Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PRAKTIKUM ANALISA MAKANAN DAN MINUMAN 1

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA SAUS TOMAT (Solanum


Lycopersicum Linn.,) YANG BEREDAR DI BEBERAPA PASAR
TRADISIONAL KOTA KENDARI
DAN
COMPARATIVE STUDY ON SAMPLE PREPARATION METHOD IN
ANALYSIS OF BORAX IN DATES PALM USING VISIBLE
SPECTOFOTOMETRY

OLEH KELOMPOK 5 :

FEBBY NOLANDARI
FUJI ASTUTI

PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................. i


JURNAL 1...................................................................................................... 1
1. Pendahuluan jurnal 1.......................................................................... 1
2. Bahan dan Metode Analisa Kualitatif dan Analisa Kuantitatif.......... 2
A. Analisa kualitatif ......................................................................... 3
B. Analisa kuantitatif ....................................................................... 3
Kesimpulan .............................................................................................. 4
Daftar pustaka .......................................................................................... 4
JURNAL 2...................................................................................................... 6
1. Ringkasan jurnal 2 ............................................................................. 6
2. Pendahuluan jurnal 2.......................................................................... 7
3. Material dan metode .......................................................................... 7
Metode Evaluasi Penyusunan Sampel dan Analisis dari Boraks............. 9
Analisis Boraks ........................................................................................ 10
Kesimpulan .............................................................................................. 10
Daftar Pustaka.......................................................................................... 11

i
JURNAL 1
ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA SAUS TOMAT (Solanum
Lycopersicum Linn.,) YANG BEREDAR DI BEBERAPA PASAR
TRADISIONAL KOTA KENDARI
Jurnal Dari : J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) ISSN : 2527-6271
Penulis : Novi Triantari, La Karimuna , Tamrin
Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Halu
Oleo, Kendari
Ringkasan Jurnal 1 :
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan adanya kandungan Rhodamin B
pada saus tomat yang beredar di Pasar Tradisional Kota Kendari khususnya pada
Pasar Korem Mandonga, Pasar Basah Mandonga, Pasar Sentral Kota Lama, Pasar
Andonohu, Pasar Sentral Wua-Wua atau Pasar Baru dan untuk mengetahui kadar
Rhodamin B pada sampel saus tomat yang positif mengandung Rhodamin B.
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu
pengambilan sampel dengan menentukan kriteria khusus yaitu warna merah yang
mencolok pada saus tomat yang akan diteliti. Populasi dan sampel pada penelitian
ini yaitu semua jenis saus tomat yang diperjualbelikan di pasar tradisional kota
kendari. Penelitian ini menggunakan benang wol sebagai alat uji dengan prinsip
penarikan zat warna ke dalam benang wol bebas lemak. Metode yang digunakan
pada penelitian ini yaitu metode gravimetri dan data hasil penelitian ditabulasi
dengan menggunakan tabel kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa beberapa saus tomat yang diperdagangkan dipasar-pasar
tradisional Kota Kendari positif mengandung pewarna sintetis Rhodamin B.
Terdapat dua dari sepuluh sampel saus tomat yang positif mengandung pewarna
Sintetis Rhodamin B dengan kadar yang berbeda, dimana kadar Rhodamin B
tertinggi terdapat pada sampel SL1 dengan konsentrasi 194 ppm dan kadar
terendah terdapat pada sampel BM1 dengan konsentrasi 116 ppm.

1. Pendahuluan Jurnal 1
Tomat (Solanum lycopersicum Linn.,) merupakan salah satu produk
hortikultura yang mudah diperoleh di Indonesia. Tomat (Solanum lycopersicum
Linn.,), merupakan komoditas yang cepat rusak (perishable), sehingga
memerlukan penanganan yang tepat setelah panen. Menurut Maulida (2010),
kehilangan hasil akibat penangan pasca panen yang salah dapat mencapai 25%.
Pengolahan tomat menjadi berbagai produk pangan menjadi salah satu pilihan
untuk mengatasi melimpahnya produksi, misalnya saus tomat. Saos tomat
merupakan produk yang dihasilkan dari campuran bubur tomat atau pasta tomat,
diperoleh dari tomat yang masak, diolah dengan bumbu-bumbu dan bahan
tambahan pangan.
Bahan tambahan makanan adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam
makanan selama produksi, pengolahan, pengemasan, atau penyimpanan untuk

1
tujuan tertentu (Winarno, 1994). Secara umum yang dimaksud dengan bahan
tambahan makanan adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam makanan
selama produksi, pengolahan, pengemasan, atau penyimpanan untuk tujuan
tertentu (Winarno, 1994).
Selain cemaran biologis, cemaran kimiawi juga sering terjadi baik secara
disengaja maupun tidak disengaja.Salah satunya yaitu cemaran kimiawi yang
sering terjadi yaitu cemaran pewarna sintetis misalnya Rhodamin B. Menurut
Rahayu et al., (2016) berdasarkan permasalahan di lapangan, zat warna Rhodamin
B dan Methanyl Yellow masih ditemukan pada beberapa produk pangan. Salah
satu produk makanan yang perlu ditinjau keamanannya dan paling banyak
dikonsumsi adalah saos tomat. Untuk itu perlu diketahui pada saos tomat terdapat
penambahan bahan tambahan makanan seperti bahan pewarna dan bahan
pengawet.
Pasar tradisional merupakan tempat umum yang banyak menjual berbagai
macam produk makanan termasuk saus yang dibeli oleh semua golongan
masyarakat. Beberapa saos tomat yang beredar di pasar belum bisa dipastikan
keamanannya bagi kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi saos tomat
tersebut. Beberapa bahan berbahaya biasa ditambahkan dalam saos tomat guna
meningkatkan mutu dari saos tomat tersebut. Misalnya penambahan pewarna
makanan sintetik Rhodamin B yang merupakan pewarna merah yang berbahaya
untuk kesehatan manusia. Namun sejauh mana penyebaran saus tomat yang
mengandung Rhodamin B belum diketahui, sehingga perlu dilakukan penelitian
tentang analisis kandungan Rhodamin B pada saus tomat yang diperdagangkan di
beberapa pasar tradisional Kota Kendari. Berdasarkan uraian diatas, maka
dilaporkan penelitian Analisis Kandungan Rhodamin B pada Saus Tomat
(Solanum Lycopersicum Linn.,) Yang Beredar Dibeberapa Pasar Tradisional Kota
Kendari.
2. Bahan dan Metode Analisa Kualitatif dan Analisa Kuantitatif
Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, ammonium hidroksida
(teknis), kloroform (teknis), amonia2% (teknis), etanol 70% (teknis), asam asetat
10% (teknis), N-hexana (teknis), potassium bisulfat (teknis), dan sampel saus
tomat.

2
A. Analisa kualitatif
Masing-masing sampel ditimbang sebanyak 10 gram, ditambahkan 10 Ml
larutan ammonia kemudian dimasukan ke dalam gelas piala 100 Ml dan
dipanaskan selama 30 menit, selanjutnya endapan dilarutkan dalam 10 Ml air
yang mengandung asam (10 Ml air dicampur dengan 5 Ml asam asetat 10%),
kemudian benang wol yang sudah dicuci menggunakan aquades dan kloroform
dimasukkan dalam larutan, selanjutnya dididihkan selama 10 menit, kemudian
benang wol diangkat dan dicuci menggunakan air. Hasil positif ditandai dengan
warna merah tidak dapat dicuci oleh air.
Tabel 1. Hasil Uji Kualitatif Kandungan Rhodamin B Pada Saus Tomat

No Kode Sampel Hasil Analisis Rhodamin B


1 PK1 (Pasar korem Mandonga 1) -
2 PK2 (Pasar Korem Mandonga 2) -
3 BM1(Pasar Basah Mandonga 1) +
4 BM2 (Pasar Basah mandonga 2) -
5 SL1 (Pasar Sentral Kota Lama 1) -
6 SL2 (Pasar Sentral kota Lama 2) -
7 PA1 (Pasar Anduonohu 1) -
8 PA2 (Pasar Anduonohu 2) -
9 PB1 (Pasar Baru 1) -
10 PB2 (Pasar Baru 2) -
Keterangan : + (Positif), - (Negatif)

B. Analisa Kuantitatif
Uji kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri. Diawali
dengan memotong benang wol sepanjang 20 cm kemudian di cuci dengan N-
hexana lalu dikeringkan dalam oven dan didinginkan dalam desikator dan
menimbang berat awal benang wol. Kemudian Menimbang 50 gr sampel lalu
dicampur dengan larutan KHSO4 encer sebanyak 30-50 Ml, selanjutnya benang
wol dimasukkan kedalam larutan lalu dididihkan 30 menit. Selanjutnya
mengangkat benang wol dan mencuci benang wol menggunakan air panas, lalu
dikeringkan dan ditimbang berat akhir benang wol. Kadar zat pewarna dapat
diketahui dengan menghitung selisih berat benang wol sebelum dan sesudah
perlakuan.

3
Tabel 2. Hasil Analisis Kualitatif Rhodamin B
No Kode Sampel Konsentrasi (ppm)
1 SL1 194
2 BM1 116

Kesimpulan
Terdapat beberapa sampel saus tomat yang diperdagangkan dipasar
tradisional Kota Kendari positif mengandung pewarna sintetis berbahaya
Rhodamin B. Pada 10 sampel saus tomat yang diteliti terdapat dua buah sampel
saus tomat yang positif mengandung Rhodamin B yaitu sampel yang diambil dari
Pasar Sentral Kota Lama (SL1) dan Pasar Basah Mandonga (BM1) dengan kadar
yang berbeda, dimana kadar tertinggi terdapat pada sampel yang diambil dari
Pasar Sentral Kota Lama (SL1) dengan konsentrasi 194 ppm dan kadar terendah
terdapat pada sampel yang diambil dari Pasar Basah Mandonga (BM1) dengan
konsentrasi 116 ppm.

DAFTAR PUSTAKA
Febrina, R.2013. Pengaruh Pemberian Rhodamin B Terhadap Siklus Estrus
Mencit (Mus Musculus L.) Betina. Jurnal Biologi. 17 (1) : 21 – 23.

Ifu, A. L. 2016. Analisis Kandungan Zat Pewarna Sintetis Rhodamin B pada


Sambal Botol yang Diperdagangkan Dipasar Modern Kota Kendari (Study
Pada Hypermart Dan Mall Mandonga). Ilmu dan Teknologi Pangan.
Universitas Halu Oleo. Kendari.

Laksmita W. A. S., Widayanti, N.P. dan Refi, M.A.F. 2018. Identifikasi


Rhodamin B dalam Saus Sambal yang Beredar Di Pasar Tradisional Dan
Modern Kota Denpasar. Jurnal Media Sains. 2 (1): 8 – 13.

Leni, H. A. 2003. Teknologi pengamatan pangan. Alfabeta. Bandung.

Maulida, D. (2010). Ekstraksi Antioksidan ( Likopen ) dari Buah Tomat Dengan


Menggunakan Solven Campuran, N – Heksana, Aseton, dan Etanol. Skripsi.
Jurusan Kimia Universitas Diponegoro. Semarang.
Muchtadi, D dan Nienaber N.L.P. 1997. Toksisitas Bahan Terlarang untuk
digunakan dalam Makanan dan Minuman. Makalah disampaikan pada Temu
Karya Penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) oleh Industri pangan.
Kerjasama Kantor Menteri Negara Urusan Pangan dengan Jurusan
Teknologi Pangan dan Gizi. FATETA-IPB. Jakarta.

4
Putra I.R., Asterina dan Isrona, L. 2014. Gambaran Zat Pewarna Merah pada Saus
Cabai yang Terdapat pada Jajanan yang Dijual di Sekolah Dasar Negeri
Kecamatan Padang Utara. Jurnal Kesehatan Andalas. 3 (3) : 297-303.

Rahayu, M. dan Wahyuningsih, A. 2016. Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B


dan Methanyl Yellow dalam Geplak yang Beredar Di Beberapa Toko Oleh-
Oleh Di Kota Yogyakarta Tahun 2016. Jurnal Teknologi Laboratorium. 5
(1) : 8-14.

Subandi. 1999. Penetuan Kadar Arsen dan Timbal dalam Pewarna Rhodamin B
dan Auramine Secara Spektrofotometri. Jurnal Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam dan Pengajarannya. 28(1) : 12-26. Winarno, F. G. 1984.
Kimia pangan dan gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

5
JURNAL 2
STUDI BANDING METODE PREPARASI SAMPEL DALAM ANALISIS
BORAKS DI PT KURMA MENGGUNAKAN SPEKTOFOTOMETRI
Jurnal dari : Penelitian Farmasi, Biologi dan Kimia Ilmu Pengetahuan
Penulis : Wiwiek Indriyati, Maria Paramita, Aliya Nur Hasanah.
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Jatinangor KM 21,5
Jatibnangor –Sumedang, Kode Pos 45363

1. Ringkasan Jurnal 2 :
Kurma merupakan salah satu buah yang banyak dikonsumsi masyarakat
Indonesia saat berpuasa bulan. Namun, ada beberapa pedagang nakal yang
menambahkan boraks ke dalam kelapa sawit untuk meningkatkan umur simpan.
Penggunaan boraks dalam makanan telah dilarang oleh pemerintah berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 003 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan
Makanan (BTP). Persiapan sampel adalah langkah paling kritis dalam analisis dan
menghabiskan lebih banyak uang dari 80% waktu analisis. Sampai saat ini belum
ada penelitian yang dilakukan untuk membandingkan metode preparasi sampel
dengan menghitung boraks di kurma. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
untuk menentukan preparasi sampel metode yang memenuhi kriteria validasi.
Analisis boraks pada kurma dilakukan dengan tiga perbedaan Metode preparasi
sampel yaitu sentrifugasi, insinerasi, dan refluks. Sampel kemudian direaksikan
dengan kurkumin dan hasil reaksi dianalisis dengan menggunakan
spektrofotometer tampak. Persiapan sampel Metode yang memberikan pemulihan
tertinggi dan memenuhi kriteria validasi kemudian ditentukan. Dari studi tersebut,
sentrifugasi adalah metode sampel preparasi terbaik dalam menyiapkan analisis
boraks dari kurma dengan pemulihan 96,21%. Hasil validasi metode analitik
menggunakan sentrifugasi sebagai preparasi sampel terpenuhi persyaratan validasi
dengan akurasi dalam kisaran 80-110%, deviasi standar relatif <2% dengan
linieritas (r) 0,995. LOD dan LOQ masing-masing adalah 0,0108 mg / L dan
0,0359 mg / L. Hasil analisis menemukan bahwa boraks dalam kurma dapat
dilakukan dengan spektrofotometri visibel menggunakan sentrifugasi sebagai
preparasi sampel.

6
2. Pendahuluan Jurnal 2
Buah kurma banyak dijumpai di Indonesia, terutama saat Ramadhan. Buah
yang memiliki rasa manis tersebut dipercaya dapat memulihkan tenaga setelah
seharian berpuasa karena memiliki kandungan gula yang sangat tinggi yaitu
mencapai 50-57% begitu agar dapat digunakan sebagai sumber energi. Proses
penyimpanan kurma mempengaruhi kualitas buah. Dalam industri, penyimpanan
biasanya dilakukan pada suhu -3C selama setahun. Buah aren juga memiliki
umur simpan hingga 2 tahun pada suhu ruangan (25°C) [1].
Buah aren itu hanya ludes pada momen-momen tertentu seperti saat
Ramadhan, sedangkan buah ini bias hanya bertahan selama 2 tahun pada suhu
kamar. Inilah mengapa para pedagang itu menggunakan boraks sebagai pengawet
mengawetkan buah aren. Berdasarkan SNI 01-0222 1995, boraks merupakan zat
yang tidak diperbolehkan untuk digunakan dalam pangan [2].
Penggunaan boraks pada kurma biasanya dibarengi dengan penggunaan
minyak kelapa untuk daur ulang kurma yang dulu hampir busuk. Minyak kelapa
digunakan untuk memisahkan buah kelapa sawit yang saling menempel dan untuk
penyinaran Warna pada kurma hampir busuk dan diberi boraks untuk
mengawetkan kurma tersebut. Setelah tanggal kadaluwarsa dan pedagang
menggunakan minyak kelapa dan boraks untuk membuatnya bersinar, mereka
menjual buah kelapa sawit dengan harga murah [3].
Mengenai kondisi yang terjadi di sekitar, dilakukan analisis kandungan boraks
pada buah kurma dibutuhkan segera. Analisis boraks dari sampel dapat dilakukan
dengan tiga metode preparasi yang berbeda adalah sentrifuse, ashing, dan reflux.
Boraks yang telah diekstraksi dari sampel kemudian dianalisis menggunakan
spektrofotometri terlihat setelah dirawat dengan kurkumin. Sampai saat ini belum
ada penelitian yang dilakukan untuk membandingkan metode persiapan sampel
untuk mengukur boraks di kurma. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
menentukan metode penyiapan sampel yang memenuhi kriteria validasi.
3. Material Dan Metode
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixer, blender, vial botol,
kaca corong, tutup erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, kertas saring, labu bulat,
labu, mikropipet, oven, penangas air, pipet, refluks, sentrifugal, spektrofotometer,

7
uji tabung, tungku, dan timbangan elektrik yang digunakan di Laboratorium
Kimia Farmasi.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades, buah kurma,
boraks, kurkumin p, etanol absolut, asam klorida, asam asetat glasial, natrium
hidroksida, asam glasial sulfat kertas saring, 35% peroksida semuanya dalam
kelas analisis pro.

Metode
Contoh Simulasi Yang Mengandung Boraks
Sebanyak 20 gram kurma tidak mengandung boraks yang ditimbang
kemudian diolesi dengan sedikit minyak kelapa dan ditambahkan boraks sebanyak
8 mg kemudian diaduk hingga rata. 5 gram kurma digunakan untuk masing-
masingnya metode ekstraksi.
Persiapan Sampel untuk Ekstraksi Boraks dari Simulasi Sampel
a. Sentrifugasi
Sampel simulasi sebanyak 5 gram ditambahkan 100 mL akuades dan
dimasukkan ke dalam blender hingga rata halus. Larutan dimasukkan ke
dalam tabung sentrifugasi dan disentrifugasi selama 2 menit dengan
kecepatan 3000 rpm. Bagian supernatan dikumpulkan kemudian disaring
untuk mendapatkan konsentrasi boraks 20 ppm.
b. Ashing
Sampel kurma sebanyak 5 gram dibakar di dalam tungku pada suhu
600C selama kurang lebih 5 jam. Sampel dibakar hingga menjadi abu
putih. Abu tersebut kemudian dilarutkan menggunakan akuades 100mL,
disaring dan diambil filtratnya hingga diperoleh konsentrasi boraks 20 ppm.
c. Surutnya
5 gram sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat 250 ml, lalu
ditambahkan 20 ml H2SO4 pekat. Refluks dilakukan selama 5 menit, dan
dilanjutkan dengan menambahkan 20 ml H2O2 30%. Setelah 15 Detik,
masukkan cairan hasil proses refluks ke dalam labu 100 ml dan diencerkan
dengan akuades pada sebuah ruangan suhu untuk mendapatkan konsentrasi
boraks 20 ppm.

8
Analisis kualitatif
a. Uji Api
Pertama, ekstrak dari ketiga jenis metode ekstraksi tersebut
ditambahkan 1 ml asam sulfat pekat dan 1 ml etanol. Setelah itu, bakar
dengan api. Hasil positif berasal dari nyala hijau yang disebabkan oleh
reaksi antara etanol dan boraks dalam sampel.
b. Tes Kertas Kunyit
Tes kertas kunyit adalah identifikasi boraks dengan menggunakan
selembar kertas yang dicelupkan ke dalam kunyit supernatan yang telah
diasamkan dengan HCl 5N 1 ml. Ketika sampel mengandung boraks, akan
ada perubahan warna pada kertas dari kuning menjadi hijau biru tua
setelah penambahan amonia encer.
Tabel hasil tes kualitatif diperoleh :
No Sampel Tes Kertas Kunyit Uji Api
1 Larutan standar boraks + -
2 Filtrat dari metode refluks + -
3 Filtrat dari metode ashing + -
4 Filtrat dari metode sentrifugasi + -
5 Filtrat dari kurma boraks gratis - -

Metode Evaluasi Penyusunan Sampel dan Analisis dari Boraks


Sampel dari masing-masing metode ekstraksi diambil 1 mL dan ditambahkan
1 mL larutan NaOH 10%, dipanaskan sampai kering. Kemudian pemanasan
dilanjutkan dalam oven dengan suhu 100 ± 5 ° selama 5 menit. lalu
didinginkan. 3 ml larutan kurkumin 0,125% ditambahkan ke dalam larutan,
kemudian dipanaskan sambil diaduk selama 5 menit lalu didinginkan lagi. Setelah
itu ditambahkan larutan asam sulfat 3 ml: asam asetat (1: 1) kemudian dipanaskan
sambil diaduk sampai tidak berwarna kuning (baik di atas piring maupun di atas
batang pengaduk). Etanol kemudian ditambahkan hingga tandai untuk
mendapatkan konsentrasi sampel dalam kisaran 0,4; 0,02; 0,04; 0,06; 0,08 dan 0,1
ppm masing-masing. Setiap Konsentrasi kemudian ditentukan menggunakan
spektrofotometer UV Visible pada panjang gelombang maksimum itu sudah
diukur.

9
Semua data kemudian dianalisis dengan menggunakan ANOVA dan tes
lanjutan Newman Keuls

Analisis Boraks
Analisis kuantitatif boraks dimulai dengan persiapan sampel. Setelah sampel
disiapkan, memperoleh filtrat boraks. Konsentrasi kurkumin yang digunakan
untuk analisis adalah 0,125% berdasarkan penelitian sebelumnya. bahwa kisaran
0.100% -0.150% kurkumin dapat larut dalam asam asetat tanpa proses
penyaringan [8]. Kestabilan warna kompleks hanya dapat dipertahankan selama 2
jam setelah warna kompleks terbentuk secara asam kondisi.
Larutan boraks yang tidak berwarna menjadi kendala dalam pemeriksaan
absorbansi menggunakan UV-Vis spektrofotometri yang harus memiliki gugus
kromofor yang ditandai dengan warna. Kurkumin direaksikan dengan sampel
membentuk kompleks yang menghasilkan warna rosocyanin color rosa (bata
merah).
Di bawah ini (Tabel 4) adalah hasil analisis kuantitatif sampel menggunakan
spektrofotometri tampak:
Tabel 4. Hasil analisis kuantitatif sampel untuk setiap metode
No Metode Berarti pemulihan
1 Sentrifugasi 96.21 %
2 Ashing 96.13 %
3 Reflux 87.37 %

Kesimpulan
Sentrifugasi adalah metode terbaik untuk persiapan analisis boraks dari
buah kurma menggunakan spektrofotometri terlihat dengan % pemulihan yang
tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
FSSAI. 2012. Manual of Methods of Analysis of Food- Food Additives. New
Delhi: Food Safety and Standards Authority of India Ministry of Health and
Family Welfare Government of India.

10
FAO. 1991. Manuals of Food Quality Control 1980, 14/ 2 page 27/ Pearsons
Composition and Analysis of Food 9th ed. Page 82

Rock, W. 2009. Effects of Date (Phoenix dactylifera L., Medjool or Hallawi


Variety) Consumption by Healthy Subjects on Serum Glucose and Lipid
Levels and on Serum Oxidative Status: A Pilot Study. Journal of Agricultural
and Food Chemistry 57(17): p. 8010-8017.

Departemen Kesehatan RI. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No. 003/MENKES/PER/X/2012. Tentang Bahan Tambahan
Makanan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Biglari, Foroogh. 2009. Assessment of Antioxidant Potential of Date (Phoenix


Dactylifera) Fruits From Iran, Effect of Cold Storage And Addition To
Minced Chicken Meat. Tesis (Malaysia: Universiti Sains Malaysia, 2009)

Flanaga, R.J.,Braithwaite, R.A. Brown, S.S., Widdop, B., de Wolff,F.A. 1995.


Basic Analytical Toxicology. Geneva: World Health Organization.

Haddad, L.M., Winschester, J.F. 1990. Borats on Clinical Management of


Poisoning and Drug Overdose. Philadelphia: Saunders Co; 1447-1449.

Underwood, R., M. 1998. Spectrometric Identification of Organic Compound.


New York: John Willey and Sons Inc.

Azas, Q.S. 2013. Analisis Kadar Boraks pada Kurma yang Beredar di Pasar Tanah
Abang dengan Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.

11

Anda mungkin juga menyukai