Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PERBEDAAN NU, MUHAMMADIYAH, DAN WAHABI”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Aswaja

Dosen Pengampu : Agus Azhar Faiq, S.Ag

Disusun Oleh :

1. Muhammad Muntahal Ilmi


2. M. Mahfud Jaelani
3. M. Fatkhurrohman
4. Satria Agus Vawaid

PROGRAM STUDY TARIKHUL ISLAM WATSAQOFATUHU

MA’HAD ALY AL MUSYAFFA

TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai yang kami beri judul
“Perbedaan NU, Muhammadiyah, dan Wahabi”. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Aswaja.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam pembuatan karya ilmiah.

Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kendal, 3 Desember 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG............................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN.........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................5
A. TOKOH-TOKOH NU, MUHAMMADIYAH, DAN WAHABI........................5
1. TOKOH-TOKOH NU.......................................................................................5
2. TOKOH-TOKOH MUHAMMADIYAH.........................................................7
3. TOKOH-TOKOH WAHABI............................................................................8
B. KETAUHIDAN (AQIDAH) NU, MUHAMADIYYAH, DAN WAHABI.........9
1. KETAUHIDAN DI DALAM NU......................................................................9
2. KETAUHIDAN DI DALAM MUHAMMADIYAH.......................................9
3. KETAUHIDAN DI DALAM WAHABI........................................................10
C. NU, MUHAMADIYYAH, DAN WAHABI DIDALAM SEGI FIQIH............10
1. FIQIH DI DALAM NU....................................................................................10
2. FIQH DI DALAM MUHAMMADIYAHI.....................................................11
3. FIQIH DI DALAM WAHABI........................................................................11
D. NU, MUHAMADIYYAH, DAN WAHABI DIDALAM PENGGUNAAN
DALIL...........................................................................................................................12
1. PENGGUNAAN DALIL DIDALAM NU.....................................................12
2. PENGGUNAAN DALIL DIDALAM MUHAMMADIYAH......................12
3. PENGGUNAAN DALIL DIDALAM WAHABI..........................................13
BAB III PENUTUP..........................................................................................................14
A. KESIMPULAN.....................................................................................................14
B. KRITIK DAN SARAN........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
NU (Nahdlatul Ulama) adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia
yang telah memberikan kontribusi besar dalam sejarah dan perkembangan
Islam di Nusantara yang didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 di kota
Surabaya.
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam reformis yang lahir di
Indonesia pada awal abad ke-20. Muhammadiyah merupakan gerakan
Islam yang berpatokan pada Al-hadist dan Al-qur'an. Secara Umum arti
Muhammadiyah adalah umatnya nabi Muhammad.
Wahabi merupakan sebutan untuk aliran yang dibawa oleh Muhammad
bin 'Abdul Wahhab. Aliran ini bertujuan untuk memulihkan dan memurnikan
ajaran Islam seperti sedia kala, yaitu persis seperti kaum yang awal di Madinah
pada zaman Rasulullah SAW.
NU, Muhammadiyah, dan Wahabi itu memiliki beberapa perbedaan,
baik dalam segi ketokohan, aqidah (ketauhidan), fiqih, ataupun dalam
penggunaan dalil.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Siapakah tokoh-tokoh NU, Muhammadiyah, dan Wahabi ?
2. Apa perbedaan NU, Muhammadiyah, dan Wahabi dari segi ketauhidan?
3. Apa perbedaan NU, Muhammadiyah, dan Wahabi dari segi fiqih?
4. Apa perbedaan NU, Muhammadiyah, dan Wahabi dalam penggunaan
dalil?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui tokoh-tokoh NU, Muhammadiyah, dan Wahabi.
2. Untuk mengetahui perbedaan NU, Muhammadiyah, dan Wahabi dari segi
ketauhidan.
3. Untuk mengetahui perbedaan NU, Muhammadiyah, dan Wahabi dari segi
fiqih.

4
4. Untuk mengetahui perbedaan NU, Muhammadiyah, dan Wahabi dalam
penggunaan dalil.

BAB II
PEMBAHASAN

A. TOKOH-TOKOH NU, MUHAMMADIYAH, DAN WAHABI

1. TOKOH-TOKOH NU
1. Hadratussyekh KH Hasyim Asyari

Hadratussyekh KH Hasyim As’yari adalah tokoh utama dan pendiri NU


pada 31 Januari 1926. Ia merupakan satu-satunya penyandang gelar Rais Akbar
NU hingga akhir hayatnya dan tak pernah ada lagi hingga sekarang. Ia ditetapkan
sebagai pahlawan nasional pada tahun 17 November 1964 berkat jasanya yang
berperan besar dalam pendidikan melalui NU dan melawan penjajah.

2. KH Abdul Wahid Hasyim

KH Abdul Wahid Hasyim adalah putra Hadratussyekh KH Hasyim


As’yari dan ayah dari presiden keempat RI KH Abdurrahmann Wahid. Ia
merupakan salah satu anggota Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI).

3. KH Zainul Arifin

KH Zainul Arifin, merupakan tokoh NU asal Barus, Sumatera Utara.


Keturunan raja-raja Barus ini aktif di NU sejak muda melalui kader dakwah. Di
antara jasanya adalah pada pembentukan pasukan semi militer Hizbullah.
Kemudian menjadi panglimanya. Ia pernah menjadi perdana menteri Indonesia,
Ketua DPR-GR. Selain itu, beliau juga berjasa dalam menjadi anggota badan
pekerja Komite Nasional Pusat. Pemerintah menetapkan dirinya sebagai pahlawan
nasional pada 4 maret 1963.

4. KH Zainal Musthafa

5
KH Zainal Musthafa merupakan tokoh NU dari Tasikmalaya, pernah
menjadi salah seorang Wakil Rais Syuriyah. Ia salah seorang kiai yang secara
terang-terangan melawan para penjajah Belanda. Ketika Belanda lengser dan
diganti penjajah Jepang, ia tetap menolak kehadiran mereka. Bersama para
santrinya mengadakan perang dengan Jepang. Atas jasanya ia dianugerahi sebagai
pahlawan nasional pada 1972.

5. KH Idham Chalid

KH Idham Chalid pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri


Indonesia pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda. Ia juga
pernah menjabat sebagai Ketua MPR dan Ketua DPR. Selain sebagai politikus, ia
merupakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada tahun 1956-
1984.

6. KH Abdul Wahab Chasbullah

KH Abdul Wahab Chasbullah merupakan Salah seorang pendiri NU.


Sebelumnya, ia pendiri kelompok diskusi Tashwirul Afkar (Pergolakan
Pemikiran), pendiri Madrasah Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Negeri), pendiri
Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Pedagang).

7. KH As’ad Syamsul Arifin

KH As’ad Syamsul Arifin salah seorang kiai berperang melawan penjajah.


Ia menjadi pemimpin para pejuang di Situbondo, Jember maupun Bondowoso,
Jawa Timur. Di masa revolusi fisik, Kiai As'ad menjadi motor yang
menggerakkan massa dalam pertempuran melawan penjajah pada 10 November
1945.

8. KH Syam’un

KH Syam’un merupakan pengurus NU di Serang, banten. Ia pernah hadir


di Muktamar NU keempat di Semarang pada 1929, pada Muktamar NU kelima di
Pekalongan 1930 dan pada Muktamar NU kesebelas di Banjarmasin pada 1936.

9. KH Masykur

6
KH Masykur adalah tokoh NU pernah menjadi anggota Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Di antara
kontribusinya adalah ikut terlibat merumuskan Pancasila sebagai dasar negara.1

2. TOKOH-TOKOH MUHAMMADIYAH
1. KH Ahmad Dahlan
KH Ahmad Dahlan adalah tokoh pendiri Muhammadiyah, yang berperan
dalam memperjuangkan pendidikan bagi kaum pribumi. Keputusan untuk
mendirikan Muhammadiyah juga merupakan saran dari seorang siswa KH Ahmad
Dahlan yang kerap datang ke rumahnya dan mengusulkan agar kegiatan yang dia
rintis diurus dalam bentuk organisasi. Menindaklanjuti saran itu, KH Ahmad
Dahlan pun resmi mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912.
Kemudian organisasi ini diajukan pengesahannya pada 20 Desember 1912.
2. Buya Hamka
Buya Hamka adalah ulama terkenal dari Sumatera Barat, yang gigih
berjuang pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Buya Hamka turut berperan
dalam mendirikan cabang Muhammadiyah di Padang pada 1925, sebagai salah
satu upaya untuk mempersiapkan para kaum muda agar siap menjadi seorang
mubaligh atau guru.
3. KH Mas Mansyur

KH Mas Mansyur adalah seorang tokoh Muhammadiyah yang pernah


tergabung dalam Badan Pengurus Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). KH Mas Mansyur juga turut bergabung dalam Muhammadiyah dan
berperan sebagai ketua cabang Muhammadiyah Surabaya, Konsul
Muhammadiyah wilayah Jawa Timur, hingga Ketua Umum Muhammadiyah
pada kongres Yogyakarta tahun 1937.

4. Ki Bagus Hadikusumo
Ki Bagus Hadikusumo juga merupakan salah satu tokoh Muhammadiyah
yang pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Tabligh, Ketua Majelis Tarjih, dan
Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah. Setelah banyak berjuang sebagai umat
Muslim, Ki Bagus Hadikusumo tutup usia pada 7 September 1954. Ki Bagus
1
https://jateng.nu.or.id/tokoh/inilah-tokoh-nu-bergelar-pahlawan-nasional-HxIGg
(9/12/2023, 22:30)

7
Hadikusumo ditetapkan sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan Nasional
Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada 2015.2

3. TOKOH-TOKOH WAHABI
1. Muhammad bin Abdul Wahab
Muhammad bin Abdul Wahab lahir pada Tahun 1703 M. Atau 1115 H di
Uyainah. Ayahnya bernama Abdul Wahab dia adalah seorang kadi di kota itu.
Semasa kecilnya Muhammad bin Abdul Wahab memiliki daya minat yang
cukup tinggi terhadap buku buku tafsir, hadist dan akidah serta mempelajari
fiqih mazhab Hanbali dari Ayahnya yang merupakan seorang ulama
bermazhab Hanbali.3
2. Ibnu Taimiyah
Nama lengkapnya adalahTaqiyuddin Ahmad bin Abdul Halim bin
Taimiyah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Taimiyah, ia lahir
pada 10 Rabiul Awal tahun 661 H/1263 M di Harran, Syiria. Dimana kota
Haran merupakan salah satu kota yang banyak didiami oleh filsuf penyembah
bintang. Kota Harran merupakan kota yang terletak di antara dua sungai yaitu
sungai Trigis dan Eufrat.4

2
Aidah, Siti Nur dan Tim Penerbit KBM Indonesia. (2021). Mengenal Tokoh-tokoh
Muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit DKBM Indonesia.
3
Ja’far Subhani, Wahabism, terj. Arif M dan Nainul Aksa, Syekh Muhammad bin Abdul
Wahab dan Ajarannya (Cet. I; Citra, 2007), h. 11
4
Abdul Fatah, Tasawuf Antara Imam al-Ghzali dan Ibnu Taimiyah, (Jakarta:KHALIFA,
2005) hal. 252

8
B. KETAUHIDAN (AQIDAH) NU, MUHAMADIYYAH, DAN WAHABI

1. KETAUHIDAN DI DALAM NU
Dalam bidang aqidah/ketauhidan, Nahdlatul ulama mengikuti
manhaj dan pemikiran Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansyur Al-
Maturidi.5
Tauhid atau aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah tiada lain adalah
aqidah Islam itu sendiri, yaitu aqidah yang diyakini oleh Rasulullah, para
sahabat, ulama penerusnya hingga sekarang, yang terhindar dari berbagai
macam bid'ah aqidah yang menyimpang darinya. Meskipun dalam
lingkungan Ahlussunnah wal Jama'ah terkenal dua ulama yang dijadikan
panutan dalam aqidah, yaitu Abu al-Hasan al-Asy'ari (260-324 H/874-936
M) dan Abu Manshur al-Maturidi (238-333 H/852-944 M), bukan berarti
keduanya merupakan penggagas aqidah baru dalam Islam, tetapi
merupakan ulama yang telah berjasa besar menjaga aqidah sesuai tantangan
zamannya.6

2. KETAUHIDAN DI DALAM MUHAMMADIYAH


Muhammadiyah didalam segi akidah tauhidnya itu menggunakan
sistem kepercayaan etis, sehingga tauhid berfungsi untuk kesejahteraan,
kebahagiaan, dan kedamaian di dunia dan di akhirat.7
Tauhid yang dipahami Muhammadiyah tidak hanya bersifat
ontologis, tapi juga menyentuh level aksiologis. Bukan hanya doktrin
vertikal antara seorang hamba dengan Allah, melainkan juga tuntunan
horizontal antara manusia dengan manusia lainnya.

5
Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Khazanah Aswaja, (Surabaya: Aswaja NU
Center PWNU Jawa Timur, 2016) hal.444
6
Yusuf Suharto, Dewan Pakar Aswaja NU Center Jombang; anggota tim penulis buku
Khazanah Aswaja
7
https://muhammadiyah.or.id/akidah-tauhid-dalam-muhammadiyah-itu-sistem-
kepercayaan-etis/ (12/12/2023,09:45)

9
Tauhid di dalam Muhammadiyah bukan hanya tauhid yang
berdimensi ilahiyah saja tetapi juga memiliki dimensi insaniyah yang kuat.
(tauhid) Ini menjadi pilar utama dari Islam sebagai dinul hadharah.8

3. KETAUHIDAN DI DALAM WAHABI


Syekh Abdul Wahhab memandang tauhid sebagai agama Islam itu
sendiri. Abdul Wahhab berpendapat bahwa keesaan Allah diwahyukan
dalam tiga bentuk.
1. Tauhid al-rububiyah
Tauhid al-rububiyah penegasan keesaan Tuhan dan tindakan-Nya:
Tuhan sendiri adalah Pencipta, Penyedia, dan Penentu alam semesta.
2. Tauhid al-asma' wa al-sifat
Tauhid al-asma' wa al-sifat yakni keesaan nama dan sifat-Nya,
yang berhubungan dengan sifat-sifat Tuhan. "Kepunyaan-Nyalah semua
yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara
keduanya, dan semua yang di bawah tanah," (QS Thaha: 6).
3. Tauhid al-ilahiyah
Tauhid al-ilahiyah menjelaskan, hanya Tuhan yang berhak
disembah. Penegasan "tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad
sebagai utusan-Nya" berarti bahwa semua bentuk ibadah seharusnya
dipersembahkan semata kepada Tuhan; Muhammad tidak untuk
disembah, tetapi sebagai Nabi, dia seharusnya dipatuhi dan diikuti.9

C. NU, MUHAMADIYYAH, DAN WAHABI DIDALAM SEGI FIQIH


1. FIQIH DI DALAM NU
Hadratusysyaikh KH. Muhammad Hasyim Asyari (1287-1336
H/1871-1947) menjelaskan di dalam kitabnya Zidayat Ta‟liqat (hal 23-
24), bahwa Ahlusunnah Wal Jama‟ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli
hadist dan ahli fiqih. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh

8
Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam acara pembukaan Musyawarah
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur pada Sabtu (27/08).

9
John L Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern

10
dengan sunnah Nabi Muhammad SAW dan Sunnah Khulafaur Rasyidin
setelahnya yang terhimpun dalam madzab empat, yaitu pengikut Madzab
Hanafi, Syafi‟i, Maliki dan Hanbali. Oleh karena itu NU dalam segi fiqih
mengikuti salah satu dari empat madzhab.10

2. FIQH DI DALAM MUHAMMADIYAHI


Muhammadiyah sebagai gerakan Islam juga memiliki metodologi
intepretasi yang diambil dari spiriti tradisi ulama mazhab. Muhammadiyah
memiliki seperangkat metode pengambilan hukum yang sering dinamakan
dengan Manhaj Tarjih Muhammadiyah.“Tarjih” artinya kegiatan ijtihad
dalam Muhammadiyah. Manhaj Tarjih berarti suatu sistem yang memuat
seperangkat wawasan, sumber, pendekatan dan prosedur-prosedur teknis
(metode) tertentu yang menjadi pegangan dalam kegiatan ketarjihan. Di
dalam Manhaj Tarjih semua metodologi ulama Mazhab diadopsi dan
digunakan seperti konsep qiyas dan lain sebagainya.11

3. FIQIH DI DALAM WAHABI


Muḥammad ibn Abd al-Wahhāb (1792 M) konsisten terhadap
pengamalan fikih mazhab Ḥambali. Dari sisi pemikiran, beliau
mengadopsi tajdid (pembaharuan) Ibn Taymiyah (1328 M).12

10
Muhyiddin Abdusshomad, Hujjah NU Akidah-Amaliah-Tradisi, (Surabaya: Khalista
Surabaya, 2015 Cet VIII), 6
11
https://muhammadiyah.or.id/muhammadiyah-tidak-bermazhab-apa-pula-manhaj-
dan-tarjih-itu/ (12/12/2023,10:40)
12
Muḥammad Abu Zahrah, Ibn Taymiyah: Ḥayatuhu wa ‘Aṣruhu, Ara’uhu wa Fiqhuhu,
Dar al-Fikr al-Arabi, Kairo, hlm. 17-20

11
D. NU, MUHAMADIYYAH, DAN WAHABI DIDALAM PENGGUNAAN
DALIL

1. PENGGUNAAN DALIL DIDALAM NU


Dalam penggunaan dalil NU Menggunakan beberapa sumber hukum,
diantaranya;
 Al-Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Sedangkan hubungan al-Qur'an dengan ushul fiqih
sangat erat dalam menentukan dasar untuk menentukan hukum Islam
(Dalil utama fiqih).
 Hadits merupakan semua perbuatan, perkataan, ataupun ketetapan
Nabi Muhammad.
 ijma merupakan sebuah kesepakatan bersama oleh para mujtahid Islam
berupa perbuatan setelah sepeninggal Rasulullah.
 Qiyas adalah bentuk dalil hukum sistematis yang diambil dengan
mengeluarkan suatu hukum yang serupa dari hukum yang telah
ditetapkan oleh Al-Qur'an dan Sunnah.13

2. PENGGUNAAN DALIL DIDALAM MUHAMMADIYAH

Sumber ajaran agama dalam pandangan Muhammadiyah terbagi


dua tekstual dan paratekstual. Sumber tekstual terdiri dari al-Quran dan al-
Sunah al-maqbulah, sedangkan sumber paraktekstual berupa qiyas,
maslahat mursalah, istihsan, istishab, saddu al-zari’ah, syar’u man
qablana, dan urf. Didalam Muhammadiyah, sumber ajaran agama yang
pokok itu hanya Al-Quran dan al-Sunah, sedangkan Ijma dan Qiyas itu
hanya sebagai sebagai sumber paratekstual atau pendamping.14

13
Silvi Luqman Sari, mahasiswa Institut Islam Nahdlatul Ulama (Inisnu) Temanggung
14
https://muhammadiyah.or.id/sumber-ajaran-agama-dalam-manhaj-tarjih
muhammadiyah/ (19/12/2023, 11:20)

12
3. PENGGUNAAN DALIL DIDALAM WAHABI

Pokok pemikiran wahabi adalah berpegang dengan al-Quran dan


as-Sunnah secara tekstual tidak boleh ditakwil dan bertentangan dengan
apa yang dipegang oleh kebanyakkan Ulama’. Diantaranya, mereka
mengadakan wirid-wirid pengajian menerangkan kepada masyarakat
bahwa tentang pahamnya supaya berpegang kepada ajaran yang murni
tidak boleh ditambah atau dikurangi seperti mengadakan tahlilan arwah,
menyambut maulid Rasul, dan semuanya itu dianggap bid’ah dalam
agama karena perbuatan ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad
Saw.
Paham wahabi di ambil dari nama pendirinya Muhammad bin
Abdul Wahab. Paham keagamaan ini menyarankan agar kaum Muslim
kembali kepada ajaran Islam seperti yang termuat dalam al-Quran dan
Sunnah tanpa di bahas (takwil) serta menentang pemujaan kepada nabi-
nabi, wali-wali dan orang-orang dianggap keramat.15

15
Abu Jamin Roham, Ensiklopedi Lintas, , (Jakarta: Perpuastakan Nasional , 2009), hlm.514.

13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
NU, Muhammadiyah dan Wahabi itu memiliki banyak perbedaan
baik dalam segi tokoh, ketauhidan, fiqih, dan penggunaan dalil. Tokoh-
tokoh NU diantaranya Hadratussyekh KH Hasyim Asyari, KH Abdul
Wahid Hasyim, KH Zainul Arifin, KH Zainal Musthafa, KH Idham
Chalid, KH Abdul Wahab Chasbullah, KH As’ad Syamsul Arifin, KH
Syam’un, KH Masykur. Tokoh-tokoh Muhammadiyah diantaranya KH
Ahmad Dahlan, Buya Hamka, KH Mas Mansyur, Ki Bagus Hadikusumo.
Tokoh-tokoh Wahabi diantaranya Muhammad bin Abdul Wahab, Ibnu
Taimiyah.
Dalam bidang aqidah/ketauhidan, Nahdlatul ulama mengikuti
manhaj dan pemikiran Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansyur Al-
Maturidi, Muhammadiyah menggunakan sistem kepercayaan etis,
sedangkan Wahabi berpendapat bahwa keesaan Allah diwahyukan dalam
tiga bentuk yaitu Tauhid al-rububiyah, Tauhid al-asma' wa al-sifat, Tauhid
al-ilahiyyah.
Dalam segi fiqih NU mengikuti salah satu dari empat madzhab.
Muhammadiyah menggunakan Manhaj Tarjih Muhammadiyah.
Sedangkan Wahabi konsisten terhadap pengamalan fikih mazhab Ḥambali.
Dalam penggunaan dalil NU bersumber dari al qur’an, hadits,
ijma’, dan qiyas. Sumber ajaran agama dalam Muhammadiyah terbagi dua
tekstual dan paratekstual. Sedangkan Wahabi berpegang dengan al-Quran
dan as-Sunnah secara tekstual (tidak boleh ditakwil).

B. KRITIK DAN SARAN


Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Kami selaku
pemakalah menyadari jika dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, dan kami mengucapkan terima kasih kepada para pembaca
yang telah mencoba memahami isi makalah ini, kami berharap pembaca
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
makalah yang akan datang.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://jateng.nu.or.id/tokoh/inilah-tokoh-nu-bergelar-pahlawan-nasional- HxIGg
Aidah,Siti Nur dan Tim Penerbit KBM Indonesia.(2021) Mengenal Tokoh-tokoh
Muhammadiyah.Yogyakarta: Penerbit DKBM Indonesia
Ja’far Subhani, Wahabism, terj. Arif M dan Nainul Aksa, Syekh Muhammad bin
Abdul Wahab dan Ajarannya (Cet. I; Citra, 2007)
Abdul Fatah, Tasawuf Antara Imam al-Ghzali dan Ibnu Taimiyah, (Jakarta:
KHALIFA, 2005)
Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Khazanah Aswaja, (Surabaya:
Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, 2016)
Yusuf Suharto, Dewan Pakar Aswaja NU Center Jombang; anggota tim penulis
buku Khazanah Aswaja
https://muhammadiyah.or.id/akidah-tauhid-dalam-muhammadiyah-itu-sistem-
kepercayaan-etis/
Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam acara pembukaan
Musyawarah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur pada Sabtu
(27/08).
John L Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern
Muhyiddin Abdusshomad, Hujjah NU Akidah-Amaliah-Tradisi, (Surabaya:
Khalista Surabaya, 2015 Cet VIII)
https://muhammadiyah.or.id/muhammadiyah-tidak-bermazhab-apa-pula-manhaj-
dan-tarjih-itu/
Muḥammad Abu Zahrah, Ibn Taymiyah: Ḥayatuhu wa ‘Aṣruhu, Ara’uhu wa
Fiqhuhu, Dar al-Fikr al-Arabi, Kairo
Silvi Luqman Sari, mahasiswa Institut Islam Nahdlatul Ulama (Inisnu)
Temanggung
https://muhammadiyah.or.id/sumber-ajaran-agama-dalam-manhaj-tarjih
muhammadiyah/
Silvi Luqman Sari, mahasiswa Institut Islam Nahdlatul Ulama (Inisnu)
Temanggung
https://muhammadiyah.or.id/sumber-ajaran-agama-dalam-manhaj-tarjih
muhammadiyah/

15
16

Anda mungkin juga menyukai