Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

AL-JAMIYATUL WASHLIYAH

SAID AL KHUDRI
12010217283

PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUSKA RIAU

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat inayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Pertama saya ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah pelajaran ini
yang telah membimbing saya dalam menyusun makalah ini. Makalah yang saya
buat ini membahas tentang “AL-JAMIYATUL WASHLIYAH”. Dengan
terselesaikannya makalah ini, penulis sangat berterima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 05 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 4
C. Ruang lingkup penelitian ..................................................................... 4
D. Tujuan dan kegunaan penelitian........................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 6
A. Al - Washliyah Berdiri.......................................................................... 6
B. Peran Al – Washliyah Dalam Perjuangan Bangsa ............................... 6
C. Tinjauan pustaka ................................................................................. 8
D. Landasan teori ...................................................................................... 10
E. Metode penelitian ................................................................................. 11
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 15
A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Jam’iyatul Washliyah adalah sebuah organisasi yang bergerak
dalam bidang sosial, pendidikan, dan dakwah yang sangat aktif menyiarkan
agama Islam melalui pendidikan, termasuk madrasah dan sekolah untuk
meningkatkan masyarakat.
Al Jam’iyatul Washliyah, yang lebih sering dikenal dengan Al
Washliyah, didirikan pada tanggal 30 November 1930 di Medan, Sumatera
Utara. Organisasi ini dilahirkan oleh pelajar-pelajar Maktab Islamiyah
Tapanuli Medan yang merupakan perluasan dari perhimpunan pelajar
Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT). Maktab di Medan ini didirikan pada
tanggal 18 Mei 1918 dan Maktab Islamiyah inilah satu-satunya Madrasah
yang tertua didirikan di Medan untuk memenuhi kebutuhan para pelajar
yang tidak mampu melanjutkan pendidikannya keluar.
Organisasi ini lahir di Indonesia di bawah kekuasaan kolonial Belanda
yang ingin mengekalkan kekuasaannya di Indonesia dan tidak ingin melihat
kekuatan bangsa Indonesia dan umat Islam bersatu. Hal yang tidak dapat
dielakkan pada masa itu ialah timbulnya perbedaan pendapat mengenai
hukum-hukum furu‘ syariat di kalangan pemimpin-pemimpin dan guru-guru
agama Islam sendiri, walaupun terkadang dipicu hal-hal kecil. Ini telah
terjadi semenjak berabad-abad lamanya dan seolah menjadi hal yang biasa
di luar Indonesia.
Upaya memecah belah rakyat terus merasuk hingga ke sendi-sendi
agama Islam. Umat Islam kala itu dapat dipecah-belah hanya karena
perbedaan pandangan dalam hal ibadah dan cabang dari agama (furu‘iyah).
Kondisi ini terus meruncing, hingga umat Islam terbagi menjadi dua
kelompok yang disebut dengan kaum tua dan kaum muda. Perbedaan paham
di bidang agama ini semakin hari semakin tajam dan sampai pada tingkat
meresahkan karena berpotensi terputusnya silaturahmi. Belum lagi

1
datangnya beberapa pemimpin-pemimpin pergerakan dari Jawa ke Medan
maupun pemimpin pergerakan nasional yang berdasar Islam.
Inilah yang melatarbelakangi para pelajar yang menimba ilmu di
Maktab Islamiyah Tapanuli Jalan Hindu Medan untuk menyatukan
perbedaan pendapat yang terjadi di tengah-tengah masyarakat umat Islam
dengan mendirikan perkumpulan pelajar pada tahun 1928, yang diberi nama
Debating Club. Pemberian nama Debating Club berasal dari inisiatif mereka
sendiri tanpa meminta nasehat dari guru-guru Maktab Islamiyah.
Pada awal bulan Oktober 1930 diadakan pertemuan di rumah Yusuf
Ahmad Lubis, di Glugur, Medan. Pertemuan itu dipimpin oleh Abdur
Rahman Syihab dan dihadiri oleh Yusuf Ahmad Lubis, Adnan Nur, M. Isa
dan beberapa pelajar lainnya. Dalam pertemuan itu, materi acara yang
dibahas adalah bagaimana cara memperbesar perkumpulan di Debating
Club menjadi sebuah perkumpulan yang lebih luas lagi. Setelah berunding,
akhirnya telah disepakati pelaksanaan pertemuan yang lebih besar yang
akan diadakan pada tanggal 26 Oktober 1930, bertempat di Maktab
Islamiyah Tapanuli Medan.
Pertemuan itu dihadiri para ulama, guru-guru, pelajar dan pemimpin
Islam di kota Medan dan sekitarnya. Pertemuan ini dipimpin oleh Ismail
Banda. Akhir dari acara ini menghasilkan rencana untuk mendirikan
organisasi/perhimpunan yang lebih besar bertujuan memajukan,
mementingkan dan menambah tersiarnya agama Islam.
Atas persetujuan yang hadir, kepada Syaikh H. Muhammad Yunus
yang sebagai salah seorang ustadz dan orang yang dituakan saat itu diminta
untuk memberi nama organisasi tersebut. Cara seperti ini sebagai sopan
santun atau kelaziman seorang murid terhadap gurunya. Melihat situasi
seperti ini H. Muhammad Yunus tidak langsung menjawab, akan tetapi ia
shalat dua rakaat terlebih dahulu. Setelah H. Muhammad Yunus shalat dua
rakaat dan berdoa dengan khusuk kepada Allah SWT., ia
mengatakan,“Menurut saya kita namakan saja Organisasi/perhimpunan ini
dengan Al Jam’iyatul Washliyah”. Nama itu kedengarannya indah dan agak
asing, belum pernah terdengar sebelumnya kalimat yang sama atau mirip-

2
mirip. Karena merasa cocok, semua pelajar yang berkumpul ketika itu
bersikap “sami’na wa atha’na”, semua setuju dan nama itu dikukuhkan
kemudian ditetapkan susunan pengurus yang terdiri dari : Ketua, Ismail
Banda, Sekertaris, H. Arsyad Thalib Lubis, Bendahara, H.M Ya’qub,
Pembantu-pembantu, H. Syamsudin, H.A Malik, Abd. Aziz Efendy dan
Mohd. Nurdin. Kepada para pengurus ini diserahkan untuk menetapkan
Anggaran Dasar.
Setelah semuanya tersusun resmilah organisasi ini berdiri pada tanggal
30 November 1930 dengan nama Al Jam’iyatul Washliyah, yang artinya
ialah “perhimpunan yang memperhubungkan dan mempertalikan.” Dalam
sejarah Sumatera Utara menjelang kemerdekaan, ulama Al Jam’iyatul
Washliyah adalah orang-orang yang sangat menonjol dalam
memperjuangkan Islam, baik dalam bidang pendidikan, dakwah, maupun
sosial.
Perkembangan Al Jam’iyatul Washliyah sangat pesat dalam bidang
pendidikan. Oleh karena itu Al Washliyah merupakan organisasi yang
bergerak dan memulai gerakannya di bidang pendidikan, bahkan ia
dibesarkan karena peranannya di bidang pendidikan sehingga di sanalah
akar keberadaannya. Banyaknya jumlah madrasah dan sekolah yang
didirikan oleh Al Washliyah menandakan organisasi ini mudah diterima
oleh masyarakat Indonesia termasuk masyarakat Kabupaten Cirebon.
Keberadaan Organisasi Islam Al-Washliyah dalam sepanjang
sejarahnya hingga kini kecuali di Sumatera tidak sepopuler organisasi Islam
sejenisnya seperti Nahdhotul Ulama dan Muhammadiyah di Jawa. Secara
sederhana hal tersebut bisa dilihat dari keterbatasan publikasi dan mediasiasi
organisasi ini. Padahal dari segi kwalitas dan kwantitas penyebarannya di
masa-masa awal pendiriannya menunjukkan data militansi yang kuat dan
mengagumkan para aktivis pada masanya. Maka tak heran jika tokoh
intelektual Belanda seperti Karel A. Steenbrink menempatkan Al-Washliyah
sebagai organisasi Islam pada posisi ketiga setelah Nahdhotul Ulama dan
Muhammadiyah.3 Oleh karena itu penelitian ini dilakukan sebagai upaya

3
kecil publikasi dan mediasi tentang sejarah berdiri dan berkembangnya Al-
Washliyah di Kabupaten Cirebon.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas, kajian ini akan membahas mengenai
proses pergerakkan salah satu organisasi Islam yang ada di Indonesia yaitu
Al-Jam’iyatul Washliyah yang telah berhasil berkembang dengan pesat
sampai masuk ke Cirebon, dalam hal tersebut tentulah terdapat pasang surut
dalam proses pergerakannya sehingga permasalahan ini menjadi hal yang
menarik untuk dikaji.
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dari pembahasan yang
akan diteliti dan diuraikan pada kajian ini ialah :
1. Bagaimana Proses berdirinya Al Jam’iyatul Washliyah ?
2. Bagaimana sejarah berdirinya Al-Jam’iyatul Washliyah di Kabupaten
Cirebon ?
3. Bagaimana perkembangan Al-Jam’iyatul Washliyah di Kabupaten
Cirebon dari tahun (1957 - 2018) ?

C. Ruang Lingkup Penelitian


Pembahasan dalam kajian ini yaitu tentang organisasi Al-Jam’iyatul
Washliyah yang berdiri di Medan, kemudian ketika organisasi ini masuk ke
kabupaten Cirebon kajian ini dibatasi pada seputar sejarah berdirinya dan
berkembangnya Al-Jam’iyatul Washliyah di Kabupaten Cirebon dari tahun
(1957 - 2018).
Peneliti menetapkan tahun tersebut karena tahun 1957 merupakan titik
awal masuknya organisasi Al-Jam’iyatul Washliyah yang ditandai dengan
adanya Madrasah Ibtida’iyah di Desa Perbutulan. Madrasah ini didirikan
oleh beberapa tokoh yang berperan penting terhadap berdirinya Al-
Jam’iyatul Washliyah di Cirebon, diantara tokoh tersebut yaitu : H. Fatoni,
H. Ipan Ikhwani, Drs. H. Ahmad Jabidi, H. Syurief AM, H. Munawir, H.
Oman Syahroman, dan H. Syahrun Abdul Rohman selaku tokoh yang
berasal dari Medan Sumatra Utara. Dalam pergerakannya organisasi ini

4
terus berkembang hingga yang tadinya berbentuk yayasan menjadi
kelembagaan. Adapun penelitian ini dibatasi sampai pada tahun 2018,
karena pada tahun 2018 organisasi ini telah banyak berperan aktif
membantu masyarakat Cirebon baik di bidang pendidikan dan kebudayaan,
bidang ekonomi, bidang dakwah, maupun bidang kaderisasi.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui Bagaimana proses berdirinya Al Jam’iyatul
Washliyah.
2. Untuk mengetahui Bagaimana sejarah berdirinya Al Jam’iyatul
Washliyah di kabupaten Cirebon.`
3. Untuk mengetahui Bagaimana perkembangan Al-Jam’iyatul Washliyah
di kabupaten Cirebon dari tahun (1957 - 2018).
Sedangkan kegunaan dilakukannya penelitian ini yaitu diharapkan
dapat bermanfaat bagi perguruan tinggi yang ada di Cirebon maupun di luar
wilayah Cirebon dalam memperkaya sumber rujukan tentang Al-Jam’iyatul
Washliyah. Dari hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan
sebagai sumber rujukan untuk para peneliti dalam memperkaya informasi
yang dilakukan di masa yang akan datang baik itu dalam tema yang sama
maupun dalam tema yang berbeda. Selain itu, diharapkan dapat digunakan
dan dimanfaatkan untuk memperkaya khazanah lokal mengenai Al-
Jam’iyatul Washliyah Cirebon, karena hingga saat ini belum ditemukannya
hasil karya ilmiah yang membahas Al-Washliyah Cirebon baik di
Kabupaten maupun di Kota Cirebon sendiri.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Al – Washliyah Berdiri
Dengan tumbuhnya kesadaran nasional seluruh lapisan rakyat
Indonesia dari Sabang sampai Merauke untuk merdeka , sebagai kelanjutan
perjuangan parade Teuku Umar , Iman Bonjol , Sultan Hasanuddin ,
Diponogoro dan lainnya . Di Medan (daerah Kesawan ) tanggal 19 Mei
1918 lahirlah MIT ( Maktab Islamiyah Tapanuli ) . Kepala Maktab ini
adalah Syekh Haji Muhammad Yunus di bantu sejumlah ulama lainnya .
Sekolah ini mendidik putra – putri bangsa , agar menjadi generasi yang
sadar terhadap nasib bangsa.
Hasil didikan ulama ini muncullah generasi yang memiliki kesadaran
terhadap nasib bangsa . Sepuluh tahun kemudian , aktivis MIT membentuk “
Debating Club “ (1928 ) dengan program utama masalah keagamaan , sosial
kemasyarakatan dan nasib bangsa . Dari hasil diskusi berkelanjutan ini
lahirlah ide untulk membangun suatu organisasi yang berkerja untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa ( pendidikan ) , bimbingan ( dakwah ) dan
membangun jaringan soldaritas ( sosial ) . Organisasi itu mereka beri nama
Al – Jamiatul Al – Washliyah ( 1930 ) .

B. Peran Al – Washliyah Dalam Perjuangan Bangsa


Selain gerakan memajukan dunia , dakwah dan sosial warga Al
-Washliyah memulai bimbingan ( dakwah ) siap lahir batin untuk mengusir
penjajah , sehingga gerakan ini sangat ditakuti oleh kolonialis Belanda .
Dalam suasana dibawah kekejaman dan ketidakadilan pejanjah Belanda
serta kekejaman penduduk tentara Jepang ( 1941 ) , Madrasah Al –
Washliyah tidak pernah diliburkan .Madrasah ini menjadi pusat konsolidasi
guru , pelajar membangun semangat merdeka , oleh karena itu kegiatan
belajar mengajar tetap berjalan .

6
Jepang menyerah kalah , Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya ( 1945 ) di Jakarta . Mendengar berita prokamasi ,
pengurus besar mengirimkan kawat kepada Presiden Republik Indonesia ”
Al – Jam’iatul Al – Washliyah turut mempertahankan Republik Indonesia .”
Al – Washliyah segera mengadakan muktamar yang diikuti ulama ,
pimpinan , guru , pelajar dan keluarga besar Al – Washliyah untuk
membicarakan tindak lanjut gerakan mendukung dan mempertahankan
kemerdekaan dari kemungkinan rongrongan kolonialis baru .
Aktivitas Al -Washliyah kembali menerbitkan majalah Medan Islam ,
yang sebelumnya terpaksa tidak terbit sejak Indonesia dibawah kekuasaan
tentara matahari terbit (1941 ) . Kawulamuda tak tinggal diam ,mereka
menerbitkan Pedoman Pemuda untuk menyatukan visi dan misi agar gerak
irama perjuangan bisa terencana .Menurut catatan bahwa yang pertama kali
mengibarkan bendera merah putih di Lapangan Merdeka Medan adalah
Bahrum Jamil dari Gerakan Pemuda Al – Washliyah ( GPA ) .
Melalui media cetak dan tablig di majelis taklim dan radio , juru
dakwah menyampaikan , ” Mempertahankan kemerdekaan hukumnya
wajib , patuh kepada pemimpin adalah suatu keharusan .” Disampaikan juga
kemerdekaan adalah hak semua bangsa , suatu kemulyaan yang
dipertahankan secara bersamaan ileh semua pihak yang cinta kemerdekaan .
Dalam muktamar Al -Washliyah ke – 5 ( 30 November – 02
Desember 1945 ) di Pematang Siantar disepakati untuk membentuk Majelis
Pertahanan Kemerdekaan Indonesia ( MPKI ) .Majelis fatwa mwnganjurkan
agar setiap warga Al -Washliyah untuk meneriam latihan perang dan
membaca qunut nazilah dalam shalat .Dalam muktamar ini dilakukan
pengumpulan dana perjuangan . Para peserta muktamar banyak
menyerahkan barang berharga , melepaskan kalung , cincin dan lainnya
untuk disumbangkan bagi perjuangan memperthankan Kemerdekaan
Republik Indonesia . Selanjutnya , diikuti oleh semua warga Al – qahliyah
sesudah muktamar selesai .Dana perjuangan dikelola oleh Laskar
Hizbullah .

7
C. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini membutuhkan referensi untuk menambah pengkayaan
kajian tentang gerakan Al-Washliyah yang terdapat dalam sumber-sumber
pustaka. Sumber-sumber kepustakaan yang digunakan dalam kajian ini
memberikan pengetahuan dasar dalam memahami gerakan Al-Washliyah
dengan segala dinamika dan problematika yang menyertainya. Di antara
buku-buku yang berhasil ditemui sebagai berikut:
1. Al-Jam’iyatul Washliyah Dalam Kancah Politik Indonesia. Buku ini
dikarang oleh Ahmad Hamim Azizy diterbitkan di Banda Aceh oleh
penerbit Yayasan PeNa pada tahun 2006, menjelaskan tentang sejarah
berdirinya Al-Jam’iyatul Washliyah dan kerjasamanya dengan ormas
Islam lainnya. Buku ini juga berisi tentang perkembangan pemikiran
Al-Jam’iyatul Washliyah dan menyusun format baru Al-Washliyah
abad ke 21.
2. Peran Moderasi Al-Jam’iyatul Washliyah. Buku ini dikarang oleh Prof.
Dr. Syaiful Akhyar Lubis, M.A. diterbitkan di Medan oleh penerbit
UNIVA PRESS Jl. Sisingamangaraja pada tahun 2008 lalu
didistribusikan oleh Perdana Mulya Sarana pada tahun 2009. Buku ini
menjelaskan tentang Al-Washliyah dalam misi perjuangan, penjelasan
ini berisi sejarah sosio-religius dan intelektual periode awal, dinamika
Al-Washliyah dalam lintasan sejarah, peran Al-Washliyah dalam
perjuangan bangsa, revitalisasi perjuangan Al-Washliyah, dan
menyegarkan pemikiran Al-Washliyah.
3. Pola Dan Sistem Kaderisasi Al-Jam’iyatul Washliyah. Buku yang
ditulis oleh IR. HM. Yusuf Pardamean diterbitkan dan diedit oleh
Pimpinan Wilayah Al-Jam’iyatul Washliyah Jawa Barat 2015 berisikan
tentang rambu-rambu dan pola rekrutmen kaderisasi serta
pembinaannya. Buku ini merupakan karya yang berisikan kesadaran
para pengurus akan pentingnya kehadiran kader-kader yang akan
menlanjutkan perjuangan Al-Washliyah.
4. Al-Washliyah: Api Dalam Sekam. Buku sebagai sumber pendukung
yang ditulis oleh Chadijah Hasanuddin diterbitkan oleh Penerbit

8
Pustaka Bandung 1988 berisikan perjuangan para aktivis Al-
Jam’iyyatul Washliyah untuk tetap eksis sebagai wadah organisasi
tempat berkhidmat. Awalnya buku ini merupakan disertasi yang ditulis
oleh Dr Chalijah Hasanuddin ketika menamatkan studi S3 di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Universitas Al-Washliyah Medan Lembaga Pengkaderan Ulama di
Sumatera Utara. Buku sebagai sumber pendukung ini dikarang oleh
H.M. Hasballah Thaib, MA. Diterbitkan di Medan oleh perpustakaan
Prof.M. Hasballah Thaib Ph.D pada tahun 2003 menjelaskan tentang
usaha pertumbuhannya Al-Jam’iyatul Washliyah, serta kegiatan
organisasinya, hubungan dengan pemerintah, dan sambutan dari
masyarakatnya.
6. Tradisi Intelektual Al-Washliyah. Buku sebagai sumber pendukung ini
dikarang oleh DR. Ja’far, MA diterbitkan di Medan oleh Perdana
Publishing 2015. Berisikan tentang biografi ulama kharismatik, ulama
Al-Washliyah dari generasi pertama sampai generasi ketiga, dan berisi
tentang tradisi keulamaan Al-Washliyah.
7. Al-Jam’iyatul Washliyah Di Kabupaten Cirebon. Merupakan Skripsi
dari hasil penelitian singkat yang ditulis oleh Harun Al Rasyid ini
bagian dari kumpulan tulisan tentang Al-Washliyah di Cirebon.
Menelusuri tentang gambaran umum berdirinya Al-Washliyah dan
riwayat hidup beberapa pemimpin teras. Hasil penelitian ini
memaparkan peran dalam pemberdayaan masyarakat, peran lembaga
Al-Washliyah, dan respon masyarakat terhadap eksistensi Al-Jam’iyatul
Washliyah.
Perbedaan mendasar buku-buku tersebut dengan hasil
penelitian ini kelak terletak pada pemaparan sejarah penyebaran Al-
Washliyah hingga ke Cirebon. Penelitian ini akan bicara secara rinci
pelaku (da’i) penyebarannya dan polanya hingga menarik muslim
pribumi Cirebon untuk ikut membantu pengembangan Al-Washliyah
hingga dengan beragam aktifitas dan fasilitas yang masih terlihat
hingga kini.

9
Dalam penelitian ini juga digunakan sumber-sumber yang
berasal dari media massa, seperti koran, dan majalah yang memberikan
tentang kondisi sosial-ekonomi masyarakat Kabupaten Cirebon. Selain
itu berbagai tulisan yang tersebar dalam terbitan khusus, seperti jurnal,
makalah, laporan penelitian, arsip-arsip di kantor Pimpinan Daerah Al-
Washliyah Cirebon dan lain-lainnya yang digunakan untuk melengkapi
penelitian ini. Penggunaan berbagai sumber dimungkinkan untuk
memperoleh gambaran dan penjelasan yang lebih utuh dan mendalam
mengenai gerakan Al-Washliyah di Kabupaten Cirebon selama kurun
waktu 1957-2018.

D. Landasan Teori
Gerakan pembaharuan, jika dilihat secara realitasnya, gerakan
pembaharuan dalam Islam terhadap keadaan sebelumnya, yakni masa
kemunduran dalam Islam yang telah dimulai sejak zaman pertengahan,
kebanyakan dari negara-negara Islam berada dalam cengkraman
kolonialisme Barat. Kondisi ini berhadapan dengan situasi yang terjadi pada
umat Islam masa itu, yang pada umumnya mengalami berbagai kekalahan
dan kemunduran yang terjadi di berbagai bidang. Oleh karena itu kemudian
muncul gagasan-gagasan pembaharuan dalam islam, yang berusaha
merekonstruksi dan merevitalisasi ajaran Islam yang dinilai sudah jauh dari
semangat Islam seperti dahulu. Ide-ide tersebut terus berkembang baik
dalam bidang politik, ekonomi, dakwah, maupun pendidikan, dan
sebagainya.
Definisi dari pembaharuan sendiri merupakan usaha untuk
memperbaiki atau merekonstruksi kembali ajaran Islam agar tetap bersatu
dan respontif terhadap perkembangan zaman. Adapun maksud dan
tujuannya yakni untuk lebih mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan.
Istilah dari pembaharuan sendiri sering diidentikkan dengan gerakan
modernisasi dalam Islam. Seperti yang dikemukakan oleh Harun Nasution,
ia memberikan pernyataan bahwa pembaharuan dalam Islam pada

10
hakekatnya adalah proses atau upaya memaknai ajaran Islam secara benar
agar sesuai dengan perkembangan massa.
Menurut Steenbrink, ada empat faktor pendorong terpenting bagi
perubahan Islam di Indonesia pada permulaan abad XX. Pertama,
munculnya keinginan kembali kepada Al-quran dan hadis yang dijadikan
sebagai titik tolak untuk menilai kebiasaan agama dan kebudayaan yang
ada. Kedua, perlawanan nasional terhadap penguasa Kolonial Belanda.
Ketiga, usaha kuat dari orang-orang Islam untuk memperkuat organisasinya
dalam bidang sosial ekonomi, baik demi kepentingan umum maupun
individu. Keempat, adanya pembaharuan dalam bidang pendidikan Islam.
Menurutnya, keempat faktor ini ikut mendorong secara kuat dalam
perubahan umat Islam Indonesia pada masa penjajahan, meskipun tidak
dipungkiri keberadaan faktor lainnya yang turut mendukung perubahan
tersebut.
Perubahan tersebut didorong oleh kemunculan tidak saja para
pembaharu secara personal, tetapi juga secara kolektif. Menurut Deliar
Noer, gerakan pembaharuan di Indonesia dilancarkan oleh individu maupun
kelompok. Secara individu, muncul tokoh-tokoh pembaharu seperti Thaher
Jalaluddin, Muhammad Djamil Djambek, Haji Rasul, Haji Abdullah
Ahmad, Ibrahim Musa, dan Zainuddin Labai el-Yunusi. Sedangkan secara
kelompok, muncul sejumlah organisasi seperti Nahdlatul Ulama,
Muhammadiyah, Persatuan Islam, Sarekat Islam, Jami’at al-Khair, al-
Irsyad, Persatuan Tarbiyah Islamiyah, al-Ittihadiyah, dan Al-Jam’iyatul
Washliyah.

E. Metode Penelitian
Suatu penelitian akan lebih terarah dan sistematis, tentunya diperlukan
suatu metode yang jelas. Metode ini merupakan cara ilmiah untuk dapat
mengumpulkan data dan informasi yang sesuai dengan sumber sejarah yang
diteliti. Maka dalam studi ini metode penulisannya akan mencoba
menggunakan metode yang terdapat dalam ilmu sejarah, yakni memakai
metode penelitian sejarah.

11
1. Heuristik
Heuristik memiliki peranan sangat penting dalam melakukan
tahapan penelitian, karena heuristik merupakan suatu proses kegiatan
dalam usaha mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang
akan diteliti. Ada beberapa teknik terkait dengan penelitian ini yaitu
studi kepustakaan, wawancara, dan observasi (pengamatan).
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan studi kepustakaan yaitu
mencari data berupa buku maupun karya tulis ilmiah lainnya yang
relevan dengan topik yang akan dikaji. Adapun teknik pengumpulan
data yang didapatkan dari lapangan ialah data dari hasil interview atau
wawancara yang dilakukan dengan orang-orang yang mengetahui dan
paham seputar topik yang akan diteliti guna mendapatkan keterangan-
keterangan lisan sebagai sumber primer maupun sumber sekunder.
Sedangkan data yang dihasilkan dari observasi yaitu peneliti
mengunjungi langsung tempat-tempat yang terkait dengan topik yang
akan dikaji, seperti mengunjungi kantor Pimpinan Daerah Al-
Washliyah Kabupaten Cirebon, maupun mengunjungi sekolah-sekolah
Al-Washliyah yang ada di Kabupaten Cirebon. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah dalam memperoleh sumber data seputar pergerakkan
Al-Washliyah di Kabupaten Cirebon.
Dalam tahap pengumpulan data yang berupa kajian pustaka,
penulis mendapatkannya dari perpustakaan daerah yang ada di Cirebon,
arsip-arsip yang didapatkan dari Pimpinan Daerah Al-Washliyah
Cirebon baik itu berupa laporan-laporan sejaman, notulen rapat,
keputusan-kepetusan, program kegiatan Pimpinan Daerah Al-
Washliyah, AD/ART, rancangan mengenai program-program Pimpinan
Daerah Al-Washliyah maupun berupa Surat Keterangan, dan
otobiografi tokoh-tokoh yang terlibat dalam Al-Washliyah.
Sumber lainnya juga didapatkan dari jurnal-jurnal, skripsi, serta
beberapa artikel yang berkaitan dengan Al-Washliyah di Cirebon.
Adapun sumber-sumber lisan yang didapatkan yaitu melakukan
wawancara mendalam dengan pimpinan dan tokoh-tokoh yang masih

12
hidup selaku sumber primer maupun sumber sekunder yang mengetahui
seputar pergerakkan Al-Washliyah di Cirebon. Walaupun pada
dasarnya tokoh-tokoh atau pengurus Al-Jam’iyatul Washliyah tidak
menyaksikan langsung atau sebagai sumber data primer, tetapi sebagai
sumber kedua yang mendapatkan sumbernya dari pelaku utama yang
telah mendirikan Al-Jam’iyatul Washliyah karena pelaku utama
semuanya sudah meninggal.
2. Kritik
Setelah terkumpulnya sumber-sumber sejarah, maka tahapan
selanjutnya pada penelitian ini ialah melakukan kritik terhadap sumber-
sumber yang sudah didapatkan guna mengetahui keabsahan atau
keaslian sumber. Pada tahapan ini, peneliti mencoba memilah dan
memilih data-data yang sudah didapatkan, baik itu dari buku-buku,
skripsi, jurnal-jurnal dan beberapa artikel, dokumen-dokumen yang
terkait dengan Al-Washliyah dan laporan Pimpinan Daerah Al-
Washliyah Cirebon ataupun dari lapangan yaitu dari hasil observasi dan
hasil wawancara dengan para pelaku sumber primer.
Kemudian dari data-data yang terkumpul, peneliti melakukan
kritik atau menilai data tersebut untuk mendapatkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan keasliannya dalam proses penelitian. Peneliti
juga menguji keaslian sumber dengan melakukan pengecekan,
penyeleksian tempat di mana ditemukannya data-data tersebut serta
melakukan penyelidikan ulang terhadap makna atau isi yang terkandung
dalam sumber primer maupun sumber skunder guna mengetahui
kredibilitas data yang telah didapatkan untuk menghindari kepalsuan
terhadap data-data yang didapatkan.
Melalui kritik ini, dapat ditemukan data-data yang aktual dan
dapat dipertanggungjawabkan sehingga sangat membantu dalam
melakukan penelitian maupun dalam proses historiografi, karena tahap
historiografi adalah tahap akhir dari proses penelitian dalam melakukan
rekonstruksi sejarah. Untuk itu, kritik sumber sangatlah penting

13
dilakukan guna menyajikan data yang benar-benar asli dalam
melakukan penulisan sejarah.
3. Interpretasi
Pada tahap ini, penulis mencoba menafsirkan data-data yang
relevan dengan pembahasan yang sedang dikaji dengan cara memberi
tafsiran dan merangkai makna atau isi dari data yang didapatkan untuk
memperoleh fakta-fakta yang memiliki arti serta mampu menciptakan
satu kesatuan terhadap fakta sejarah.
Menafsirkan data-data di sini yaitu data yang sudah dikritik
sehingga dapat dipercaya dan relevan dengan pembahasan. Data-data
tersebut didapatkan ketika di lapangan yakni dari hasil wawancara
dengan tokoh terpenting dan para pengurus Al-Washliyah Cirebon
maupun data-data kepustakaan yang ternyata setelah dilakukannya
kritik sumber hasil wawancara tersebut memiliki keterkaitan dengan
data-data yang didapatkan dari sumber kepustakaan. Untuk itu, dalam
tahap ini peneliti mencoba menyatukan sumber data yang beragam
untuk memperoleh kesatuan fakta sejarah dari hasil penelitian yang
sudah dilakukan. Dalam menyatukan data-data tersebut, peneliti
menggunakan metode sintesis dan analisis. Sintesis dilakukan dengan
cara menyatukan data yang beragam baik itu dari sumber-sumber
tertulis maupun dari sumber lisan sehingga dapat menghasilkan sebuah
fakta. Sedangkan analisis dilakukan dengan cara menguraikan suatu
peristiwa sejarah yang berkaitan dengan kajian yang peneliti lakukan.
4. Historiografi
Pada tahap ini, peneliti mencoba merangkai dan menuliskan data-
data yang sudah didapatkan dari ketiga tahapan di atas yang sudah
dilakukan. Dalam tahapan historiografi ini, peneliti berupaya
menyajikan hasil penelitian dalam bentuk tulisan untuk memperoleh
satu kesatuan yang dapat tersusun secara sistematis dengan harapan
mampu menjawab masalah-masalah yang ada yang berkaitan dengan
data-data yang diperoleh.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aljamiatul Alwashliyah adalah salah satu organisasi islam yang turut
memperjuangkan bangsa . Para pejuang Alwashliyah adalah ulama – ulama
besar dan ada juga yang memiliki karya ilmiah . Diantara ulama tersebut
adalah Syeikh Haji Muhammad Yunus , Haji Abdurahman Syihab , Haji
Ismail Muhammad Banda , dan Haji Muahmmad Arsyad Thalib Lubis .
Merekalah para ulama yang ikut mempertahan kemerdekaan bangsa hingga
akhir hayat mereka .

B. Saran
Rajinlah membaca sejarah untuk mengingatkan kita atas perjuangan
para pejuang untuk mendapatkan kemerdekaan , membebaskan kita dari
penjajahan . Rajinlah belajar sebagai pengganti perjuangan bangsa dimas
kini .

15
DAFTAR PUSTAKA

Amin , Muhammad Nurdin . 2010 .

Aljamiatul Alwashliyah . Medan : Universitas Muslim Nusantara .


Elhadidhy , Syahrul dkk . 2006 . Pendidikan Ke Alwashliyahan 1 . Medan : MPK
Alwashliyah Sumatera Utara .
Hasanuddin , Chalidjah . ______ . Aljamiatul Alwashliyah ( 1930 – 1942 ) Api
dalam Sekam . Bandung : Pustaka .

16

Anda mungkin juga menyukai