Disusun Oleh :
Salwa Salsabila Ramadani
Nim : 0501217928
Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari
study yang sesungguhnya. Oleh Karena itu, keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa
kami harapkan semoga karya tulis ini berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Penulis
SALWA SALSABILA RAMADANI
II
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................3
BAB I…………………………………………………………………………….4
PENDAHULUAN................................................................................4
1.1 .Latar Belakang..............................................................................................4
1.2. Rumusan masalah..........................................................................................4
1.3. Tujuan Masalah.............................................................................................4
BAB II...................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................5
2.1 Pengertian Nu.................................................................................................5
2.2 Sejarah Terbentuknya NU………………………………..............................5
A. latar Belakang Berdirinya NU.....................................................................5
B. Proses Berdirinya NU……………………………………………………..6
2.3 Tokoh-Tokoh dibalik Berdirinya Nu………………………….…….……...8
2.4 Ajaran Atau Pokok Pikiran Nahdlatul ‘Ulama Nahdlatul ‘Ulama (NU)…...9
BAB III……………………………………………………………....13
PENUTUP…………………………………………………………...13
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………….….....13
III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang
NU adalah organisasi keagamaan sekaligus organisasi kemasyarakatan
terbesar dalamlintasan sejarah bangsa Indonesia, mempunyai makna penting dan
ikut menentukan perjalanan sejarah bangsa Indonesia, NU lahir dan berkembang
dengan corak dan kulturnyasendiri. Sebagai organisasi berwatak keagamaan
Ahlussunnah Wal Jama'ah, maka NUmenampilkan sikap akomodatif terhadap
berbagai madzhab keagamaan yang ada disekitarnya. NU tidak pernah berfikir
menyatukan apalagi menghilangkan mazdhab-mazdhabkeagamaan yang ada. Dan
sebagai organisasi kemasyarakatan, NU menampilkan sikaptoleransi terhadap
nilai-nilai lokal. NU berakulturasi dan berinteraksi positif dengan tradisidan
budaya masyarakat lokal. Dengan demikian NU memiliki wawasan multikultural,
dalamarti kebijakan sosialnya bukan melindungi tradisi atau budaya setempat,
tetapi mengakuimanifestasi tradisi dan budaya setempat yang memiliki hak hidup
di Republik Indonesiatercinta ini.
Sebagai warga negara Indonesia, terkhusus sebagai warga Nahdlatul
‘Ulama alangkah baiknya kita mengetahui lebih dalam mengenai apa itu
Nahdlatul ‘Ulama. Banyak hal yangbisa kita temukan dan kita kaji dalam
perkembangan organisasi ini sehingga kita dapatmemetik segala hikmah kebaikan
yang bisa dijadikan motivasi dan semangat untukkehidupan kita. Dalam Makalah
ini, penulis akan mencoba menguraikan sedikit tentang apaitu Nahdlatul ‘Ulama,
bagaimana sejarah terbentuknya dan apa saja ajaran/pokok pikiranyang mendasar
di Nahdlatul ‘Ulama ini.
1.2. Rumusan masalah
1) Apa itu Nahdlatul ‘Ulama?
2) Bagaimana Sejarah Terbentuknya Nahdlatul ‘Ulama?
3) siapa saja tokoh berdirinya NU
4) Apa saja ajaran/pokok pikiran yang ada di Nahdlatul ‘Ulama?
1.3. Tujuan Masalah
1) Mengetahui Apa itu Nahdlatul ‘Ulama
2) Mengetahui Sejarah Terbentuknya Nahdlatul ‘Ulama
3) Mengetahui tokoh-tokoh pendiri NU
4) Ajaran/Pokok Pikiran yang ada di Nahdlatul ‘Ulama
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian NU
Nahdlatul ‘Ulama disingkat NU, artinya kebangkitan Ulama. Sebuah
organisasi yangdidirikan oleh para ulama pada tanggal : 16 Rajab 1344 H / 31
Januari 1926 M di Surabaya. Nahdlatul ‘Ulama sebagai jam’iyah diniyah adalah
wadah para Ulama’ dan pengikut- pengikutnya, dengan tujuan memelihara,
melestarikan, mengembangkan dan mengamalkanajaran Islam yang berhaluan
Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan menganut salah satu dari madzhab empat masing-
masing adalah :
1. Imam Abu Hanifah an- Nu’man
2. Imam Malik bin Anas
3. Imam Muhammad Idris As-Syafi’i
4. Imam Ahmad bin Hanbal.
Nahdlatul ‘Ulama (NU) merupakan gerakan keagamaan yang bertujuan
untuk ikut membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat yang bertaqwa
kepada Allah Swt, cerdas, terampil, ber-akhlaq mulia, tenteram, adil dan sejahtera.
NU mewujudkan cita-cita dan tujuannya melalui serangkaian ikhtiar yang didasari
oleh dasar-dasar fahamkeagamaan, yang membentuk kepribadian khas Nahdlatul
Ulama.
2.2 Sejarah NU
A. Latar belakang Berdirinya Nahdlatul ‘Ulama
Latar belakang berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan
pemikiran keagamaan dan politik dunia islam kala itu. Salah satu faktor
pendorong lahirnya NU adalah karena adanya tantangan yang bernama
globalisasi yang terjadi dalam dua hal : ·
Globalisasi Wahabi, pada tahun 1924, Syarief Husein, Raja Hijaz
(Makkah) yang berpaham Sunni di taklukkan oleh Abdul Aziz bin Saud
yang beraliran Wahabi. Tersebarlah berita penguasa baru itu akan
melarang semua bentuk amaliyah keagamaan kaum sunni, yang sudah
berjalan berpuluh-puluh tahun di Tanah Arab, dan akan menggantinya
dengan model Wahabi. Pengamalan agama dengan sistem bermadzhab,
tawassul, ziarah kubur, maulid nabi, dan lain sebagainya, akan segera di
larang. ·
2
Globalisasi imperialisme fisik konvensional yang di Indonesia di
lakukan oleh Belanda, Inggris, dan Jepang, sebagaimana juga terjadi di
belahan bumi Afrika, Asia, Amerika Latin, dan negeri-negeri lain yang
di jajah bangsa Eropa.
3
Penasehat : K.H. Abdul Wahab Hasbullah
K.H. Cholil Masyhuri
3
Ketua : H.Hasan Gipo
Wakil Ketua : H. Sholeh Syamil
Sekretaris : Muhammad Shodiq
Pembantu : K.H. Abdul Halim
Pada tanggal 31 Januari 1926 komite mengadakan rapat di Surabaya
dengan mengundang para ‘ulama terkemuka di Surabaya dan dihadiri K.H.
Hasyim Asy’ari dan K.H. Asnawi Kudus. rapat memutuskan K.H. Asnawi Kudus
sebagai delegasi Komite Hijaz menghadiri muktamar dunia Islam di Mekkah.
Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz,
dan tentangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, maka Raja Ibnu Saud
mengurungkan niatnya. Hasilnya, hingga saat ini di Mekkah bebas dilaksanakan
ibadah sesuai dengan mazhab mereka masing-masing. Peran itulah internasional
kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan
bermazhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah dan peradaban yang
sangat berharga.
Komite Berangkan dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad
hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih
mencakup dan lebih sistematis untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka
setelah berkoordinasi dengan berbagai kyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk
membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama)
pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasiini dipimpin oleh KH.
Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar.Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi
ini, maka KH. Hasyim Asy’ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar),
kemudian juga merumuskan kitab I’tiqad Ahlussunnah wal Jamaah. Kedua kitab
tersebut, kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU, yang dijadikan dasar dan
rujukan sebagai warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial,
keagamaan dan po1itik.
NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola
pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum
ekstrem naqli (skripturalis). Karena itu sumber hukum Islam bagi NU tidak hanya
al-Qur'an, sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan
realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti
Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang
teologi/Tauhid/ketuhanan. Kemudian dalam bidang fiqih lebih cenderung
mengikuti mazhab: imam Syafi'i dan mengakui tiga madzhab yang lain:
imamHanafi, imam Maliki, dan imam Hanbali sebagaimana yang tergambar
dalam lambang NU berbintang 4 di bawah. Sementara dalam bidang tasawuf,
mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang
mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
5
Gagasan kembali kekhittah pada tahun 1984, merupakan momentum
penting untukmenafsirkan kembali ajaran ahlussunnah wal jamaah, serta
merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial.
Serta merumuskankembali hubungan NUdengan negara. Gerakan tersebut
berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam
NU.
6
B.4 Ajaran atau Pokok Pikiran Nahdlatul ‘Ulama
Nahdlatul ‘Ulama (NU)
merupakan organisasi sosial keagamaan yang berhaluan Ahlu as-
Sunnah Wa al-Jama’ah, sebagai wadah pengemban dan mengamalkan
ajaran Islam Ala Ahadi al-Mazhabi al-Arba’ah dalam rangka mewujudkan
Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Dengan kata lain sebagai salah
satu ormas tertua, NU merupakan satu-satunya organisasi masa yang
secara keseluruhan bahwa Ahlu as-Sunnah Wa al-Jama’ah sebagai
mazhabnya. Sehingga, ketika NU berpegang pada mazhab, berarti
mengambil produk hukum Islam (fiqh) dari empat Imam Mazhab, yaitu
mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafi’i dan mazhab Hambali.
Dalam kenyataannya NU lebih condong pada pendapat Imam Asy-
Syafi’i, oleh karenanya NU sering “dicap” sebagai penganut fanatik
mazhab Syafi’i. Hal ini dapat dilihat dari cara NU mengambil sebuah
rujukan dalam menyelesaikan kasus-kasus atau permasalahan-
permasalahan yang muncul. Alasan yang sering dilontarkan adalah umat
Islam Indonesia mayoritas bermazhab Syafi’i. Nahdlatul ‘Ulama (NU)
sebagai Jam’iyah Diniyah Islamiyah yang bertujuan membangun atau
mengembangkan insan dan masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT
senantiasa berpegang teguh pada kaidah-kaidah keagamaan (ajaran Islam)
dan kaidah-kaidah fiqh lainnya dalam merumuskan pendapat, sikap dan
langkah guna memajukan jam’iyah tersebut.
Dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan alam pikiran (pokok
ajaran) Nahdlatul Ulama (NU) secara ringkas dapat dibagi menjadi tiga
bidang ajaran yaitu; bidang aqidah, fiqh, dan tasawuf. Dalam bidang
aqidah yang dianut oleh NU sejak didirikan pada 1926 adalah Islam atas
dasar Ahlu as-Sunnah Wa al-Jama’ah. Faham ini menjadi landasan utama
bagi NU dalam menentukan segala langkah dan kebijakannya, baik
sebagai organisasi keagamaan murni, maupun sebagai organisasi
kemasyarakatan. Hal ini ditegaskan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga (AD/ART), bahwa NU mengikuti Ahlu as-Sunnah Wa al-
Jama’ah dan menggunakan jalan pendekatan (mazhab).
Adapun faham Ahlu as-Sunnah Wa al-Jama’ah yang dianut NU
adalah faham yang dipelopori oleh Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu
Mansur al-Maturidi. Keduanya dikenal memiliki keahlian dan keteguhan
dalam mempertahankan i’tiqad (keimanan) Ahlu as-Sunnah Wa al-
Jama’ah seperti yang telah disyaratkan oleh Nabi SAW dan para
sahabatnya. Jadi dalam melaksanakan ajaran Islam, bila dikaitkan dengan
masalah-masalah aqidah harus memilih salah satu di antara dua yaitu al-
Asy’ari dan al-Maturidi.
7
Sementara dalam bidang fiqh ditegaskan bahwa: Nahdlatul Ulama
(NU) sebagai Jam’iyah Diniyah Islamiyah beraqidah Islam menurut faham
Ahlu as-Sunnah Wa al-Jama’ah dan mengikuti faham salah satu mazhab
empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali. Namun dalam prakteknya
para Kyai adalah penganut
7
kuat dari pada mazhab Syafi’i. Jadi dengan demikian NU memegang
produk hukum Islam (fiqh) dari salah satu empat mazhab tersebut, artinya
bahwa dalam rangka mengamalkan ajaran Islam, NU menganut dan
mengikuti bahkan mengamalkan produk hukum Islam (fiqh) dari salah
satu empat mazhab empat sebagai konsekuensi dari menganut faham Ahlu
as-Sunnah Wa al-Jama’ah. Walaupun demikian tidak berarti terus
Nahdlatul Ulama tidak lagi menganut ajaran yang diterapkan Rasulullah
SAW. sebab keempat mazhab tersebut dalam mempraktekkan ajaran Islam
juga mengambil landasan dari al-Qur’an dan as-Sunnah di samping Ijma’
dan Qiyas sebagai sumber pokok penetapan hukum Islam.
Adapun alasan kenapa Nahdlatul Ulama dalam bidang hukum Islam
(fiqh) lebih berpedoman kepada salah satu dari empat mazhab; Pertama,
al-Qur’an sebagai dasar hukum Islam yang pokok atau utama bersifat
universal, sehingga hanya Nabi SAW. yang tahu secara mendetail maksud
dan tujuan apa yang terkandung dalam al-Qur’an. Nabi SAW sendiri
menunjukkan dan menjelaskan makna dan maksud dar al-Qur’an tersebut
melalui sunnah-sunnah beliau, yaitu berupa perkataan, perbuatan, dan
taqrir. Kedua, sunnah Nabi SAW. yang berupa perkataan, perbuatan,
maupun taqrirnya yang hanya diketahui oleh para sahabat yang hidup
bersamaan (semasa) dengan beliau, oleh karena itu perlu untuk memeriksa,
menyelidiki dan selanjutnya berpedoman pada keterangan-leterangan para
sahabat tersebut. Namun sebagian ulama tidak memperbolehkan untuk
mengikuti para sahabat dengan begitu saja. Maka dari itu untuk
mendapatkan kepastian dan kemantapan, maka jalan yang ditempuh adalah
merujuk kepada para ulama mujtahidin yang tidak lain adalah imam
madzhab yang empat, artinya bahwa dalam mengambil dan menggunakan
produk fiqh (hukum Islam) dari ulama mujtahidin harus dikaji, diteliti dan
dpertimbangkan terlebih dahulu sebelum dijadikan pedoman dan landasan
bagi Nahdhatul Ulama.
Oleh karena itu, untuk meneliti dan mengkaji suatu produk fiqh
(hukum Islam) dalam NU ada suatu forum pengkajian produk-produk
hukum fiqh yang biasa disebut “Bahsul Masail ad-Diniyah (pembahasan
masalah-masalah keagamaan)”. Jadi dalam forum ini berbagai masalah
keagamaan akan digodok dan diputuskan hukumnya, yang selanjutnya
keputusan tesebut akan menjadi pegangan bagi Jam’iyah Nahdlatul Ulama.
Faham Nahdlatul Ulama dalam bidang tasawuf. Tasawuf sebenarnya
merupakan dari ibadah yang sulit dipisahkan dan merupakan hal yang
penting, terutama yang berkaitan dengan makna hakiki dari suatu ibadah.
Jika fiqh merupakan bagian lahir dari suatu ibadah yang segala ketentuan
pelaksanaannya sudah ditetapkan dalam agama, untuk mendalami dan
memahami bagian dari ibadah, maka jalan yang dapat ditempuh adalah
melalui tasawuf itu sendiri.
8
Di antara berbagai macam aliran tasawuf yang tumbuh dan
berkembang, NU mengikuti aliran tasawuf yang dipelopori oleh Imam
Junaid al-Bagdadi dan Imam
8
al-Gazali. Imam Junaid al-Bagdadi adalah salah seorang sufi terkenal
yang wafat pada tahun 910 M di Irak, sedangkan Imam al-Gazali adalah
seorang ulama besar yang berasal dari Persia. Untuk kepentingan ini, yaitu
membentuk sikap mental dan kesadaran batin yang benar dalam beribadah
bagi warga Nahdlatul Ulama, maka pada tahun 1957 para tokoh NU
membentuk suatu badan “Jam’iyah at-Tariqah al-Mu’tabarah” badan ini
merupakan wadah bagi warga NU dalam mengikuti ajaran tasawuf
tersebut.
Dalam perkembangannya pada tahun 1979 saat muktamar NU di
Semarang badan tersebut diganti namanya “Jam’iyah at-Tariqah al-
Mu’tabarah an-Nadiyyah”. Dengan melihat nama badan tersebut di mana
di dalamnya ada kata nadhiyyin ini menunjukkan identitasnya sebagai
badan yang berada dalam linkungan Nahdhatul Ulama. Selanjutnya,
sejalan dengan derap langkah pembangunan yang sedang dilakukan, maka
Nahdlatul Ulama sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat
dan bangsa harus mempunyai sikap dan pendirian dalam dan turut
berpartisipasi dalam pembangunan tersebut. Sikap dan pendirian Nahdlatul
Ulama ini selanjutnya menjadi pedoman dan acuan warga NU dalam
kehidupan beragama, bermasyarakat dan bernegara. Sikap NU dalam
bidang kemasyarakatan diilhami dan didasari oleh sikap dan faham
keagamaan yang telah dianut. Sikap kemasyarakatan NU bercirikan pada
sifat: tawasut dan i’tidal, tasamuh, tawazun dan amar ma’ruf nahi munkar.
Sikap ini harus dimiliki baik oleh aktifis Nahdlatul Ulama maupun
segenap warga dalam berorganisasi dan bermasyarakat :
9
3. Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Segenap warga Nahdlatul Ulama
diharapkan mempunyai kepekaan untuk mendorong berbuat baik dan
9
4. bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat, serta mencegah semua hal
yang dapat menjerumuskan dan merendahakan nilai-nilai kehidupan
manusia. Dengan adanya beberapa aspek tersebut di atas, diharapkan
agar kehidupan umat Islam pada umumnya dan warga Nahdlatul
Ulama pada khususnya, akan dapat terpelihara secara baik dan terjalin
secara harmonis baik dalam lingkungan organisasi maupun dalam
segenap elemen masyarakat yang ada. Demikian pula perilaku warga
Nahdlatul Ulama agar senantiasa terbentuk atas dasar faham
keagamaan dan sikap kemasyarakatan, sebagai sarana untuk mencapai
cita-cita dan tujuan yang baik bagi agama maupun masyarakat.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
KesimpulanDari materi yang sudah disampaikan diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Nahdlatul ‘Ulama sebagai jam’iyah diniyah adalah wadah para
Ulama’ dan pengikut- pengikutnya, dengan tujuan memelihara, melestarikan,
mengembangkan dan mengamalkanajaran Islam yang berhaluan Ahlus Sunnah
wal Jama’ah.
Nahdlatul ‘Ulama (NU) adalah merupakan gerakan keagamaan yang
bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat
yang bertaqwa kepada AllohSwt, cerdas, trampil, ber-akhlaq mulia, tenteram, adil
dan sejahtera. NU mewujudkan cita-cita dan tujuannya melalui serangkaian
ikhtiar yang didasari oleh dasar-dasar fahamkeagamaan, yang membentuk
kepribadian khas Nahdlatul Ulama.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://infomediakita.blogspot.co.id/2015/03/makalah-sejarah-berdirinya-
nahdlatul.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Nahdlatul_'Ulama
https://id.scribd.com/document/433506212/Makalah-Sejarah-Nu
12