Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH SEJARAH PEMINATAN

Tentang
KEMERDEKAAN INDONESIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Pemitanan

Guru Pengampu: Hj. Nuraini S.Ag

Disusun oleh:

Kelompok 5 – XI IPS 1

1. Aida Chairani Zahra (1)


2. Ammar Dzakki Islami (3)
3. Jihan Neureka Putri ()
4. Muhammad Zaidan Putra H (22)

MADRASAH ALIYAH NEGERI 11 JAKARTA


Jl. H. Gandun No.60, RT.12/RW.8, Lb. Bulus, Kec. Cilandak, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Tahun 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “MAKALAH SEJARAH PEMINATAN
Tentang KEMERDEKAAN INDONESIA” dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Peminatan. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang perumusan teks proklamasi bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nuraini selaku guru mata pelajaran


Sejarah Peminatan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta 10 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 2

1.3. Tujuan 2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Organisasi Pergerakan Kooperatif

a. Boedi Oetomo 3

b. Sarekat Islam 5

c. Muhammadiyah 7

d. Nadhlatul Ulama 8

e. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) 10

2.2. Organisasi Pergerakan Nonkooperatif

a. Indische Partij 11

b. Partai Nasional Indonesia (PNI) 13

c. Partai Komunis Indonesia (PKI) 14

d. Perhimpunan Indonesia 16

BAB 3 KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan 18

3.2. Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berbicara tentang sejarah Indonesia memang tidak ada habisnya. Sejarah Indonesia
memiliki kisah dan perjalanan panjangnya sendiri. Untuk menjadi bangsa yang besar seperti
sekarang, bangsa ini dibangun oleh orang-orang Indonesia hebat yang berjuang demi
kemerdekaan Indonesia. Bahkan setelah merdeka, masyarakat Indonesia masih bersusah
payah membangun negeri dengan kekuatan mereka sendiri.

Dalam praktiknya, Masyarakat Indonesia bersatu dalam kelompok-kelompok kecil


bahkan semakin kuat untuk melakukan pergerakan dalam organisasi. Kemunculan organisasi-
organisasi yang membawa pergerakan nasionalisme Indonesia ternyata datang dari berbagai
golongan. Mulai dari golongan pelajar, kaum nasionalis, aliran sekuler, gerakan profesi,
sampai gerakan wanita.

Pergerakan organisasi-organisasi inilah yang kemudian menjadi sejarah penting bagi


bangsa Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia bersatu dalam sesuai
dengan kemampuan mereka masing-masih untuk melawan penjajah demi kemerdekaan
bangsa. Banyak kisah dan konsep pemikiran mereka yang menarik untuk dipelajari. Kita bisa
banyak belajar dari sejarah organisasi pergerakan nasional yang melibatkan banyak tokoh
hebat dan inspiratif.

Organisasi pergerakan nasional adalah sebuah gerakan yang dilakukan oleh masyarakat
Indonesia yang memiliki tujuan organisasi untuk memperbaiki nasib atau keadaan rakyat
Indonesia yang sama-sama ingin memperoleh kemerdekaan nasional.

Latar belakang terbentuknya pergerakan nasional ini adalah karena adanya kesadaran
penderitaan dan kesengsaraan bersama yang selama ini menimpa banyak masyarakat
Indonesia selama penjajahan. Itulah sebabnya organisasi pergerakan ini diharapkan mampu
mengakhiri penderitaan masyarakat Indonesia, mendapat keadaan yang lebih baik, dan
membuat perubahan yang lebih baik lagi. Ada beberapa faktor penting yang membuat banyak
organisasi pergerakan nasional muncul. Faktor tersebut adalah faktor dalam negeri seperti
penderitaan masyarakat Indonesia yang berkepanjangan akibat kolonialisme dan
imperialisme dari penjajah, lahirnya golongan terpelajar yang progresif, dan kesadaran bahwa
selama ini perjuangan rakyat Indonesia hanya bersifat kedaerahan atau tidak bersatu dalam

1
kekuatan yang lebih besar, sehingga mudah dibungkam dan dipatahkan oleh penjajah.
Adapun faktor luar negeri seperti kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905, adanya
kebangkitan nasional negara-negara tetangga seperti, India, Filipina, Cina, dan Turki atas
penjajah mereka, dan mulai masuknya paham-paham baru seperti nasionalisme dan
demokrasi dari luar negara Indonesia.

Tujuan organisasi pergerakan nasional adalah mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia


yang bebas dari belenggu penjajahan dan pihak kolonial asing yang sangat merugikan
bangsa. Organisasi-organisasi pergerakan nasional ini berupaya untuk menentukan nasib
bangsanya sendiri dan juga demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Melalui pergerakan organisasi ini dilakukan perjuangan, baik berupa tuntutan kepada
pemerintah kolonial maupun di kalangan bangsa sendiri. Ada organisasi yang secara tegas
menyatakan diri sebagai organisasi politik dan ada pula yang lebih menitikberatkan kegiatan
di bidang tertentu, seperti agama, ekonomi, dan pendidikan.

Setiap organisasi pergerakan nasional di Indonesia memiliki strategi yang berbeda-beda


dalam mencapai tujuannya. Ada organisasi yang bekerja sama (kooperatif) dan secara terbuka
menyatakan perlawanan (nonkooperatif) terhadap pemerintah Belanda.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa rumusan
masalah, yaitu:
1. Apa saja organisasi pergerakan Indonesia kooperatif?
2. Apa saja organisasi pergerakan Indonesia nonkooperatif?

1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Menjabarkan organisasi pergerakan Indonesia kooperatif.
2. Menjabarkan organisasi pergerakan Indonesia nonkooperatif.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Organisasi Pergerakan Indonesia Kooperatif


Organisasi koperatif adalah organisasi yang mau berkerjasama dan berusaha
mendapat kemerdekaan dengan cara damai di masa penjajahan Belanda. Berikut
merupakan organisasi pergerakan Indonesia kooperatif.
a. Boedi Oetomo
Melalui semangat hendak meningkatkan martabat rakyat, Mas Ngabehi Wahidin
Soedirohoesodo, dalam tahun 1906-1907 melakukan kampanye di kalangan priayi di
Pulau Jawa. Pada akhir tahun 1907, Wahidin bertemu dengan Soetomo, pelajar
STOVIA di Batavia. Pertemuan tersebut berhasil mendorong didirikannya organisasi
yang diberi nama Boedi Oetomo pada hari Rabu, tanggal 20 Mei 1908 di Batavia.
Soetomo kemudian ditunjuk sebagai ketuanya.
Pada awal berdirinya hingga bulan Oktober 1908, Boedi Oetomo merupakan
organisasi pelajar dengan pelajar STOVIA sebagai anggota intinya. Tujuari Boedi
Oetomo dituliskan secara samar-samar, yaitu "Kemajuan bagi Hindia". Ruang
geraknya masih terbatas di Jawa dan Madura dengan tidak membedakan keturunan,
jenis kelamin, dan agama. Kongres Boedi Oetomo berlangsung di Yogyakarta,
pimpinan beralih ke generasi yang lebih tua, terutama dari kalangan priayi rendahan.
Hasil kongres Boedi Oetomo sebagai berikut.
1) Mengangkat Tirtokoesoemo, bupati Karanganyar sebagai ketua baru dan
Yogyakarta sebagai pusatnya.
2) Kongres memutuskan bahwa Boedi Oetomo tidak berpolitik.
3) Jangkauan pergerakannya hanya terbatas di Pulau Jawa dan Madura.

Pada perkembangannya Tirtokoesoemo sebagai ketua yang baru lebih cenderung


memerhatikan reaksi dari pemerintah kolonial daripada reaksi penduduk pribumi
Setelah persetujuan dari pemerintah kolonial sebagai badan hukum diberikan,
diharapkan organisasi Boedi Oetomo akan lebih melancarkan kegiatannya secara luas.
Akan tetapi, yang terjadi adalah sebaliknya Boedi Oetomo segera menjadi lamban.
Hal itu disebabkan adanya kesulitan keuangan dan banyak bupati yang sebelumnya
menjadi anggota Boedi Oetomo mendirikan organisasi sendiri. Selain itu, banyak

3
pelajar STOVIA dan golongan muda lainnya berhenti sebagai anggota. Hingga akhir
tahun 1909, jumlah anggota Boedi Oetomo sekitar 10.000 orang.

Perkembangan selanjutnya merupakan periode yang paling lamban bagi Boedi


Oetomo. Aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan majalah bulanan Goeroe Desa
dan beberapa petisi kepada pemerintah agar meningkatkan mutu sekolah menengah
pertama. Bahkan, dalam Volksraad (Dewan Rakyat) Boedi Oetomo tetap
memperlihatkan sikap hati-hati dalam melancarkan kritik terhadap pemerintah
kolonial. Walaupun demikian, Boedi Oetomo telah berjasa sebagai gerakan moral dan
budaya. Sebagai gerakan moral, Boedi Oetomo telah memperlihatkan kemampuan
bangsa Indonesia bekerja sama dalam sebuah organisasi modern yang disusun
menurut pola Barat. Hal itu sekaligus menumbuhkan kepercayaan dan harga diri
bangsa Indonesia. Sebagai gerakan budaya, Boedi Oetomo berhasil mencegah orang
Jawa menjadi kebarat-baratan.

Asas kebangsaan Jawa yang tetap dipertahankan oleh Boedi Oetomo pada saat
organisasi lain sudah berwawasan nasional menyebabkan organisasi ini kurang
diminati. Bahkan, dr. Soetomo pun meninggalkan Boedi Oetomo pada tahun 1924, la
kemudian mendirikan Indonesische Studie Club.

Pada tahun 1930, keanggotaan Budi Utomo terbuka bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pemerintah kolonial yang mengawasi perkembangan Boedi Oetomo sejak
berdirinya dengan penuh perhatian akhirnya berkesimpulan bahwa pengaruh Boedi
Oetomo terhadap penduduk pribumi tidak begitu besar. Keberadaan Boedi Oetomo
semakin tidak berarti dengan adanya bayang-bayang munculnya organisasi-organisasi
pergerakan nasional lainnya, terutama Sarekat Islam dan Indische Partij.

Pada akhirnya, organisasi ini tidak mendapat cukup dukungan dari masyarakat,
karena tidak mengutamakan kepentingan rakyat umum. Sedangkan secara politik,
kedudukannya juga dianggap tidak terlalu penting. Akibatnya, Boedi Oetomo mulai
mengalami kemunduran dan dibubarkan pada 1935.

Struktur organisasi Boedi Oetomo yang berdiri pada tahun 1908, disusun dalam
bentuk organisasi modern. Organisasi ini dipandang sebagai organisasi pelopor
pergerakan nasional Indonesia yang pertama. Oleh karena itu, tanggal lahir Boedi
Oetomo dinyatakan sebagai Hari Kebangkitan Nasional Indonesia dan diperingati
setiap tahun.

4
b. Sarekat Islam (SI)
Pada akhir tahun 1911, Haji Samanhoedi di Solo menghimpun para pengusaha
batik di dalam sebuah organisasi yang bercorak agama dan ekonomi, yaitu Sarekat
Dagang Islam (SDI). Pembentukan organisasi itu merupakan reaksi terhadap
monopoli penjualan bahan Islam bahan baku oleh pedagang-pedagang Cina yang
dirasakan sangat merugikan mereka.
Pada bulan November 1912, nama SDI diganti menjadi Sarekat Islam (SI) dengan
ketuanya Haji Oemar Said Tjokroaminoto, sedangkan Samanhoedi sebagai ketua
kehormatan. Perubahan nama tersebut bertujuan agar keanggotaannya menjadi lebih
luas, bukan hanya dari kalangan pedagang. Permasalahan utama yang menjadi inti
perlawanan Sarekat Islam ditujukan terhadap setiap bentuk penindasan dan
kesombongan rasial. Berbeda dengan Boedi Oetomo, keanggotaan Sarekat Islam
bersifat terbuka. Oleh karena itu, berhasil menyentuh lapisan masyarakat bawah
yang sejak berabad-abad paling banyak menderita.
Apabila dilihat anggaran dasarnya, tujuan pendirian Sarekat Islam sebagai berikut:
1) Mengembangkan jiwa dagang.
2) Memberikan bantuan kepada anggota-anggota menderita kesulitan.
3) Memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat
bumiputra.
4) Menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam.
Melalui pergantian nama tersebut diharapkan lingkup organisasi bertambah luas,
jika pada awalnya SDI hanya terbatas di kota Solo, sejak bernama SI, organisasi ini
melebarkan sayapnya ke daerah lain. Kedudukan kantor pusat organisasi ini pun
kemudian dipindahkan ke Surabaya.
Daya tarik yang utama dari SI adalah keislamannya, karena sebagian besar
penduduk Indonesia beragama Islam. Oleh karena itu, asas keislaman dapat mereka
terima dan SI mereka yakini sebagai organisasi yang akan membela kepentingan
mereka.
Keanggotaan SI terbuka untuk semua golongan dan suku bangsa yang beragama
Islam. Hal ini berbeda dengan Boedi Oetomo yang membatasi keanggotaannya pada
suku bangsa tertentu. Dengan demikian, tidak hanya orang Indonesia yang beragama
Islam yang memasuki SI, tetapi juga sebagian keturunan Arab. SI bertujuan
memajukan perdagangan, membantu anggotanya yang mengalami kesukaran, dan
memajukan syiar Islam.

5
Sejak lahir, SI tidak menyatakan dirinya sebagai organisasi politik. Dalam kongres
tahun 1914, H.O.S. Tjokroaminoto mengatakan bahwa SI akan bekerja sama dengan
pemerintah kolonial Belanda dan tidak berniat melawannya. Namun, dua tahun
kemudian, dalam kongres di Bandung, dia melancarkan kritik terhadap praktik
kolonialisme yang telah menyengsarakan rakyat.
Dalam kongres tersebut SI menuntut supaya Indonesia diberikan pemerintahan
sendiri dan rakyat diberi kesempatan untuk duduk dalam pemerintahan. Semakin
lama sikap SI semakin keras. Tokoh SI lainnya yang bernama Abdul Muis,
mengatakan jika tuntutan SI tidak diindahkan pemerintah kolonial, anggota SI harus
bersedia membalas kekerasan dengan kekerasan.
Di bidang ekonomi, SI menuntut agar poenale sanctie yang diberlakukan di
perkebunan di daerah Sumatra Timur dihapus. Dituntut pula agar pihak majikan
memperhatikan nasib buruh dan meningkatkan taraf kesejahteraan mereka, antara
lain dengan menaikkan gaji, mengurangi jam kerja, dan memberikan hak pensiun.
Tuntutan lain yang erat kaitannya dengan peningkatan kesejahteraan rakyat adalah
penghapusan erfpacht atau tanah yang disewakan kepada pengusaha perkebunan.
Luasnya tanah erfpacht berarti berkurangnya lahan pertanian penduduk. Dengan
dihapuskannya tanah erfpacht, tanah tersebut akan dapat dimanfaatkan penduduk
untuk bertani.
Pada awalnya, SI menempuh cara kooperatif. Pada waktu pemerintah mendirikan
Volksraad, SI mendudukkan wakil-wakilnya dalam dewan itu, antara lain H.O.S.
Tjokroaminoto dan H. Agus Salim. Setelah tahu bahwa Volksraad ternyata tidak
dapat dipakai sebagai lembaga untuk memperjuangkan kemerdekaan, SI pun
menarik wakil-wakilnya. Dengan demikian, SI beralih ke strategi nonkooperatif.
SI merupakan organisasi massa pertama di Indonesia yang antara tahun 1917 dan
1920 pengaruhnya sangat terasa dalam perkembangan politik di Indonesia. Coraknya
yang demokratis dan kesiapannya untuk berjuang secara radial mendekatkan
beberapa cabang SI beserta pemimpinnya kepada ajaran Marxis. Penggunaan teori-
teori Marxis untuk perjuangan dipimpin Semaoen dan imperialisme dipelopori oleh
SI cabang Semarang yang dipimpin Darsono. Masuknya ajaran-ajaran Marxis
menimbulkan krisis dalam tubuh Sl antara pendukung paham Islam dan penganut
ajaran Marxis. Perdebatan seru terjadi antara H. A. Agus Salim dan Abdul Muis
pada satu pihak dengan Semaoen dan Tan Malaka pada lain pihak.

6
Hal itu menyebabkan pemerintah kolonial mulai waspada. Berbagai peraturan
dikeluarkan untuk menghambat perkembangan SI lebih lanjut. Sistem keanggotaan
rangkap dan kecenderungan untuk lebih bergiat di bidang politik mengancam
keutuhan organisasi ini. Pada tahun 1920-an, SI tidak lagi menjadi organisasi yang
kuat.
Pada tahun 1921, melalui kebijakan “disiplin partai” golongan kiri dalam tubuh SI
dapat disingkirkan. Kebijakan “disiplin partai” melarang anggota SI memiliki
keanggotaan ganda dalam organisasi pergerakan nasional. Mereka yang terdepak
dari SI kemudian menamakan dirinya Sarekat Rakyat (SR).
Pengertian keanggotaan rangkap adalah anggota suatu organisasi diperbolehkan
untuk menjadi anggota organisasi lain. Beberapa pengurus cabang Sarekat Islam,
antara lain Semaoen dan Darsono, juga menjadi anggota Indische Social
Democratische Vereniging (ISDV) yang berhaluan komunis. Mereka berusaha
memasukkan paham komunis ke dalam SI, Guna mencegah hal tersebut, pimpinan
SI mengadakan disiplin partai. Anggota yang berhaluan komunis dikeluarkan dari
SI.
Aktivitas SI yang lebih mengutamakan politik tidak disetujui oleh sebagian
anggota yang menginginkan SI lebih banyak memperhatikan masalah agama.
Mereka yang tidak setuju akhirnya meninggalkan SI
Dengan kondisi tersebut, SI kemudian memutuskan bekerja sama dengan
pemerintah kolonial Belanda dan berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI).
Pada tahun 1930, namanya berubah menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII)
dengan ketuanya H. Agus Salim.
c. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada
tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya ialah Islam dan kebangsaan
Indonesia, serta bersifat nonpolitik. Muhammadiyah bergerak di bidang keagamaan,
pendidikan, dan sosial menuju kepada tercapainya kebahagiaan lahir batin. Tujuan
Muhammadiyah sebagai berikut.
1) Memajukan pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Islam.
2) Mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara-cara hidup menurut
agama Islam.

7
Untuk mencapai tujuan tersebut, usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah,
yaitu sebagai berikut.

1) Mendirikan sekolah-sekolah yang berdasarkan agama Islam (dari TK


sampai dengan perguruan tinggi).
2) Mendirikan poliklinik-poliklinik, rumah sakit, rumah yatim, dan masjid.
3) Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan.
Muhammadiyah berusaha untuk mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan Al-
Qur'an dan Hadis. Itulah sebabnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
agama Islam terwujud masyarakat Islam yang sebenarnya. Kegiatan Muhammadiyah
juga telah memperhatikan pendidikan wanita yang dinamakan Aisyiah, sedangkan
untuk kepanduan disebut Hizbut Wathon (HW). Sejak berdiri di Yogyakarta (1912)
Muhammadiyah terus mengalami perkembangan yang pesat. Sampai tahun 1913,
Muhammadiyah telah memiliki 267 cabang yang tersebar di Pulau Jawa. Pada tahun
1935, Muhammadiyah sudah mempunyai 710 cabang yang tersebar di Pulau Jawa,
Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
d. Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama (NU) merupakan sebuah organisasi keagamaan yang berdiri
pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya. Pendirinya adalah Syekh K. H.
Muhammad Hasyim As'ari (1871-1947) dan K. H. Abdul Wahab Hasbullah (1888-
1971). Organisasi ini lahir dari Komite Hijaz yang dibentuk karena kekhawatiran
terhadap pengaruh kaum Wahabi yang berkuasa di Mekah. Tujuan organisasi ini
adalah berlakunya ajaran Islam berhaluan Ahlus Sunah Wal Jamaah dan pengikut
salah satu mazhab Syafi'i dari Mazhab yang 4 (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali).
Dalam kehidupan politik NU aktif sejak jaman pergerakan kemerdekaan di masa
penjajahan. Semula NU aktif sebagai anggota Majlis Islam A'la Indonesia (MIAI)
kemudian Majelis Syuro Muslim Indonesia (Masyumi) baik yang dibentuk pada masa
Jepang maupun yang didirikan oleh seluruh organisasi Islam setelah kemerdekaan
sebagai satu-satunya partai politik umat Islam Indonesia. Pada tahun 1952, NU
menyusul PSII menyatakan menarik diri dari keanggotaan Istimewa Masyumi dan
kemudian berdiri sendiri sebagai parpol.
Ada tiga alasan yang melatarbelakangi lahirnya organisasi keagamaan Islam
Nahdatul Ulama, yaitu sebagai berikut.
1) Motif Agama

8
Nahdatul Ulama lahir atas dasar semangat dan untuk mempertahankan agama
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhamad saw, serta upaya untuk
meneruskan perjuangan Wali Sanga. Terlebih lagi Belanda dan Portugis tidak
hanya menjajah Nusantara tetapi juga melakukan penyebaran agama Kristen-
Katolik dengan sangat gencar.
2) Motif Nasionalisme
NU lahir karena niatan kuat untuk menyatukan para ulama dan tokoh-
tokohagama dalam melawan penjajahan. Semangat nasionalisme itu pun terlihat
juga dari nama Nahdlatul Ulama itu sendiri, yakni Kebangkitan Para Ulama.
NU pimpinan Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari sangat nasionalis.
Sebelum RI merdeka, para pemuda di berbagai daerah mendirikan organisasi
bersifat kedaerahan, seperti Jong Cilebes, Pemuda Betawi, Jong Java, Jong
Ambon, Jong Sumatra, dan sebagainya. Akan tetapi, kiai-kiai NU justru
mendirikan organisasi pemuda bersifat nasionalis. Pada tahun 1924, para pemuda
pesantren mendirikan Syubbanul Wathon (Pemuda Tanah Air). Organisasi
pemuda itu kemudian menjadi Ansor Nahdlatoel Oelama (ANO) yang salah satu
tokohnya adalah Muhammad Yusuf.
3) Motif Mempertahankan Paham Ahlus Sunnah wal Jama'ah
Nahdatul Ulama sejak berdirinya pada 31 Januari 1926 telah menyatakan diri
sebagai organisasi Islam berhaluan Ahlussunnah wal Jama'ah, dengan mengikuti
sistem bermadzab. Madzab dalam bidang tauhid atau akidah Ahlus Sunnah wal
Jama'ah yang dianut Nahdatul Ulama adalah mengikuti Imam al-Asy'ari
(Asy'ariyah) dan imam al-Maturidi (Maturidiyah).
Madzab dalam bidang Fiqh/syari ah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang dianut
Nahdatul Ulama adalah mengikuti salah satu dari madzab empat, yaitu madzab
Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali.
Madzab dalam bidang Tasawuf/Akhlaq Ahlussunnah wal Jama'ah yang dianut
Nahdatul Ulama adalah mengikuti Imam Junaid al-Baghdadi dan Imam al-
Ghazali.
Watak dan karakter NU sebagai organisasi mempunyai watak dan budaya
(sosio-kultural), yaitu sebagai berikut.
a) Al-Tawassuth, yang berarti petengahan atau moderat.
b) Al-I'tidal, artinya berkeadilan.
c) Al-Tawazun, artinya keseimbangan dan harmonis.

9
d) Al-Tasamuh, artinya toleran.

e. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)


Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei
1937 oleh orang-orang bekas Partindo. Tokoh-tokohnya antara lain Sartono, Sanusi
Pane, dan Moh Yamin. Dasar dan tujuannya adalah nasional dan mencapai Indonesia
Merdeka. Gerindo juga menganut asas insidental yang sama dengan Parindra. Tujuan
Gerindo adalah mencapai Indonesia merdeka, memperkokoh ekonomi Indonesia,
mengangkat kesejahteraan kaum buruh, memberi bantuan bagi kaum pengangguran.
Ada beberapa hal yang melatar belakangi berdirinya Gerindo ini di antaranya pada
masa pergerakan nasional pada tahun 1930 banyak organisasi pergerakan yang
terbentuk PNI yang didirikan pada tahun 1927, pada tahun 1931 pecah menjadi
Partindo yang dipimpin oleh Soekarno, dan PNI Baru yang dipimpin oleh Mohammad
Hatta. Baik Partindo maupun PNI-Baru dinilai pemerintah Belanda cukup
membahayakan. Oleh karena itu, kedua partai tersebut ditekan melalui berbagai cara,
seperti pembatasan kebebasan berbicara dalam rapat-rapat, dilaksanakannya hak luar
biasa gubernur jenderal yaitu exorbitantrechten, dan adanya larangan untuk
mengadakan rapat dan berkumpul yang berlaku di seluruh Indonesia.
Dengan dilaksanakannya berbagai cara tersebut, maka keadaan gerakan
nonkoperatif (Partindo dan PNI Baru), menjadi tidak berdaya. Oleh karena itu,
Partindo dibubarkan oleh pengurusnya pada bulan Nopember 1930. Dengan
pembubaran Partindo, PNI Baru menjadi lumpuh. Hal tersebut menjadikan
berhentinya gerakan nonkoperatif. Gagalnya gerakan nonkoperatif menimbulkan
pemikiran baru yaitu agar asas perjuangan nonkoperatif diganti dengan asas
kooperatif. Oleh karena itu, Gerindo bersedia membangun kerja sama dengan
pemerintah Hindia Belanda untuk menghadapi gejala fasisme dari Jepang hingga
Jerman.
Gerindo membangun analisis ekonomi-politik global yang cermat dengan
memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi sasaran politik fasis Jepang, seperti
Belanda yang menjadi sasaran politik fasis Jerman. Gerindo percaya bahwa kerja
sama yang efektif antara pemerintah kolonial dengan organisasi-organisasi pergerakan

10
untuk menangkal bahaya fasisme. Salah satu caranya dengan mendirikan satu
parlemen yang memiliki wewenang memutuskan, bukan hanya memberi saran
lainnya, yaitu Volksraad.

2.2. Organisasi Pergerakan Indonesia Nonkooperatif


Organisasi pergerakan Indonesia nonkooperatif adalah organisasi yang tidak mau
bekerjasama dengan penjajah dan secara terbuka menyatakan perlawanan kepada
pemerintahan Belanda. Berikut merupakan organisasi-organisasi pergerakan Indonesia
nonkooperatif.
a. Indische Partij
Organisasi pertama di Indonesia yang secara terang-terangan menyatakan dirinya
sebagai partai politik adalah Indische Partij. Indische Partij berdiri di Bandung pada
tanggal 25 Desember 1912. Organisasi ini juga dimaksudkan sebagai pengganti
organisasi Indische Bond, sebagai organisasi kaum Indo dan Eropa di Indonesia yang
didirikan pada tahun 1898. Ketiga tokoh pendiri Indische Partij dikenal sebagai Tiga
Serangkai, yaitu Douwes Dekker (Danoedirdja Setiaboedhi), dr. Tjipto
Mangoenkoesoemo, dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hadjar Dewantara). Douwes
Dekker adalah seorang Indo Belanda, pemimpin harian De Expres, yang tulisannya
sering mengkritik pemerintah kolonial Belanda. Tjipto Mangoenkoesoemo dikenal
sebagai tokoh radikal yang memisahkan diri dari Boedi Oetomo karena berbeda
pendapat dengan kalangan priayi yang menguasai organisasi ini. Soewardi
Soeryaningrat adalah seorang bangsawan anggota keluarga Pakualaman yang pada
awalnya juga anggota Boedi Oetomo. Ia memisahkan diri dari organisasi tersebut
dengan alasan yang sama dengan Tjipto Mangoenkoesoemo. Ketiga tokoh radikal ini
yang mewarnai dan menjiwai Indische Partij sehingga menjadi organisasi yang
radikal.
Proses berdirinya Indische Partij sebagai berikut.
1) Douwes Dekker melakukan perjalanan propaganda di Pulau Jawa mulai
tanggal 15 September hingga tanggal 3 Oktober 1912.
2) Douwes Dekker bertemu dengan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo.

11
3) Pada saat berada di Bandung, Douwes Dekker mendapat dukungan dari
Soewardi Soerjaningrat dan Abdul Muis.
4) Di Yogyakarta, ia mendapat sambutan dari pengurus Boedi Oetomo.
5) Redaktur-redaktur surat kabar Jawa Tengah di Semarang dan Tjahaya Timoer
di Malang juga mendukung berdirinya Indische Partij.
6) Bukti nyata dari banyaknya dukungan itu adalah dengan didirikan 30 cabang
dengan anggota sebanyak 7.300 orang.
7) Anggota dari golongan pribumi sebanyak 1500 orang.

Indische Partij secara tegas menyatakan berjuang untuk melepaskan diri dari
penjajahan. Semboyannya yang terkenal berbunyi Indie los van Holland (Indonesia
bebas dari Belanda) dan Indie voor Inders (Indonesia untuk orang Indonesia).
Masyarakat Indische digambarkan sebagai satu kesatuan antara golongan pribumi dan
Indo-Eropa yang terdesak oleh pendatang baru dari negeri Belanda.
Program kerja Indische Partij adalah sebagai berikut.
1) Menanamkan cita-cita persatuan nasional Indonesia.
2) Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik di bidang
pemerintahan maupun kemasyarakatan.
3) Memberantas segala bentuk tindakan yang membangkitkan kebencian
antaragama dan ras.
4) Memperkuat pengaruh pro-Indonesia dalam pemerintahan kolonial.
5) Menyerukan perbaikan ekonomi bangsa Indonesia, terutama kalangan
ekonomi lemah.

Indische Partij memperkenalkan paham kebangsaan yang disebut Indische


nationalisme (nasionalisme Indonesia). Dengan dasar nasionalisme, partai tidak
membedakan asal, keturunan, suku bangsa, agama, kebudayaan, bahasa, dan adat
istiadat. Hal yang menjadi dasar nasionalisme Indonesia adalah kemauan untuk
menjadi bangsa yang satu, yaitu bangsa Indier (Indonesia) yang merdeka, bebas dari
kekuasaan kolonialisme Belanda, Indische Partij juga berusaha menghilangkan
diskriminasi dan kesombongan rasial yang ada dalam masyarakat.

Melihat adanya unsur-unsur radikal di dalam Indische Partij, pemerintah kolonial


Belanda mengambil sikap tegas. Permohonan kepada gubernur jenderal untuk
mendapat pengakuan sebagai badan hukum pada tanggal 4 Maret 1913 ditolak.

12
Alasan penolakan tersebut adalah organisasi ini berdasarkan politik dan
mengancam serta hendak merusak keamanan umum. Hal itu menjadi pelajaran bagi
Indische Partij dan juga partai-partai lainnya bahwa kemerdekaan tidak akan dapat
diterima sebagai hadiah dari pemerintah kolonial. Kemerdekaan itu harus direbut dan
diperjuangkan oleh bangsa Indonesia sendiri.
Pada tahun 1913, Indische Partij dinyatakan sebagai partai terlarang. Larangan
tersebut dilatar belakangi oleh tulisan Soewardi Soeryaningrat yang berjudul Als ik
een Nederlander was (Jika Saya Seorang Belanda). Tulisan tersebut mengecam
rencana pemerintah kolonial Belanda untuk merayakan 100 tahun bebasnya negara
Belanda dari penjajahan Prancis. Perayaan itu akan diadakan di Indonesia yang
rakyatnya masih terjajah. Tulisan ini menyindir tindakan pemerintah kolonial yang
mewajibkan bangsa Indonesia merayakan kemerdekaan bangsa yang menjajah.
Sebagai tindak lanjut pelarangan Indische Partij, Tiga Serangkai kemudian ditangkap
dan diasingkan ke negeri Belanda.
b. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Berdirinya partai-partai dalam pergerakan nasional banyak berawal dari studie
club. Salah satunya adalah Partai Nasional Indonesia (PNI). Berawal dari Algemeene
Studie Club, Partai Nasional Indonesia (PNI) berdiri pada tanggal 4 Juli 1927 di
Bandung dan diketuai oleh Ir. Soekarno. Tujuan pokok PNI adalah untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia. Semangat kebangsaan dipadu menjadi kekuatan nasional
dengan cara memperdalarn kesadaran rakyat tentang kemerdekaan Indonesia. Trilogi
PNI yaitu nationale geest, nationale will, dan nationale daad (semangat nasional,
kemauan nasional, dan perbuatan nasional).

Lahirnya PNI juga dilatarbelakangi oleh situasi sosio-politik yang kompleks.


Pemberontakan PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangat untuk menyuan
kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda.

Rapat pendirian partai ini dihadiri Ir. Soekarno. dr. Tjipto Mangoenkoesoemo
Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisoerjo, Mr. Boediarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal
berdirinya, PNI berkembang sangat pesat karena didorong oleh faktor-faktor berikut.
1) Pergerakan yang ada lemah sehingga kurang bisa menggerakkan massa.
2) PKI sebagai partai massa telah dilarang.
3) Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir.
Soekarno.

13
Untuk mengobarkan semangat perjuangan nasional, Ir Soekarno mengeluarkan
Trilogi sebagai pegangan perjuangan PNI. Trilogi tersebut mencakup kesadaran
nasional, kemauan nasional, dan perbuatan nasional. Tujuan PNI adalah mencapai
Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI menggunakan tiga asas
yaitu self help (berjuang dengan usaha sendiri) dan nonmendiancy, sikap antipasi
terhadap pemerintah, serta nonkooperasi. Dasar perjuangannya adalah marhaenisme.

PNI menyoroti berbagai bentuk ketidakadilan dan penindasan akibat kolonialisme


Belanda. Selain itu, PNI mengadakan kegiatan konkret untuk membangun
kesejahteraan rakyat di segala bidang. Karena khawatir akan perkembangan
nasionalisme di kalangan rakyat, pemerintah kolonial menangkap para tokoh PNI.
Mereka dituduh menyulut kekacauan dan pemberontakan. Dalam sidang pengadilan,
Soekarno menegaskan bahwa gerakan rakyat menentang pemerintah kolonial
merupakan reaksi dari kalangan tertindas. Pidato pembelaan itu terkenal dengan
sebutan Indonesia Menggugat.

Program PNI di bidang politik adalah memperkuat rasa kebangsaan dan persatuan
Indonesia, menyebarkan pengetahuan tentang sejarah nasional, serta menuntut
kemerdekaan pers dan berserikat.

Di bidang ekonomi dengan membentuk tata perekonomian yang melibatkan


rakyat kecil dan mengusahakan pembentukan koperasi.

Di bidang sosial dengan memajukan pengajaran untuk rakyat kecil, meningkatkan


kedudukan kaum perempuan, serta memperhatikan kepentingan buruh dan tani.

c. Partai Komunis Indonesia (PKI)


Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920.
Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Paham
komunis di Indonesia diperkenalkan oleh orang Belanda yang bernama H.J.F.M.
Sneevliet, la tiba di Indonesia pada tahun 1913. Pada awalnya ia bekerja sebagai
sekretaris di sebuah perusahaan dagang di Surabaya, kemudian pindah ke Semarang.
Sneevliet bersama teman-temannya seperti Brandsteder, H.W. Dekker, dan P.
Bergsma, mendirikan Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) di
Semarang pada tanggal 4 Mei 1914. Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam
ISDV antara lain Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-lain. Melalui organisasi ini,
Sneevliet mengembangkan paham komunis, terutama di kalangan buruh. Beberapa

14
pemuda tokoh Sarekat Islam cabang Semarang, seperti Semaun dan Darsono
terpengaruh pula oleh paham ini.
PKI terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam masyarakat. Salah satu upaya
yang ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat Islam. Organisasi
PKI makin kuat ketika pada bulan Februari 1923 Darsono kembali dari Moskow.
Ditambah dengan tokoh-tokoh Alimin dan Muso, maka peranan politik PKI semakin
luas.
Pada tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan
pemberontakan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberontakan
ini sangat sia-sia karena massa sama sekali tidak siap di samping organisasinya masih
kacau. PKI telah mengorbankan ribuan orang yang termakan hasutan untuk ikut serta
dalam pemberontakan. Dampak buruk lainnya yang menimpa para pejuang
pergerakan di tanah air adalah berupa pengekangan dan penindasan yang luar biasa
dari pemerintah Belanda sehingga sama sekali tidak punya ruang gerak. Walaupun
PKI dinyatakan sebagai partai terlarang, tetapi secara ilegal mereka masih melakukan
kegiatan politiknya. Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan propaganda untuk
tetap memperjuangkan aksi revolusioner di Indonesia.
Setelah revolusi di Rusia pada bulan Oktober 1917, ISDV mengubah namanya
menjadi Partai Komunis Hindia. Nama tersebut kemudian berubah lagi menjadi Partai
Komunis Indonesia (PKI). Semaoen terpilih menjadi ketua, dan Darsono sebagai
wakil ketua.
PKI juga berhasil memengaruhi beberapa santri, seperti H. Misbach dari Solo dan
H. Datuk Batutah dari Sumatra Barat. Tokoh agama dimanfaatkan oleh PKI untuk
kepentingan propaganda mereka dengan cara memanipulasi ayat suci Al-Qur'an. PKI
sendiri melakukan propaganda melalui ceramah, rapat, dan diskusi secara teratur.
Pada tahun 1924, Ali Archam dan Sarjono memimpin PKI. Dengan
kepemimpinan yang baru, PKI mengorganisasi berbagai aksi pemogokan. Sejak aksi
pemogokan itu, pemerintah kolonial Belanda mengawasi PKI dengan ketat. Ruang
gerak aktivitas partai dipersempit. Tokoh-tokohnya seperti Darsono diusir ke luar
negeri dan Ali Archam dibuang ke Digul. Sementara itu, tokoh- tokoh yang lain,
seperti Muso dan Alimin terpaksa melarikan diri ke Singapura, sedangkan Tan
Malaka pergi ke Manila, Filipina.
Pada tanggal 25 Desember 1925, tokoh PKI yang masih bebas, seperti Sarjono
dan beberapa kawannya mengadakan rapat di Prambanan. Dalam rapat tersebut

15
diputuskan bahwa mereka akan melakukan pemberontakan untuk menegakkan Negara
Soviet Indonesia. Pemberontakan PKI direncanakan akan dilakukan pada bulan Juni
1926.
Tokoh PKI yang melarikan diri ke luar negeri berusaha mencari dukungan Rusia
untuk melaksanakan pemberontakan tersebut, tetapi gagal. Ketika mereka kembali ke
Indonesia, pemberontakan PKI sudah dimulai sejak tanggal 12 November 1926.
Pemberontakan yang kurang terencana tersebut dapat dengan mudah ditumpas
oleh pemerintah kolonial Belanda. Kegagalan pemberontakan itu sangat merugikan
perjuangan pergerakan nasional, sebab sejak saat itu, pemerintah kolonial Belanda
melakukan pengawasan sangat ketat terhadap partai lain. Ruang gerak para pemimpin
nasionalis sangat sempit. Dampaknya adalah perjuangan pergerakan nasional
Indonesia mengalami kemunduran.
d. Perhimpunan Indonesia (PI)
Perhimpunan Indonesia merupakan organisasi pelajar Indonesia yang pada
awalnya bernama Indische Vereeniging yang berdiri pada tahun 1908 di Belanda.
Organisasi ini digunakan sebagai forum komunikasi di antara pelajar Indonesia yang
merantau di luar negeri. Dilatarbelakangi oleh semakin kuatnya nasionalisme
Indonesia setelah Perang Dunia 1, Indische Vereeniging berubah haluan menjadi
organisasi politik. Pelopor pembentukan organisasi ini adalah Sutan Kasayangan
Soripada dan R. M. Noto Suroto. Para mahasiswa lain yang terlibat dalam organisasi
ini adalah R. Pandji Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul Rivai,
Radjiman Wediodipuro (Wedyodiningrat), dan Brentel. Tujuan dibentuknya Indische
Vereeniging adalah Indonesia merdeka memperoleh suatu pemerintahan Indonesia
yang bertanggung jawab kepada seluruh rakyat. Pada tahun 1922, Indische
Vereeniging berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging.
Pada tahun 1925, Indonesische Vereeniging berganti nama menjadi Perhimpunan
Indonesia. Pergantian nama ini diikuti oleh pergantian nama majalah organisasi dari
Hindia Poetra menjadi Indonesia Merdeka. Kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij
seperti Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat, sangat memengaruhi
perkembangan Indische Vereeniging. Masuk konsep "Hindia Bebas" dari Belanda,
dalam pembentukan negara Hindia yang diperintah oleh rakyatnya sendiri. Perasaan
anti kolonialisme semakin menonjol setelah ada seruan Presiden Amerika Serikat,
Woodrow Wilson tentang kebebasan dalam menentukan nasib sendiri pada negara-
negara terjajah (The Right of Self Determination).

16
Tokoh Perhimpunan Indonesia antara lain adalah Mohammad Hatta, Ali
Sastroamijoyo, Abdul Majid Joyodiningrat, Iwa Kusumasumantri, Sastro Mulyono,
Sartono, Gunawan Mangunkusumo, dan Nazir Datuk Pamuncak.
Salah satu kegiatan politik Perhimpunan Indonesia yang mencolok adalah ikut
serta dalam Liga Antiimperialisme dan Penindasan Kolonial. Dalam salah satu
kongresnya di Prancis pada tahun 1926, Mohammad Hatta secara tegas menyatakan
tuntutan kemerdekaan Indonesia. Ketegasan sikap Mohammad Hatta mengundang
reaksi keras dari pemerintah kolonial Belanda.
Pada tanggal 10 November 1927, Mohammad Hatta, Nazir Datuk Pamuncak,
Abdul Majid Joyodiningrat, dan Ali Sastroamijoyo ditangkap. Mereka dituduh telah
menghasut masyarakat untuk memberontak. Pemeriksaan di sidang pengadilan baru
berlangsung setahun kemudian. Karena tidak terbukti bersalah, keempatnya kemudian
dibebaskan.
Sebagai organisasi yang antikolonial, Perhimpunan Indonesia mempunyai
program sebagai berikut.
a. Melakukan perjuangan untuk memperoleh suatu pemerintahan Indonesia yang
hanya bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia. Tujuan itu dicapai tanpa
pertolongan siapa pun dan juga tidak bekerja sama dengan pemerintah kolonial
Belanda.
b. Menghimpun persatuan nasional untuk kemerdekaan Indonesia, yaitu berupa
aksi bersama dan serentak rakyat Indonesia untuk menentang penjajah Belanda
yang telah merusak kehidupan lahir dan batin bangsa Indonesia.
Perhimpunan Indonesia pada Juni 1927, PI dituduh menjalin hubungan dengan PKI
untuk melakukan pemberontakan, sehingga diadakan penggeledahan terhadap tokoh-
tokoh PI yang akhirnya, dibebaskan dari tuduhan karena tidak terbukti bersalah.

17
BAB 3

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa organisasi
pergerakan nasional adalah sebuah gerakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia
yang memiliki tujuan organisasi untuk memperbaiki nasib atau keadaan rakyat Indonesia
yang sama-sama ingin memperoleh kemerdekaan nasional. Tujuan organisasi pergerakan
nasional adalah mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia yang bebas dari belenggu
penjajahan dan pihak kolonial asing yang sangat merugikan bangsa. Organisasi-organisasi
pergerakan nasional ini berupaya untuk menentukan nasib bangsanya sendiri dan juga
demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Setiap organisasi pergerakan nasional di Indonesia memiliki strategi yang berbeda-
beda dalam mencapai tujuannya. Ada organisasi yang bekerja sama (kooperatif) dan
secara terbuka menyatakan perlawanan (nonkooperatif) terhadap pemerintah Belanda.
Organisasi pergerakan Indonesia kooperatif yaitu Boedi Oetomo, Sarekat Islam (SI),
Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), dan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo).
Sedangkan organisasi pergerakan Indonesia nonkooperatif yaitu Indische Partij, partai
nasional Indonesia (PNI), Partai Komunis Indonesia (PKI), dan Perhimpunan Indonesia
(PI).

3.2. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adryamarthanino, Verelladevanka. Penyebab Gerakan Budi Utomo Semakin Lamban


https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/10/090000179/penyebab-gerakan-budi-
utomo-semakin-lamban?page=all#:~:text=Pada%20akhirnya%2C%20organisasi%20ini
%20tidak,kemunduran%20dan%20dibubarkan%20pada%201935. Diakses pada tanggal
29 Januari 2023.

F., Alvinta Churnia Nur & Wardhani, Pungky. Perhimpunan Indonesia.


https://www.slideshare.net/alvitacnf30/perhimpunan-indonesia. Diakses pada tanggal 29
Januari 2023.

Kurniasih, Wida. Organisasi Pergerakan Nasional.


https://www.gramedia.com/literasi/organisasi-pergerakan-nasional/. Diakses pada
tanggal 29 Januari 2023.

Matroji (2019), Catatan Peristiwa SEJARAH SMA/MA Kelas XI Kelompok peminatan IPS.
PT Bumi Aksara.

Tim Redaksi, Modul Pengayaan Sejarah Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial SMA/MA Kelas XI
Semester 2. Media Pressindo.

19

Anda mungkin juga menyukai