Oleh:
PENDAHULUAN
Gangguan nyeri kepala adalah salah satu gangguan yang paling umum dari
sistem saraf. Nyeri kepala atau headache adalah suatu rasa nyeri dan tidak enak pada
daerah kepala, dan juga meliputi daerah wajah dan tengkuk leher (Perdossi, 2013).
Berdasarkan data dari International Association for Study of Pain (IASP, 2011).
Setengah dari populasi umum memiliki riwayat sakit kepala dan lebih dari 90%
penduduk dunia mempunyai riwayat sakit kepala selama hidupnya. Secara global,
diperkirakan prevalensi nyeri kepala pada orang dewasa adalah sekitar 50-
75%dengan rentan usia 18-65 tahun di dunia mengalami sakit kepala selama setahun
Berdasarkan hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada lima rumah
sakit besar di Indonesia menunjukkan hasil bahwa prevalensi pasien cluster headache
0,5%, migrain dengan aura 1,8%, migrain tanpa aura 10%, mixed headache 14%,
keluhan nyeri kepalaterbanyak yang dialami oleh masyarakat. (Sjahrir, dalam Oroh,
et al., 2016).
faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya nyeri kepala, diantaranya seperti stres
emosional, kurang tidur, kelelahan, menstruasi, perubahan cuaca, makanan, dan
(Lemma,2012).Pola tidur yang buruk dapat berakibat kepada gangguan fisiologis dan
lemah, penurunan daya tahan tubuh. Kebanyakan orang dewasa muda secara
individu sering mengalami jam-jam tidur yang tidak beraturan. Berkurangnya durasi
dan kualitas tidur di masyarakat, erat kaitannya dengan perubahan gaya hidup,
1.3 Tujuan
untuk menurunkan nyeri dan meningkatkan kekuatan otot pada kasus Tension Type
Headach.
1.4 Manfaat Penelitian
PEMBAHASAN
Nyeri kepala tipe tegang atau tension type headache (TTH) adalah nyeri
kepala yang berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari. Nyeri kepala
bilateral menekan atau mengikat dengan intensitas ringan sampai sedang. Nyeri
tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin, tidak didapatkan mual tapi bisa ada
ini dikarenakan studi serta desain penelitian yang berbeda dan disesuaikan
dengan demografi tertentu. TTH lebih sering terjadi di Eropa, dengan tingkat
prevalensi TTH terendah sekitar 20%. Perbedaan jenis kelamin pada TTH
memiliki prevalensi sedikit lebih tinggi pada wanita pada semua umur
( Chaidkk., 2012).
Penyebab dari TTH masih belum diketahui secara pasti. Diduga dapat
disebabkan oleh faktor psikis danfisik. Secara psikis, TTH dapat timbul akibat
Sedangkan faktor fisik, seperti posisi kepala yang menetap dalam jangka waktu
lama mengakibatkan kontraksi otot-otot kepala dan leher, tidur yang kurang,
kesalahan 9 dalam posisi tidur dan kelelahan juga dapat menyebabkan TTH.
atau sensitisasi sentral (Fumal dkk, 2008). Rangsang nyeri kepala bisa
kepala. Jika struktur peka nyeri tersebut terletak pada ataupun diatas tentorium
serebeli, maka rasa nyeri yang timbul akan terasa menjalar pada daerah
didepan batas garis vertikal yang ditarik dari kedua telinga kiri dan kanan
(pada fossa kranii posterior) radik servikalis bagian atas dengan cabang-
cabang saraf perifernya akan menimbulkan nyeri pada daerah dibelakang garis
tersebut, yaitu didaerah oksipital, suboksipital dan servikal bagian atas. Rasa
nyeri ini ditransmisi oleh saraf kranial IX, X dan saraf spinal C1, C-2, dan C-3
(Chen, 2009).
Asal nyeri kepala pada TTH sejak dahulu dikaitkan dengan kontraksi otot yang
berlebihan, iskemia, dan radang pada otot-otot kepala dan leher. Sejumlah studi
lebih nyeri dibandingkan pada kontrol, dan nyeri tekan pada saat palpasi juga
berkaitan dengan intesitas dan frekuensi nyeri pada TTH (Ashina dkk., 2013).
sensitisasi 12 sentral yang dapat berlanjut hingga nyeri bersifat kronis akibat
dari impuls nyeri yang terus-menerus dipersepsikan. Pada nyeri kepala juga
terjadi proses inflamasi steril. Adanya inflamasi steril pada nyeri kepala
ditandai dengan pelepasan kaskade zat substansi dari perbagai sel. Makrofag
2011).
2.1.4 Anatomi
a. Face Muscle
1. Infrared
a. Pengertian InfraRed
telah dijelaskan bahwa selain dari Matahari, sinar Infra merah dapat
b. Mekanisme IR
2018).
c. Tujuan IR
kapsul sendi.
2. Release
Menggunakan teknik skin rolling, teknik general, lifting rolling dan
direct teknik serta manual terapi berupa tekanan yang diberikan untuk
otot. Ketika release harus disertai dengan stretch agar bertujuan untuk
kesulitan penetrasi.
3. US (Ultrasound)
padamembran sel yang dapat meningkatkan kerja pompa sodium sel yang
US, bersihkan area, lalu berikan gel pada bagian yang akan di US pada
daerah tersebut dengan gerakan atas bawah / bulat, US diberikan selama
rusak.
bersihkan area, lalu letakkan pada area yang akan dipasangkan pad tens.
ketahanan.
5. Dry Needling
Tujuan : target utamanya pemicu nyeri pecah dan terbawa titik nyeri
pada otot, yang berfungsi untuk mengurangi derajat nyeri, dry needling
pembentukan protein.
massa otot dan fungsi selama jangka waktu lama, untuk pemulihan massa
otot dan untuk perbaikan fungsi otot pada kelompok sehat seperti lansia,
atlet, dewasa.
Kondisi / Kasus : FT B
Umur : 40 thn
Agama : Kristen
Pekerjaan : TNI
Alamat : Panam
- Fisioterapi Lazora
3.3 Assesmen Fisioterapi
A. ANAMNESIS (AUTO)
1. KELUHAN UTAMA
Pasien merasakan sakit kepala bagian kiri (migrain) dan leher terasa
kaku.
± Pada tahun 2004 pasien jatuh saat latihan terjun dan kejadian terulang
pada tahun 2018. Pada saat terjatuh yang ke 2 kali pasien baru merasakan
tukang pijit namun tidak ada hasil, lalu pasien sempat fisioterapi juga di
Rumah Sakit Syafira dengan intervensi traksi dan infrared. Karena tidak
adanya rasa yang berkurang dan tidak puas, pasien berobat ke lazora
kanan, jika bahu sudah merasa tegang barulah kepala menjadi pusing
(migrain).
Hipertensi (-)
Diabetes (-)
Penapasan : 20 x / menit
Temperatur : 36,3 ° C
Berat Badan : 82 Kg
2. INSPEKSI/OBSERVASI
3. PALPASI
Adanya spasme pada otot upper trapezius, teres minor, teres mayor,
rhomboideus minor.
4. PERKUSI
Tidak dilakukan.
5. AUSKULTASI
Tidak dilakukan
6. PEMERIKSAAN FUNGSI
Gerakan Cervical
Aktif :
normal.
Lat. Fleksi dex >< Lat. Fleksi sin : Mampu dilakukan gerakan
Rot. Dex >< Rot. Sin : Mampu dilakukan gerakan aktif ROM
normal.
Pasif :
Lat. Fleksi dex >< Lat. Fleksi sin : LGS dalam batas normal
elastic endfeel.
Rot. Dex >< Rot. Sin : LGS dalam batas normal namun springy
endfeel.
Gerakan shoulder
Aktif :
normal.
normal.
Int. Rot >< Eks. Rot : Mampu dilakukan gerakan aktif ROM
normal.
Pasif :
Int. Rot >< Eks. Rot : LGS dalam batas normal elastic endfeel.
Cervical Goneometer :
S = 10°-0-10°
F = 40°-0-40°
R = 75°-0-70°
Vas :
Nyeri diam : 0
4 (Setelah Terapi)
Pemeriksaan Khusus :
Impairment
Anatomical : Adanya spasme pada otot upper trapezius, teres minor, teres
Fungsional : Nyeri saat melakukan gerakan rotasi dextra dan rotasi sinistra
cervical.
Functional Limitation
o Migrain
Disability/Participation restriction
o Endfeel Cervical.
3.6 Prognosis
A. TUJUAN
- Mencegah kontraktur.
- Menurunkan spasme.
melakukan
B. TINDAKAN FISIOTERAPI
- IR (InfraRed)
sendi.
- Release
direct teknik serta manual terapi berupa tekanan yang diberikan untuk
otot. Ketika release harus disertai dengan stretch agar bertujuan untuk
kesulitan penetrasi.
- US (Ultrasound)
bersihkan area, lalu berikan gel pada bagian yang akan di US pada
rusak.
- TENS
bersihkan area, lalu letakkan pada area yang akan dipasangkan pad tens.
dan ketahanan.
- Dry Needling
Tujuan : target utamanya pemicu nyeri pecah dan terbawa titik nyeri
pada otot, yang berfungsi untuk mengurangi derajat nyeri, dry needling
pembentukan protein.
otot dan fungsi selama jangka waktu lama, untuk pemulihan massa otot
dan untuk perbaikan fungsi otot pada kelompok sehat seperti lansia,
atlet, dewasa.
Frekuensi : Arus yang digunakan arus DC dengan bentuk gelombang
Edukasi : saat tidur menggukan bantal yang tidak terlalu tinggi dan tidak
Home program : melakukan stretching ulang yang telah di ajarkan oleh ft.
Serta adanya penurunan spasme yang hanya tersisa pada otot teres minor, teres
A. Kesimpulan
kesimpulan yaitu pemberian intervensi fisioterapi yang diberikan terapi selama ini
memberikan hasil yang efektif untuk mengurangi nyeri pada Type Tension Hadeach
dimana terdapat penurunan nyeri dan meningkatkan kekuatan otot. Bahwa hasil
B. Saran