CEPHALGIA
Disusun Oleh :
5. RISMAWATI (SN211121)
CEPHALGIA
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Cephalgia adalah istilah medis dari nyeri kepala atau sakit kepala.
Cephalgia berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu cephalo
dan algos. Cephalo memiliki arti kepala, sedangkan algos memiliki arti nyeri.
Cephalgia dapat menimbulkan gangguan pada pola tidur, pola makan,
menyebabkan depresi sampai kecemasan pada penderitanya. (Hidayati, 2016).
2. Etiologi
b. Stress Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, stress bias
menyebabkan pembuluh darah di bagian otak mengalami penegangansehingga
menyebabkan sakit kepala.
c. Masalah tidur Masalah tidur merupakan salah satu faktor terjadinya sakit
kepala, karenasaat tidur seluruh anggota tubuh termasuk otak dapat beristirahat.
3. Manifestasi Klinis
1. Jenis nyeri berat, denyut, tarik, ikat, pindah – pindah, rasa kosong
1. kapan nyeri cluster headache: sewaktu tidur – nyeri waktu bangun tidur
tension headache: siang dan sore lebih sering, rangsangan emosi migren;
pencetus cahaya, cuaca, alkohol neuralgia trigeminal: tecetus waktu
menelan, bicara, sikat gigi
2. kualitas dan intensitas migren: denyut hebat (susah kerja) cluster headache:
denyut seperti bortension headache: seperti memakai topi baja berat
4. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan chepalgia meliputi (Yusran,
2019) :
- Cidera serebrovaskuler / Stroke
- Peningkatan tekanan intrakranial
- Gangguan keseimbangan neuromuskular
- Cemas
- Gangguan tidur
- Gangguan pencernanaan
- Depresi
- Masalah fisik dan psikologis lainnya.
5. Penatalaksanaan
Keperawatan
Medis
- CT Scan
Menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk
menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.
- MRI Scan
Bertujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan
menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat
bayangan struktur tubuh.
- Pungsi lumbal pengambilan cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan.
Hal
ini tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial
dan tumor otak, karena penurunan tekanan yang mendadak akibat
pengambilan CSF.
6. Patofisiologi
- Gigi geligi
- Arteri Ekstrakranial
- Nervus C2 dan C3
- Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau
setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
- Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi
umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik
(seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat
vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
- Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi (migren
dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis).
- Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala,
seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.
- Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus
(sinusitis), baseol kranii (ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang
mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis).
- Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada
keadaan depresi dan stress.
Pathway
(Yusran, 2019)
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
1) Data demografi
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan biasanya berhubungan dengan peningkatan TIK dan adanya
gangguan fokal sepeti nyeri kepala hebat, muntah-muntah, kejang dan
penurunan tingkat kesadaran.
Kaji bagaimana terjadi nyeri kepala, mual, muntah, kejang dan penurunan
tingkat keasadaran dengan pendekatan PQRST. Adanya penurunan atau
perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan didalam
intrakranial.Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi.Sesuai
perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif dan koma.
Nafsu makan hilang, adanya mual muntah selama fase akut, kehilangan
sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan, kesulitan menelan gangguan pada
refleks palatum dan faringeal
c) Pola eliminasi
Perasaan tidak berdaya dan putus asa, emosi labil dan kesulitan untuk
mengekspresikan
Adanya perasaan cemas, takut, tidak sabar ataupun marah, perasaan tidak
berdaya, putus asa, respon emosional klien terhadap status saat ini, mudah
tersinggung, mekanisme koping yang biasa digunakan dan orang yang
membantu dalam pemecahan masalah
k) Sistem kepercayaan
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum Keadaan umum pasien diamati mulai saat pertama kali
bertemu dengan pasien dilanjutkan mengukur TTV, kesadaran pasien diamati
sadar sepenuhnya (komposmentis, apatis, somnolen, delirium semi koma,
koma, keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tampak tidak
sakit. Pengukuran tingkat kesadaran bisa dlakukan dengan Gasglow Coma
Scale.
b. Apatis (12-13), yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak
acuh terhadap lingkungannya.
e. Sopor (5-6), yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun
masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang
nyeri, tetapi tidak terbangun sempurna dan tidak dapat menjawab pertanyaan
dengan baik.
c. Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
Metode pnulisan ini dilakukan pada diagnosis risiko dan diagnosis promosi
kesehatan (PPNI, 2016). Menurut (Aspiani, 2017), diagnosis keperawatan
pada pasin dismenoreyaitu: gangguan rasa nyaman, nyeri akut, defisit nutrisi,
ansietas, dan defisit pengetahuan. Pada kasus ini diagnosis keperawatan yang
muncul pada pasien dismenore yaitu gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan adanya gejala suatu penyakit ditandai dengan klien mengeluh tidak
nyaman kerna nyeri, mengeluh lelah dan mual, tidak mampu rileks, sulit
tidur, serta klien tampak gelisah dan merintih/menagis.
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencidera fisiologis d.d pasien mengeluh nyeri
(D.0078)
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Menejemen Nyeri (I.08238)
pencidera fisiologis perawatan 1x 24jam Tingkat
O:
d.d pasien Nyeri (L.08066) menurun
mengeluh nyeri dengan kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
T:
E:
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
K : kolaborasi pemberian
analgetic jika perlu
- anjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga keseimbangan
tubuh
- anjurkan memanggil
perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
5. EVALUASI
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi