Anda di halaman 1dari 50

PENGARUH EKSTRAK METANOL DAUN SIRIH HIJAU

(Piper betle) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI


Staphylococcus aureus DENGAN
METODE DIFUSI DISK

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH

REGISTA LARASATI PRIHATINI


1548402054

PROGRAM STUDI D III FARMASI DAN MAKANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2018
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul

PENGARUH EKSTRAK METANOL DAUN SIRIH HIJAU


(Piper betle) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
Stapylococcus aureus DENGAN METODE DIFUSI DISK

Diseminarkan
Oleh

REGISTA LARASATI PRIHATINI


1548402054

Karya Tulis Ilmiah ini Akan Diseminarkan di Hadapan Para Penguji Seminar
Program Studi D III Anafarma Universitas Abdurrab

Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

Pembimbing I Pembimbing II

(M. Azhari Herli, M.Farm., Apt) (Annisa Fauzana, M.Farm., Apt)


LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : REGISTA LARASATI PRIHATINI


NIM : 1548402054
JUDUL : PENGARUH EKSTRAK METANOL DAUN SIRIH
HIJAU (Piper betle) TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI Staphylococcus aureus DENGAN
METODE DIFUSI DISK.
PROGRAM STUDI : D III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

TIM PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

(M. Azhari Herli, M. Farm., Apt) (Annisa Fauzana, M. Farm., Apt)

TIM PENGUJI

Penguji

(Asiska Permata Dewi, M. Farm., Apt )

Program Studi D III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Abdurrab Telah Mengesahkan Karya Tulis Ilmiah ini
Sebagai Bagian dari Persyaratan Kelulusan Ahli Madya Kesehatan

(Ira Oktavianin Rz, M. Farm., Apt)


Ketua Program Studi D III Analis Farmasi dan Makanan
SK. Nomor : 063/REK-UNIVRAB/SK/A/X/2015

i
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI D III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
2018

Nama : Regista Larasati Prihatini


NIM : 1548402054
Judul KTI : Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Sirih Hijau (Piper betle)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus
Dengan Metode Difusi Disk.
Pembimbing : M. Azhari Herli, M.Farm., Apt

ABSTRAK

Sirih merupakan salah satu jenis tanaman obat yang banyak manfaatnya. Beberapa
daerah di Indonesia memanfaatkan tanaman sirih sebagai obat tradisional karena
berkhasiat untuk menyembuhkan atau menghilangkan bau badan. Daun sirih juga
bermanfaat sebagai obat luar misalnya dapat mempercepat proses penyembuhan luka
pada kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur zona hambat
ekstrak metanol daun sirih hijau terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
dengan konsentrasi 20 %, 40 % dan 60 %, sampel yang digunakan adalah daun
sirih hijau yang didapat dari Desa Kudap, Kecamatan Tasik Putri Puyu,
Kabupaten Kepulauan Meranti. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat
kualitatif dengan menggunakan metode difusi disk. Kontrol positif
(kloramfenikol) rata-rata 19,81 mm. Kontrol negatif (DMSO) tidak memiliki daya
hambat. Dari hasil yang diperoleh dari konsentrasi 20 % adalah (9,00 mm), 40 %
(10,46 mm) dan 60 % (11,76 mm) dapat disimpulkan bahwa daun sirih hijau pada
konsentrasi 20 %, 40 % dan 60 % mampu menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus.

Kata kunci : Daun sirih hijau, Staphylococcus aureus, difusi disk.

iv
SCIENTIFIC PAPER
DEPARTMENT OF PHARMACEUTICAL AND FOOD ANALYST DIPLOMA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
UNIVERSITY OF ABDURRAB
2018

Name : Regista Larasati Prihatini


Student ID : 1548402054
Tittle : Antibacterial Activity of Green Piper betle Methanol Extract
on Staphylococcus aureus Using Disc Diffusion Method.
Supervisor : M. Azhari Herli, M.Farm., Apt

ABSTRACT

Piper betle (PB) is a plant with several benefits for human life. Traditionally, the plant
is utilized for herbal medicine to treat some illnesses, such as bad body odor and
wound on skin surface. This research aims to meansure the antibacterial activity of the
plant leaf methanol extract on Staphylococcus aureus (SA) with a series concentration
of 20, 40 dan 60 %. The sample in this research was green PB leafs that were taken
from Kudap Village in Meranti Islands. The research was a qualitative study with a
disc diffusion method. The activity was measured using chloramphenicol as a positive
control and DMSO as a negative control. The result shows that the inhibition zone of
the positive control and sample concentration of 20, 40 and 60 % is 19.81 and 9.00:
10.46 and 11.76 mm, respectively. In conclusion, the extract able to inhibit the growth
and development of SA.

Keywords: Disc diffusion, Piper betle, Staphylococcus aureus.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah

memberikan rahmat serta karunia Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Sirih Hijau (Piper

betle) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dengan Metode

Difusi Disk”.

Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Universitas Abdurrab Pekanbaru.

Dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak

mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ira Oktaviani RZ, M.Farm, Apt selaku Ketua Prodi D-III Analis

Farmasi dan Makanan Universitas Abdurrab Pekanbaru.

2. Pak M. Azhari Herli, M.Farm, Apt selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktu, memberi masukan dan bimbingan sehingga karya

tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.

3. Ibu Annisa Fauzana, M.Farm, Apt selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktu, memberikan masukan dan bimbingan sehingga

karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.

vi
4. Kepada seluruh staf dosen D-III Analis Farmasi dan Makanan.

5. Orang tua tercinta, adik dan keluarga yang tersayang, telah memberikan

dukungan do’a serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini.

6. Teman-teman seperjuangan yang juga telah banyak membantu

memberikan masukan dan semangat yang berharga dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik bersifat membangun dari

semua pihak sangat diperlukan demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Demikian karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan dan besar

harapan penulis semoga karya tulis ilmiah dapat memberikan nilai dan

manfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, Juli 2018

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK.....................................................................................................
iv
ABSTRACT..................................................................................................
v
KATA PENGANTAR..................................................................................
vi
DAFTAR ISI................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................... 4
1.4.1 Mafaat Ilmiah............................................................. 4
1.4.2 Manfaat Praktis.......................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 5
2.1 Daun Sirih Hijau (Piper betle)............................................. 5
2.1.1 Morfologi Daun Sirih............................................... 5
2.1.2 Taksonomi Daun Sirih............................................. 6
2.1.3 Manfaat Daun Sirih.................................................. 6
2.1.4 Kandungan Daun Sirih............................................. 7
2.2 Staphylococcus aureus......................................................... 7
2.2.1 Klasifikasi Stapylococcus aureus.............................. 8
2.2.2 Gejala Klinis Infeksi oleh Staphylococcus aureus.... 8

viii
2.2.3 Pengobatan Penyakit yang Disebabkan Staphylococcus
aureus......................................................................... 9
2.3 Kloramfenikol...................................................................... 10
2.4 Ekstrak........................................................................................... 11
2.5 Sterilisasi.............................................................................. 11
2.5.1 Metode Sterilisasi Pemanasan Kering....................... 11
2.5.2 Metode Desinfeksi.................................................... 12
2.5.3 Metode Antiseptik.................................................... 12
2.6 Uji Aktifitas Antibakteri....................................................... 12
BAB III METODE PENELITIAN........................................................... 14
3.1 Desain Penelitian.................................................................. 14
3.2 Sampel.................................................................................. 14
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian.............................................. 14
3.4 Alat....................................................................................... 14
3.5 Bahan.................................................................................... 15
3.6 Prosedur Kerja...................................................................... 15
3.6.1 Pembuatan Simplisia................................................ 15
3.6.2 Pembuatan Ekstrak................................................... 15
3.6.3 Membuat Larutan Ekstrak dengan Konsentrasi 20 %,
40 % dan 60 %......................................................... 16
3.6.4. Desinfeksi Tempat Kerja.......................................... 16
3.6.5 Sterilisasi Tangan..................................................... 16
3.6.6 Sterilisasi Alat.......................................................... 17
3.6.7 Pembuatan Media MHA........................................... 17
3.6.8 Pembuatan Larutan Standar (Mc.Farland).............. 17
3.6.9 Pembuatan Suspensi Bakteri Staphylococcus aureus 17
3.6.10 Pengujian Aktifitas Antibiotik Ekstrak Daun Sirih.. 18
3.7 Analisa Data......................................................................... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 19
4.1 Hasil...................................................................................... 19
4.2 Pembahasan.......................................................................... 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 23
5.1 Kesimpulan........................................................................... 23
5.2 Saran..................................................................................... 23

ix
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Zona hambat antibiotik kloramfenikol............................................. 9


Tabel 2. Hasil perhitungan diameter zona hambat......................................... 19
Tabel 3. Hasil uji daya hambat ekstrak metanol daun sirih hijau (Piper betle)
terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus Metode Difusi
Disk.................................................................................................. 36

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Daun sirih hijau........................................................................... 6
Gambar 2. Staphylococcus aureus................................................................ 8
Gambar 3. Rumus struktur kloramfenikol..................................................... 10
Gambar 4. Skema uji daya hambat ekstrak metanol daun sirih hijau (Piper
betle)........................................................................................... 26
Gambar 5. Suspensi kekeruhan Mc. Farland................................................. 29
Gambar 6. Simplisia dan serbuk simplisia dari daun sirih hijau (Piper betle) 33
Gambar 7. Pengenceran ekstrak metanol daun sirih hijau konsentrasi 20 %,
40 % dan 60 %............................................................................. 33
Gambar 8. Hasil uji daya hambat pengulangan 1.......................................... 34
Gambar 9. Hasil uji daya hambat pengulangan 2.......................................... 34
Gambar 10.Hasil uji daya hambat pengulangan 3.......................................... 35

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Bagan alir uji daya hambat ekstrak metanol daun sirih hijau.... 26
Lampiran 2. Perhitungan rendemen simplisia................................................ 27
Lampiran 3. Pembuatan larutan standar kekeruhan Mc.Farland.................... 28
Lampiran 4. Larutan standar Mc. Farland...................................................... 29
Lampiran 5. Cara pembuatan media Mueller Hinton Agar (MHA)............... 30
Lampiran 6. Pembuatan larutan uji ekstrak metanol daun sirih hijau............ 31
Lampiran 7. Simplisia dan ekstrak................................................................. 33
Lampiran 8. Hasil uji daya hambat ekstrak metanol daun sirih hijau (Piper

betle) 20 %, 40 % dan 60 %..................................................... 34

Lampiran 9. Hasil uji daya hambat................................................................ 36


Lampiran 10.Hasil klasifikasi daun sirih hijau (Piper betle)......................... 37

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sirih merupakan tanaman menjalar dan merambat pada batang pohon

di sekelilingnya dengan daunnya yang memiliki bentuk pipih seperti gambar

hati, tangkainya agak panjang, tepi daun rata, ujung daun runcing, pangkal

daun berlekuk, tulang daun menyirip dan daging daun yang tipis.

Permukaan daun sirih berwarna hijau dan licin sedangkan batang pohonnya

berwarna hijau atau hijau agak kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar

serta berkerut-kerut. Sirih hidup subur dengan ditanam di atas tanah gembur

yang tidak terlalu lembab dan memerlukan cuaca yang tropik dengan air

yang mencukupi (Hidayat, 2013).

Daun sirih memiliki aroma yang khas yaitu rasa pedas, sengak, dan

tajam. Rasa dan aroma yang khas tersebut disebabkan oleh kavikol dan

bethelpenol yang terkandung dalam minyak atsiri. Faktor lain yang

menentukan aroma dan rasa daun sirih adalah jenis sirih itu sendiri, umur

sirih, jumlah sinar matahari yang sampai ke bagian daun, dan kondisi

dedaunan bagian atas tumbuhan. Daun sirih mengandung minyak atsiri di

mana komponen utamanya terdiri atas senyawa turunannya seperti kavikol,

cavibetol, carvacrol, eugenol, dan allilpyrocatechol merupakan senyawa

fitokimia alkaloid, saponin, tanin dan flavonoid. Selain minyak atsiri, daun

1
sirih juga mengandung karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin

C, tannin, gula pati dan asam amino (Hidayat, 2013).

Sirih juga memiliki bagian tanaman yang bermanfaat untuk

merangsang saraf pusat dan daya pikir, meningkatkan gerakan peristaltik,

dan meredakan dengkuran. Kandungan pada daun sirih mampu membunuh

jamur candida albicans, mencegah ejakulasi dini, dan bersifat analgesik.

Daun sirih juga sering digunakan oleh masyarakat untuk menghilangkan bau

mulut, mengobati luka, menghentikan gusi berdarah, sariawan, dan

menghilangkan bau badan. Daun sirih memiliki efek antibakteri terhadap

Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus viridians,

Actinomyces viscosus, dan S.aureus (Hidayat, 2013).

S.aureus adalah bakteri berbentuk kokus berukuran garis tengah

sekitar 1 µm yang pada pewarnaan bersifat gram positif jika dilihat dibawah

mikroskop berbentuk seperti kelompok anggur. Bakteri ini tahan terhadap

panas setinggi 50ºC (Soedarto, 2015). S.aureus menyebabkan berbagai

infeksi pada manusia, antara lain infeksi pada kulit, seperti bisul. Selain itu,

s.aureus juga menyebabkan infeksi kronis, seperti osteomielitis dan

endokarditis. S.aureus merupakan salah satu penyebab utama infeksi akibat

luka tindakan operasi dan pemakaian alat-alat perlengkapan perawatan

dirumah sakit. S.aureus juga dapat menyebabkan keracunan makanan akibat

enterotoksin yang dihasilkannya dan menyebabkan sindrom renjat toksik

(toxic shock syndrome) akibat pelepasan superantigen kedalam aliran darah

(Radji, 2009).

2
Penelitian terhadap tanaman daun sirih hijau sampai saat ini sudah

banyak digunakan sebagai pengobatan. Selama ini pemanfaatan daun sirih

hijau di masyarakat hanya berdasarkan pengalaman yang dilakukan secara

turun temurun dari orang tua kepada anak atau dari saudara terdekat. Hingga

kini, penelitian tentang tanaman ini masih terus dikembangkan dan penulis

tertarik ingin mengambil judul pengaruh ekstrak metanol daun sirih hijau

pada bakteri S.aureus. Hasil ekstrak tersebut diuji dengan metode difusi disk

dengan mengukur diameter zona terang yang merupakan petunjuk adanya

respon penghambat pertumbuhan bakteri oleh ekstrak daun sirih hijau.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana uji daya

hambat ekstrak metanol daun sirih hijau (Piper betle) terhadap pertumbuhan

bakteri S.aureus.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui uji daya hambat

esktrak metanol daun sirih hijau (Piper betle) terhadap pertumbuhan bakteri

S.aureus dengan konsentrasi 20 %, 40 % dan 60 %.

3
1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk

menambah pengetahuan dan sebagai acuan atau pedoman bagi

mahasiswa yang akan melakukan penelitian tentang ekstrak

metanol daun sirih hijau (Piper betle).

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan

untuk meningkatkan pengetahuan saya terhadap khasiat daun sirih

hijau dan sebagai sumber informasi mengenai manfaat daun sirih

sebagai obat tradisional bagi masyarakat.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Sirih Hijau (Piper betle)

Tanaman sirih (Piper betle) merupakan tanaman merambat yang

semenjak dahulu telah digunakan nenek moyang kita sebagai salah satu

bahan inang. Piper betle tumbuh di seluruh daerah di Indonesia, banyak

dipelihara sebagai tanaman hias di perkarangan rumah, dan dimanfaatkan

untuk berbagai keperluan. Banyak manfaat herbal yang dimiliki oleh sirih,

karena tanaman ini memiliki zat minyak atsiri yang mengandung fenol,

khavikol, diastase, zat penyamak, gula, dan pati (Afin, et al, 2013)

Daun sirih di Indonesi banyak digunakan sebagai obat tradisional

yang di dalam daun sirih mengandung minyak atsiri. Biasanya minyak atsiri

terdapat dalam kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh sekresi atau rambut

kelenjar dari kelenjar aromatis. Kegunaan minyak atsiri bagi tanaman

sendiri adalah menolak kehadiran binatang. Kebanyakan minyak atsiri

bersifat dengan cara mengganggu proses terbentuknya membran atau

dinding sel bakteri (Hidayat, 2013).

2.1.1 Morfologi Daun Sirih

Tanaman sirih (Piper betle) merupakan tumbuhan merambat

atau menjalar menyerupai tanaman lada. Tinggi tanaman sirih

biasanya mencapai 15 meter, tergantung pada kesuburan media tanam

dan rendahnya media untuk merambat. Batang tanaman sirih berwarna

5
cokelat kehijauan, berbentuk bulat, berkerut, dan beruas yang

merupakan tempat keluarnya akar (Moeljanto & Mulyono, 2003).

Gambar 1. Daun Sirih Hijau

2.1.2 Taksonomi Daun Sirih

Sistematika tumbuhan sirih hijau menurut FMIPA Universitas

Riau adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper betle

2.1.3 Manfaat Daun Sirih

Secara umum, baik sirih merah maupun sirih hijau memiliki

khasiat yang hampir sama, yaitu berkhasiat untuk mengobati berbagai

penyakit seperti amandel, mengobati batuk, sebagai antiseptik,

6
mengatasi keputihan, menghilangkan bau badan, mengilangkan

jerawat, mengharumkan nafas, dan organ kewanitaan (Afin, et al,

2013).

2.1.4 Kandungan Daun Sirih

Piper betle mengandung minyak atsiri yang terdiri dari

betlephenol, kavikol, seskuiterpen, hidroksilkavikol, cavibetol,

estragol, eugenol, dan karvakrol. Beberapa penelitian ilmiah

menyatakan bahwa daun sirih juga mengandung enzim diastase dan

tanin. Biasanya, daun sirih muda mengandung diastase, gula, dan

minyak atsiri lebih banyak dibandingkan dengan daun sirih tua.

Sementara itu, kandungan taninnya relatif sama (Moeljanto &

Mulyono, 2013).

2.2 Staphylococcus aureus

S.aureus adalah bakteri berbentuk kokus berukuran garis tengah

sekitar 1 µm yang pada pewarnaan bersifat gram positif dan jika dilihat

dibawah mikroskop berbentuk seperti kelompok anggur. Bakteri ini tahan

terhadap panas hingga 50ºC. S.aureus keberadaannya sangat luas sebagai

flora normal pada manusia yang terdapat pada aksila, inguinal, perineal, dan

lubang hidung (Soedarto, 2015).

7
2.2.1 Klasifikasi Staphylococcus aureus

Gambar 2. Staphylococcus aureus

Domain : Bacteria

Kingdom : Eubacteria

Phylum : Firmicutes

Class : Bacilli

Ordo : Bacillales

Famili : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus

2.2.2 Gejala Klinis Infeksi Staphylococcus aureus

Infeksi S.aureus memberikan gambaran klinis sesuai dengan

jaringan dan organ yang mengalami kerusakan. Jaringan dan organ

yang sering di serang S.aureus adalah kulit, tulang, sendi dan organ

dalam. S.aureus dapat menyebabkan endokarditis (infeksi yang

disebabkan oleh mikroorganisme pada dinding jantung bagian dalam),

8
toxic shock syndrome (keracunan yang disebabkan oleh bakteri)

(Soedarto, 2015).

2.2.3 Pengobatan Penyakit yang Disebabkan Staphylococcus aureus

Bakterimia, endokarditis, pneumonia dan infeksi berat lainnya

yang disebabkan oleh bakteri S.aureus memerlukan terapi penisilin β-

laktamase intra vena jangka panjang. Vankomisin sering digunakan

sebagai pengganti pada saat S.aureus resistensi terhadap nafsilin. Jika

infeksi yang disebabkan oleh S.aureus yang tidak mengasilkan β-

laktamase, penisilin G merupakan obat pilihan terapi namun hanya

sebagian kecil yang peka terhadap S.aureus (Jawetz, et al, 2005).

Tabel 1. Zona hambat antibiotik kloramfenikol

Diameter Zona Hambat (mm)


Resistensi Intermediet Sensitif
No Antibiotik
1 Azitromycin ≤ 13 14-17 ≥ 18
2 Clindamycin ≤ 14 15-20 ≥ 21
3 Chloramphenicol ≤ 12 13-17 ≥ 18
4 Ciprofloxacin ≤ 15 16-20 ≥ 21
5 Doxycyline ≤ 12 13-15 ≥ 16
6 Dirithomycin ≤ 15 16-18 ≥ 19
7 Fleroxacin ≤ 15 16-18 ≥ 19
8 Gatifloxacin ≤ 19 20-22 ≥ 23
9 Grepafloxacin ≤ 16 15-17 ≥ 16
10 Minocyciline ≤ 12 15-18 ≥ 19
Sumber : Clinical and Laboratory Standards Institute. 2013

2.3 Kloramfenikol

Kloramfenikol merupakan penghambat sintesis protein mikroba yang

paten. Senyawa ini berikatan secara rever-sibel pada subunit 50S ribosom

bakteri dan menghambat tahapan peptidil transerase dalam sintesis protein.

9
Kloramfenikol adalah antibiotik bakteriostatik berspektrum luas yang aktif

terhadap bakteri gram negatif dan bakteri gram positif, baik aerob maupun

anaerob.

Kloramfenikol larut dalam alkohol tetapi kurang larut dalam air.

Kloramfenikol sangat larut dalam air dan dihidrolisis di dalam jaringan

dengan melepaskan kloramfenikol bebas, obat ini digunakan untuk suntikan

parenteral (Katzung, 2007).

OH CH2OH O

NO2 C C N C CHCl2

H H H

C11H12Cl2N2O5

BM 323,13

Gambar 3. Rumus Struktur Kloramfenikol (Katzung, 2007)

2.4 Ekstrak

Ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif melalui

proses ekstraksi menggunakan pelarut, dimana pelarut yang digunakan

diuapkan kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat. Bentuk dari

ekstrak yang dihasilkan dapat berupa ekstrak kental atau ekstrak kering

tergantung jumlah pelarut yang diupkan. Ekstrak dapat dilakukan dengan

10
bermacam-macam metode, tergantung dari tujuan ekstraksi, jenis pelarut

yang digunakan dan senyawa yang diinginkan metode ekstraksi yang paling

sederhana adalah maserasi (Marjoni, 2016).

2.5 Sterilisasi

Sterilisasi adalah proses untuk mematikan atau menghilangkan

seluruh mikroba secara metode fisik atau kimia, yang umumnya dilakukan

pada fasilitas layanan kesehatan. Beberapa jenis metode sterilisasi yang

sering dikerjakan yakni steam, dry heat, eto gas, hydrogen peroxide gas

plasma dan bahan kimia lain (Alimsardjoni, 2015).

2.5.1 Metode Sterilisasi Pemanasan Kering

Metode pemanasan kering merupakan sterilisasi yang dilakukan

pada suhu 160-170ºC selama 1 jam. Cara ini dilakukan terhadap alat-

alat kering terbuat dari kaca, seperti tabung reaksi, pinggan petri, labu,

pipet, pinset, scalpel, gunting dan alat suntik dari kaca. Metode ini

juga bisa untuk sterilisasi bahan-bahan kering dalam tempat tertutup,

bahan serbuk (dermatol), lemak dan minyak (Irianto, 2006).

2.5.2 Metode Desinfeksi

Desinfeksi adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah

terjadinya infeksi atau pencemaran obat untuk membasmi kuman

penyakit. Desinfeksi adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan

memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar

secara langsung. Desinfeksi tidak memiliki daya penetrasi sehingga

11
tidak mampu membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam

celah atau cemaran. Selain itu desinfeksi tidak dapat membunuh spora

bakteri sehingga dibutuhkan metode lain seperti sterilisasi dengan

autoklaf. Desinfeksi biasanya digunakan untuk benda mati, seperti

lantai, tabung reaksi, erlenmeyer dan lain-lain (Irianto, 2006).

2.5.3 Metode Antiseptik

Antiseptik adalah bahan yang digunakan untuk mematikan

mikroorganisme pada jaringan hidup, antiseptik dapat terinfeksi

langsung dengan tubuh tanpa mengakibatkan kerusakan besar pada

jaringan (Irianto, 2006).

2.6 Uji aktifitas Antibakteri

Aktifitas atau potensi antibiotik dapat ditunjukkan pada kondisi yang

sesuai dengan efek daya hambat terhadap mikroorganisme. Suatu penurunan

aktifitas antimikroba juga dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak

dapat ditunjukkan oleh metode kimia sehingga pengujian secara mikrobilogi

atau biologis. Uji daya hambat menggunakan metode difusi antibiotik

cakram yang dipasang vertikal pada lapisan media agar pada cawan petri.

Jadi mikroorganisme yang dihambat pertumbuhannya ditandai dengan

lingkaran zona bening. Semua peralatan yang digunakan harus dicuci

sebelum dan sesudah digunakan. Peralatan gelas untuk menyiapkan dan

memindahkan mikroorganisme uji disterilkan dengan pemanasan kering atau

dengan uap air (Harmida & Radji, 2006).

12
Pengendalian termostatik perlu dalam beberapa tahap penetapan secara

mikrobiologi, yaitu pada saat membiakkan mikroorganisme dan penyiapan

inokula, serta selama inkubasi dalam penetapan pada cakram. Suhu

penetapan dengan cara cakram dipertahankan lebih kurang 0,5ºC dari suhu

yang dipilih. Media yang diperlukan untuk penyiapan mikroorganisme

dibuat dari bahan-bahan yang tertera didalam kotak. Sedikit modifikasi pada

masing-masing bahan, atau media kering yang direkonstitusi, dapat

dilakukan dengan syarat media yang dihasilkan mempunyai daya

menumbuhkan yang sama atau lebih dan memberikan respon yang baik.

Untuk penetapan cara cakram digunakan cawan petri atau plastik lebih

kurang 20 mm x 100 mm (Harmida & Radji, 2006).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

13
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif untuk menentukan uji

daya hambat ekstrak metanol daun sirih hijau (Piper betle) terhadap

S.aureus pada konsetrasi 20 %, 40 % dan 60 % dengan 3 kali pengulangan.

3.2 Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun sirih hijau

(Piper betle) segar yang diambil dari Kepulauan Meranti Selat Panjang

Desa Kudap.

3.3 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Program

Studi D III Analis Farmasi dan Makanan Universitas Abdurrab pada bulan

Januari 2018.

3.4 Alat

Alat yang digunakan adalah asbes, autoklaf, aluminium foil, batang

pengaduk, beaker glass, bola hisap, bunsen, cawan petridist, kertas saring,

erlenmeyer, handscoon steril, kertas label, labu ukur, kapas, kawat ose,

korek api, masker, pipet tetes, penggaris, pinset, pipet ukur, rotary

evaporator, serbet dan timbangan analitik.

3.5 Bahan

14
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sirih (Piper

betle), aquadest, spritus, metanol, bakteri S.aureus, media MHA (Muller

Hinton Agar), disk kloramfenikol, DMSO (Dimethyl Sulfoxide), alkohol 70

% dan kapas steril.

3.6 Prosedur Kerja

3.6.1 Pembuatan Simplisia

Daun sirih hijau dicuci bersih dengan air untuk menghilangkan

kotoran dan debu. Kemudian daun dirajang dan dikeringkan dengan

cara diangin-anginkan. Sampel yang sudah kering diserbukkan dengan

menggunkan blender. Rendemen hasil kemudian dihitung.

Berat Akhir
Rumus : x 100 %
Berat Awal

3.6.2 Pembuatan Ekstrak

Ditimbang serbuk daun sirih sebanyak 500 gram ditambahkan

dengan 300 ml metanol, direndam dalam botol gelap selama 3 hari

sambil sekali-kali diaduk, ekstrak daun sirih kemudian disaring dan

direndam dengan pelarut yang sama. Maserat dikumpulkan, kemudian

pemekatan ekstrak daun sirih diuapkan dengan menggunakan rotary

evaporator, ektrak kental kemudian ditimbang.

Dengan rumus :

Berat Akhir
% Rendemen Ekstrak : x 100 %
Berat Awal

3.6.3 Membuat Larutan Ekstrak dengan Konsentrasi 20 %, 40 % dan

60 %.

15
Selanjutnya dilakukan pembuatan ekstrak dari konsentrasi 20 %

dengan cara ditimbang ekstrak daun sirih sebanyak 2 gram, dilarutkan

dengan DMSO selanjutnya dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dan

tambahkan DMSO sampai tanda batas, kocok homogen. Untuk

konsentrasi 40 % dengan cara ditimbang ekstrak daun sirih sebanyak 4

gram, dilarutkan dengan DMSO selanjutnya dimasukkan ke dalam

labu ukur 10 ml dan tambahkan DMSO sampai tanda batas, kocok

homogen. Untuk konsentrasi 60 % dengan cara ditimbang ekstrak

daun sirih sebanyak 6 gram, dilarutkan dengan DMSO selanjutnya

dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dan tambahkan DMSO sampai

tanda batas, kocok homogen.

3.6.4 Desinfeksi tempat kerja

Meja dibersihkan dari debu, kemudian disterilkan dengan

alkohol 70 %. Lingkungan kerja harus tenang dan bebas angin.

3.6.5 Sterilisasi Tangan

Tangan terlebih dahulu dicuci menggunakan air dengan

menggunakan sabun, kemudian tangan disemprotkan dengan alkohol

70 %, lalu gunakan masker dan sarung tangan yang steril.

3.6.6 Sterilisasi Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini disterilkan

terlebih dahulu. Alat-alat gelas disterilkan dalam oven pada suhu

16
170ºC selama ± 1 jam. Media disterilkan dalam autoclave pada suhu

121ºC selama 15 menit (Warbung, et al, 2013).

3.6.7 Pembuatan Media MHA

Timbang 3,8 gram media Muller Hinton Agar, masukkan

kedalam erlenmeyer 250 ml, tambahkan aquadest hingga 100 ml,

media disterilkan dalam autoclave pada suhu 121ºC, waktu selama 15

menit, selanjutnya dimasukkan dalam cawan petri sebanyak 10 ml dan

biarkan mengeras (Warbung, et al, 2013).

3.6.8 Pembuatan Larutan Standar (Mc.Farland)

Dipipet H2SO4 1 % sebanyak 9,5 ml, dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, lalu dipipet BaCl2 1 % sebanyak 1 ml, kemudian

dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi H2SO4 1 %. Kekeruhan

ini dipakai sebagai standart kekeruhan suspense bakteri uji (Torar, et

al, 2017).

3.6.9 Pembuatan Suspensi Bakteri Staphylococcus aureus

Bakteri uji yang telah diinokulasi diambil dengan kawat steril

lalu disuspensikan kedalam tabung reaksi yang berisi 2 ml larutan

NaCl steril sehingga diperoleh kekeruhan yang sama dengan standar

kekeruhan Mc.Farland (Torar, et al, 2017).

3.6.10 Pengujian Aktifitas Antibiotik Ekstrak Daun Sirih

Kertas disk kloramfenikol diambil, kemudian letakkan pada

permukaan media, berikan tekanan sebagai kontrol positif. Diambil

17
kertas disk kosong kemudian letakkan pada permukaan media MHA,

lalu ditetesi DMSO dengan menggunakan pipet mikro, berikan

tekanan sebagai kontrol negatif. Kertas disk kosong diletakkan

dimedia MHA, kemudian ditetesi larutan ekstrak daun sirih dengan

konsentrasi 20 %, 40 % dan 60 % menggunakan pipet mikro,

kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC. Diukur diameter

zona bening dengan menggunakan jangka sorong.

3.7 Analisa Data

Aktivitas antibakteri ditentukan dengan mengukur zona bening di

sekitar disk menggunakan jangka sorong. Data aktivitas antibakteri

disajikan dalam bentuk tabel untuk mengetahui hubungan konsentrasi

terhadap aktivitas antibakteri.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

18
4.1 Hasil

Dari penelitian yang telah dilakukan pada daya hambat ekstrak metanol

daun sirih hijau (Piper betle) terhadap pertumbuhan S.aureus dengan

metode difusi disk didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Perhitungan Diameter Zona Hambat

Pengulangan
1 2 3
No Konsentrasi Rata-rata
1 20 % 9,15 mm 8,12 mm 9,75 mm 9,00 mm
2 40 % 10,95 mm 10,65 mm 9,8 mm 10,46 mm
3 60 % 12 mm 9,88 mm 13,5 mm 11.79 mm
4 Kloramfenikol 20,13 mm 20,33 mm 18,97 mm 19,81 mm
5 DMSO 6 mm 6 mm 6 mm -

4.2 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat dari ekstrak

metanol daun sirih hijau. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah

daun sirih hijau yang didapat dari Desa Kudap, Kecamatan Tasik Putri

Puyu, Kabupaten Kepulauan Meranti. Penelitian ini merupakan penelitian

yang bersifat kualitatif dengan menggunakan metode difusi disk. Ekstraksi

sampel dilakukan dengan cara maserasi. Maserasi merupakan salah satu cara

ekstraksi yang sangat sederhana hanya dilakukan dengan cara merendam

serbuk simplisia dengan pelarut yang cocok dan tanpa pemanasan. Tujuan

dari ekstraksi adalah untuk menarik semua zat aktif dan komponen kimia

yang terdapat dalam simplisia (Marjoni, 2016).

Sampel direndam dengan menggunakan metanol selama 3 hari supaya

senyawa-senyawa yang terkandung di dalam sampel terekstrak dengan

19
sempurna oleh pelarut. Pelarut yang digunakan adalah metanol, tujuan

menggunakan metanol adalah untuk menunjukkan adanya atom hidrogen

yang menyerap atom elektronegatif (oksigen). Pelarut dengan tingkat

kepolaran yang tinggi merupakan pelarut yang cocok baik untuk semua

jenis zat aktif , dimana bisa menarik senyawa yang bersifat polar. Pelarut

polar juga tetap dapat menarik senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran

lebih rendah (Marjoni, 2016). Selanjutnya ekstrak metanol yang didapat,

diuapkan untuk memperoleh ekstrak dalam bentuk kental.

Penguapan dilakukan dengan menggunakan rotary evaporator. Rotary

evaporator adalah alat yang digunakan di laboratorium kimia untuk

mengefisiensikan dan mempercepat pemisahan pelarut dari suatu larutan.

Alat ini menggunakan prinsip vacum destilasi, sehingga tekanan akan

menurun dan pelarut akan menguap di bawah titik didihnya sehingga zat

yang terkandung di dalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi.

Pada penelitian ini digunakan media Muller Hinton Agar, karena MHA

digunakan dalam pengujian kerentanan antimikroba dengan metode difusi

cakram, sesuai dengan yang direkomendasikan oleh Clinical and

Laboratory Standard Institute (CLSI), yang sebelumnya oleh National

Comitte for Clinical Standard Laboratorium (NCCLS), dan sesuai

persyaratan Organisasi Kesehatan Dunia Muller Hinton Agar ditentukan

dalam FDA Bacteriological Analytical Manual, untuk pengujian prosedur

yang biasa dilakukan pada bakteri anaerob dan fakultatif, adapun komposisi

dari media Muller Hinton Agar yaitu ekstrak daging sapi 2 gram, acid

20
hydrolyzate of casein 1,5 gram, pati 1,5 gram, agar 17 gram (Acumedia,

2011). Kloramfenikol digunakan sebagai kontrol positif karena merupakan

salah satu antibiotik yang bersifat bakteriostatik berspektrum luas yang

dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif, baik

aerob maupun anaerob, serta bekerja dengan menghambat sintesis protein

mikroba (Katzung, 2010).

Sebagai pelarut sampel dan kontrol negatif digunakan DMSO

(dimetilsulfoksida). DMSO merupakan salah satu pelarut yang dapat

melarutkan hampir semua senyawa baik polar maupun non polar. Selain itu

DMSO tidak memberikan daya hambat pertumbuhan bakteri sehingga tidak

mengganggu hasil pengamatan pengujian aktivitas antibakteri dengan

metode difusi agar (Handayani, et al, 2009).

Mikroba uji disuspensikan dalam larutan NaCl steril sampai

kekeruhannya sama dengan larutan Mc Farland. Mc Farland digunakan

untuk membakukan prosedur perkiraan jumlah bakteri dalam cairan

suspensi dengan membandingkan kekeruhan uji suspensi dengan standar Mc

Farland. Standar Mc Farland adalah solusi kimia barium klorida dan asam

sulfat, reaksinya antara dua hasil bahan kimia ini diproduksi endapan halus,

barium klorida (Dalynn, 2014).

Pada hasil penelitian yang dilakukan 3 kali pengulangan maka didapat

nilai rata-rata diameter zona hambat dari ekstrak metanol daun sirih hijau

(Piper betle) terhadap pertumbuhan bakteri S.aureus yaitu pada konsentrasi

20 % (9,00 mm), konsentrasi 40 % ( 10,46 mm), konsentrasi 60 % (11,79

21
mm). Menurut Davis dan Stout (1971) meyatakan bahwa apabila zona

hambat yang terbentuk pada uji difusi agar berukuran kurang dari 5 mm,

aktivitas penghambatan dikategorikan lemah. Apabila zona hambat

berukuran 5-10 mm dikategorikan sedang, 10-19 mm dikategorikan kuat

dan 20 mm atau lebih dikategorikan sangat kuat. Dari hasil yang diperoleh

pada ketiga konsentrasi ekstrak metanol daun sirih hijau pada konsentrasi 20

% (9,00 mm) dikategorikan sedang, 40 % (10,46 mm) dikategorikan kuat

sedangkan pada konsentrasi 60 % (11,76 mm) dikategorikan sangat kuat.

Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol, daya hambat

yang dihasilkan sebesar 19,81 mm menyatakan bahwa diameter hambat ≥18

adalah resisten dan kloramfenikol masih resisten terhadap S.aureus

sedangkan kontrol negatif yang digunakan yaitu DMSO dan hasilnya tidak

memberikan daya hambat. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa

konsentrasi 20 %, 40 % dan 60 % lebih efektif menghambat pertumbuhan

S.aureus dengan ekstrak daun sirih hijau (Piper betle).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

ekstrak metanol daun sirih hijau (Piper betle) mampu menghambat

22
pertumbuhan S.aureus, dimana diameter rata-rata konsentrasi 20 %, 40 %

dan 60 % adalah 9,00 mm;10,46 mm dan 11,79 mm.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis menyarankan kepada :

1. Disarankan pada penelitian selanjutnya agar dapat melakukan

pengujian lanjutan dengan menaikkan konsentrasi ekstrak.

2. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan agara dapat melanjutkan

penelitian daun sirih hijau (Piper betle) dengan metode yang

berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Acumedia. 2011. Muller Hinto Agar. PI 7101 Rev 03.

Afin and Friend. 2013. Daun Dahsyat Pencegah & Penyembuhan Penyakit.
Jogjakarta: Kata Hati.

Alimsardjono. L., Kusumaningrum. D. 2015. Pemeriksaan Mikrobiologi pada


Penyakit Infeksi. Jakarta: Sagung Seto.

23
Clinical and Laboratory Standards Institute. 2013

Dalynn. 2014. Mc Farland Standar. TM50-TM60, Oktober 2014.

Davis, W. W. Dan T. R. Stout. 1971. Disc plate Methods of Microbiological


Antibiotic Assay. Applied Microbiology 22 (4): 666-670.

Handayani, D. Maipa, D. Marlina dan Meilan. 2009. Skrining Aktivitas


Antibakteri Beberapa Biota Laut dari Perairan Pantai Painan Sumatera
Barat: Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang.

Harmita dan Radji, M. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati, Edisi 3. Jakarta: Buku
Kedokteran.

Hidayat, T. 2013. Sirih Merah Budidaya & Pemanfaatan untuk Obat. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.

Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung:


Penerbit Yrama Widya.

Jawetz, Melnick dan Adelberg’s. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:


Selemba Media.

Katzung, B. G. 2007. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.

Marjoni, R. 2016. Dasar-Dasar Fitokimia untuk Diploma III Farmasi. Jakarta:


CV. Trans Info Media.

Moeljanto, R. D. 2003. Khasiat & Manfaat Daun Sirih Obat Mujarab dari Masa
ke Masa. Jakarta: PT Agro Media Pustaka.

Soedarto. 2015. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Sagung Seto.

Radji, N. 2011. Buku Ajar Mikrobiol ogi Panduan Mahasiswa Farmasi &
Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Torar, G. M. J. Lolo, W. A. Citraninftyas, G. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri


Ekstrak Etanol Biji Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Bakteri
Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah
Farmasi Volume.6.Nomor.2.

Warbung. Y. Y., Wowor. V. N., dan Posangi, J. 2013. Daya Hambat Ekstrak
Spons Laut Callyspongia sp terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus: Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi.

24
Lampiran 1. Bagan alir uji daya hambat ekstrak metanol daun sirih hijau

Daun sirih hijau

Dirajang dan dikeringkan

Pembuatan simplisia
daun sirih hijau

Maserasi dengan metanol


dengan 3 kali pengulangan

25
Ampas Maserat
Diuapkan
Ekstrak metanol
daun sirih hijau

Dikentalkan dengan rotary


evaporator

Pembuatan larutan standart


Mc.Farland

Pembuatan media MHA

Pembuatan suspensi bakteri

Uji daya hambat terhadap


Staphylococcus aureus

Gambar 4. Skema uji daya hambat ekstrak metanol daun sirih hijau (Piper betle)

Lampiran 2. Perhitungan rendemen simplisia

1. Rendemen Simplisia

Berat Akhir
Rendemen : x 100 %
Berat Awal

500 gram
: x 100 %
4000 gram

: 12,5 %

26
2. Rendemen Ekstrak

Berat Akhir
Rendemen : x 100 %
Berat Awal

36,4071 gram
: x 100 %
500 gram

: 7,2 %

Lampiran 3. Pembuatan larutan standar kekeruhan Mc.Farland

1. H2SO4 1 % dari H2SO4 97 %

C1 x V 1 = C 2 x V 2

97 % x V1 = 1 % x 100 ml

1% x 100 ml
V1 =
97 %

27
= 1,03 ml

Cara Pembuatan :

Pipet 1,03 H2SO4 1 %, masukkan kedalam labu ukur 100 ml yang telah
berisi sedikit aquades, tambahkan aquades sampai tanda batas, kocok
hingga homogen.

2. Larutan BaCl2.2H2O 1,175 %

1,175 % b/v = 1,175 g dalam 100 ml

Cara Pembuatan :

Ditimbang 1,175 gram BaCl2, masukkan kedalam beaker glass kemudian


dilarutkan dengan aquades hingga larut. Kemudian dimasukkan kedalam
labu ukur 100 ml dan di ad kan dengan aquades hingga tanda batas dan
dihomogenkan.

Cara Kerja :
Larutan H2SO4 1 % dipipet sebanyak 9,5 ml kemudian dicampurkan
dengan larutan BaCl2 1 % sebanyak 0,5 ml dalam erlenmeyer, kemudian
dikocok hingga terbentuk larutan yang keruh, kemudian digunakan sebagai
kekeruhan suspensi bakteri uji.

Lampiran 4. Larutan standar Mc. Farland

28
Gambar 5. Suspensi kekeruhan Mc. Farland

Lampiran 5. Cara Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)

M1 x V1 = M2 x V2

M1 x 1000 ml = 38 g x 100 ml

3800 g /ml
M1 =
1000 ml

M1 = 3,8 g

Cara kerja :

29
Timbang 3,8 gram media Mueller Hinton Agar (MHA), larutkan dengan
aquadest sebanyak 100 ml, didihkan hingga larut, kemudian disterilkan
dalam autoclave dengan suhu 121ºC selama 15 menit, kemudian media
MHA dikeluarkan dari autoclave, kemudian dituang kedalam masing-
masing cawan petri dengan rata, kemudian biarkan hingga membeku.

Lampiran 6. Pembuatan larutan uji ekstrak metanol daun sir ih hijau

1. Pembuatan larutan uji konsentrasi 20 % sebanyak 10 ml

Berat ekstrak yang ditimbang = Konsentrasi x Volume

= 20 % x 10 ml

20Gram
= x 10 ml
100

30
= 2 Gram

Cara Kerja :
Ditimbang 2 gram ekstrak daun sirih dilarutkan dengan DMSO steril lalu
diaduk hingga larut, kemudian masukkan dalam labu ukur 10 ml, lalu
tambahkan DMSO sampai tanda batas, dikocok hingga homogen.

2. Pembuatan larutan uji konsentrasi 40 % sebanyak 10 ml

Berat ekstrak yang ditimbang = Konsentrasi x Volume

= 40 % x 10 ml

40 Gram
= x 10 ml
100

= 4 Gram

Cara Kerja :
Ditimbang 4 gram ekstrak daun sirih dilarutkan dengan DMSO steril lalu
diaduk hingga larut, kemudian masukkan dalam labu ukur 10 ml, lalu
tambahkan DMSO sampai tanda batas, dikocok hingga homogen.

3. Pembuatan larutan uji konsentrasi 60 % sebanyak 10 ml

Berat ekstrak yang ditimbang = Konsentrasi x Volume

= 60 % x 10 ml

60Gram
= x 10 ml
100

= 6 Gram

31
Cara Kerja :
Ditimbang 6 gram ekstrak daun sirih dilarutkan dengan DMSO steril lalu
diaduk hingga larut, kemudian masukkan dalam labu ukur 10 ml, lalu
tambahkan DMSO sampai tanda batas, dikocok hingga homogen.

Lampiran 7. Simplisia dan ekstrak

32
Gambar 6. Simplisia dan serbuk simplisia dari daun sirih hijau (Piper betle)

Gambar 7. Pengenceran ekstrak metanol daun sirih hijau konsentrasi 20 %, 40 %


dan 60 %

Lampiran 8. Hasil uji daya hambat ekstrak metanol daun sirih hijau (Piper betle)

20 %, 40 % dan 60 %

Konsentrasi 60 %

Konsentrasi 40 %

33
Konsentrasi 20 %

Kontrol Positif

Kontrol Negatif

Gambar 8. Hasil uji daya hambat pengulangan 1

Konsentrasi 60 %

Konsentrasi 40 %

Konsentrasi 20 %

Kontrol Positif

Kontrol Negatif

Gambar 9. Hasil uji daya hambat pengulangan 2

Konsentrasi 60 %

Konsentrasi 40 %

Konsentrasi 20 %

34
Kontrol positif

Kontrol Negatif

Gambar 10. Hasil uji daya hambat pengulangan 3

Lampiran 9. Hasil uji daya hambat

Tabel 3. Hasil uji daya hambat ekstrak metanol daun sirih hijau (Piper betle)
terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus Metode Difusi Disk.

Zona Hambat ( mm)

35
NO Sampel Pengulangan Pengulangan Pengulangan Rata-
rata
1 2 3
(mm)
1 Ekstrak 20 % 9,15 8,12 9,75 9,00

2 Ekstrak 40 % 10,95 10,65 9,8 10,46

3 Ekstrak 60 % 12 9,88 13,5 11,79

4 Kontrol Positif 20,13 20,33 18,97 19,81


(Kloramfenikol)

5 Kontrol Negatif
(DMSO) Tidak memberi daya hambat

Lampiran 10. Hasil klasifikasi daun sirih hijau (Piper betle).

36

Anda mungkin juga menyukai