal 30 Mel 1938. Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
657 Tahun 1961, Soetomo diangkat menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai